25 BAB III DATA EKSISTING 3.1 GAMBARAN UMUM Pembangunan di segala bidang pada dua dekade terakhir menuntut corak atau wawasan terpadu dan berkelanjutan. Tuntutan wawasan terpadu dan berkelanjutan tersebut dimaksudkan agar seluruh pihak yang terkait dengan kegiatan pembangunan tersebut menyadari sepenuhnya bahwa pilihan yang dilakukan merupakan pilihan terbaik yang kebagusan kinerjanya perlu dipelihara sedemikian hingga pembangunan dimaksud dapat memberikan manfaat yang optimal. Era otonomi daerah yang dicanangkan semenjak tiga tahun terakhir telah mengundang banyak tantangan dalam usaha memenuhi tuntutan wawasan terpadu dan berkelanjutan tersebut, terutama terkait dengan aspirasi masing-masing daerah otonom. Hal yang sama juga dijumpai pada usaha penanganan Kali Pesanggrahan, dimana pengendalian banjir yang dilakukan diharapkan dapat mengurangi permasalahan banjir Jakarta, tanpa meninggalkan wawasan terpadu dan berkelanjutan. Kali Pesanggrahan yang mengalir dari wilayah Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Kota Tangerang di Propinsi Jawa Barat, sampai ke wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara, di Propinsi DKI Jakarta merupakan sungai yang strategis baik bagi wilayah Propinsi Banten, DKI, maupun Jawa Barat. Gagasan penanganan Kali Pesanggrahan yang menyatu dengan rencana penanganan banjir Jakarta sudah dimulai sejak tahun 1973 oleh NEDECO, termasuk hasil kajian yang disusun oleh JICA pada tahun 1997. Cepatnya pertumbuhan pemanfaatan lahan di sekitar ruas Kali Pesanggrahan baik di bagian hulu dan bagian hilirnya merupakan bukti kurang berhasilnya memadukan aspirasi pihak terkait. Pada kondisi demikian usaha pengendalian banjir Kali Pesanggrahan akan semakin terbatas, sehingga permasalahan banjir Jakarta
26 menjadi semakin kompleks. Beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan pengendalian banjir Kali Pesanggrahan, baik pada tingkat pemerintah pusat (undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri), maupun daerah akan diulas tentang proses perencanaan pengendalian banjir Kali Pesanggrahan perlu diacu secara cermat dengan memperhatikan kesesuaian penerapannya. Rencana Pembangunan Waduk Retensi Limo di Kali Pesanggrahan, yang pernah dipikirkan sejak lama adalah merupakan rencana yang semakin lama semakin sulit terealisasi. Rencana tersebut terletak di Desa Limo dan Desa Meruyung, Kecamatan Limo, serta Desa Cinangka, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok, Propinsi Jawa Barat. Luas daerah pengaliran sungai di lokasi rencana waduk adalah 67,23 Km 2, dengan curah hujan rerata tahunan adalah 3500 mm, dan elevasi tampungan bruto pada elevasi +60,00m adalah sebesar 9,43 juta m 3. Rencana pembangunan Waduk Limo dimaksudkan untuk mengurangi problema banjir di daerah sekitar ruas Kali Pesanggrahan khususnya di daerah IKPN Bintan, Cipulir, Ulujami, Kembangan, Cinere, Pondok Labu, dan lain-lain, dengan tingkat peredaman sebesar + 20%. 3.2 DATA LOKASI PENELITIAN 3.2.1 Karakteristik Umum SubDAS Pesanggrahan DAS Pesanggrahan mempunyai bentuk pipih dan memanjang dengan beberapa anak sungai yang bertemu di Kali Pesanggrahan seperti dapat dilihat pada Gambar 3.1. Karakteristik DAS Kali Pesanggrahan adalah sebagai berikut: 1. Luas DAS = 112.06 km 2 2. Luas DAS bagian hulu = 67,515 km 2 3. Panjang sungai utama (L) = 73,688 km 4. Kemiringan sungai utama = 0,27% 5. Jumlah ruas sungai = 105 6. Lebar DAS hulu = 5,615 km 7. Lebar DAS hilir = 2,278 km Sumber:Laporan StudiPengendalian Banjir DAS Pesanggrahan 2006, Dinas PU DKI Jakarta
