PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG JANGKA PANJANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN ARTIKEL ILMIAH



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

BAB III METODE PENELITIAN. sampel adalah mengunakan teknik purposive sampling. Adapun Kriteria yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. pengaruh model fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham, dengan

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB III. berubahnya suatu variabel lain (variabel dependen). Variabel independen. dalam penelitian ini yaitu: Struktur Kepemilikan Manajerial (X 1 ),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan, tanpa pendanaan perusahaan tidak akan berjalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI...i. DAFTAR TABEL...ii BAB I PENDAHULUAN...1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh Keputusan Investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti ini mengambil topik tentang Pengaruh keputusan investasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang listed di BEI pada tahun Penelitian ini akan menganalisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, TINGKAT PERTUMBUHAN, DAN RISIKO BISNIS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode purposive sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan

OLEH: : CORRY M GULTOM NIM : DEPARTEMEN : AKUNTANSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari

SKRIPSI ANALISIS PROFITABILITAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Isyarat atau signal menurut (Brigham dan Houston, 2001 dalam Diah, 2009)

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

PENGARUH KEPUTUSAN KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BEI (Bursa Efek Indonesia) selama periode tahun 2010 sampai 2014.

BAB II LANDASAN TEORI. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil objek penelitian yaitu perusahaan manufaktur. Populasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini mengambil

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL INFORMASI KEUANGAN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB I PENDAHULUAN. keputusan, yaitu keputusan pendanaan dan keputusan investasi. Keputusan

II. LANDASAN TEORI. Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai entitas ekonomi lazimnya memiliki tujuan jangka panjang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi merupakan keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada pertumbuhan pasar saham. Menurut Husnan (2012) menyatakan bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Manajer perusahaan memiliki peran utama dan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB III DESAIN PENELITIAN

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan di Indonesia menghadapi sebuah tantangan bisnis yang lebih

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai. yang satu dengan yang lainnya. (Harjito dan Martono, 2005).

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun kuantitatif berupa laporan keuangan dan annual report yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga meningkatkan harga saham (Untung dan Hartini, 2006) dalam Sarpi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Objek pada penelitian ini adalah perusahaan food and beverage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. tahun 2009 sampai Dalam penelitian ini, pengambilan sampel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pemulihan salah satu di bidang industri manufaktur asing. Pasar modal

Transkripsi:

PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG JANGKA PANJANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi Oleh: SUKMA PERDANA 2008310542 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2012

2

PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG JANGKA PANJANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Sukma Perdana STIE Perbanas Surabaya Email : 2008310542@students.pebanas.ac.id Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya ABSTRACT This studies objectives were to analyze and examine, either simultaneously or partial effect of long term debt policy and dividend policy to firm value of food and beverage manufacturing in the Indonesian Stock Exchange (ISE). Observation samples consist of food and beverage manufacturing in Indonesian Stock Exchange for an observation period of 2005 until 2009 which amounted to 17 companies. The data were collected from the Indonesian Capital Market Directory and the Investment World that provides stock price information. Analytical methods used were inferential statistics using multiple linear regression analysis with the help of SPSS software. Normality test is used that is using the normal probability plot and the onesample Kolmogorov-Smirnov. The results of this study are (1) long-term debt policy and dividend policy of simultaneous positive and significant effect on the value of the company with the R Square of 54.7%, (2) long-term debt policy and dividend policy each have positive and significant impact on corporate value, and (3) The most dominant variable affecting the value of the company's debt policy variables (DER). This is because the debt has a policy of partial coefficient of determination (r 2 ) is the highest at 50.6%. Keywords : debt policy, dividend policy, firm value. PENDAHULUAN Perusahaan didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menjalankan kegiatan tertentu dengan tujuan mencari keuntungan yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap orang yang ada dalam perusahaan harus bisa bekerja sama dengan baik. Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana, dan pemenuhan dana tersebut dapat berasal dari sumber intern ataupun sumber ekstern. Pada umumnya perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen daripada modal luar yang hanya digunakan sebagai pelengkap apabila dana yang diperlukan kurang mencukupi. Hutang merupakan sumber pendanaan yang sangat penting bagi 1 perusahaan khususnya yang memiliki keterbatasan modal sendiri. Banyak perusahaan di Indonesia yang melakukan pinjaman kepada Bank maupun lembaga keuangan lainnya namun mengalami kesulitan dalam melunasi pinjaman, padahal nilai perusahaan merupakan faktor utama para pemilik perusahaan. Kebijakan hutang perlu di kelola karena yang terlampau tinggi dapat menurunkan nilai perusahaan. Pada konteks manajemen keuangan, perusahan dipandang sebagai sekumpulan kontrak anatara manajer perusahaan dan pemegang saham, yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Tujuan perusahaan tersebut dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen

