PEMANFAATAN GEN FECJF DALAM PENGEMBANGAN USAHA TERNAK DOMBA UNTUK TUJUAN KOMERSIAL : ANALISIS EKONOMI



dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA GARUT PADA STASIUN PERCOBAAN CILEBUT BOGOR

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

DASAR-DASAR PROGRAM PENINGKATAN MUTU GENETIK DOMBA EKOR TIPIS

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

PENGARUH EFEK TETAP TERHADAP BOBOT BADAN PRASAPIH DOMBA PRIANGAN

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

PRODUKTIVITAS ANAK DOMBA GARUT DI DUA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA

Produktivitas Domba Komposit Sumatera dan Barbados Cross pada Kondisi Lapang

UJI ADAPTASI DOMBA KOMPOSIT PADA KONDISI USAHA PETERNAKAN RAKYAT DI PEDESAAN

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

PENAMPILAN REPRODUKSI DOMBA LOKAL YANG DISINKRONISASI DENGAN MEDROXY PROGESTERON ACETAT PADA KONDISI PETERNAK DI KELURAHAN JUHUT, KABUPATEN PANDEGLANG

PENINGKATAN PROTEIN RANSUM UNTUK PEMBESARAN DOMBA HASIL PERSILANGAN

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

LAMA BUNTING, BOBOT LAHIR DAN DAYA HIDUP PRASAPIH KAMBING BOERKA-1 (50B;50K) BERDASARKAN: JENIS KELAMIN, TIPE LAHIR DAN PARITAS

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN KACANG DENGAN PEJANTAN BOER (BOBOT LAHIR,BOBOT SAPIH DAN MORTALITAS)

LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1

PERFORMAN EKONOMI KAMBING KABOER DAN KAMBING KACANG PADA KONDISI STASIUN PENELITIAN CILEBUT

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

DOE PRODUCTIVITY AND KID CROP OF ETAWAH GRADE DOES KEPT UNDER INDIVIDUAL AND GROUP HOUSING IN TURI SUB DISTRICT, SLEMAN DISTRICT - DIY PROVINCE

Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA

PEMANFAATAN EFISIENSI REPRODUKSI MELALUI PROGRAM PEMULIAAN DOMBA : STRATEGI PADA PUSAT PEMBIBITAN DAN PEMANFAATANNYA PADA KELOMPOK PETANI PETERNAK

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

HASIL DAN PEMBAHASAN

ESTIMASI SISTEM PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAGING SAPI DI PROPINSI LAMPUNG

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

Karakteristik Morfologi Rusa Timor (Rusa timorensis) di Balai Penelitian Ternak Ciawi

POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN GROBOGAN (Growth Pattern of Body Weight of Female Kacang Goats in Grobogan Regency)

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS KURVA PERTUMBUHAN DOMBA PRIANGAN DAN PERSILANGANNYA DENGAN ST. CROIX DAN MOUTON CHAROLLAIS

PENAMBAHAN DAUN KATUK

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

KORELASI BOBOT BADAN INDUK DENGAN LAMA BUNTING, LITTER SIZE, DAN BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

L. Istiqomah, C. Sumantri, dan T. R. Wiradarya Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN ANTARA PEJANTAN BOER DENGAN INDUK LOKAL (PE) PERIODE PRASAPIH

KARAKTERISTIK FISIK DAN PERFORMA PRODUKSI INDUK DOMBA PRIANGAN DI KECAMATAN BANYURESMI KABUPATEN GARUT

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

BOBOT LAHIR BEBERAPA GENOTIPE KAMBING HASIL PERSILANGAN

KERAGAAN PRODUKSI TELUR PADA SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) ITIK ALABIO DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, KALIMANTAN SELATAN

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

Seminar Nosional Peternakan dan lieteriner 199- TATIT S., E. WrNA, B. TANGENIAYA dall I. W. MATHIUS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

PENGARUH FAKTOR NON GENETIK TERHADAP BOBOT LAHIR KAMBING BOER PADA STASIUN PERCOBAAN LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH

Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

KAJIAN EKONOMI PADA USAHA TERNAK KAMBING PERAH

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

APLIKASIANALISIS RANCANGAN ACAK LENGKAP DALAM PENGOLAHAN DATAHASILPENELITIAN PERCOBAAN PAKAN TERNAK PADAKAMBINGINDUK

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

OPTIIAASI PENDAPATAN USARA TERNAK DOMBA MELALUI PENINGKATAN MUTU GENETIK TERNAK

PRODUKTIVITAS DAN DAMPAK INTEGRASI TERNAK DOMBA EKOR GEMUK TERHADAP PENDAPATAN PETANI DALAM SISTEM USAHA SAYURAN DI LAHAN MARJINAL

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE

EFFECT OF BIRTH TYPE AND SEXS ON DAILY GAIN AND EFFICIENCY ON POST WEANING LAMB DURING THE LAST THREE MONTHS OF FATTENING

Analisis Keunggulan Relatif Domba Garut Anak dan Persilangannya

PENGEMBANGAN TERNAK KAMBING DENGAN SISTEM KANDANG PANGGUNG DI LAHAN KERING. (Development of Goat Farming with Stand Board Stable System on Dry Land)

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

Effect of Concentrate Addition in Boerawa Doe Diet on Litter Size, Birth Weight, and Weaning Weight Kid Goats Keep in Intensive System ABSTRACT

SeminarNosional Peternakan dan Feienner 1997

PRODUKSI ANAK PADA DOMBA PROLIFIK

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

Kapasitas Produksi Susu Domba Priangan Peridi : II. Kurva Laktasi

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI LANDRACE

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

PENGGUNAAN PAKAN LENGKAP PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA: ANALISIS EKONOMI

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR

EFISIENSI RELATIF SELEKSI CATATAN BERULANG TERHADAP CATATAN TUNGGAL BOBOT BADAN PADA DOMBA PRIANGAN (Kasus di SPTD - Trijaya, Kuningan, Jawa Barat)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