K. Cengkareng 1 K. Egram K. LAYA 27 106 38'30" 40'00" 42'00" 44'00" 46'00" 06 06'00" PETA DAS PESANGGRAHAN 48'00" 50'00" 8'00" U CENGKARENG 93 20 10'00" K. Pesanggrahan KECAMATAN KEBON JERUK 93 15 12'00" KECAMATAN KEMBANGAN 14'00" 93 10 16'00" KECAMATAN PESANGGRAHAN K. Pesanggrahan K. Sodetan KECAMATAN KEBAYORAN LAMA 93 05 18'00" SITU GINTUNG Luas: ± 12,5 ha SERPONG 93 00 20'00" SITU BABAKAN Luas: 7 ha 22'00" K. Egram LOKASI RENCANA WADUK LIMO 92 95 SITU BOJONGSARI Luas: 28,25 ha K. Enggram KEC. LIMO 24'00" K. Caringin KEC. SAW ANGAN SITU PASIR PUTIH Luas: 8 ha K. Angsar K. Pesanggrahan DEPOK 92 90 26'00" K. Caringin Bawah K. Sasakpanjang 28'00" 92 85 K. Laya SITU TONJONG Luas: 14,4 ha K. Pelayangan 30'00" SITU KEMUNING Luas: 12,65 ha K. Pesanggrahan KEC. BOJONGGEDE 92 80 32'00" KEC. TANAHSEREAL 92 75 34'00" Skala: 1 0 1 2 3 4 5 KM 36'00" 06 90 06 90 06 95 07 00 Gambar 3.1 Daerah Aliran Sungai Pesanggrahan Sumber:Laporan StudiPengendalian Banjir DAS Pesanggrahan 2006, Dinas PU DKI Jakarta
28 3.2.2 Kondisi Aliran Sub DAS Pesanggrahan Aliran Kali Pesanggrahan dipengaruhi oleh kondisi dan aktivitas DAS Kali Pesanggrahan, baik kondisi penutup lahannya serta aktivitas masyarakat yang ada di sistem lahan maupun di sistem alurnya. Kapasitas tampang sungai di sepanjang Kali Pesanggrahan sangat bervariasi, tergantung pada kondisi pemanfaatan alur dan lahan di sekitar tampang sungai tersebut. Keberadaan sistem alur dan situ-situ di wilayah DAS Kali Pesanggrahan juga sangat mempengaruhi pola aliran di Kali Pesanggrahan. Jumlah situ di wilayah Jabodetabek diperkirakan mencapai 200 buah dengan luas total semula + 2.300 Ha. Pengurangan jumlah luasan situ yang sangat signifikan terjadi di wilayah Propinsi DKI Jakarta, yaitu hampir 100%. Jumlah luasan situ pada tahun 2003 di wilayah Jabodetabek saat ini diperkirakan tinggal 1470 Ha. Di kawasan DAS Kali Pesanggrahan terdapat 6 (enam) buah situ, dimana salah satu situ yang sudah tidak berfungsi sama sekali sebagai tempat untuk berlangsungnya akumulasi permukaan adalah Situ Pasir. Dari sisi penekanan puncak banjir, keberadaan situ-situ kurang memberikan pengaruh yang signifikan. Namun demikian dari sisi penyimpanan atau untuk akumulasi air permukaan sistem imbuahan (recharge) yang sangat berarti. Kenaikan pola aliran rendah selama musim kemarau adalah antara 1 s/d 4%. Dengan demikian rehabilitasi situsitu merupakan kegiatan yang sangat penting dari sisi konservasi sumberdaya air, baik dari segi konservasi jumlah maupun kualitas. Pada musim kemarau, kualitas air Kali Pesanggrahan sangat jelek, baik warna maupun bau, terutama pada ruas antara jembatan Cipulir sampai Pintu Air Daan Mogot. Kualitas air di sebelah hulu jembatan Cipulir relatif masih baik karena belum terlalu dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat di sekitarnya. Kali Pesanggrahan pada ruas antara Pintu Air Daan Mogot dan Cengkareng Drain juga sedikit lebih baik daripada pada ruas antara Jembatan Cipulir s/d Pintu Air Daan Mogot, dikarenakan mekanisme pasang surut dapat ikut mengkontribusi pengenceran air.
