Hak Pejalan Kaki di Indonesia Kendala dan Harapan. Andi Rahmah Masyarakat Transportasi Indonesia



dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1. Pendahuluan. pejalan kaki ini sebenarnya telah diatur pada paasal 131 dan pasal 132 UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN WAWANCARA I. 2. Apakah tata kelola transportasi di Kota Yogyakarta sudah responsif terhadap kebutuhan masyarakat?

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian bab sebelumnya dapat ditarik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di

IDENTIFIKASI PELUANG JALUR SEPEDA DI SEKELILING RAYA BOGOR ABSTRAK

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

JALAN TOL BAGI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

Persyaratan Teknis jalan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan Cihampelas Sta Sta Kota Bandung Untuk Masa Pelayanan Tahun 2017 BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/3/2016

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

1. Manajemen Pejalan Kaki

BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI

Membangun Struktur & Kultur Baru Dalam Transportasi Umum. Dr. Yayat Supriatna, MSP Planologi Universitas Trisakti

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN HALTE DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Koridor-koridor Utama Kota Medan)

BAB II TINJAUAN TEORI

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu dirinci dan dicatat ciri khasnya, termasuk tingkat pelayanan dan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal

Transkripsi:

Hak Pejalan Kaki di Indonesia Kendala dan Harapan Andi Rahmah Masyarakat Transportasi Indonesia

PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk kota diikuti dengan laju pertumbuhan penduduk miskin kota. Transportasi merupakan kegiatan turunan yang menjadi penyebab dan efek yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Berjalan kaki merupakan salah satu jenis moda transportasi. Pilihan untuk berjalan kaki umumnya dilakukan untuk perjalanan dengan kendaraan bermotor pada jarak pendek hingga 1 km. Keistimewaan berjalan kaki adalah menjadi bagian dari rantai perjalanan. Sehingga, apapun pilihan moda yang digunakan, berjalan kaki selalu ada di dalamnya Prasyarat yang harus dipenuhi dalam membangun sistem angkutan umum masal adalah menyiapkan jaringan fasilitas pejalan kaki sebagai akses menggunakan angkutan umum tersebut.

Studi Kasus: Kota Yogyakarta

Kegiatan Walkability city in Yogyakarta merupakan inisiasi yang dilakukan KPBB bekerja sama dengan SUTIP-GIZ dan Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2011-2012. Launching kegiatan ini telah dilakukan pada tanggal 2 Maret 2012. Latar belakang pemilihan kota Yogyakarta sebagai kota yang pertama untuk inisiasi ini adalah beberapa alasan sbb (lanjutan): Peningkatan kualitas berjalan kaki dengan penataan pohon perindang di sepanjang trotoar, menurunkan suhu ruang di kota Yogyakarta, meningkatkan kualitas udara. Pada akhirnya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Peningkatan kualitas berjalan kaki dengan harmonisasi ruang jalan bagi berbagai kepentingan, akan meningkatkan kerekatan sosial, meningkatkan perasaan aman karena setiap orang di lingkungan tersebut berinteraksi dengan baik di ruang jalan yang aman bagi semua umur

Proses Launching WALKABILITY Bagian I Study Lapangan Yogyakarta Istimewa Bagi Pejalan Kaki Bagian II Bagian V Bagian III FGD Kecamatan Bagian IV Rencana Kerja Bersama-sama

OUT PUT RENCANA AKSI INDIKATOR PERIODE Baseline data kualitas Survey Laporan Survey yang memberikan 2011/2012 fasilitas pejalan kaki gambaran kualitas pejalan kaki Pemetaan Peta kondisi fasilitas pejalan kaki 2011/2012 Partisipasi masyarakat, Empowering Terselenggaranya kegiatan partisipasi 2011/2012 key stakeholder dan decision makers masyarakat dalam peningkatan fasilitas pejalan kaki Mulai dilakukan perbaikan fasilitas pejalan kaki secara spontan oleh Pemerintah Kota Pendidikan Kesadaran masyarakat dan 2011/2012 Public/Kampanye pengambil kebijakan dalam peningkatan fasilitas pejalan kaki Kesadaran kelompok kepentingan tentang hak-hak pejalan kaki Kesadaran kelompok kepentingan untuk memprioritaskan pejalan kaki dalam mengakses fasilitas pejalan kaki Policy Paper Dialog Kebijakan Keselarasan perspektif tentang peningkatan fasilitas pejalan kaki Position Paper Policy Paper Draft Regulasi Pengesahan Regulasi 2011/2012