PENGGUNAAN BAHAN PAKAN LOKAL SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG KOMERSIAL: Studi Kasus di CV Bukit Indah Lumajang

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

Transkripsi:

PEMANFAATAN GEN FECJF DALAM PENGEMBANGAN USAHA TERNAK DOMBA UNTUK TUJUAN KOMERSIAL : ANALISIS EKONOMI ATIEN PRIYANTI, I. INOUNu, den B. TIESNAMURTI Balm Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002, Indonesia (Diterima dewan redaksi 12 April 1996) ABSTRACT PRtvuwt, ATMN., 1. INouNu, and B. TIESNAMURTI. 1996. Utilization of FecJ F gene in developing commercial sheep farming : Economic analysis. Jurnal llmu Ternak den Veteriner 2 (1). An increase of income per capita in Indonesia is not followed by an increase of numbers and quality of lambs stock. To meet the high demand both for domestic and international markets, sheep production should be elaborated commercially. The Research Institute for Animal Production, Bogor has been able to identify the segregation of FecJ F on Javanese sheep, which has large effect on ovulation rate and number of litters born. The study was purposed to analyse the economic value of using Fed gene and the crossing with St. Croix rams to obtain high number of lamb production as well as high pre-weaning growth rate. Sixty seven Garut ewes were used and classified into three classes of singles, twins and triplets or mom: lambs born. From each litter type, ewes were classified according to the breed oframs to be used. Gamt and St. Croix rams were used to represent small and large size of sires, respectively. The parameters observed were litter size, birth weight, sex, feed consumption, weaning weight and average daily gain. Lambs and ewes were weighed on biweekly and monthly basis, respectively. An increasing of input for single born ewes was not followed by dramatic increase in its body weight at weaning, which means that the optimum level of production was not achieved. This resulted a shortening of farmers income. However, for ewes having twins an increase of input was followed by significantly increased of production level. Therefore, the economic analysis model used for ewes that carry the Fed gene showed an increase ofincome of Rp.30,691.50, and Rp.24,319.82, per ewe per period for St. Croix sires and Garut sires, respectively. Key words: Economic analysis, Fed gene, sheep ABSTRAK PRIYANTI, ATIEN., I. INOUNU, den B. TnsNAMuRTi. 1996. Pemanfaatan gets FecJF dalam pengembangan usaha temak domba untuk tujuan komersial : Analisis ekonomi.. Jurnal Ilmu Ternak den Veteriner 2 (1) : Meningkatnya pendapatan penduduk per kapita mengakibatkan meningkatnya per mintaan akan daging secara umum baik kuantitas maupun kualitas. Untuk memenuhi permintaan yang tinggi balk untuk pasar domestik maupun untuk mengantisipasi permintaan pasar intemasional, perlu dilakukan usaha ternak domba sec= komersial. Balai Penelitian Ternak telah dapat mengetahui dengan pasti adanya gem Fed pada domba Jawa yang dapat mengatur laju ovulasi dan jumlah anak sekelahimn. Pemanfaatan gem FecJ F den persilangannya dengan bangsa St. Croix akan membantu memenuhi target yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan ekonomi usaha petemakan domba dengan memanfaatkan gem Fed. Enam puluh tujuh induk domba digunakan dalam penelitian ini yang terbagi menjadi 3 kelompok berdasarkan tipe kelahiran : kelahimn tunggal, kembar dan di atas due. Dari messing-messing tipe kelahiran ini dikelompokkan lagi berdasarkan penggunaan jenis pejantan pads saat perkawinan, yaitu pejantan tipe kecil den tipe besar. Jenis pejantan yang digunakan adalah pejantan Garut Yang mewakili pejantan tipe kecil, dan pejantan St. Croix yang mewakili pejantan tipe besar. Parameter yang diamati meliputi jumlah anak lahir, bobot lahir anak, jenis kelamin, konsumsi pakan, bobot sapih dan pertambahan bobot badan harian. Penimbangan anak dilakukan due minggu sekali, sedangkan penimbangan induk dilakukan sebulan sekali. Dari parameter biologis tersebut di atas, dihitung estimasi keuntungan usaha temak domba berdasarkan messing-messing tipe kelahiran dan tipe pejantan. Paningkatan input pada temak-temak non-karier gem FeCJ F yang mempunyai jumlah anak sekelahiran satu ekor, fdak diimbangi dengan meningkatnya output, sehingga cenderung merugikan petemak. Sebafknya, pads temak-temak karier gen Fed dengan rataan jtmtlah anak lahir 2 ekor, peningkatan jumlah input (pakan tambahan), masih diimbangi oleh peningkatan output, sehingga dapat menguntungkan petemak sebesar Rp.30.691,50, per induk per periode dengan menggunakan pejantan St. Croix, dan Rp.24.319,82, per induk per periode dengan menggunakan pejantan Garut. Kata kunci: Analisis ekonomi, gem FecJ F, domba

