BAB III DATA EKSISTING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

SKRIPSI SUYANTI X. Oleh

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penanganan banjir pada sistem drainase perlu dilakukan dalam beberapa

ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja

BAB 3 METODE PEMETAAN DAERAH BANJIR

ANALISIS CURAH HUJAN SEPUTAR JEBOLNYA TANGGUL SITU GINTUNG

BAB IV ANALISA DATA. = reduced mean yang besarnya tergantung pada jumlah tahun pengamatan. = Standard deviation dari data pengamatan σ =

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN... iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung

POLA PIKIR YANG HARUS DI RUBAH. DJOKO SURYANTO Hp

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021)

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. (catchment area) yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan hidup

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II STUDI PUSTAKA

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB III METODE ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HIDROLOGI DAS CILIWUNG DAN ANDILNYA TERHADAP BANJIR JAKARTA 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGARUH SITU TERHADAP RESPON HIDROLOGI DI DAS PESANGGRAHAN MENGGUNAKAN MODEL HEC-HMS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah

BAB IV ANALISA Kriteria Perencanaan Hidrolika Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk lahan perumahan, industri sehingga terjadi. penyimpangan guna lahan yang mengakibatkan meluapnya aliran aliran

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

Gambar 1.1 DAS Ciliwung

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Berita Acara Tugas Akhir... Lembar Persembahan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

STUDI EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN AW.SYAHRANI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR

ABSTRAK. Kata Kunci: debit banjir, pola aliran, saluran drainase sekunder, Mangupura. iii

PENGERTIAN HIDROLOGI

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi

ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI TONDANO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA I DAN HSS LIMANTARA

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA. Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI ANALISIS KAPASITAS DAN PERENCANAAN SALURAN

ANALISIS VOLUME TAMPUNGAN KOLAM RETENSI DAS DELI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

Sungai dan Daerah Aliran Sungai

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV KONDISI EKSISTING SISTEM DRAINASE PADA WILAYAH STUDI

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

Transkripsi:

25 BAB III DATA EKSISTING 3.1 GAMBARAN UMUM Pembangunan di segala bidang pada dua dekade terakhir menuntut corak atau wawasan terpadu dan berkelanjutan. Tuntutan wawasan terpadu dan berkelanjutan tersebut dimaksudkan agar seluruh pihak yang terkait dengan kegiatan pembangunan tersebut menyadari sepenuhnya bahwa pilihan yang dilakukan merupakan pilihan terbaik yang kebagusan kinerjanya perlu dipelihara sedemikian hingga pembangunan dimaksud dapat memberikan manfaat yang optimal. Era otonomi daerah yang dicanangkan semenjak tiga tahun terakhir telah mengundang banyak tantangan dalam usaha memenuhi tuntutan wawasan terpadu dan berkelanjutan tersebut, terutama terkait dengan aspirasi masing-masing daerah otonom. Hal yang sama juga dijumpai pada usaha penanganan Kali Pesanggrahan, dimana pengendalian banjir yang dilakukan diharapkan dapat mengurangi permasalahan banjir Jakarta, tanpa meninggalkan wawasan terpadu dan berkelanjutan. Kali Pesanggrahan yang mengalir dari wilayah Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Kota Tangerang di Propinsi Jawa Barat, sampai ke wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara, di Propinsi DKI Jakarta merupakan sungai yang strategis baik bagi wilayah Propinsi Banten, DKI, maupun Jawa Barat. Gagasan penanganan Kali Pesanggrahan yang menyatu dengan rencana penanganan banjir Jakarta sudah dimulai sejak tahun 1973 oleh NEDECO, termasuk hasil kajian yang disusun oleh JICA pada tahun 1997. Cepatnya pertumbuhan pemanfaatan lahan di sekitar ruas Kali Pesanggrahan baik di bagian hulu dan bagian hilirnya merupakan bukti kurang berhasilnya memadukan aspirasi pihak terkait. Pada kondisi demikian usaha pengendalian banjir Kali Pesanggrahan akan semakin terbatas, sehingga permasalahan banjir Jakarta

