MENYEIMBANGKAN KAJE KELOD PEREKONOMIAN BALI: MENGGALI POTENSI AGROWISATA DI KABUPATEN BULELENG



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian.

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

Oleh : Slamet Heri Winarno

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali, merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. langsungnya adalah bagi pemerintah, pengelola, dan masyarakat yang secara

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. banyak didominasi oleh lahan-lahan kering (tegalan). Hal inilah yang. pendirian perkebunan relatif kurang menguntungkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali yang terkenal sebagai pulau Dewata merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. Pendahuluan. Kepariwisataan yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan nasional yang dilaksanakan pada berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup


PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

MENYEIMBANGKAN KAJE KELOD PEREKONOMIAN BALI: MENGGALI POTENSI AGROWISATA DI KABUPATEN BULELENG Nyoman Utari Vipriyanti (mangtiutari@yahoo.com) Universitas Mahasaraswati Denpasar Cening Kardi (ceningkrd@gmail.com) Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRAK Pariwisata Bali sudah dikenal di seluruh dunia. Namun masih banyak orang Bali ataupun masyarakat yang tinggal di Bali kurang mengenal Bali secara keseluruhan. Ada banyak sekali tempat tempat indah yang berpotensi untuk dikunjungi ternyata lebih dikenal oleh orang asing dibandingkan masyarakat Bali. Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran mengenai ketidakseimbangan pembangunan Bali Utara (Kaje) dan Bali selatan (Kelod) serta menggali potensi agrowisata di Kabupaten Buleleng sebagai satu satunya kabupaten yang berada di Bali Utara. Metode yang dilakukan adalah metode deskriptif kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat kesenjangan pembangunan dan dampak ekonomi pariwisata di Bali selatan dan Utara. Investasi pariwisata di Bali sangat dominan terkonsentrasi di wilayah Bali bagian selatan (Kabupaten Badung, Denpasar dan Gianyar) sehingga rata-rata PDRB ketiga kabupaten ini mencapai 2 (dua) kali PDRB Kabupaten Buleleng (Bali utara). Kegiatan pariwisata di Bali selatan ini terlalu banyak diorientasikan untuk pengembangan pariwisata yang berbasis modal (capital based tourism).; (2) Kabupaten Buleleng memiliki beberapa Komoditi pertanian yang tidak berkembang di kabupaten lainnya di Bali yaitu Ikan Krapu, Anggur, Beras Bali, serta buah tropis, Peluang pengembangan komoditas tersebut menjadi objek agrowisata ditunjang oleh aksesibilitas yang baik dan dukungan masyarakat yang tinggi. Upaya untuk membangun perekonomian di Kabupaten Buleleng harus didasari oleh revitalisasi tradisi-keyakinan-aspirasi-budaya atau TRAC (Tradition- Religion-Aspiration-Culture). Kata Kunci: Perekonomian, Bali, Agrowisata, Buleleng PENDAHULUAN Pariwisata Bali sudah dikenal di seluruh dunia. Banyak wisatawan lebih mengenal Pulau Bali dibandingkan Indonesia. Saat berkesempatan berkunjung ke negara lain untuk menghadiri pertemuan ilmiah ataupun membangun jejaring dengan perguruan tinggi asing, seringkali menjual Bali lebih member manfaat karena lebih dikenal dan diimpikan untuk dapat dikunjungi. Namun masih banyak orang Bali ataupun masyarakat yang tinggal di Bali kurang mengenal Bali secara keseluruhan. Ada banyak sekali tempat tempat indah yang berpotensi untuk dikunjungi ternyata lebih dikenal oleh orang asing dibandingkan pemilikinya sendiri: masyarakat Bali. Kurang mengenal milik sendiri tentunya berpengaruh pada keberadaan dan upaya upaya untuk memeliharanya. Bali, merupakan Kabupaten dengan PDRB ketiga terbesar di Indonesia setelah Kalimantan Timur dan DKI Jakarta. Namun kenyataan ini tidak secara langsung mengindikasikan terjadi pemerataan ekonomi di Bali. Struktur PDRB menunjukkan bahwa masih terdapat daerah daerah dengan tingkat pertubuhan yang relatif rendah. Kesenjangan antar wilayah dalam satu provinsi tentunya akan berdampak pada terjadinya backwash effect (pencucuian daerah belakang) yang pada akhirnya bermuara pada ketidakamanan dan ketidak nyamanan. Hal ini tentunya harus dihindari mengingat salah satu faktor keberhasilan daerah tujuan wisata adalah faktor keamanan dan ketidaknyamanan tersebut. 243