Permasalahan utama terkait dengan lalu lintas kendaraan di Perkotaan dan Kemacetan di Yogyakarta 300,000 250,000 Kendaraan di Kota Yogyakarta 200,000 150,000 100,000 50,000 motor sedan truck Bus - 2006 2007 2008 Gambar. Jumlah kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta

kendala

Hasil Temuan Walkability Index

Kondisi Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Yogyakarta Lebar Trotoar di Kota Yogyakarta < 1m 7% > 2 m 32% 1-2 m 61%

Kondisi Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Yogyakarta Kondisi Permukaan Trotoar di Yogyakarta jelek 14% baik 41% cukup 45%

Kondisi Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Yogyakarta Keberadaan Penghalang di trotoar Yogyakarta 98.46% 93.85% 64.62% tinag listrik/telepon parkir kendaraan pot bunga

Kondisi Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Yogyakarta Sinyal di Persimpangan tidak ada 27% ada 73%

harapan Advokasi yang tepat, Menghasilkan Perubahan

APA YANG BISA DILAKUKAN? Membiasakan diri berjalan kaki 15-20 menit dalam melakukan perjalanan jarak pendek. Mendahulukan pejalan kaki yang akan menyeberang jalan Membuat konsensus pembatasan kecepatan kendaraan di kawasan permukiman dengan masyarakat setempat. Maksimum kecepatan kendaraan di kawasan permukiman ini adalah 15 km/jam Membuat konsensus penggunaan ruang bagi pejalan kaki agar dapat dinikmati bersama, baik sebagai sarana sosial maupun peluang akses kegiatan ekonomi.

Hasil Temuan Persepsi Masyarakat (Interview, 800 responden)

Pada saat anda menyeberang jalan, bagaimana perasaan anda saat itu? 70 60 50 Percent 40 30 20 10 0 Aman-aman saja Cukup was-was Sangat was-was Pada saat anda menyeberang jalan, bagaimana perasaan anda

25 20 15 Alasannya Jalan aman Harus hati hati Daerah aman Berhati hati & waspada Belum ramai Ada petugas Takut tertabrak Sudah terbiasa Saat kondisi aman Pengendara tidak tertib Masih aman Kendaraan tidak banyak Kendaraan ramai Kendaraan Kencang Jalan terlalu sempit 10 5 0 Alasannya Percent

Menurut anda bagaimana caranya agar pengemudi kendaraan bermotor bersedia memperlambat/menghentikan kendaraannya untuk memberikan waktu menyeberang jalan dengan aman? 40 30 20 Percent 10 0 Sadar lalulintas Perhatikan jalan Pemahaman rambu lalulintas Pelan pelan Patuhi rambu rambu Menunggu sepi Maju terus Lambai tangan Kurang memahami keselamatan Jalan pelan pelan Distop Diberi rambu rambu Berhati hati Ada rambu lalulintas Ada petugas

Apakah anda menyeberang jalan pada tenpat yangdisediakan (zebra cross)? apa alasannya? 80 60 Percent 40 20 0 Selalu Jarang Tidak pernah Apakah anda menyeberang jalan pada tenpat yangdisediakan

40 30 20 Alasannya Jaraknya Jauh Cepat sampai Sama saja Kadang lalai Jarang ada zebra cross Tidak ada Terlalu jauh Tergantung tujuannya Tergantung ada atau tidak Alasannya Aman 10 0 Percent

Apakah Bapak/Ibu bersedia aktif dalam kegiatan meningkatkan kualitas pejalan kaki di lingkungan Bapak/Ibu? 100 80 Percent 60 40 20 0 Bersedia Tidak bersedia

Hasil Temuan Persepsi Masyarakat (FGD, 14 Kecamatan)

Tuan rumah yang memfasilitasi pelaksanaan FGD ini adalah sebagai berikut: Kecamatan Kraton FGD di kecamatan Kraton diselenggarakan pada tanggal 19 April 2012 pada pukul 09.30-11.45 dan dihadiri perwakilan dari Kecamatan Gondomanan, Kecamatan Wirobrajan, Kecamatan Ngampilan dan Kecamatan Kraton sebagai tuan rumah. Unsur masyarakat yang hadir pada kegiatan ini adalah dari PKK, LPMK, Karang Taruna, Pejabat Lurah.