keuangan dengan hati-hati dan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya yang nantinya berdampak terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan biasanya di tentukan oleh pergerakan harga saham, nilai hutang, serta besarnya modal sendiri. Keputusan keuangan yang harus dipertimbangkan dengan matang adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen. Pemegang saham selaku pemilik perusahaan akan memilih dewan direksi untuk membantu menjalankan usahanya. Dewan direksi kemudian mengangkat manajer untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan dimana hal ini dapat menyebabkan timbulnya hubungan keagenan. Konteks manajemen keuangan menyebutkan hubungan agen yang utama adalah; 1) antara pemegang saham (principals) dan manajer (agents), serta 2) antara pemilik perusahaan (agents) dan pemberi kredit (debtholders) atau pemegang obligasi (bondholders). Manajer selaku penerima amanah dari pemilik perusahaan seharusnya menentukan kebijakan yang dapat meningkatkan nilai kepentingan pemegang saham yaitu memaksimumkan harga saham perusahaan. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Kewenangan yang dimiliki manajer menyebabkan bertindak dengan hanya menguntungkan dirinya sendiri dan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Hal ini menciptakan konflik potensial atas kepentingan masing-masing pihak yang disebut teori keagenan (agency theory). Penyebab konflik lainnya antara manajer dengan pemegang saham 2 diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan (1) aktivitas pencarian dana (financing decision) dan (2) pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana diperoleh tersebut diinvestasikan. Hal ini tercermin dalam perbedaan pendapat antara manajer dengan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan yang menuntut manajemen untuk lebih efektif dan efisien dalam mengelola perusahaan agar perusahaan mengalami pertumbuhan yang meningkat. Konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat menyejajarkan kepentingan - kepentingan tersebut. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan guna meminimumkan konflik keagenan tersebut antara lain: (1) pemberian kompensasi yang cukup baik berupa kompensasi minimum, kompensasi tambahan dan pemberian stock option, (2) Intervensi langsung oleh pemegang saham, (3) Ancaman dipecat atau threat of firing, dan (4) Ancaman untuk diambil alih atau threat of takeovers. Sedangkan kebijakan dividen juga perlu diperhatikan dalam mengendalikan tindakan manajer. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang (Agus, 2002;281). Pembagian dividen akan membuat pemegang saham mempunyai tambahan return selain dari capital gain. Dividen juga membuat pemegang saham mempunyai kepastian pendapatan dan mengurangi agency cost of equity karena tindakan perquisites yang dilakukan manajemen terhadap cash flow perusahaan

seiring dengan menurunnya biaya monitoring karena pemegang saham yakin bahwa kebijakan manajemen akan menguntungkan dirinya. Selain itu perusahaan yang go-public berarti telah menjalankan proses penyaringan yang ketat melalui auditor publik dan Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) serta investor publik dari luar perusahaan akan membantu mengawasi manajer demi kepentingan pemilik saham diluar manajemen. Kebijakan dividen sampai saat ini masih merupakan teka-teki yang masih terus diperdebatkan. Perbedaan itu berkisar tentang apakah dividen dapat dikatakan sebagai good news atau bad news bagi para pemegang saham atau investor, atau dengan kata lain bahwa dapatkah dividen itu dijadikan sebagai sinyal tentang nilai perusahaan (value of firm) di masa sekarang dan masa yang akan datang. Dividen dianggap memiliki sinyal yang baik dan dapat dipercaya. Manajer perusahaan menggunakan dividen sebagai salah satu sarana untuk menginformasikan kepada pasar mengenai prospek masa depan perusahaan. Harapan investor mengenai prospek masa depan perusahaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Harapan investor ini tergantung pada informasi yang mereka peroleh mengenai perusahaan tersebut. Hal ini berdasarkan bahwa investor akan menganggap dividen sebagai sinyal yang bagus jika perusahaan memiliki kebijakan meningkatkan dividennya. Sebaliknya, investor akan menganggap dividen sabagai sinyal prospek masa depan perusahaan yang kurang cerah, jika perusahaan menurunkan dividennya. Perubahan harga saham karena pembagian dividen yang tidak stabil ini menunjukan bahwa pengumuman dividen mengandung informasi. Dari permasalahan diatas maka pada penelitian ini akan dibahas pengaruh kebijakan hutang jangka panjang dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan sampel pada perusahaan go public di Indonesia. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kebijakan hutang jangka panjang dan kebijakan dividen baik secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan? Dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh kebijakan hutang dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi investor sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi perusahaan untuk mempertimbangkan keputusan investasi dan secara umum bagi penulis dan pihak lain agar dapat memperdalam pengetahuan serta pemahaman mengenai pengaruh Kebijakan Hutang Jangka Panjang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan. KERANGKA TEORITIS YANG DIPAKAI DAN HIPOTESIS Penelitian ini didasari oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Corry Margaretha Gultom dan Firman Syarif (2009), yang membuktikan besarnya pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Dividen dan Earnings Per Share terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu 2004-2007. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan leverage memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin s Q) sedangkan kebijakan dividen dan earnings per share tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3

Konsep Dasar Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang (Agus, 2002;281). Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi total sumber dana intern atau internal financing, dan sebaliknya. Kebijakan dividen menentukan laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali perusahaan. Laba ditahan (retained earnings) merupakan salah satu sumber dana paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang saham (Weston, J.F and Copeland, 2002;125). Ada beberapa teori yang mendasari kebijakan dividen (Agus, 2002), yaitu : 1. Dividend Irrelevance Theory Pandangan ini disampaikan oleh Modligani dan Miller (MM) pada tahun 1996. MM berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak relevan, karena dividen sama sekali tidak mempengaruhi nilai perusahaan atau biaya modalnya. Nilai perusahaan tergantung pada kebijakan nilai investasi asetnya, bukan pada besarnya laba yang dibagi sebagai dividen atau besarnya laba yang tidak dibagi kepada para investor. Oleh karena itu, tidak akan pernah ada kebijakan dividen optimal karena setiap shareholder dapat menciptakan kebijakan dividennya sendiri. 2. Bird-In-The-Hand Theory Teori yang dikemukakan oleh Gordon (1959) dan Litnert (1956) ini dapat disebut dengan bird-in-the-hand. Gordon dan Litnert berpendapat bahwa pembagian dividen lebih baik daripada capital gains, karena investor memandang satu burung di tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara sehingga perusahaan semestinya menawarkan dividen yield yang lebih tinggi. 3. Tax Preference Theory Teori ini dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy pada tahun 1979. Pandangan ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai retained earnings dibandingkan dengan dividen, hal ini disebabkan karena pertimbangan pajak yang dikenakan terhadap capital gains lebih rendah. Teori ini menyarankan agar perusahaan membagikan dividen yang rendah jika ingin memaksimalkan nilai sahamnya. Para investor lebih menyukai pembagian dividen yang lebih rendah dibandingkan yang tinggi karena pajak dari capital gains maksimum pada rate 20%, sedangkan pajak dari pendapatan dividen pada rate diatas 39,6%. 4. Signaling Hypothesis Theory Teori ini menjelaskan investor melihat bahwa perusahaan yang membagikan dividen yang lebih tinggi merupakan tanda atau sinyal bahwa prospek perusahaan dimasa mendatang lebih baik. 5. Clientile Effect Theory (efek klien) Teori ini berpendapat bahwa terdapat dua kelompok (clientile) yang memiliki kepentingan yang berbeda, dimana kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai DPR yang tinggi, sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang pada saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih penjualan (Agus, 2002). 4