26 menjadi semakin kompleks. Beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan pengendalian banjir Kali Pesanggrahan, baik pada tingkat pemerintah pusat (undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri), maupun daerah akan diulas tentang proses perencanaan pengendalian banjir Kali Pesanggrahan perlu diacu secara cermat dengan memperhatikan kesesuaian penerapannya. Rencana Pembangunan Waduk Retensi Limo di Kali Pesanggrahan, yang pernah dipikirkan sejak lama adalah merupakan rencana yang semakin lama semakin sulit terealisasi. Rencana tersebut terletak di Desa Limo dan Desa Meruyung, Kecamatan Limo, serta Desa Cinangka, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok, Propinsi Jawa Barat. Luas daerah pengaliran sungai di lokasi rencana waduk adalah 67,23 Km 2, dengan curah hujan rerata tahunan adalah 3500 mm, dan elevasi tampungan bruto pada elevasi +60,00m adalah sebesar 9,43 juta m 3. Rencana pembangunan Waduk Limo dimaksudkan untuk mengurangi problema banjir di daerah sekitar ruas Kali Pesanggrahan khususnya di daerah IKPN Bintan, Cipulir, Ulujami, Kembangan, Cinere, Pondok Labu, dan lain-lain, dengan tingkat peredaman sebesar + 20%. 3.2 DATA LOKASI PENELITIAN 3.2.1 Karakteristik Umum SubDAS Pesanggrahan DAS Pesanggrahan mempunyai bentuk pipih dan memanjang dengan beberapa anak sungai yang bertemu di Kali Pesanggrahan seperti dapat dilihat pada Gambar 3.1. Karakteristik DAS Kali Pesanggrahan adalah sebagai berikut: 1. Luas DAS = 112.06 km 2 2. Luas DAS bagian hulu = 67,515 km 2 3. Panjang sungai utama (L) = 73,688 km 4. Kemiringan sungai utama = 0,27% 5. Jumlah ruas sungai = 105 6. Lebar DAS hulu = 5,615 km 7. Lebar DAS hilir = 2,278 km Sumber:Laporan StudiPengendalian Banjir DAS Pesanggrahan 2006, Dinas PU DKI Jakarta

K. Cengkareng 1 K. Egram K. LAYA 27 106 38'30" 40'00" 42'00" 44'00" 46'00" 06 06'00" PETA DAS PESANGGRAHAN 48'00" 50'00" 8'00" U CENGKARENG 93 20 10'00" K. Pesanggrahan KECAMATAN KEBON JERUK 93 15 12'00" KECAMATAN KEMBANGAN 14'00" 93 10 16'00" KECAMATAN PESANGGRAHAN K. Pesanggrahan K. Sodetan KECAMATAN KEBAYORAN LAMA 93 05 18'00" SITU GINTUNG Luas: ± 12,5 ha SERPONG 93 00 20'00" SITU BABAKAN Luas: 7 ha 22'00" K. Egram LOKASI RENCANA WADUK LIMO 92 95 SITU BOJONGSARI Luas: 28,25 ha K. Enggram KEC. LIMO 24'00" K. Caringin KEC. SAW ANGAN SITU PASIR PUTIH Luas: 8 ha K. Angsar K. Pesanggrahan DEPOK 92 90 26'00" K. Caringin Bawah K. Sasakpanjang 28'00" 92 85 K. Laya SITU TONJONG Luas: 14,4 ha K. Pelayangan 30'00" SITU KEMUNING Luas: 12,65 ha K. Pesanggrahan KEC. BOJONGGEDE 92 80 32'00" KEC. TANAHSEREAL 92 75 34'00" Skala: 1 0 1 2 3 4 5 KM 36'00" 06 90 06 90 06 95 07 00 Gambar 3.1 Daerah Aliran Sungai Pesanggrahan Sumber:Laporan StudiPengendalian Banjir DAS Pesanggrahan 2006, Dinas PU DKI Jakarta