Rumusan Masalah Terdapat 2 rumusan masalah yang dapat dinyatakan dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah sturktur perekonomian Bali? Apakah terdapat kesenjangan wilayah? 2. Apakah terdapat potensi potensi yang dapat dikembangkan di wilayah wilayah yang belum berkembang? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memperoleh gambaran tentang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah Bali khususnya pembangunan Bali Utara dan Selatan. 2. Mendeskripsikan potensi pertanian dan pariwisata di Bali Utara METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptip dengan menggunakan analisis statistik sederhana untuk mengambil keseimpulan yang sederhana. Hasil dan Pembahasan Bali Kaje-Kelod: Tidak seimbang? Bali merupakan tujuan wisata terkemuka di Indonesia yang diminati oleh seluruh wisatawan domestik hingga manca negara. Sebagai daerah tujuan wisata, Provinsi Bali secara konsisten menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan. Pengembangan industri pariwisata di Bali secara umum menerapkan konsep Pariwisata Budaya, yang secara implisit memasukkan misi menumbuh kembangkan kebudayaan Bali dalam setiap kegiatan pengembangannya. Data menunjukkan bahwa Kabupaten Buleleng sebagai satu satunya Kabupaten yang berada di bali Utara mengalami backwash process. Wilayahnya yang terluas di Bali ternyata memiliki kepadatan penduduk yang rendah dengan sex ratio sebesar 99.57 menunjukkan lebih banyak penduduk perempuan dibandingkan laki laki. Backwash process adalah proses pencucian daerah belakang yang dapat disebabkan karena rendahnya kesempatan kerja di daeah belakang sehingga sumber daya yang berkualitas melakukan migrasi ke pusat pusat pertumbuhan. Data menunjukkan pula bahwa tingkat perekonomian Bali sangat bergantung pada pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Kepariwisataan telah menjadi salah satu industri yang memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan perekonomian Bali yang ditunjukkan melalui komposisi pertumbuhan perekonomian Bali yang didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sebesar 2,77 Trilyun rupiah dalam PDRB Bali merupakan kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran atau sebesar 32.17 persen (Bali dalam Angka, 2013). Namun seringkali, pesatnya perkembangan kepariwisataan di Bali memberi dampak negatif pula terhadap keberlanjutan lingkungan dengan menimbulkan degradasi kualitas lingkungan alam dan perubahanperubahan yang sangat struktural bagi masyarakat dan kebudayaan Bali. Investasi pariwisata di Bali sangat dominan terkonsentrasi di wilayah Bali bagian selatan (Badung, Denpasar dan Gianyar) sehingga rata-rata PDRB ketiga kabupaten ini mencapai 2 (dua) kali PDRB Kabupaten Buleleng 244