6. Agency Cost Theory Pendukung teori ini berpendapat bahwa dibayarkannya dividen adalah salah satu mekanisme untuk mengurangi biaya agensi, karena dividen akan mengurangi jumlah free cash flow yang mungkin akan digunakan manajer untuk kepentingan yang tidak perlu (excessive perquisities). 7. Teori Ekspektasi Teori ini menganggap bahwa semakin dekat waktu pembayaran dividen, investor akan membentuk harapanharapan mengenai berapa banyak dividen itu nantinya. Oleh karena itu, apakah pembayaran dividen akan menaikkan atau menurunkan nilai perusahaan, tergantung dari apakah perusahaan bisa memenuhi harapan investor. Konsep Dasar Kebijakan Hutang Jangka Panjang Kebijakan hutang adalah kebijakan yang dilakukan perusahaan untuk menandai operasinya dengan menggunakan hutang keuangan atau yang biasa disebut financial leverage. Hutang jangka panjang adalah kewajiban kepada pihak tertentu yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu perioda akuntansi (1 tahun) dihitung dari tanggal pembuatan neraca per 31 Desember (Sri dan Dewi, 2009). Hutang keuangan ini dilakukan dengan tujuan untuk membiayai aktivitas-aktivitas perusahaan baik dalam pengoperasian perusahaan maupun untuk investasi. Menurut Agus (2002;263) menyatakan bahwa hutang adalah semua kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Jadi nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih tinggi daripada yang menggunakan ekuitas. Nilai perusahaan akan meningkat dikarenakan perusahaan mendapatkan penghematan pajak yang didapat dari bunga hutang yang tidak kena pajak (tax shield). Pengurangan dari bunga hutang tidak kena pajak tersebut akan menyebabkan perusahaan mempunyai arus kas lebih besar kepada investor perusahaan, sebaliknya jika perusahaan menerbitkan saham untuk pendanaan, maka perusahaan tidak mendapatkan keuntungan pengurangan pajak. Kebijakan hutang dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan debt to equity ratio (Brigham dan Enhrhardt, 2005;450) yang didapat dari membagi total hutang perusahaan dengan total ekuitasnya (modal awal), yaitu: Debt to Equity Ratio = Total debt Total equity Debt ratio juga mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditur. Kreditur lebih menyukai rasio hutang yang rendah karena semakin rendah debt ratio maka kerugian kreditur semakin kecil jika terjadi likuidasi. Namun rasio hutang yang terlampau tinggi juga akan meningkatkan risiko gagal bayar yang dapat menurunkan nilai perusahaan. Konsep Dasar Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham, 1996). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset. 5

Menurut Fama (1978) dalam Untung dan Hartini (2006), nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai asset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat. Indikator-indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah: 1. PER (Price Earning Ratio) PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham. (Mohammad, 2001 dalam Untung dan Hartini, 2006). Rumus yang digunakan adalah: PER = Harga Pasar Saham Laba per Lembar Saham Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah tingkat pertumbuhan laba, Dividend Payout Ratio, tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal. 2. PBV (Price Book Value) Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 2005;455). Rumus yang digunakan adalah : PBV = Harga Pasar per Lembar Saham Nilai Buku per Lembar Saham 6 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham, sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (signaling theory). Menurut Modligani dan Miller menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan, berarti bahwa tidak ada kebijakan dividen yang optimal karena kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan ataupun biaya modal. Intan dan Akram (2007) membuktikan bahwa kebijakan dividen juga memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Kenaikan pembayaran dividen dapat dilihat sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek atau masa depan yang cerah, demikian sebaliknya, apabila pembayaran dividen turun atau ditiadakan sama sekali, maka hal ini akan dipandang sebagai prospek perusahaan yang buruk. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat memperhatikan tentang kebijakan dividennya, sebab investor akan menilai lebih kepada perusahaan yang melakukan pembayaran dividen dengan tepat dan teratur. Hasnawati (2005) dalam Untung dan Hartini (2006) yang menemukan bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen secara langsung mempengaruhi nilai perusahaan dan secara tidak langsung keputusan investasi mempengaruhi nilai perusahaan melalui kebijakan dividen dan keputusan pendanaan. Sedangkan Corry dan Firman (2009) membuktikan bahwa kebijakan dividen dan earnings per share tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, hal ini sesuai dengan pendapat dari teori irrelevansi dividen (Irrelevance Theory) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan ataupun nilai perusahaan. Pengaruh Kebijakan Hutang Jangka Panjang Terhadap Nilai Perusahaan Hutang digunakan untuk membantu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar (Brigham, 2005). Nilai perusahaan yang menggunakan hutang nilainya lebih besar daripada nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Menurut Brigham dan Houston (2009) menyatakan bahwa penggunaan hutang yang besar akan meningkatkan risiko bisnis perusahaan para pemegang sahamnya. Dan akan menyebabkan terjadinya risiko kegagalan pembayaran hutang, sehingga penggunaan hutang dapat menurunkan nilai perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2009), penggunaan hutang juga dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Perusahaan dengan penggunaan tingkat hutang yang lebih tinggi akan dapat meningkatkan laba per lembar sahamnya yang akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan yang berarti meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, penggunaan hutang yang terlampau tinggi juga akan meningkatkan risiko perusahaan, dimana biaya ekuitas akan meningkat yang selanjutnya akan menurunkan harga saham, yang berarti menurunkan nilai perusahaan. Dengan demikian peningkatan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan, namun pada titik tertentu akan menurunkan nilai perusahaan. Bila ada pajak penghasilan perusahaan, kebijakan berhutang akan menaikan nilai perusahaan karena beban bunga hutang dapat mengurangi pajak yang dibayarkan. Hutang juga dapat digunakan untuk mengendalikan penggunakan free cash flow secara berlebihan oleh pihak manajemen, sehingga mengurangi investasi yang sia-sia, dengan demikian akan meningkatkan nilai perusahaan. Pada komposisi tertentu, hutang akan meningkatkan produktivitas perusahaan yang secara otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi jika komposisi itu menjadi berlebihan maka yang terjadi adalah penurunan nilai perusahaan. Bahkan jika jumlah hutang jangka panjang sama dengan jumlah ekuitas, maka dapat dipastikan perusahaan mengalami defisit. Oleh karena itu, manajemen harus berhati-hati dalam menentukan kebijakan hutangnya agar bisa menaikan nilai perusahaan. Yang harus diperhatikan juga dalam pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa. Jika hal ini sampai terjadi, maka harga saham akan menurun dan nilai perusahaan pun menurun. Atau dengan kata lain, peningkatan jumlah hutang akan menurunkan jumlah pembagian deviden sehingga nilai perusahaan akan turun. Berdasarkan uraian dari perumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu dan berdasarkan teori yang digunakan, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut : 7