28 3.2.2 Kondisi Aliran Sub DAS Pesanggrahan Aliran Kali Pesanggrahan dipengaruhi oleh kondisi dan aktivitas DAS Kali Pesanggrahan, baik kondisi penutup lahannya serta aktivitas masyarakat yang ada di sistem lahan maupun di sistem alurnya. Kapasitas tampang sungai di sepanjang Kali Pesanggrahan sangat bervariasi, tergantung pada kondisi pemanfaatan alur dan lahan di sekitar tampang sungai tersebut. Keberadaan sistem alur dan situ-situ di wilayah DAS Kali Pesanggrahan juga sangat mempengaruhi pola aliran di Kali Pesanggrahan. Jumlah situ di wilayah Jabodetabek diperkirakan mencapai 200 buah dengan luas total semula + 2.300 Ha. Pengurangan jumlah luasan situ yang sangat signifikan terjadi di wilayah Propinsi DKI Jakarta, yaitu hampir 100%. Jumlah luasan situ pada tahun 2003 di wilayah Jabodetabek saat ini diperkirakan tinggal 1470 Ha. Di kawasan DAS Kali Pesanggrahan terdapat 6 (enam) buah situ, dimana salah satu situ yang sudah tidak berfungsi sama sekali sebagai tempat untuk berlangsungnya akumulasi permukaan adalah Situ Pasir. Dari sisi penekanan puncak banjir, keberadaan situ-situ kurang memberikan pengaruh yang signifikan. Namun demikian dari sisi penyimpanan atau untuk akumulasi air permukaan sistem imbuahan (recharge) yang sangat berarti. Kenaikan pola aliran rendah selama musim kemarau adalah antara 1 s/d 4%. Dengan demikian rehabilitasi situsitu merupakan kegiatan yang sangat penting dari sisi konservasi sumberdaya air, baik dari segi konservasi jumlah maupun kualitas. Pada musim kemarau, kualitas air Kali Pesanggrahan sangat jelek, baik warna maupun bau, terutama pada ruas antara jembatan Cipulir sampai Pintu Air Daan Mogot. Kualitas air di sebelah hulu jembatan Cipulir relatif masih baik karena belum terlalu dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat di sekitarnya. Kali Pesanggrahan pada ruas antara Pintu Air Daan Mogot dan Cengkareng Drain juga sedikit lebih baik daripada pada ruas antara Jembatan Cipulir s/d Pintu Air Daan Mogot, dikarenakan mekanisme pasang surut dapat ikut mengkontribusi pengenceran air.

29 3.2.3 Tata Guna Lahan Berikut data tata guna lahan untuk Sub-DAS Pesanggrahan No. Jenis Lahan Luas Tahun 2005 (Ha) (%) 1 Sawah 3,547.40 20.00 2 Hutan 1,241.59 7.00 3 Ladang 2,305.81 13.00 4 Pemukiman 9,755.35 55.00 5 Jalan 886.85 5.00 Total 17,737.00 100.00 Tabel 3.1 Data Tata Guna Lahan Sumber : Laporan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Pada DAS Ciliwung, Cisadane, Angke, Pesanggrahan, Krukut-Grogol, Sunter, Cakung dan Kali Bekasi Untuk Pengendalian Banjir di Wilayah Jabodetabekjur tahun 2007, BPDAS Citarum Ciliwing 3.2.4 Klimatologi Gambaran kondisi iklim daerah studi dapat dilihat dari hasil pencatatan stasiun klimatologi yang ada di daerah studi tersebut, yaitu dari stasiun Klimatologi Pondok Betung. Data yang terkumpul adalah catatan hasil pengukuran parameter klimatologi, meliputi data temperatur udara, penyinaran matahari, kelembaban udara dan kecepatan angin, tersaji sebagai berikut: a. Suhu udara rata rata adalah : 26.5 C - 28 C b. Kelembaban udara adalah : 74% - 87% c. Kecepatan angin rata rata : 2,3-4,4 m/dt

30 Sawangan Cibinong Bogor Gambar 3.2. Lokasi Stasiun Hujan

31 Data hujan tahunan maksimum Sub-DAS Pesanggrahan Tahun Stasiun Cibinong Bogor Sawangan 1983 - - 125 1984 - - 120 1985 - - 131 1986 162 70 112 1987 84 125 83 1988 119 59 78 1989 104 86 77 1990 102 105 69 1991 95 136 75 1992 123 101 78 1993 125 95 80 1994 110 132 100 1995 72 128 89 1996 70 147 97 1997 152 69 58 1998 220 96 47 1999 96 70 51 Tabel 3.2 Data Hujan Tahunan Maksimum Sumber:Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta 1983-1999 3.2.5 Skema Sub-DAS Pesanggrahan Kali Pesanggrahan mengalir diantara Kali Ciliwung dan Cisadane, secara administratif berada pada wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Kabupaten Tangerang, serta Kota Depok. Di bagian hulunya Kali Pesanggrahan mendapat suplesi dari Kali Pekancilan di Kota Depok, serta saluran Kali Baru di daerah Bojongsari. Pada bagian tengah, melalui sudetan Grogol Pesangrahan, Kali Pesanggrahan mendapat pasokan dari Kali Grogol melalui sudetan Grogol- Pesanggrahan.