(Bali utara). Kegiatan pariwisata di Bali selatan ini terlalu banyak diorientasikan untuk pengembangan pariwisata yang berbasis modal (capital based tourism). Di lain pihak, usaha-usaha pembinaan, pembangunan, pelestarian, beserta revitalisasi tradisi-keyakinan-aspirasi-budaya atau TRAC (Tradition-Religion-Aspiration- Culture) di desa-desa banyak terabaikan, padahal sektor kepariwisataan jelas-jelas secara langsung memanfaatkan aset TRAC yang berakar di dua lembaga sosial-religius-tradisional Desa Adat (komunitas adat di desa) dan Subak (komunitas petani yang menerima air irigasinya dari satu sumber atau bendungan tertentu). Lebih-lebih pembangunan sektor pariwisata seringkali mengorbankan sektor pertanian, seperti alih fungsi lahan pertanian, kompetisi penggunaan air antara kebutuhan untuk hotel dan restoran dengan kebutuhan untuk irigasi pertanian, derasnya perpindahan SDM pertanian di desa ke kota dan lokasi-lokasi pengembangan pariwisata padat modal yang semakin mengancam budaya agraris dan Subak di Bali menjadi bangkrut dan tinggal kenangan. Bali, merupakan pulau kecil yang memiliki kesuburan tinggi dengan keindahan alam serta keunikan Tradition-Religion-Aspiration-Culture masyarakatnya. Bali, seringkali harus dihadapkan pada pilihan yang menyulitkan, yaitu mengembangkan pariwisata dan mengorbankan pertanian dan lingkungan, atau sebaliknya mempertahankan pertanian dan lingkungan dengan membatasi perkembangan pariwisata. Pilihan terbaik tentunya adalah mengembangkan pariwisata tanpa mengorbankan sektor lainnya. Salah satu alternatif yang berada pada kombinasi tersebut adalah agrowisata atau agrotourism yang berarti berwisata ke daerah pertanian. Pertanian yang dimaksud adalah pertanian dalam arti luas yang mencakup pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Tidak hanya dilihat dari hasilnya, namun terkait lebih luas dengan ekosistemnya bahkan lingkungan secara umum. Padatnya investasi pariwisata di Bali Selatan sungguh bertolak belakang dengan keadaan Bali Utara khususnya Kabupaten Buleleng. Sesungguhnya, Kabupaten Buleleng merupakan Kabupaten terluas dengan jumlah penduduk tertinggi di Bali. Ibukota Propinsi Bali sebelum dipindahkan ke Denpasar ini merupakan satu satunya kabupaten yang berada di sebelah Utara perbukitan yang melintang dari ujung Barat hingga Timur Bali. 30 25 20 15 10 5 0 2012 I/2013 II/2013 Gambar1. Tingkat Pertumbuhan Kabupaten Di Bali Tahun 2013 Lokasinya yang berada di sebelah Utara Bali meninggalkan satu keunikan lain dalam penyebutan arah mata angin yaitu Kelod (Selatan) merupakan arah pantai (bagi penduduk di Selatan perbukitan adalah Utara) dan sebaliknya Kaja (Utara) merupakan arah perbukitan (bagi penduduk di selatan perbukitan adalah Selatan). Secara spasial, struktur perekonomian Bali pada triwulan II tahun 2013 tetap didominasi oleh wilayah Bali selatan masing masing oleh Badung 25,04 persen dan Denpasar 20,62 persen. Dilihat dari pertumbuhannya, secara Q to Q, Y to Y dan C to C digambarkan pada grafik Pertumbuhan Q to Q teriggi terjadi di 245

Kabupaten Bangli, Y to Y tertinggi di Kabupaten jembrana sedangkan pertumbuhan c to c tertinggi di Kabupaten Badung. Agrowisata: Suatu Alternatif Membangun Keseimbangan di Bali? Haeruman (1989) menyatakan bahwa agrowisata merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan sumber daya alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian untuk dijadikan kawasan wisata. Daerah perkebunan, sentra pengahasil sayuran dan buah-buahan tertentu dan wilayah pedesaan berpotensi besar menjadi objek agrowisata. Potensi yang terkandung tersebut harus dilihat dari segi lingkungan alam, letak geografis, jenis produk atau komoditas pertanian yang dihasilkan, serta sarana dan prasarananya. Dengan demikain dalam agrowisata harus diperhatikan masalah agribisnis, agropolitik, agroindustri, agroekosistem dan pertanian berkelanjutan. Gambar 2. Point Hijau merupakan potensi pengembangan agrowisata yang memiliki keunikan sendiri, Krapu (Sumber Kima), Anggur ( Seririt), Buah tropis (Sudaji) dan Strowberi (Pancasari) Pengembangan agrowisata di Bali diyakini dapat membangun suatu sistem kegiatan terpadu dan terkoordinasi untuk mengembangkan sektor pariwisata sekaligus dengan sektor pertanian dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Berupaya mengembangkan sumber daya alam Bali yang memiliki potensi di bidang budidaya tanaman di lahan sawah dengan berbagai keunikan tradisi-keyakinan-aspirasi-budaya yang melekat pada kelembagaan tradisional-religius Subak-nya. Begitu pula pada kegiatan di sektor peternakan rakyat dan perikanan. Potensi yang terkandung tersebut harus dilihat dari segi lingkungan alam, letak geografis, jenis produk atau komoditas pertanian yang dihasilkan, serta sarana dan prasarananya. Integrasi seluruh potensi tersebut akan dapat mewujudkan kawasan (Jalur) agrowisata yang sangat menarik dan laku dijual dalam bentuk paket perjalanan wisata ke manca negara. Gambar 3 Danau, Kebun Stroberi dan aktivitas menanam menjadi paket menarik agrowisata di Pancasari, Bedugul, Bali 246