' ATIEN PRIYANTi et al. : Pemanjaatan Gen FecJ F dalan Pengembangun Usaha Ternak Domba umuk Tujuan Komersial PENDAHULUAN Dalam industri petemakan domba yang melupakan industri biologis, sistem usaha yang intensif dengan strategi pemberian pakan harus mempertimbangkan nilai profitabilitas yang kompetitif dengan usaha di sekior lain. Hukum ekonomi menuntut peningkatan penggunaan input produksi seminimal mungkin dengan pertambahan output yang maksimal. Analisis ekonomi setiap usaha selalu memperhatikan parameter-parameter yang termasuk di dalam kelompok penerimaan clan pengeluaran. DICKERSON (1970) menyatakan bahwa pengeluaran utama dari usaha petemakan sangat bergantung pada tiga parameter biologis, yaitu produksi induk, reproduksi clan pertumbuhan anak. Penerimaan produksi induk per tahun salah satunya dapat ditingkatkan melalui perbaikan mutu genetik temak. Dikatakan bahwa produksi induk melupakan hasil multiplikasi dari jumlah induk, volume produksi per induk clan per unit nilai produk tersebut, sehingga penerimaan ini dapat ditingkatkan melalui upaya peningkatan volume produksi per induk akibat perbaikan mutu genetik temak. Berdasarkan faktor keunggulan usaha petemakan domba yang sangat kompetitif, maka terbuka peluang yang sangat besar untuk mengusahakan petemakan domba secara komersial. Dari segi permintaan pasar domestik, DKI Jakarta sebagai pasar daging domba yang paling besar secara nasional membutuhkan sekitar 550 ekor temak domba per hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini, selain memasukkan temak domba dari beberapa daerah di Indonesia, DKI Jakarta juga mengimpor 1.680.000 ton daging domba pada tahun 1992 dari Australia (DIREK- TORAT JENDERAL PETERNAKAN, 1994). Angka ini diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari segi permintaan pasar intemasional, dengan adanya kesepakatan kerjasama pertumbuhan segitiga utara antara Indonesia, Malaysia clan Thailand pada tanggal 19-21 Juli 1993 di Langkawi, Malaysia yang membutuhkan domba hidup dari Indonesia sebanyak 3 juta ekor per tahun, maka sudah sepantasnya apabila usaha temak domba ini lebih bergerak ke arah industri dengan tidak melupakan kelestarian lingkungan. Potensi genetik domba lokal dari segi kemampuan beranak kembar atau lebih dari dua ekor memiliki keunggulan komparatif untuk dimanfaatkan dalam pengembangan usaha petemakan domba untuk tujuan komersial. Dengan ditemukannya gen FecJF oleh Balai Penelitian Temak Bogor, maka diharapkan usaha pengembangan petemakan domba dapat memenuhi segi permintaan temak domba baik pasar lokal maupun inter- nasional. Gen FecJF pada domba lokal Indonesia mampu meningkatkan jumlah anak dilahirkan sebesar 0,8 ekor per kelahiran sehingga produksi temak bakalan dapat ditingkatkan (INOUNU et al., 1993). Dalam kondisi ketersediaan pakan tambahan terjamin, maka introduksi gen FecJF dapat menghasilkan peningkatan nisbah output clan input yang tinggi dengan produksi yang relatif baik. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi clan analisis kelayakan secara ekonomi usaha petemakan domba dengan memanfaatkan gen FecJF. Di samping itu, faktor-faktor produksi usaha petemakan domba yang mempengaruhi terhadap keuntungan usaha dikuantifikasi clan dikualifikasi untuk dapat memberi gambaran secara global. Sampai saat ini, informasi clan analisis kelayakan usaha petemakan domba secara komersial yang dikaitkan dengan peluang pasar relatif masih terbatas. Kelayakan bio-ekonomi menyangkut potensi genetik temak domba clan peluang pembangunan industri petemakan dalam jangka panjang diharapkan dapat merangsang iklim usaha yang sehat sebagai altematif peningkatan kesempatan usaha, penyediaan lapangan kerja clan peningkatan kesejahteraan masyarakat. MATERI DAN METODE Dalam suatu proses produksi terdapat hubungan antara tingkat masukan yang digunakan clan keluaran yang dihasilkan. Kegiatan penelitian ini dilakukan di kandang percobaan Balai Penelitian Temak, Bogor. Enam puluh tujuh ekor induk domba digunakan dalam penelitian ini yang terbagi menjadi 3 kelompok berdasarkan tipe kelahiran : kelahiran tunggal, kembar clan lebih dari dua ekor. Dad masing-masing tipe kelahiran ini dikelompokkan lagi berdasarkan penggunaan jenis pejantan pada saat perkawinan, yaitu pejantan tipe kecil clan tipe besar. Jenis pejantan yang digunakan adalah pejantan lokal, yaitu pejantan domba Garut yang mewakili pejantan tipe kecil, clan pejantan St. Croix yang mewakili pejantan tipe besar. Parameter yang diamati meliputi jumlah anak,lahir, bobot lahir anak, jenis kelamin, konsumsi pakan, bobot sapih clan pertambahan bobot badan harian. Penimbangan anak dilakukan setiap minggu, dicatat pula data mengenai tingkat kematian anak sampai dengan umur sapih. Dari parameter biologis tersebut di atas, dihitung estimasi keuntungan usaha temak domba berdasarkan