32 TELUK JAKARTA PA Daan Mogot PA Karet PA Manggarai BKB Saluran Mookevart K.Krukut K.Cisadane K.Angke PA Koneng K.Mampang S.Gintung JAKARTA BARAT JAKARTA SELATAN S.Bojongsari JAKARTA SELATAN TANGERANG K.Pesanggrahan K.Grogol S.Ragunan K.Sekretaris JAKARTA SELATAN Sudetan S.Pitara K.Prumpang TANGERANG JAKARTA SELATAN DEPOK DEPOK S.Citayem K.Grogol S. S.Ratujaya S.Babakan S.Pulo S.Pasirputih Suplesi S.Tonjong Bojonggede K.Baru 2 K.Ciliwung S.Kemuning K.Pekancilan Cibuluh Bendung Katul Bendung Empang Gambar 3.3 Skematik Aliran Sub-DAS Pesanggrahn Sumber:Laporan StudiPengendalian Banjir DAS Pesanggrahan 2006, Dinas PU DKI Jakarta

33 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 DIAGRAM ALUR Untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai, dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data-data yang diperlukan, antara lain : a. Data hidrologi : berupa data curah hujan pada stasiun pencatatan hujan Sawangan, Cibinong dan Bogor b. Data tata guna lahan termasuk koefisien limpasan wilayah Sub-DAS Pesanggrahan. c. Data dimensi sungai : berupa potongan melintang dan memanjang 2. Melakukan survey lapangan apabila data sekunder tidak memenuhi. Dalam survey lapangan ini tahapan yang dilakukan adalah melakukan pengukuran dimensi dan tinggi muka air sungai Pesanggrahan. 3. Melakukan perhitungan awal dari data-data yang ada. a. Mengolah data curah hujan. b. Melakukan perhitungan intensitas hujan dan luas catchment area. c. Menghitung waktu konsentrasi (Tc). d. Menghitung nilai C dan CN 4. Hasil dari perhitungan data tersebut kemudian digunakan dalam perhitungan dengan metode rasional dan program SMADA. 5. Output data yang diperoleh dari kedua metode perhitungan berupa grafik hidrograf. Dari grafik ini dapat dianalisa debit limpasan yang terjadi pada sungai Pesanggrahan. 6. Membandingkan prediksi debit limpasan antara hasil perhitungan rasional dan program SMADA. 7. Menghitung debit kapasitas penampang dan membandingkan dengan debit aliran yang ada. 8. Memberikan kesimpulan dan saran.

34 Mulai Perumusan Masalah Pengumpulan Data : 1. Data curah hujan 2. Data potongan sungai 3. Data tata guna lahan 4. Data koef. runoff Cek kelengkapan data Tidak Survey Lapangan Perhitungan Awal Analisa Rasional Input : C, I, A Analisa Program SMADA Input : I, A, CN, Volume Debit (Q1) Volume Debit (Q2) Perbandingan Hasil Analisa Data Debit Aliran Analisa Hidraulika Perbandingan Debit Aliran dengan Debit Penampang yang ada Saran dan Rekomendasi Selesai Gambar 4.1 Diagram Alur Metodologi Penelitian

35 4.2 SKEMA METODE RASIONAL Mulai Parameter Data Perhitungan Analisa Frekuensi Luas daerah tangkapan ( A ) Koefisien Pengaliran ( C ) Data Curah Hujan Maksimum Periode ulang tertentu 1. Perhitungan curah hujan ratarata : x X = i n 2. Hitung Standar deviasi : Σ( xi x) Sx = N 1 3. Dari tabel diperoleh nilai SN dan Y N 4. Tentukan nilai Y T berdasarkan periode ulang yang ditinjau 5. Dengan menggunakan rumus Sx XTr = X + (YT Y N ) SN diperoleh persamaan regresi 2 Debit Aliran Q = C.I.A Intensitas hujan didapat dari Kurva IDF Proses Analisis - - - - - - Gambar 4.2 Skema Perhitungan Metode Rasional

36 4.3 SKEMA ANALISA PROGRAM SMADA Analisa menggunakan program SMADA dapat dilakukan setelah memasukkan data-data pada menu watershed dan menu rainfall. Menu watershed berisi informasi tentang daerah study, sedangkan menu Rainfall berisi informasi mengenai curah hujan berdasarkan periode ulang yang ditinjau. Watershed Rainfall Hidrograph Gambar 4.3 Bagan Skema Analisa Program SMADA