H 1 : Kebijakan hutang jangka panjang dan kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go public. H 2 : Pengaruh kebijakan hutang jangka panjang terhadap nilai perusahaan. H 3 : Kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. H 4 : Kebijakan hutang jangka panjang dan kebijakan dividen yang paling dominan dalam mempengaruhi nilai perusahaan. Gambar 1 Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang berarti bahwa penelitian hanya menjelaskan masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi (Indriarto dan Supomo, 2006;26). Kebijakan Hutang Jangka Panjang Kebijakan Dividen Nilai Perusahaan Sumber : Dilakukan oleh peneliti Jika dilihat dari sumber datanya penelitian ini termasuk penelitian sekunder karena data yang digunakan dalam penelitian ini sudah tersedia. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data laporan keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), Indonesia Capital Market Directory (ICMD), www.idx.co.id dan www.duniainvestasi.com. Dengan metode penelitian yang digunakan adalah purposive judgement sampling. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen 1. Variabel terikat atau variabel dependen (Y), yaitu Nilai Perusahaan. 2. Variabel bebas atau variabel independen (X), yaitu Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini hal-hal yang perlu didefinisikan dan diamati atau diobservasi adalah pengaruh kebijakan hutang jangka panjang dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan go public di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah sebagai berikut : Kebijakan Hutang Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan, (Kieso et al, 2006). Selain itu kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan, ( Riyanto, 1997). Hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. 8

Tingkat penggunaan hutang dari suatu perusahaan dapat ditunjukkan oleh salah satunya menggunakan rasio hutang terhadap ekuitas (DER), yaitu rasio jumlah hutang terhadap jumlah modal sendiri (modal awal). DER = Total hutang atau kewajiban Total Modal Sendiri Kebijakan Dividen Warsono (2003) dalam Intan dan Akram (2007) menyatakan bahwa dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Menurut Arifin (2005) dalam Intan dan Akram (2007), kebijakan dividen sesungguhnya merupakan keputusan, antara lain keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen dalam penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio. DPR = Dividen per lembar saham Laba per lembar saham (LPS) Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal ini juga menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha and Taswan, 2002). PBV = Harga Pasar per Lembar Saham Nilai Buku per Lembar Saham Nilai Buku (Book Value/BV) adalah rasio harga yang dihitung dengan membagi total aset bersih (Aset - Hutang) dengan total saham yang beredar. BV (Book Value) = Total Ekuitas Jumlah Saham Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, populasinya yaitu perusahaan - perusahaan manufaktur Food and Beverage yang telah go public yang terdaftar di BEI periode 2005 2009. Data data yang dibutuhkan dapat diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Sedangkan Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling, dengan jenis metode judgement sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (Cooper & Schindler, 2006). Adapun kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah : (a) Jenis perusahaan adalah perusahaan manufaktur Food and Beverage, (b) Perusahaan tersebut menampilkan laporan keuangan selama 5 tahun berturut-turut di BEI, dan (c) Mempunyai data keuangan yang lengkap da n telah diaudit pada periode 2005 2009. Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penulisan ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut : Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan tidak secara langsung dari responden yang berkaitan dengan variabel yang digunakan untuk tujuan spesifik studi. (Indriarto dan Supomo, 2006;147). Data yang digunakan merupakan laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur Food and Beverage yang telah go public selama periode 2005-2009. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, karena penelitian ini menggunakan laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan yang diambil dari 9

Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), www.idx.co.id dan www.duniainvestasi.com Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesis didalam mengolah data, langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan mengolah data yang diperoleh dari penelitian. Untuk membuktikan pengaruh kebijakan hutang dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, maka dapat dilakukan uji statistik, yaitu: Menentukan nilai variabel-variabel yang akan dikaji, yaitu kebijakan hutang, kebijakan dividen, dan nilai perusahaan. Melakukan analisis secara deskriptif, yaitu menjelaskan tentang variabel-variabel yang digunakan yaitu kebijakan hutang, kebijakan dividen, dan nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan manufaktur Food and Beverage yang go public periode 2005 sampai dengan 2009. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi dihasilkan dengan cara memasukkan input data variabel kedalam fungsi regresi. Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantungnya. Adapun model dari analisis tersebut adalah sebagai berikut: Y = βo + β 1.X 1 + β 2.X 2 + e Dimana : Y = Nilai perusahaan βo = Konstanta β 1, β 2 = Koefisien regresi variabel i X 1 = DER (Kebijakan hutang) X 2 = DPR (kebijakan dividen) e = Error Berdasarkan model yang berbentuk maka akan dapat diketahui apakah semua variabel bebas secara serempak mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap nilai perusahaan, sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis pertama 10 penelitian ini diterima atau ditolak. Untuk itu maka dilakukan uji terhadap model persamaan diatas, antara lain: A. Uji Serempak (Uji F) Pada tahap ini akan dilakukan pengujian terhadap semua variabel bebas, yaitu kebijakan hutang dan kebijakan dividen, secara serempak terhadap nilai perusahaan. Langkah langkah pengujian adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan hipotesa, yaitu : Ho : β 1 = β 2 = 0 ; Artinya kebijakan hutang dan kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. H 1 : β 1 β 2 0 ; Artinya salah satu dari kebijakan hutang atau kebijakan dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Menentukan tingkat signifikansi (α = 0,01) 3. Menghitung besarnya F hitung F hitung = R 2 / (k-1) (1-R 2 ) / (N-k) Dimana : N = Jumlah anggota sampel R 2 = Koefisien determinan k = Jumlah variabel independen 4. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho Jika probabilitas 0,01 maka Ho diterima dan H 1 ditolak, artinya bahwa variabel kebijakan hutang dan kebijakan dividen secara serempak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Jika probabilitas < 0,01 maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa variabel kebijakan hutang dan kebijakan dividen secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. B. Melakukan uji parsial (uji t) Pada tahapan ini, dilakukan uji terhadap pengaruh masing-masing variabel bebas

untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas yang ada, secara individu memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikatnya. Langkah langkah pengujian adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan hipotesa, yaitu : Ho : βi = 0 ; berarti variabel kebijakan hutang dan kebijakan dividen secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. H 1 : βi 0 ; berarti variabel kebijakan hutang dan kebijakan dividen secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Menentukan tingkat signifikansi (α = 0,01) 3. Menentukan nilai dari t hitung t = (Rata-rata sample pertama rata-rata sample kedua) : standar error perbedaan rata-rata kedua sample 4. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho Jika α 0,01 maka Ho diterima dan H 1 ditolak, artinya bahwa variabel kebijakan hutang dan kebijakan dividen secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Jika α < 0,01 maka Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya bahwa variabel kebijakan hutang dan kebijakan dividen secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresiberganda yang dihasilkan memiliki nilai sisa hasil pendugaan (residual) yang merupakan distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogrov-Smirnov dan normal probability plot. Uji Kolmogrov-Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis: Ho : Residual terdistribusi secara normal H A : Residual tidak terdistribusi secara normal 11 Sementara jika yang dipakai normal probability plot maka dikatakan normal jika plot dari nilai residual semakin mendekati garis diagonal. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian. Pada sub bab ini akan dijelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standart deviasi pada masing-masing variabel penelitian, yaitu: variabel independen (X) yang digunakan adalah variabel DER (Debt to Equity Ratio atau Kebijakan Hutang) dan DPR (Dividend Payout Ratio atau Kebijakan Dividen). Sedangkan variabel dependen (Y) yang digunakan adalah variabel PBV (Price Book Value atau Nilai Perusahaan). Analisa terhadap penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio perbandingan antara jumlah hutang yang dimiliki perusahaan dengan jumlah ekuitas perusahaan. Berdasarkan olah data melalui SPSS diketahui bahwa selama periode pengamatan 2005-2009, dari 17 perusahaan nilai rata-rata tertinggi DER terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 49,61% dan nilai terendah pada tahun 2009 yaitu sebesar 1,97%. Secara umum diketahui pula rata-rata DER dari 17 perusahaan sampel pada tahun 2005-2009 adalah sebesar 12,41%. Perusahaan yang memiliki nilai DER terbesar selama periode pengamatan 2005-2009 adalah PT. Pioneerindo Gourment International Tbk yaitu sebesar 827,9% terjadi di tahun 2006. Hal ini berarti perusahaan tersebut memiliki kemampuan paling besar dalam menyediakan modal minimum. Sementara perusahaan dengan nilai DER terendah adalah PT. Akasha Wira International Tbk

yaitu sebesar -3,39% dan terjadi di tahun 2005. Hal ini berarti PT. Akasha Wira International Tbk memiliki kemampuan paling kecil dalam menyediakan modal minimum. Secara umum standart deviasi nilai DER 17 perusahaan sampel di tahun 2005 hingga 2009 cukup besar, terutama yang terjadi di tahun 2006 dimana standart deviasinya mencapai nilai 200,56. Hal ini menandakan pada 5 tahun tersebut kebijakan hutang yang dilakukan oleh perusahaan sampel sangat beragam dalam arti terdapat perusahaan yang tingkat kebijakan hutangnya sangat kecil dan terdapat juga yang tingkat hutangnya sangat besar. Akan tetap hal tersebut mulai menurun di tahun 2008 dan 2009 dimana tingkat kebijakan deviden 17 perusahaan sampel cukup merata yang ditandai dengan nilai standart deviasi yang kecil. Dividend Payout Ratio (DPR) Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan perbandingan antara dividen yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham dengan laba bersih setelah pajak yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan olah data melalui SPSS diketahui bahwa selama periode pengamatan 2005-2009, dari 17 perusahaan nilai rata-rata tertinggi DPR terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 27,75% dan nilai terendah pada tahun 2005 yaitu sebesar 2,57%. Secara umum diketahui pula rata-rata DPR dari 17 perusahaan sampel pada tahun 2005-2009 adalah sebesar 16,79%. Perusahaan yang memiliki nilai DPR terbesar selama periode pengamatan adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu sebesar 142,17% yang terjadi di tahun 2008. Sementara perusahaan dengan nilai DPR terendah adalah PT. Akasha Wira International Tbk, PT. Cahaya Kalbar, PT. Davomas Abadi Tbk, PT. Pioneerindo Gourment International Tbk, PT. Prashidha Aneka Niaga, PT. Sekar laut Tbk, dan PT. Siantar Top Tbk yaitu sebesar 0,00%. Secara umum standart deviasi nilai DPR 17 perusahaan sampel di tahun 2005 hingga 2009 sangat besar. Hal ini menandakan pada periode tahun tersebut kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan sampel sangat beragam dalam arti terdapat perusahaan yang tingkat kebijakan dividen tidak ada dan terdapat juga yang tingkat kebijakan dividennya sangat besar. Price To Book Value (PBV) Price To Book Value (PBV) merupakan perbandingan antara harga pasar saham perusahaan dengan nilai buku per lembar saham perusahaan. Berdasarkan olah data melalui SPSS diketahui bahwa selama periode pengamatan 2006-2010, dari 17 perusahaan nilai rata-rata tertinggi PBV terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 62,31% dan nilai terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 2,49%. Secara umum diketahui pula rata-rata PBV dari 17 perusahaan sampel pada tahun 2006-2010 adalah sebesar 15,97%. Perusahaan yang memiliki nilai PBV terbesar selama periode pengamatan adalah PT. Pioneerindo Gourment International Tbk yaitu sebesar 1025,64% dan terjadi di tahun 2006. Sementara perusahaan dengan nilai PBV terendah adalah PT. Akasha Wira International Tbk yaitu sebesar -0,77%. Secara umum standart deviasi nilai PBV 17 perusahaan sampel di tahun 2006 hingga 2010 yang tertinggi pada tahun 2006, yaitu sebesar 248,25% dan terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 3,69%. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh Kebijakan Hutang Jangka Panjang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 12