Jurn(d Rim 7ernak dan Veleriner Vol. 2 No. J 7h. 1996 messing-messing tipe kelahiran dan penggunaan pejantan. Data input fisik seperti upah tenaga ketja, harga per unit pakan berupa rumput dan konsentrat dan biaya penyusutan kandang diperoleh dari wawancara dengan pengusaha petemakan domba di wilayah Kabupaten Bogor. Data output fisik berupa penjualan anak berdasarkan per kg bobot hidup temak domba dihitung sesuai dengan harga yang berlaku di pasaran. Harga induk temak domba sebagai modal awal usaha diperoleh berdasarkan hasil survei pasar di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, tempat asal tempk tersebut. Analisis ekonomi usaha yang hampir selalu dilakukan untuk suatu studi kelayakan adalah model inputoutput, karena hal ini selain memberi gambaran yang jelas terhadap suatu proses produksi, juga mudah melakukan evaluasi di masa-masa yang akan datang. Perhitungan ini berdasarkan lama pemeliharaan anak campai dengan bobot sapih. Beberapa pendekatan ekonomi yang digunakan adalah analisis usaha tani parsial yang meliputi analisis anggaran parsial, analisis marjin kotor, analisis titik impas dan biaya produksi umum. Di camping itu, dilakukan pula penganggaran input-output yang meliputi analisis marjinal clan analisis biaya keuntungan menutut AMIR dan KNIPSCHEER (1989). Perhitungan bio-ekonomi pendekatan perbaikan mutu genetik temak melalui pemanfaatan gen Fed dilakukan berdasarkan kinerja parameter biologic tempk. Estimasi fungsi keuntungan yang dipakai untuk mencan nilai input yang digunakan sehingga diperoleh keuntungan maksimum (SOEDJANA, 1993), dapat dijabarkan secara matematis dalam persamaan (1) sebagai berikut : n II=p *q -1 P;*q;-F i=0 (1) dinyatakan oleh suatu besaran parameter biologis masing-masing tipe kelahiran dan jenis pejantan, dan diasumsikan fungsi tersebut berbentuk linier, karena bobot badan anak sampai dengan umur 3 bulan masih dalam proses pertumbuhan dan mengalami kenaikan pertambahan bobot badan yang meningkat. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut : w; = li) + Qi BL ; + lie KONS ; + a3 Xi + Lies PBBH ; +ei (2) yang dalam hal ini : qo bobot badan anak sampai dengan umur 3 bulan (kg) BL = bobot lahir anak (kg) KONS = konsumsi pakan (kg/hari) X = peubah jenis kelamin (1=jantan, 0=lainnya) PBBH = pertambahan bobot badan harian (g) i = jumlah observasi, dalam hal ini jumlah anak e = galat baku LIo,... ha = parameter yang diestimasi Teknik ordinary least squares (OLS) menurut JUDGE et al. (1988) digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi persamaan (2). Paket komputer Shazam (WHITE et al., 1990) digunakan untuk membantu analisis ini dan validation test untuk autocorrelation, heteroschedastisity clan multicolinearity. Teknik OLS ini digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi berdasarkan kenyataan bahwa metode ini akan memberi dugaan parameter terbaik (ragam minimum), tidak bias dan linier (best linear unbiased estimate, BLUE) dan juga konsisten (INTRILIGATOR, 1978). yang dalam hal ini : po = qo = harga penjualan anak (Rp/kg) kuantitas bobot badan anak sampai dengan umur 3 bulan (kg) P; = harga input produksi ke-i (Rp/unit) q; = jumlah input produksi ke-i (unit) F = biaya tetap (Rp/unit). Selanjutnya, dalam model (l) kuantitas bobot badan anak sampai dengan umur 3 bulan (qo), merupakan suatu fungsi produksi yang dapat berubah secara berkesinambungan berdasarkan faktor-faktor biologis yang berpengaruh dalam proses produksi. Fungsi produksi tersebut HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja parameter biologis ternak Kinerja rataan produktivitas anak domba pada masing-masing jenis pejantan dan tipe kelahiran dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah induk beranak dalam penelitian ini adalah sebesar 84 persen, yang hampir 70 persen dari anak yang lahir adalah kembar dan lebih dari dues ekor. Bobot lahir anak keturunan pejantan St. Croix menunjukkan hasil yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan bobot lahir anak keturunan pejantan Garut. Hal ini mungkin disebabkan oleh kenaikan setiap kg bobot badan induk menghasilkan perbedaan bobot lahir anak