Kecamatan Jetis FGD di kecamatan Jetis diselenggarakan pada tanggal 20 April 2012 pada. pukul 09.30-11.45. FGD ini dihadiri perwakilan dari, Kecamatan Gedong Tengen, Kecamatan Tegal Rejo dan Kecamatan Jetis sebagai tuan rumah. Unsur masyarakat yang hadir pada kegiatan ini adalah dari PKK, LPMK, Karang Taruna, Pejabat Lurah, dan Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI). Kecamatan Danurejan FGD di kecamatan Kraton diselenggarakan pada tanggal 7 Mei 2012 pada pukul 09.30-11.45 dan dihadiri perwakilan dari Kecamatan Gondomanan, Kecamatan Wirobrajan, Kecamatan Ngampilan dan Kecamatan Kraton sebagai tuan tumah. Unsur masyarakat yang hadir pada kegiatan ini adalah dari PKK, LPMK, Karang Taruna, Pejabat Lurah.

Posisi masyarakat dalam hal kebijakan pengaturan ruang pejalan kaki dan fakta yang ada di lapangan, dikelompokkan pada 6 (enam) kategori, yaitu: Lebar trotoar minimum Masyarakat kota Yogyakarta menginginkan lebar trotoar minimum yang bebas dari berbagai gangguan adalah 1,5 meter untuk kategori jalan primer maupun jalan kolektor. Saya menginginkan trotoar itu bisa nyaman untuk dilalui pejalan kaki dengan arah yang berbeda dalam satu trotoar (LMK Wirobrajan) Aksesibilitas dan Keselamatan Pejalan Kaki kami menginginkan trotoar ini aman dan nyaman untuk digunakan, bukan hanya bagi orang yang sehat fisiknya, tetapi juga bagi difabel (PKK Gondomanan) Permasalahan lain yang dihadapi saat ini adalah kelompok masyarakat lansia yang kurang diperhatikan keselamatannya saat menggunakan trotoar yang naik turun dan permukaannya tidak rata (FGD Danurejan)

Keberadaan penghalang Ada banyak buis-buis beton pohon perindang sehingga trotoar habis terokupasi. Ke depan harus ada upaya peningkatan kenyamanan (FGD Kec. Kraton) Trotoarnya selain diganggu dengan pot bunga, juga karena dipakai oleh halter Transjogja. (FGD Kec. Mergangsan)

Keberadaan Pohon Pelindung Sebaiknya jenis pohon perindang yang ditanam di setiap wilayah, selain berfungsi sebagai peneduh juga disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan produktifnya. Misal tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami dalam proses membatik (PKK Kec. Mergangsan) panasnya suhu udara kota Jogja akibat ketiadaan pohon perindang di sepanjang trotoar membuat orang malas berjalan kaki (FGD Kec. Danurejan) Alih Fungsi Ruang Pejalan Kaki Sebagian besar masyarakat menyatakan terganggu dengan keberadaan pedagang kaki lima, parkir kendaraan di trotoar, dan barang-barang toko yang di display di trotoar. PKL ini memang harus diatur saat masih sedikit, dari kelompok PKK menginginkan dikembalikan untuk menjamin keamanan, dan kenyamanan pejalan kaki (FGD Kec. Kraton)

Regulasi Penataan Fungsi Ruang Pejalan Kaki Dibutuhkan komitmen pemerintah kota dan jajarannya untuk menata PKL. PKL ini adalah orang yang berasal dari luar kota Jogjakarta. Perlu keberanian dan ketegasan untuk mengaturnya, konsisten menegakkan aturan untuk membersihkan PKL. Jogja, surganya PKL (FGD Kec. Kraton). Regulasi pemerintah ini sebaiknya diinformasikan pada masyarakat supaya kami bisa berperan aktif melakukan kontrol sosial di lingkungan masing-masing (FGD Kec. Kraton). Selain persoalan komitmen dan sosialisasi terhadap regulasi penataan fungsi ruang pejalan kaki ini, masyarakat kota Yogyakarta juga menginginkan perubahan proporsi ruang yang dapat digunakan oleh PKL. PKL hanya boleh menempati 30% dari lebar trotoar yng memungkinkan (2 meter) (FGD Kec. Danurejan).