Potensi yang kuat dan unik pada beberapa destinasi kegiatan pertanian di Bali utara khususnya di daerah Buleleng bagian barat dapat diintegrasikan dengan peluang yang tinggi untuk pengembangan pariwisata menjadi suatu paket Agrowisata Kaje-Kelod. Konsepsinya adalah suatu Jalur destinasi pariwisata pertanian dengan karakteristik budidaya hortikultura dan ekowisatanya di daerah pegunungan di Pancasari, berlanjut ke kawasan sentra pengembangan buah tropika di daerah dataran sedang di Sudaji terus berlanjut ke kawasan budidaya anggur hitam di daerah dataran rendah dekat pesisir pantai di Tangguwisia, sampai berakhir di daerah budidaya pesisir dan laut/segare (marinculture) di Gerokgak. Dalam pengembangan agrowisata tersebut, tidak hanya mempersiapkan obyek wisata pertaniannya saja tetapi juga revitalisasi kegiatan fisik dan metafisik budaya agraris masyarakat pedesaan untuk dapat menangkap nilai tambah yang diberikan oleh kegiatan agrowisata tersebut. Pengembangan Jalur Agrowisata Kaje-Kelod secara luas bertujuan: 1) memperluas pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman dalam usaha agro (wisata agro ilmiah); 2) memperkenalkan nilai budaya dan kearifan local masyarakat setempat dalam kegiatan pertanian (wisata agro budaya); 3) memperluas hubungan usaha dan promosi produk usaha agro (wisata agro bisnis); dan 4) memperkenalkan alam dan memperluas rekreasi di bidang agro (wisata agro rekreasi). Dipandang dari sudut pembangunan wilayah, pengembangan agrowisata akan mendorong tumbuhnya kutub kutub pertumbuhan baru sehingga terjadi pemerataan pembangunan. Kutub pertumbuhan baru tersebut diharapkan dapat memberikan dampak tetesan ke bawah (trickle down effect) yang bermanfaat bagi pemerataan lapangan pekerjaan yang bermuara pada pemerataan pendapatan rumah tangga masyarakat pedesaan (community-based tourism). Saat ini, tingginya kesenjangan yang terjadi di sektor parawisata dan pertanian (akibat dominasi pembangunan capital-based tourism) menyebabkan timbulnya keengganan masyarakat mengembangkan sektor pertanian di Bali, sedangkan sektor pertanian ini akan menekan terjadinya kebocoran pendapatan wilayah yang diperoleh dari sektor pariwisata. Demikian pula dengan keseimbangan pembangunan Bali utara dan selatan. Gambar 4 Sumber Kima, Menyimpan Potensi Laut untuk Kerapu 247