AnEN PRIYMrrt et al. : Pemanfa tlun Gen Pec F datam Pengembangan Usalia Ternak Uomixt untuk 7iijuan Komersial Tabel 1. Kinerja rataan produktivitas anak domba berdasarkan jenis pejantan clan ripe kelahiran Karakteristik TKL I Pejantan Garut TKL 2 TKL Z 3 TKL I Pejantan St. Croix TKL 2 TKL >_ 3 Robot lahir (kg) 2,99 2,18 1.68 2,87 2,15 1,80 Robot sapih (kg) 14,85 10,63 9,40 15,93 12,18 12,13 Pertambahann bobot badan harian (kg) 0,132 0,094 0.086 0,148 0,112 0,115 Kematian (q6) 0 0 27,5 11 5,5 62.5 Konsumsi pakan (kg) 0,200 0,144 0,124 0,235 0,167 0,148 Jumlah anak(ekor) 8 32 20 12 34 5 TKL = tipe kclahiran sebesar 35 g. Pertambahan bobot badan induk yang kawin dengan pejantan Garut dari saat kawin sampai beranak adalah 9,06 kg clan 8,12 kg masing-masing untuk tipe kelahiran tunggal clan kembar dua ekor, clan 8,66 kg clan 7,43 kg masing-masing untuk tipe kelahiran tunggal clan kembar dua ekor dari induk yang kawin dengan pejantan keturunan St. Croix (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pejantan St. Croix tidak mengakibatkan meningkatnya angka kesulitan kelahiran. Namun yang terpenting dilihat dari Tabel 1 adalah bahwa penggunaan pejantan St. Croix meningkatkan angka laju pertambahan bobot badan harian sampai disapih. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada kelompok induk yang clikawinkan dengan pejantan Garut clan St. Croix masing-masing tumbuh dengan pola yang sama. Meningkatnya tipe kelahiran mengakibatkan pertambahan bobot badan induk menjadi turun. Fungsi produksi Fungsi produksi dalam usaha petemakan merupakan suatu hubungan fisik antara input-input sumber daya dari persamaan tersebut dengan output yang berupa hasil produk per unit waktu. Dalam penelitian ini, input yang digunakan dalam model fungsi produksi dalam persamaan (2) berupa input langsung dari anak domba yang digunakan dalatn menghasilkan output per unit waktu. Input-input tersebut adalah rataan konsumsi pakan harian, jenis kelamin, bobot lahir clan pertambahan bobot badan harian. Output yang diharapkan secara langsung sebenarnya adalah hasil penjualan anak domba pada saat jual yang berumur sekitar 8 bulan. Namun, untuk penelitian saat ini pendekatan output yang digunakan adalah penjualan anak domba sampai umur sapih (90 hari). Hasil estimasi fungsi produksi dengan bobot sapih sebagai peubah enclogen clan jenis pejantan dengan tipe kelahiran disajikan masing-masing pada Tabel 3 clan 4. Namun, hasil uji autocorellation dalam sistem persamaan (2) menunjukkan bahwa antara parameter bobot lahir anak clan bobot sapih menunjukkan tingkat korelasi yang sangat tinggi, yang dalam hal ini akan memberi dugaan parameter yang bias. Oleh karena itu, salah satu cara untuk memperoleh dugaan parameter yang tidak bias adalah dengan menghilangkan salah satu dari dua parameter dalam sistem persamaan (KENNEDY, 1985). Dalam model ini parameter bobot lahir dihilangkan dari Tabe12. Kinerja rataan pertambahan bobot badan induk dontba berdasarkan jenis pejantan clan tipe kelahiran Karakteristik TKL I Pejantan Garut TKL 2 TKLZ3 TKLI Pejantan St. Croix TKL2 TKLZ 3 Jumlah induk melahirkan (ekor) 8 16 9 12 18 4 Robot badan saat kawin (kg) 23,52 22,10 22,32 22,48 22,60 27,20 Robot badan setelah beranak (kg) 32,58 30,22 27,44 31,14 30,03 32,37 Pertambahan bobot hadan (kg) 9,06 8,12 5,12 8,66 7,43 5,17 TKL = tipe kelahiran

Jurnal 11mu Ternak dun Veteriner Vol. 2 No. 1 Th. 1996 sistem persamaan (2), dan dengan menggunakan uji reset dari RAMY (1969) menunjukkan bahwa dengan menghilangkan parameter bobot lahir, uji F yang dihasilkan adalah sebesar 0,0644 pada derajat bebas 1 dan 3 sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap dugaan parameter sistem persamaan. Dengan kata lain, dengan menghilangkan peubah bobot lahir dari sistem persamaan, diperoleh estimasi parameter terbaik. Hasil estimasi teknik OLS dengan pejantan Garut (Tabel 3) menunjukkan bahwa parameter pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan konsumsi pakan anak (KOLAS) dari ketiga tipe kelahiran memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap peubah bobot sapih (q)) (P<0,01), sedangkan peubah jenis kelamin (Sex) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peubah endogen pada tipe kelahiran lebih dari dua (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa anak betina memberikan pengaruh yang negatif terhadap peubah bobot sapih. Artinya, bahwa anak betina akan menghasilkan bobot sapih yang lebih rendah dibandingkan dengan anak jantan, sedangkan hal tersebut pada tipe kelahiran tunggal dan kembar dua tidak menunjukkan adanya perbedaan terhadap bobot sapih (P>0,05). Dengan kata lain, parameter-parameter biologis temak seperti jenis kelamin, konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan harian mempengaruhi terhadap bobot badan anak umur 90 hari. Hasil pendugaan persamaan (2) pada jenis pejantan Garut menunjukkan bahwa koefisien penduga dari peubah-peubah eksogen memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peubah endogen q (P<0,01). Tanda koefisien dari masing-masing penduga pada setiap parameter juga menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Tabe13. Hasil estimasi teknik OLS dengan pejantan Garut terhadap ripe kelahiran Peubah TKL I TKL 2 TKL > 3 Koefisien eslimasi Koefisien estimasi Koefisien estimasi Konstan 0,0385 n " 0,106 KOLAS 4,378'"' 0,129 Sex -0,033"" 0,013 PBBH 4,787'"' 0,136-0,022"` 0,02 0,0845 n ' 0,191 4,816""' 0,43 5,266 "' 0,304 0,007"' 0,006-0,134""" 0,051 4,67"' 0,526 3,247**. 0,300 Pertambahan bobot badan harian anak dari ketiga tipe kelahiran mempengaruhi pula terhadap bobot badan anak sampai dengan umur 90 hari (P50,01). Semakin tinggi pertambahan bobot badan harian anak akan meningkatkan bobot sapih. Hasil estimasi persamaan (2) dengan menggunakan teknik OLS untuk pejantan St. Croix (Tabel 4) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dengan tingkat kesalahan yang berbeda-beda dari peubahpeubah eksogen terhadap peubah endogen. Tanda koefisien estimasi dari masing-masing peubah juga memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dari masing-masing model relatif cukup tinggi dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa untuk masing-masing model keragaman yang dijelaskan oleh peubah lain yang tidak termasuk dalam sistem persamaan ini relatif kecil. Hasil estimasi fungsi produksi dengan menggunakan pejantan St. Croix menunjukkan hasil yang hampir sama dengan hasil estimasi dengan menggunakan pejantan Garut (Tabel 4). Parameter-parameter biologis seperti konsumsi pakan anak (KOLAS) dan pertambahan bobot badan harian anak (PBBH) memberikan perbeclaan yang sangat nyata terhadap bobot sapih anak (P<0,01). Jenis kelamin (Sex) menunjukkan hasil yang tidak memberikan pengaruh terhadap bobot sapih anak (P>0,05) pada masing-masing tipe kelahiran. Pertambahan bobot badan harian anak juga menunjukkan hasil yang mempengaruhi terhadap bobot badan anak sampai dengan urnur 90 hari secara nyata (P<_0,0I ). Penelitian sebelumnya oleh SABRANI et al. (1982) dan yang disajikan oleh SOEDJANA et al. (1990) menya- n=8 R Z = 0,97 n=32 RZ = 0,98 n=20 R Z = 0,96 Uji F= 1743'"' Uji F = 1949" * F = 1344"* Keterangan KOLAS = konsumsi pakan PBBH = pertambahan bobot badan harian = galat baku TKL = tips kelahiran P!5 0,01 US fdak nyata