18.0 for windows. Berikut ini adalah tahapan pengujian hipotesis. Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh dua variabel, yaitu kebijakan hutang (DER) dan kebijakan dividen (DPR) terhadap nilai perusahaan (PBV) manufaktur Food And Beverage yang telah go public yang terdaftar di BEI selama periode penelitian tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Pendugaan model regresi liner berganda menggunakan data hasil reduksi outlier sejumlah 79 observasi dari data awal sejumlah 85 observasi yang merupakan data dari 17 perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode penelitian tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Tingkat kesalahan yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah sebesar 1% untuk lebih memberikan tingkat kepercayaan yang lebih besar dalam pembuktian pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas DER dan DPR dalam mempengaruhi nilai PBV. Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS 18.0. Deteksi Outlier Proses pendeteksian data outlier dilakukan dengan metode Z Score yaitu melakukan proses standartisasi pada tiap data penelitian. Kriteria yang dipergunakan adalah jika nilai standardized melebihi kriteria -3 sampai dengan +3 maka observasi tersebut dideteksi sebagai data outlier karena observasi yang digunakan sudah lebih besar dari 80 sampel. Hasil dari deteksi outlier ditemukan 6 observasi yang merupakan data outlier yaitu observasi ke 25, 43, 44, 46, 47 dan 79. Analisis Model Berikut ini adalah hasil analisis regresi kebijakan hutang (DER) dan kebijakan dividen (DPR) dalam memprediksi nilai perusahaan (PBV) manufaktur Food And Beverage yang telah go public yang terdaftar di BEI selama periode penelitian tahun 2005 sampai dengan tahun 2009: 13 Model persamaan regresi yang dihasilkan adalah : Y = 1,488 + 0,264 DER + 4,291 DPR Ringkasan hasil analisis regresi pada model persamaan regresi di atas diuraikan sebagai berikut : a. Konstanta (βo) = 1,488 Nilai konstanta (βo) adalah sebesar 1,488, artinya jika semua variabel bebas = 0, maka nilai perusahaan adalah naik sebesar 1,488. b. Koefisien regresi (β 1 ) Nilai koefisien regresi variabel kebijakan hutang (DER) adalah sebesar 0,264, artinya jika kebijakan hutang (DER) berubah satu satuan, maka akan mengakibatkan nilai perusahaan meningkat sebesar 0,264 satuan dengan asumsi variabel kebijakan dividen (DPR) konstan/tidak berubah. Tanda positif menunjukkan hubungan yang searah antara kebijakan hutang (DER) dan nilai perusahaan, yang berarti apabila kebijakan hutang (DER) semakin besar maka tingkat nilai perusahaan akan meningkat sebesar 0,264. Nilai koefisien regresi variabel kebijakan dividen (DPR) adalah sebesar 4,291, artinya jika kebijakan dividen (DPR) berubah satu satuan, maka akan mengakibatkan nilai perusahaan meningkat sebesar 4,291 satuan dengan asumsi variabel kebijakan hutang (DER) konstan/tidak berubah. Tanda positif menunjukkan hubungan yang searah antara kebijakan dividen (DPR) dan nilai perusahaan, yang berarti apabila kebijakan dividen (DPR) semakin besar maka tingkat nilai perusahaan akan meningkat sebesar 4,291. c. Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R 2 ) sebesar 0,547 yang memiliki arti bahwa