Melalui pengembangan Jalur Agrowisata Kaje-Kelod diharapkan dapat memberi keuntungan yang lebih merata kepada seluruh stakeholders: petani dengan lembaga Subak serta Desa adat setempat, masyarakat sekitarnya, investor, dan biro perjalanan wisata. Dengan cara ini dampak buruk dari dominasi pengembangan capital based tourism akan dapat dinetralisir. Di samping itu pengembangan Jalur Agrowisata Kaje-Kelod akan dapat meningkatkan konservasi lingkungan. Nilai nilai konservasi yang ditekankan yakni pada keseimbangan ekosistem. Jalur agrowisata ini diharapkan memiliki nilai nilai existency effect yang berguna bagi lingkungan karena keberadaannya mempengaruhi cuaca maupun iklim di sekitarnya. Meningkatkan: nilai estetika dan keindahan alam, nilai rekreasi, serta kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan. Para peneliti diberi kesempatan melakukan penelitian di daerah agrowisata, dan bentuk kerjasama ini sangat berguna bagi kedua belah pihak. Namun pengalaman di berbagai negara, pengembangan pariwisata yang tidak merangkul komunitas yang ada di sekitarnya hanya akan membangun kesenjangan baru antara pemilik modal dan masyarakat sekitarnya. Kesenjangan ini rentan menimbulkan ketidaknyamanan yang akhirnya dapat memicu munculnya kecemburuan sosial. Gambar 5 Potensi berbagai buah tropis di Sudaji dan Beras Lokal Di beberapa objek wisata di Bali, pemeranan kelembagaan tradisional yang dimiliki oleh komunitas lokal menjadi salah satu faktor kekuatan bisnis pariwisata. Hal ini dikenal dengan community based tourism. Pengembangan agrowisata kaje-kelod mengarah pada jenis pengembangan pariwisata tersebut. Peran asyarakat lokal dioptimalkan sehingga tetesan ke bawah (trickle down effect) dan penyebaran ekonomi (spread effect) pengembangan pariwisata ini akan dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat. Gambar 6 Anggur Buleleng disaat mulai belajar berbuah 248

PERLUKAH MENGEMBANGKAN BALI UTARA? Pertanyaan tersebut muncul dalam setiap orang saat pertama kali membaca tulisan ini. Mengapa mesti memberi perhatian khusus terhadap satu satunya kabupaten yang terletak di Bali Utara ini? Jawabannya hanya satu yaitu Buleleng pernah menjadi ibukota Provinsi Bali dan memiliki banyak peninggalan sejarah yang sangat bernilai dari sisi budaya maupun ekonomi. Singaraja memiliki kota tua dengan tata kota yang dibangun pada masa penjajahan. Sebagai pusat pemerintahan di Nusa Tenggara dan Bali, beberapa bangunan seharusnya dipelihara dengan baik dan dijaga nilai nilai historisnya. Kota Singaraja sesungguhnya memiliki karakteristik yang cukup sebagai ibukota pemerintahan karena prasarana transportasi khususnya jalan dibangun dengan lebar yang memadai. Kota ini juga menyimpan nilai karena merupakan asal dari seorang wanita yang di kemudian hari melahirkan presiden pertama Republik Indonesia (asal dari Ibunda Bung Karno). Banyak pemimpin daerah yang lahir dan di besarkan di kota tua ini. Belajar dari tata letak dan mdoel pengembangan kota, maka akan terlihat pola pengembangan kota yang dimulai dari kota pelabuhan kemudia dikembangkan pasar dan pusat pemerintahan serta perumahan penduduk. Pada masa sebelumnya, Pelabuhan Buleleng merupakan satu satunya akses masyarakat Bali ke luar pulau bahkan hingga luar negeri. Namun saat ini, bangunan bangunan tua tersebut dibiarkan kosong. Pemindahan pusat pemerintahan propinsi Bali ke Bali Selatan, Kota Singaraja seolah menjadi kota tua dan berangsur angsur mati. Pelabuhan Buleleng juga sempat menjadi saksi sejarah perlawanan masyarakat setempat melawan pemerintah Belanda. Masih ingatkah anda akan Insiden Hotel Yamato? Sebuah peristiwa bersejarah yang menunjukan keberanian Indonesia untuk merobek warna biru pada bendera belanda? Ternyata di pelabuhan Buleleng juga sempat terjadi peristiwa serupa. Untuk memperingati peristiwa bersejarah tersebut, pada tahun 1987 pemerintah membangun tugu Yudha Mandala Tama. Sebuah tugu yang menjulang tinggi, berupa seorang pemuda kekar menunjuk kearah lautan sambil memegang bambu runcing dengan sang merah putih pada ujungnya. Tahun 2005, tempat ini mulai ditata dengan menambahkan beberapa taman berselimukan hijaunya rerumputan dan juga pengecatan ulang beberapa bangunan tua. Selain itu, kayu-kayu tua bekas dermaga telah diganti dengan restoran terapung. Selain menikmati panorama yang indah, berwisata di pelabuhan Buleleng dapat dinikmati dengan berbagai cara. Biasanya, pada hari minggu pagi masyarakat memanfaatkan pelabuhan untuk melakukan kegiatan olah raga ringan seperti senam, lari pagi atau sekedar menikmati segarnya udara pagi, ditemani hangatnya sinar mentari. Para mancing mania dapat menyalurkan hobinya pada beton yang menjorok ke tengah laut. Selain itu, juga tersedia tempat memancing di ujung restoran terapung. Selain memancing, panorama sunset di pelabuhan Buleleng tak kalah indahnya dengan di pantai-pantai lain. Pengaruh kebudayaan china sangat terasa di Kota ini. Beberapa bangunan memang menggunakan arsitek Bali yang bercapur dengan china seperti terlihat di Pura Segara yang terletak di pelabuhan ini letaknya di sebelah barat pelabuhan Buleleng, di dekat areal perkampungan bahari. Pura ini biasanya akan dipenuhi umat hindu ketika upacara melasti diadakan dan juga ketika piodalan tiba. Di dekat pintu masuk sebelah timur pelabuhan juga terdapat sebuah klenteng dengan aristektur bergaya oriental yang dikenal dengan nama Ling Gwan Kiong. Hingga kini, klenteng masih aktif digunakan untuk berdoa dan tempat upacara pernikahan. Di Buleleng terdapat pula beberapa puri yaitu tempat tinggal keluarga raja. Berbeda dengan puri di Bali Selatan, puri di Buleleng dibangun dengan arsitektur Bali yang lebih sederhana. Tidak ada dinding yang tinggi membatasi antara puri dengan perumahan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa raja raja di Bali Utara lebih 249