A, ru:n PRIYAMI 1 t"t u/. : l'rnltrrl. itutnn Gen l"ecj F duhdn l4"ngembungan 11suba 'frrnuk l)otnlm unluk 7itjuan Kotnersial TAW 4. Hasil estimasi teknik OLS dengan pejantan St. Croix Icrhadap ripe kelahinul Pcubah TKL I,rKL 2 TKL >_ 3 Koefisien c-sllnlasi Koefisicn esllnlml Koefisien estimasi Konstan -0,(1176"" 11,078 0,183 0,08 0,043.` 0,015 KONS 535". II,85a 3,438*** 11,17 4,135... 0,294 Sex -0,156 "' 11,275 11,(11(1"' 0,02-0,016'" 0,005 PBBH 11,232* 11,11X1 5,1173 *** 11,21 4,36.5 *** 0,494 n = 12 RZ = 1),98 Uji F = 200H Hubungan penerimaan clan pengeluaran merupakan suatu hubungan antara keluaran yang dihasilkan clan suatu parameter faktor produksi. Sifat hubungan antara satu penerimaan clan pengeluaran ini bisa tetap, meningkatkan atau menurunkan produktivitas madinal. Fungsi keuntungan dari model persamaan (I) diperoleh dari hasil estimasi input clan output yang mempengaruhi fungsi produksi. Analisis marjin kotor atas biaya tidak tetap secara keseluruhan clan per induk per tahun digunakan dalam estimasi perhitungan fungsi keuntungan. Harga penjualan anak sebagai komponen output dihitung berdasarkan per kg bobot hidup temak yang berlaku di pasaran saat ini, yaitu Rp.4.000,, sedangkan hargaharga di dalam komponen input seperti rumput, konsentrat, obat-obatan clan tenaga kerja yang dipergunakan di dalam perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 5. Di dalam menghitung keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha petemakan, maka perlu dilihat faktorfaktor yang mempengaruhi pertambahan pada suatu fungsi produksi. Model fungsi keuntungan pada persamaan (1) menunjukkan bahwa bobot baclan anak samn := 34 n = 5 R' - 0,98 R2 = 0,88 llji I " = 221P1... Uji F = 2720 Ketcrangan KONS = konsumsi pakan P :5 0.(15 PBBH = pertambahan bobot badan harian I' <_ (),()I = gala( baku oc lidak nyala TKL = tipe kelahiran takan bahwa bobot sapih, rataan pertambahan bobot badan harian clan periode hari pemberian pakan mcrnpunyai pengaruh terhadap fungsi produksi y yang merupakan bobot badan pada akhir masa pemberian pakan. Oleh karena itu, parameter-parameter biologis temak ini akan memberikan pengaruhnya terhadap estimasi perhitungan fungsi keuntungan. Fungsi keuntungan pai dengan umur 3 bulan, qll, dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam fungsi produksi, yaitu konsumsi pakan, jenis kelamin clan pertambahan bobot badan harian. Tahel 5. Karaklerislik 1)aflar harga komponen input usaha petemakan domba Harga (Rp/unit) 1. Kandang 15.000; /ekor 2. Runlput 20; /kg 3. Konsentrat 300; /kg 4.Ohat-ohatan 10; /ekor 5. Tenaga kerja 4.600; /hari/50ekor Beberapa asumsi yang dipakai untuk perhitungan ini adalah bahwa pejantan temak domba dipakai atau berada di dalam kelompok tersebut selama 2 minggu. Peri ode pemeliharaan yang digunakan dalam perhitungan adalah selama 8 bulan, terdiri dari periode induk bunting clan periode beranak sampai dengan penyapihan. Perhitungan estimasi keuntungan ini berdasarkan per individu temak. Dengan mengacu pada kinerja produktivitas induk clan anak ternak domba clan beberapa asumsi yang digunakan, maka estimasi marlin kotor atas biaya tidak tetap berdasarkan jenis penggunaan pejantan clan tipe kelahintn dapat dilihat masing-masing pada Tabel 6 clan 7. Analisis marlin kotor merupakan suatu teknik yang dapat digunakan dalam menentukan kelayakan teknis atau keuntungan ekonomis dari berbagai rencana usaha.