persentase pengaruh dari variabel kebijakan hutang (DER) dan kebijakan dividen (DPR) terhadap nilai perusahaan (PBV) manufaktur Food And Beverage yang telah go public yang terdaftar di BEI selama periode penelitian tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah sebesar 54,7% dan sisanya 45,3% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti. d. Koefisien Korelasi Koefisien korelasi (R) sebesar 0,737 menunjukkan bahwa hubungan kebijakan hutang (DER) dan kebijakan dividen (DPR) terhadap nilai perusahaan (PBV) manufaktur Food And Beverage yang telah go public yang terdaftar di BEI selama periode penelitian tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah kuat karena nilainya mendekati nilai 1. e. Pembuktian Hipotesis Uji F (Uji Serempak) Berdasarkan nilai statistik hasil analisis regresi linier berganda, dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 45,855 dengan nilai signifikansi 0,000. Oleh karena itu maka diputuskan untuk menolak hipotesis nol karena nilai p value dari F hitung lebih kecil dari 0,01. Dengan demikian hipotesis penelitian diterima, yang berarti bahwa variabel kebijakan hutang (DER) dan kebijakan dividen (DPR) secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) manufaktur Food And Beverage yang telah go public yang terdaftar di BEI selama periode penelitian tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Uji t (Uji Parsial) Berdasarkan hasil pada tabel uji t diketahui bahwa untuk variabel DER menghasilkan nilai t hitung sebesar 8,824 dengan nilai signifikansi 0,000. 14 Dari hasil tersebut dikarenakan nilai signifikansi t hitung sebesar 0,000 ternyata lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,01 maka diputuskan untuk menolak H 0 dan menerima H 1. Dengan demikian disimpulkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh signifikan terhadap Price Book Value. Pengaruh yang diberikan DER terhadap PBV adalah bersifat positif yang berarti bahwa jika kebijakan hutang yang dilakukan oleh sebuah perusahaan meningkat maka hal tersebut akan memberikan peningkatan yang besar pada nilai Price Book Value di perusahaan yang bersangkutan. Sementara itu untuk variabel DPR dari hasil uji t menghasilkan nilai t hitung sebesar 3,937 dengan nilai signifikansi 0,000. Dari hasil tersebut dikarenakan nilai signifikansi t hitung sebesar 0,000 yang ternyata lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,01 maka diputuskan untuk menolak H 0 dan menerima H 1. Dengan demikian disimpulkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap Price Book Value. Pengaruh yang diberikan DPR terhadap PBV adalah bersifat positif yang berarti bahwa jika kebijakan dividen yang dilakukan oleh sebuah perusahaan meningkat maka hal tersebut akan memberikan peningkatan yang besar pula pada nilai Price Book Value di perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengetahui variabel mana yang lebih kuat pengaruhnya terhadap PBV di perusahaan Food and Beverage selama tahun 2005 hingga 20009 dapat diketahui dengan menghitung nilai koefisien determinasi parsial pada masing-masing variabel bebas yang digunakan di dalam penelitian ini. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa untuk variabel bebas

DER memiliki koefisien determinasi parsial sebesar 0,506 yang berarti persentase pengaruh yang diberikan oleh variabel DER terhadap perubahan PBV pada perusahaan Food and Beverage selama periode tahun 2005 hingga 2009 adalah sebesar 50,6%. Sementara untuk variabel bebas DPR memiliki koefisien determinasi parsial sebesar 0,170 yang berarti persentase pengaruh yang diberikan oleh variabel DPR terhadap perubahan PBV pada perusahaan Food and Beverage selama periode tahun 2005 hingga 2009 adalah sebesar 17%. Berdasarkan atas hal tersebut maka variabel bebas DER memiliki pengaruh yang lebih besar jika dibandingkan dengan variabel bebas DPR dalam mempengaruhi nilai PBV pada perusahaan Food and Beverage periode tahun 2005 hingga 2009. Uji Normalitas Untuk menguji kenormalan model regresi dilakukan dengan menggunakan nilai residual hasil dari model yang terbentuk. Uji normalitas pada nilai residual menggunakan pendekatan grafik yaitu normal probability dengan cara mengamati penyebaran data (titik-titik) terhadap garis diagonal. Berdasarkan hasil dari normal probability plot diketahui bahwa plot dari nilai residual model regresi masih ada yang menyebar menjauhi dari garis diagonal yang berarti sebaran data dari nilai residual dideteksi belum memiliki distribusi normal. Untuk memperkuat hasil dari uji normal probability plot digunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Dari hasil uji one sample Kolmogorov-Smirnov dimana nilai p value hasil ujinya adalah 0,024 sudah lebih besar dari tingkat signifikan α = 0,01. Maka untuk selanjutnya pendugaan model regresi yang telah terbebas dari asumsi klasik mempergunakan observasi sejumlah 79 pengamatan. 15 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Kebijakan Hutang Jangka Panjang dan kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2005 sampai dengan 2009. Berdasarkan hasil analisis baik secara deskriptif maupun secara statistik diperoleh bukti empiris yang akan dijelaskan secara rinci pada pembahasan berikut. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Kebijakan Hutang Jangka Panjang (DER) yang merupakan kebijakan yang dilakukan perusahaan untuk menandai operasinya dengan menggunakan hutang keuangan atau yang biasa disebut financial leverage (Sri dan Dewi,2009) dan Kebijakan Dividen (DPR) yang merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang (Agus, 2002;281), para investor yang menanamkan saham pada perusahaan sangat mengharapkan pembagian dividen yang tinggi. Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel nilai perusahaan (PBV) yang merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan yang menggunakan hutang nilainya lebih besar daripada nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Dari hasil uji simultan (Uji F) pada analisis regresi linier berganda, terbukti bahwa variabel kebijakan hutang (DER) dan kebijakan dividen (DPR) secara bersamasama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, hal ini ditunjukkan dengan nilai tingkat signifikansi < 0,01 yang berarti menolak Ho.