merakyat dan bersahaja. Sayangnya, saat ini, puri puri telah semakin menghilang khekhasannya. Fakta fakta ini memberi peringatan kepada kita tentang perlunya niat baik dan perhatian semua pihak, pemerintah bersamasama dengan masyarakat membangun kembali kedigjayaan singaraja sebagai kota budaya. KESIMPULAN 1. Terdapat kesenjangan pembangunan dan dampak ekonomi pariwisata di Bali selatan dan Utara. Investasi pariwisata di Bali sangat dominan terkonsentrasi di wilayah Bali bagian selatan (Kabupaten Badung, Denpasar dan Gianyar) 2. Kabupaten Buleleng memiliki beberapa Komoditi pertanian yang tidak berkembang di kabupaten lainnya di Bali yaitu Ikan Krapu, Anggur, Beras Bali, serta buah tropis, Peluang pengembangan komoditas tersebut menjadi objek agrowisata ditunjang oleh aksesibilitas yang baik dan dukungan masyarakat yang tinggi. Upaya untuk membangun perekonomian di Kabupaten Buleleng harus didasari oleh revitalisasi tradisi-keyakinan-aspirasi-budaya atau TRAC (Tradition-Religion-Aspiration- Culture). DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistika Provinsi Bali, (2011). Bali Dalam Angka 2013. Denpasar. Haeruman, H. (1989). Sistem Koordinasi dalam Pengembangan Wisata Agro. Makalah pada Seminar Wisata Agro. Bogor: IPB. Kardi, C., I.K. Widnyana dan W.G. Hadiwijaya, (2011). Model Revitalisasi Metafisik Pertanian dalam Upaya Menopang Pertanian Berkelanjutan dan Pariwisata Kerakyatan Di Kabupaten Buleleng. Denpasar: LPPM Universitas Mahasaraswati Denpasar. Windia, W., M. Wiratha, K. Suamba dan M. Sarjana (2007). Model Pengembangan Agrowisata di Bali. Jurnal Soca Vol.7 No.1. Denpasar: Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Utari, N., P. Sujana, dan M. Tamba. (2010). Kontribusi Pariwisata terhadap Sektor Pertanian Di Bali. Denpasar: Dinas Pariwisata Provinsi Bali. Utari, N., I.K. Arnawa dan I.K. Widnyana, (2008). Model Produksi Beras untuk Peningkatan Kontribusi Pertanian terhadap Perekonomian Bali. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol. 9 No. 3. Denpasar: Fakultas Ekonomi. Universitas Mahasaraswati Denpasar. Utari, N. dan M. Tamba. (2011). Road Map Investasi Di Provinsi Bali. Denpasar: Badan Penanaman Modal Provinsi Bali. 250