Jurnal 1lmu Ternak dan Veteriner Vol. 2 No. 1 Th. 1996 Hasil perhitungan analisis marlin kotor atas biaya tidak tetap pada usaha Tmak domba dengan menggunakan pejantan Garut dapat dilihat pada Tabel 6. Esdmasi perhitungan keuntungan menunjukkan bahwa pada usaha dengan tipe kelahiran kembar dua dapat memberikan hasil yang layak. Pada tipe kelahiran tunggal dan di atas dua ekor, marjin kotor per induk per periode menunjukkan angka yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan tipe kelahiran kembar dua, sedangkan pada tipe kelahiran kembar dua, nisbah B/C yang dicapai adalah sebesar 1,13, yang berarti bahwa penambahan biaya input produksi sebesar Rp.l,- akan meningkatkan jumlah penerimaan sebesar 1,13%. Pada tipe kelahiran di atas dua ekor, titik impas produksi yang dicapai minimal harus sebanyak 447 kg atau dengan titik impas harga sebesar Rp.3.421,- per kg bobot hidup temak domba. Hasil perhitungan estimasi marjin kotor atas biaya tidak tetap fungsi produksi dengan menggunakan pejantan Garut menunjukkan bahwa sampai dengan masa bobot sapih, maka usaha dengan tipe kelahiran tunggal dan lebih dari dua ekor memberikan hasil yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan tipe kelahiran kembar dua. Usaha temak domba dengan tipe kelahiran kembar menunjukkan estimasi keuntungan yang paling besar, sedangkan hal tersebut pada tipe kelahiran di atas dua ekor memberikan keuntungan yang relatif paling kecil dibandingkan dengan hal tersebut pada tipe kelahiran kembar dan tunggal. Tabel 6. 1?stimasi margin kotor usaha petemakan domba untuk pejantan Garut (Rp.000) Karakteristik TKL 1 TKL 2 TKL 2:3 I. Modal awal: I. Kandang 135 255 150 2. Bibit: - Jantan 100 100 100 - Betina 608 1.216 684 IV. Total modal awal 843 1.571 934 II. Biaya tetap : l. Penyusutan 18 34 20 Total biaya tetap 726 1.350 804 111. Biaya tidak tetap : 1. Pakan 608,03 1.224,60 730,43 2. Obat-obatan 21,60 40,80 24,00 3. Tenaga keda 198,72 375,36 220,80 4. Alat 10,00 15,00 10,00 Total biaya tidak tetap 838,35 1.655,76 985,23 Output: 1. 1ual jantan atkir 100 100 100 2. Jual betina afkir 1.042,56 1.934,08 987,84 3. Jual anak 475,28 1.360,80 752,08 Total output 1.617,84 3.394,88 1.839.92 V. Margin kotor 53,48 389,12 50,69 VI. Margin kotor/induk/ periode 6,685 24,319 5,632 V11. Nisbah B/C 1,03 1,13 1,03 VIII. Titik Impas - Harga (Rp/kg) 3,714 3,328 3,421 - Produksi (kg) 391,09 751,44 447,31

ATwN PRIYANTI el al. : l'enurnlaalan Gen Flit :/F dalam Pengrinbangan 1Jsa/ni 7ernak Uamlm untuk 7ajuan Komensial Hasil perhitungan analisis marjin kotor atas biaya tidak tetap pada usaha ternak domba dengan menggunakan pejantan St. Croix dapat dilihat pada Tabel 7. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh pada tipe kelahiran kembar memberikan hasil yang relatif lebih besar dibandingkan dengan menggunakan pejantan Garut. Pada tipe kelahiran lebih dari dua ekor dengan menggunakan pejantan St. Croix, usaha ini justru tidak memberikan keuntungan, scinentara pada tipe kelahiran tunggal memberikan keuntungan yang relatif sangat kecil per induk ternak. Nisbah B/C yang dicapai pada tipe kelahiran kembar adalah sebesar 1, 13, yang berarti bahwa penambahan biaya input produksi sebesar Rp.l,- akan meningkatkan jumlah penerimaan sebesar 1,13%. Pada tipe kelahiran tunggal, usaha ini baru mencapai titik impas produksi apabila total pen- jualan adalah sebanyak 661,92 kg atau setara dengan 8 ekor induk ternak domba dengan rataan bobot badan sebesar 30 kg dan 26 ekor anak dengan rataan bobot sapih sebesar 16 kg. Usaha pada tipe kelahiran tunggal baru dapat mencapai titik impas harga apabila harga per kg bobot hidup ternak domba yang berlaku dipasaran adalah sebesar Rp.3.910,-, sedangkan hal tersebut pada tipe kelahiran kembar dua, diperlukan 8 ekor induk dan 58 ekor anak dengan rataan bobot sapih sebesar 12 kg. Titik impas harga pada tipe kelahiran kembar dua ini dicapai apabila harga per kg bobot hidup ternak domba yang sedang berlaku di pasaran adalah Rp.3.829,-. Hasil perhitungan estimasi marjin kotor atas biaya tidak tetap fungsi produksi dengan menggunakan pejantan St. Croix menunjukkan bahwa usaha ternak domba dengan tipe kelahiran di atas dua ekor memberikan hasil Tabel 7. Estimasi margin kotor usaha petemakan domba untuk pejantan St. Croix (Rp.000) Karaktcristik TKI. I TKI. 2 TKL 2 3 1. M(xlal awal : 1. Kandang 195 285 75 2. Bibit : - Jantan 500 500 500 - Betina 912 1.368 304 Total modal awal 1.607 2.153 879 II. Biaya tetap : l. Penyusutan 26 38 10 Total biaya tetap 1.438 1.906 814 111. Biaya tidak tetap : 1. Pakan 881,46 1.432,54 410,72 2. Obat-obatan 31,20 45,60 12,00 3. Tenaga kerja 287,04 419,52 110,40 4. Alai 10,00 15,00 10,00 IV. Output: I. Jual jantan alkir 500 500 500 2. Jual betina atkir 1.494,72 2.162,16 517,92 3. Jual anak 764,52 1.647,56 242,52 Total output 2.759,24 4309,72 1.260.44 V. Margin kotor 1 11,54 491,06-96,67 VI. Total biaya tidak tetap 1.209,70 1.912,66 543,12 Margin kotor/induk/ periode 9,295 30,691-24,17 V11. Nisbah B/C 1,(14 1,13 0,93 VIII. Titik Impas - Harga (Rp/kg) 3,910 3,829 5,774 -Produksi (kg) 661,92 954,66 339,28