Berdasarkan nilai R Square, variabel bebas tersebut menjelaskan variasi sebesar 54,7% terhadap nilai perusahaan, dan sisanya sebesar 45,3% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel. Sedangkan dari hasil uji hipotesis kedua dan ketiga memberikan kesimpulan bahwa variabel kebijakan hutang dan kebijakan dividen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil dari uji t (uji parsial) akan dijelaskan mengenai pembahasan dari masing-masing variabel yang diteliti, yaitu: Debt to Equity Ratio (DER) Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan debt to equity ratio (DER) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taswan (2003) yang menunjukkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dividend Payout Ratio (DPR) Variabel dividen payout ratio (DPR) juga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini tidak sesuai dengan irrelevant theory yang dikemukakan oleh Modligani dan Miller (MM) yang berpendapat bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modal, namun nilai perusahaan tergantung pada kebijakan nilai investasi asetnya. Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian Intan Rahmawati dan Akram (2007) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Corry Margaretha Gultom dan Firman Syarif (2009) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan serta hasil penelitian Taswan (2003) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif dan 16 signifikan terhadap nilai perusahaan. Sesuai Bird in The Hand Theory, investor menyukai dividen karena kepastian pembayarannya, sehingga jika dividen menurun maka nilai perusahaan akan menurun pula. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Tujuan penelitian ini untuk menguji dan menganalisis pengaruh kebijakan hutang jangka panjang dan kebijakan dividen, baik secara simultan maupun secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2005-2009. Jumlah sampel awal yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 85 sampel yang kemudian di outlier sebanyak 6 observasi sehingga sampel yang digunakan menjadi 79 perusahaan periode tahun 2005 sampai dengan 2009. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 18.0 for windows. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diketahui kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran sebagai berikut: 1. Berdasarkan uji F, diperoleh hasil tingkat signifikan < 0,01 yaitu sebesar 0,000 dengan koefisien determinasi (R Square) sebesar 54,7%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel kebijakan hutang dan kebijakan dividen secara bersama-sama memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat diterima. Kebijakan hutang dan kebijakan dividen yang tinggi, akan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi sangat diharapkan oleh pemilik perusahaan.

2. Berdasarkan uji secara parsial (Uji t), diperoleh hasil bahwa variabel kebijakan hutang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian maka hipotesis yang kedua dalam penelitian ini dapat diterima. Nilai perusahaan yang menggunakan hutang nilainya lebih besar daripada nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. 3. Berdasarkan uji secara parsial (Uji t), diperoleh hasil bahwa variabel kebijakan dividen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian maka hipotesis yang ketiga dalam penelitian ini dapat diterima. Para investor yang menanamkan saham pada perusahaan, sangat mengharapkan pembagian dividen yang tinggi sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. 4. Berdasarkan nilai koefisien determinasi parsial (r 2 ) dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel bebas yang terdiri dari kebijakan hutang dan kebijakan dividen memiliki pengaruh yang dominan terhadap nilai perusahaan adalah variabel kebijakan hutang. Hal ini dikarenakan kebijakan hutang mempunyai nilai koefisien determinasi parsial (r 2 ) tertinggi yaitu sebesar 50,6%. Penggunaan hutang juga dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Perusahaan dengan penggunaan tingkat hutang yang lebih tinggi akan dapat meningkatkan laba per lembar sahamnya yang akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan yang berarti meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga nilai perusahaan yang menggunakan hutang nilainya lebih besar daripada nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa penelitian yang telah 17 dilakukan masih banyak memiliki ketebatasan dan kekurangan. Untuk itu peneliti mengharapkan agar peneliti selanjutnya dapat memperhatikan hal tersebut. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang dijadikan sampel terbatas hanya pada perusahaan manufaktur Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan periode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya pada tahun 2005 hingga 2009, sehingga menyebabkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya ada 85 perusahaan, dimana sampel tersebut kurang mewakili keseluruhan populasi perusahaan manufaktur. Dampak daripada hasil penelitian ini sulit dapat digeneralisasikan untuk menggambarkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini hanya variabel kebijakan hutang dan kebijakan dividen. Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian yang telah diperoleh terdapat kekurangan dan masih mengandung ketidaksempurnaan. Untuk itu peneliti menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang memiliki kepentingan dengan hasil penelitian ini: Bagi perusahaan hendaknya meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai hutang perusahaan dan jumlah dividen yang dibagikan. Bagi pelaku pasar, agar berhati hati dalam mengambil keputusan investasi dalam mempertimbangkan informasi informasi yang terkandung dalam pengumuman dividen meningkat dan menurun. Bagi kreditur, agar juga mempertimbangkan dahulu sebelum memberikan kredit kepada perusahaan yang membayar dividen meningkat dan menurun.

Bagi investor sebelum melakukan investasi pada suatu perusahaan hendaknya memperhatikan kebijakan hutang jangka panjang dan kebijakan dividen, karena hutang dan dividen yang tinggi mampu meningkatkan nilai sebuah perusahaan. Bagi peneliti lain yang ingin mengambil topik yang sama, maka dapat menambahkan jumlah sampel yang lebih memadai dengan menambah periodesasi penelitian atau memperluas jenis perusahaannya, dalam rangka memperkuat hasil penelitian ini dan hasil yang diperoleh dapat digeneralisasikan. Kemudian peneliti lain dapat menambah variabel lain seperti kebijakan pendanaan, risiko, insider ownership, likuiditas, profitabilitas, growth, struktur asset, dan kebijakan - kebijakan lainnya yang mempengaruhi nilai perusahaan. DAFTAR RUJUKAN Agus Sartono. 2002. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi. Atika Jauhari Hatta. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol 6. No 2. Hal 1-22. Brigham, Eugene F and Ehrhardt, Michael C. 2005. Financial Management : theory and practice. 11 th edition. United States : South-Western. Brigham, Eugene F and Houston Joel F. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta. Salemba Empat. Cooper, Donald R and Pamela S. Shindler 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta : Salemba Empat. Corry Margaretha Gultom dan Firman Syarif. 2009. Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Dividen Dan Earnings Per Share Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan 18 Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi No 47. Euis Soliha dan Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol 9. No 2. Hal 149-163. Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Keempat. Semarang: UNDIP. Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Kelima. Semarang: UNDIP. Indonesian Capital Market Directory. 2005 2010. Intan Rahmawati dan Akram. 2007. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan- Perusahaan di BEJ Periode 2000-2004. Jurnal Riset Akuntansi Aksioma. Vol 6. No 1. Hal 31-44. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Sri Hermuningsih dan Dewi Kusuma Wardani. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Malaysia dan Bursa Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis. Vol 13. No 2. Hal 173-183. Taswan. 2003. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol 10. No 2. Hal 162-181. Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Buku 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.