Rencana Aksi Masyarakat Rencana aksi yang disepakati oleh masyarakat sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat kota Yogyakarta untuk meningkatkan kualitas berjalan kaki di lingkungannya masing-masing adalah sebagai berikut: 1. Menyingkirkan pot-pot dan meletakkan sesuai dengan tempatnya agar tidak menganggu pejalan kaki 2. Diperlukan pengaturan yang konkret khususnya untuk mengakomodir aksesibilitas difabel dan lansia. 3. Dinas Perhubungan dan Trantib diminta mendukung upaya masyarakat menjaga fungsi ruang pejalan kaki dengan melakukan kontrol setiap bulannya untuk mengatasi parkir liar 4. Peningkatan keamanan di sepanjang jalur pejalan kaki dengan menyediakan penerangan di sepanjang trotoar. 5. Perlu menambah lahan alternatif yang dimanfaatkan sebagai ruang terbuka untuk bersosialisasi masyarakat agar ada komunikasi antar masyarakat. Ruang terbuka ini dapat menjadi alternatif tempat bagi PKL dengan memenuhi syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh masyarakat 6. Sinergitas ditingkat kewilayahan ditingkatkan untuk menjaga konsistensi penaatan hukum, terutama dalam hal pembatasan kecepatan kendaraan di jalanlingkungan dan pemberian prioritas bagi pejalan kaki yang menyeberang jalan.

Implementasi di kecamatan Danurejan Masyarakat Melakukan Perubahan

DEKLARASI OLEH KETUA PAGUYUBAN PKL IKRAR DEKLARASI JALAN HAYAM WURUK SEBAGAI KAWASAN LAYAK PEJALAN KAKI Kami segenap yang hadir pagi ini dan segenap komunitas masyarakat Jalan Hayam Wuruk akan bersama-sama mendukung dan berperan aktif untuk terwujudnya Jogja Istimewa bagi Pejalan Kaki khususnya Kawasan Jalan Hayam Wuruk Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta dengan mewujudkan lingkungan yang memberi akses bagi pejalan kaki, lingkungan yang bersih, tertib, indah, aman dan nyaman.kami sadar ikrar ini didengar oleh Tuhan Yang Maha Kuasa/Smoga Alloh meridhoi ikrar ini. Aamin. Yogyakarta, 10 Juni 2012

PENGGARISAN MARKA PEJALAN KAKI & PEMBERSIHAN LINGKUNGAN WALHI, KPBB, POLDA, BLH, DISKIMPRASWIL, DISHUB, DISPARBUD, DISPERINDAGKOPTAN, DINTIB, KE CAMATAN, POLSEK, KORAMIL, PUSKESMAS, KUA, LPMK, BKM, RW/RT, PRAMUKA, TAGANA, FKPM, P AGUYUBAN PKL, PARKIR, PENGUSAHA JL. HAYAM WURUK, RELAWAN, DLL.

Komunikasi dengan Masyarakat Dibina

HARAPAN Menjadi rute pejalan kaki dari Stasiun Lempuyangan menuju Malioboro Menjadi kawasan penyangga Malioboro yang handal dengan mengedepankan kawasan wisata kuliner, ramah lingkungan & berbasis masyarakat

Implementasi di kecamatan Umbul Hardjo Deklarasi Kecamatan Umbul Hardjo sebagai Kawasan Ramah Pejalan Kaki

Advokasi tepat menghasilkan Sinergi Pemerintah dan Komponen Masyarakat untuk Perbaikan Kualitas berjalan Kaki

Bagaimana Kota Lain?

Perlu Gerakan Advokasi Meningkatkan Kualitas Berjalan kaki dilakukan Paralel, Berkesinambungan dan Konsisten di Seluruh Kota.

Terima kasih A city is more civilised not when it has highways, but when a child in tricycle is able to move about everywhere with ease and safety (Enrique Penalosa)