Jurnal llmu Ternak dan Veteriner Vol. 2 No. 1 Th. 1996 keuntungan yang merugi. Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya laju kernatian prasapih pads kelompok temak ini dibandingkan dengan kelompok induk yang beranak tunggal dan kembar dua. Pads tipe kelahiran kembar dua menunjukkan hasil keuntungan yang relatif lebi~ besar dibandingkan dengan usaha temak domba dengan menggunakan pejantan Garut. Untuk lebih jelasnya, estimasi marjin kotor dari masing-masing tipe pejantan dengan tipe kelahiran yang berbeda dapat dilihat pads Gambar 1. rr..rla... c!tv-tom Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar untuk pengembangan temak pada skala komersial digunakan induk-induk karier gen prolifik (FecJFFecJ+), karena ternak ini mempunyai rataan jumlah anak sekelahiran dua ekor. Ternak ini dapat berkembang biak sepanjang tahun tanpa terpengaruh oleh musim. Dengan manajemen yang baik, kematian prasapih dapat ditekan sampai di bawah 10 persen. Penggunaan pejantan St. Croix pada temak-ternak ini lebih meningkatkan lagi potensi produksinya, sehingga di samping dihasilkan jumlah ternak yang banyak juga meningkatnya bobot sapih. Dari pengamatan ini, ditinjau dari segi biologis dan ekonomis, kelompok ternak ini paling unggul. a -a ae TIP IKdaWr UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada teman-teman yang telah banyak memberi saran dan kritikan sehingga dapat meningkatkan mutu ilmiah dari penelitian ini. Kepada Ir. Eko Handiwirawan yang banyak membantu dalam pengumpulan data, dan Sdr. Rafael Situmorang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelidan ini disampaikan pula terima kasih yang setinggi-tingginya. Gambar 1. Estimasi marjin kotor (Rplinduk/periode) KESIMPULAN DAN SARAN Dengan memperhatikan pemanfaatan gen FecJF dalam pengembangan usaha petemakan domba untuk tujuan komersial, maka secara teknis dapat diterapkan di masyarakat dengan perlakuan tertentu, dan dengan berbagai diversifikasinya cukup layak dan mempunyai peluang yang strategis untuk dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi keuntungan dari usaha petemakan domba ini dipengaruhi oleh input dan output yang terkait di dalam fungsi produksi usaha petemakan domba. Peningkatan jumlah input pada ternak-ternak karier gen FecJF dengan rataan jumlah anak sekelahiran sebanyak dua ekor, diimbangi dengan peningkatan jumlah ouput, sehingga dapat memberikan keuntungan kepada petemak sebesar Rp.30.691,50, per induk per period dengan menggunakan pejantan St. Croix dan Rp.24.319,82,- per induk per period dengan menggunakan pejantan Garut. DAFI'AR PUSTAKA AMIR. P. and H.C. KNIPSCHEER. 1989. Conducting On-Farm Animal Research: Procedures and Economic Analysis. Winrock International Institute for Agricultural Development and International Development Research Centre. Morrilton, Arkansas, USA. DICKERSON. G.E. 1970. Efficiency of animal production - Molding the biological components. J. Anim. Sci.30:849-859. DIREKTORAT JENDERAL PErFRNAKAN. 1994. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Petemakan, Departemen Pbrtanian. Jakarta. INTRILIGATOR. M.D. 1978. Econometrics Models, Techniques and Applications. Prentice-Hall, New Jersey, USA. INouNu. I., L. INIOuEz. G.E. BRADFORD. SUBANDRIYO. and B. TIESNAMURTI. 1993. Production performance of prolific Javanese ewes. Small Ruminant Research. 12 :243-257. JUDGE. J.J., R.C. Him.WE. GRIFFITHs. H. LuTxEpom, and T.C. LEE. 1988. Introduction to the Theory and Practice of Econometrics. 2nd Ed. John Wiley and Sons, Inc., New York, USA. KENNEDY. P. 1985. A Guide to Econometrics: Second Edition. Edwards Brothers, USA. RAMY. J.B. 1969. Tests for specification errors in classical linear least squares regression analysis. J. Royal Stat. Soc. (Ser.B. Pt.2):350-37 1.

A77EN PRIYANTI et al. : Pemanfaaton Gen N'ecJF dakunpengembrwgun Uxahrl Ternak Domba unluk 7ujuan Kmnerxial SADRANI. M., A. MULYADI. and AJ. DE BOER. 1982. Small ruminants on small farms in West Java, Indonesia : Preliminary results of a baseline survey of upland and lowland farting systems. Small Ruminant-Collaborative Research Support Program, Balai Penelitian Temak, Bogor, Indonesia SOEDIANA. T.D., L. lmaum and D. YUIJSTIANI. 1990. The CCOn01niC values of the production, traits of the Javanese Thin tail sheep. Resources utilization for livestock production in Malaysia. Proceedings 13th Malaysian Society for Animal Production, Annual Conference. Mallaca, Malaysia. SOEDIANA, T.D. 1993. Ekonomi pemeliharoan temak ruminansia kecil Dalaln: Produksi Kambing dot Domba di Indonesia Eds. Tomaszewska, et al. Sebelas Maret Univemity Press. Surakarta :367-401. Wttrrr KJ., S.D. WONG.D. WHIS77ER, and S.A. HAuN. 1990. Shazam Er(montetrics Cmiyluter Program User's Reference Manual. Version 6.2. McGraw-Hill Book Company, New York, USA.