29 3.2.3 Tata Guna Lahan Berikut data tata guna lahan untuk Sub-DAS Pesanggrahan No. Jenis Lahan Luas Tahun 2005 (Ha) (%) 1 Sawah 3,547.40 20.00 2 Hutan 1,241.59 7.00 3 Ladang 2,305.81 13.00 4 Pemukiman 9,755.35 55.00 5 Jalan 886.85 5.00 Total 17,737.00 100.00 Tabel 3.1 Data Tata Guna Lahan Sumber : Laporan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Pada DAS Ciliwung, Cisadane, Angke, Pesanggrahan, Krukut-Grogol, Sunter, Cakung dan Kali Bekasi Untuk Pengendalian Banjir di Wilayah Jabodetabekjur tahun 2007, BPDAS Citarum Ciliwing 3.2.4 Klimatologi Gambaran kondisi iklim daerah studi dapat dilihat dari hasil pencatatan stasiun klimatologi yang ada di daerah studi tersebut, yaitu dari stasiun Klimatologi Pondok Betung. Data yang terkumpul adalah catatan hasil pengukuran parameter klimatologi, meliputi data temperatur udara, penyinaran matahari, kelembaban udara dan kecepatan angin, tersaji sebagai berikut: a. Suhu udara rata rata adalah : 26.5 C - 28 C b. Kelembaban udara adalah : 74% - 87% c. Kecepatan angin rata rata : 2,3-4,4 m/dt
30 Sawangan Cibinong Bogor Gambar 3.2. Lokasi Stasiun Hujan
31 Data hujan tahunan maksimum Sub-DAS Pesanggrahan Tahun Stasiun Cibinong Bogor Sawangan 1983 - - 125 1984 - - 120 1985 - - 131 1986 162 70 112 1987 84 125 83 1988 119 59 78 1989 104 86 77 1990 102 105 69 1991 95 136 75 1992 123 101 78 1993 125 95 80 1994 110 132 100 1995 72 128 89 1996 70 147 97 1997 152 69 58 1998 220 96 47 1999 96 70 51 Tabel 3.2 Data Hujan Tahunan Maksimum Sumber:Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta 1983-1999 3.2.5 Skema Sub-DAS Pesanggrahan Kali Pesanggrahan mengalir diantara Kali Ciliwung dan Cisadane, secara administratif berada pada wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Kabupaten Tangerang, serta Kota Depok. Di bagian hulunya Kali Pesanggrahan mendapat suplesi dari Kali Pekancilan di Kota Depok, serta saluran Kali Baru di daerah Bojongsari. Pada bagian tengah, melalui sudetan Grogol Pesangrahan, Kali Pesanggrahan mendapat pasokan dari Kali Grogol melalui sudetan Grogol- Pesanggrahan.
32 TELUK JAKARTA PA Daan Mogot PA Karet PA Manggarai BKB Saluran Mookevart K.Krukut K.Cisadane K.Angke PA Koneng K.Mampang S.Gintung JAKARTA BARAT JAKARTA SELATAN S.Bojongsari JAKARTA SELATAN TANGERANG K.Pesanggrahan K.Grogol S.Ragunan K.Sekretaris JAKARTA SELATAN Sudetan S.Pitara K.Prumpang TANGERANG JAKARTA SELATAN DEPOK DEPOK S.Citayem K.Grogol S. S.Ratujaya S.Babakan S.Pulo S.Pasirputih Suplesi S.Tonjong Bojonggede K.Baru 2 K.Ciliwung S.Kemuning K.Pekancilan Cibuluh Bendung Katul Bendung Empang Gambar 3.3 Skematik Aliran Sub-DAS Pesanggrahn Sumber:Laporan StudiPengendalian Banjir DAS Pesanggrahan 2006, Dinas PU DKI Jakarta
33 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 DIAGRAM ALUR Untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai, dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data-data yang diperlukan, antara lain : a. Data hidrologi : berupa data curah hujan pada stasiun pencatatan hujan Sawangan, Cibinong dan Bogor b. Data tata guna lahan termasuk koefisien limpasan wilayah Sub-DAS Pesanggrahan. c. Data dimensi sungai : berupa potongan melintang dan memanjang 2. Melakukan survey lapangan apabila data sekunder tidak memenuhi. Dalam survey lapangan ini tahapan yang dilakukan adalah melakukan pengukuran dimensi dan tinggi muka air sungai Pesanggrahan. 3. Melakukan perhitungan awal dari data-data yang ada. a. Mengolah data curah hujan. b. Melakukan perhitungan intensitas hujan dan luas catchment area. c. Menghitung waktu konsentrasi (Tc). d. Menghitung nilai C dan CN 4. Hasil dari perhitungan data tersebut kemudian digunakan dalam perhitungan dengan metode rasional dan program SMADA. 5. Output data yang diperoleh dari kedua metode perhitungan berupa grafik hidrograf. Dari grafik ini dapat dianalisa debit limpasan yang terjadi pada sungai Pesanggrahan. 6. Membandingkan prediksi debit limpasan antara hasil perhitungan rasional dan program SMADA. 7. Menghitung debit kapasitas penampang dan membandingkan dengan debit aliran yang ada. 8. Memberikan kesimpulan dan saran.
34 Mulai Perumusan Masalah Pengumpulan Data : 1. Data curah hujan 2. Data potongan sungai 3. Data tata guna lahan 4. Data koef. runoff Cek kelengkapan data Tidak Survey Lapangan Perhitungan Awal Analisa Rasional Input : C, I, A Analisa Program SMADA Input : I, A, CN, Volume Debit (Q1) Volume Debit (Q2) Perbandingan Hasil Analisa Data Debit Aliran Analisa Hidraulika Perbandingan Debit Aliran dengan Debit Penampang yang ada Saran dan Rekomendasi Selesai Gambar 4.1 Diagram Alur Metodologi Penelitian
35 4.2 SKEMA METODE RASIONAL Mulai Parameter Data Perhitungan Analisa Frekuensi Luas daerah tangkapan ( A ) Koefisien Pengaliran ( C ) Data Curah Hujan Maksimum Periode ulang tertentu 1. Perhitungan curah hujan ratarata : x X = i n 2. Hitung Standar deviasi : Σ( xi x) Sx = N 1 3. Dari tabel diperoleh nilai SN dan Y N 4. Tentukan nilai Y T berdasarkan periode ulang yang ditinjau 5. Dengan menggunakan rumus Sx XTr = X + (YT Y N ) SN diperoleh persamaan regresi 2 Debit Aliran Q = C.I.A Intensitas hujan didapat dari Kurva IDF Proses Analisis - - - - - - Gambar 4.2 Skema Perhitungan Metode Rasional
36 4.3 SKEMA ANALISA PROGRAM SMADA Analisa menggunakan program SMADA dapat dilakukan setelah memasukkan data-data pada menu watershed dan menu rainfall. Menu watershed berisi informasi tentang daerah study, sedangkan menu Rainfall berisi informasi mengenai curah hujan berdasarkan periode ulang yang ditinjau. Watershed Rainfall Hidrograph Gambar 4.3 Bagan Skema Analisa Program SMADA