JENIS-JENIS POHON DI SEKITAR MATA AIR DATARAN TINGGI DAN RENDAH (Studi Kasus Kabupaten Malang)



dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

DIVERSITAS POHON SEKITAR ALIRAN MATA AIR DI KAWASAN PULAU MOYO NUSA TENGGARA BARAT. Trimanto Kebun Raya Purwodadi - LIPI ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau tersebut memiliki pulau-pulau berukuran kecil, memiliki

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan sumber air yang sangat melimpah. Sumber air

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Ilmu Ekologi dikenal dengan istilah habitat. jenis yang membentuk suatu komunitas. Habitat suatu organisme untuk

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai ecosystem engineer (Keller & Gordon, 2009) atau juga soil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

BAB I. PENDAHULUAN A.

ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA

I. PENDAHULUAN. Siklus hidrologi dimulai dari proses penguapan pada permukaan tanah dan

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU, Apis cerana Fabr. (HYMENOPTERA : APIDAE)

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

KAJIAN PROFIL VEGETASI TERHADAP KONSERVASI AIR (ALIRAN BATANG, CURAHAN TAJUK, DAN INFILTRASI) DI KEBUN CAMPUR SUMBER TIRTA SENJOYO SEMARANG

Siti Sofiah 1 dan Abban Putri Fiqa 2 UPT Balai Koonservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi Jl. Raya Surabaya-Malang km. 65 Purwodadi-Pasuruan,

SKRIPSI. Pemetaan Flora dan Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian di. Sekitar Daerah Gua Ngguwo Gunungkidul Sebagai Daerah. Ekowisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

PRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dan mempunyai luas daratan

2015 STRUKTUR VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANTAI DI HUTAN PANTAI LEUWEUNG SANCANG, KECAMATAN CIBALONG, KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

PENDAHULUAN. Latar Belakang

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DI KAWASAN HUTAN BUKIT BELUAN KECAMATAN HULU GURUNG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

Ekologi Padang Alang-alang

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

Oleh: Ir. Alwis, MM Nden Rissa H, S.Si. M.Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SMP NEGERI 3 MENGGALA

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

KERAGAMAN LEPIDOPTERA PADA DUKUH DAN KEBUN KARET DI DESA MANDIANGIN KABUPATEN BANJAR

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, mandi dan lain-lain. Sekitar tiga per empat tubuh manusia terdiri dari air

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman

Transkripsi:

JENIS-JENIS POHON DI SEKITAR MATA AIR DATARAN TINGGI DAN RENDAH (Studi Kasus Kabupaten Malang) Siti Sofiah dan Abban Putri Fiqa UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi-LIPI Jl. Raya Surabaya Malang Km. 65, Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur Sofie2291@yahoo.com dan abbanpf@gmail.com Abstract Water source has a specific of vegetation type. The difference between high and lowland area can be described from their each vegetation. Research was located in water source area in Pujon as a sample high water source area and Singosari as water source in lowland area. Explorative and descriptive methods were done in this research by doing encode of all trees which founded around water source area in 2m radius. Result were showed that in high area water source trees which found in large number are Dendrocalamus asper and Calliandra sp. Dendrocalamus asper has biggest Important Value Index, 38,39%, with diversity index 3,34. Different with water source in lowland area, trees that found in large numbers are Albizia falcataria, Coffea liberica and Swietenia macrophylla. The important values index for the three of trees are 9.811%, with Diversity index 5,37. Key words : trees diversity, lowland, highland, water source. Pendahuluan Mata air merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan terutama bagi masyarakat di sekitarnya. Seiring dengan peningkatan pembangunan dan pertambahan jumlah penduduk, maka diperlukan adanya pemeliharaan terhadap kualitas dan kuantitas mata air, untuk menjamin ketersediaanya bagi pasokan berbagai macam kebutuhan. Karakteristik mata air salah satunya ditentukan oleh aspek hidrologis (ESDM, 27). Terkait dengan aspek hidrologis, vegetasi merupakan faktor yang berperan didalamnya. Pengelolaan vegetasi, khususnya hutan, dapat mempengaruhi waktu dan penyebaran aliran air. Beberapa pengelola daerah aliran sungai (DAS) beranggapan bahwa hutan dapat dipandang sebagai pengatur aliran air (streamflow regulator), artinya bahwa hutan dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya pada musim kemarau. Pengaruh tata guna lahan terhadap perilaku aliran air dapat terjadi melalui penggantian/ konversi vegetasi dengan transpirasi/ intersepsi tahunan tinggi menjadi vegetasi 1

dengan transiprasi rendah dapat meningkatkan volume aliran air dan mempercepat waktu yang diperlukan untuk mencapai debit puncak. Diketahui bahwa adanya penebangan pohon, perusakan jenis -jenis tumbuhan dan perubahan tata guna lahan berpengaruh terhadap ketersediaan air dan mendegradasi mata airnya. Hal ini terjadi karena pembukaan hutan atau perusakan vegetasi pada suatu lahan menyebabkan tanah menjadi gundul, terjadi erosi dan kemampuan tanah untuk menyimpan air hujan menjadi berkurang (Solikin, 2). Tiga faktor yang menentukan besarnya debit mata air adalah permeabilitas akuifer (tinggi muka air tanah), luasan daerah resapan (recharge area) yang mengisi akuifer dan besarnya pengisian air tanah (groundwater recharge) (Davis and de Wist, 1966). Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang air (recharge area). Dalam upaya konservasi mata air, salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan metode vegetasi, melalui rehabilitasi terprogram pada daerah resapan air, guna mendukung keseimbangan hidrologis di daerah kawasan mata air. Pemilihan tanaman yang sesuai dengan faktor lingkungan dan edafik kawasan mata air diperlukan untuk mendukung aspek hidrologis pada daerah resapan air, agar dapat tercipta eksosistem yang stabil. Salah satu faktor lingkungan yang berperan terhadap lingkungan tumbuh tanaman adalah ketinggian tempat. Oleh karena itu informasi tentang jenis-jenis tanaman di daerah mata air di dataran tinggi dan rendah sangat diperlukan sebagai salah satu langkah upaya rehabilitasi kawasan mata air yang efektif dan efisisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tanaman di kawasan mata air pada dataran rendah dan tinggi. memiliki banyak mata air. Beberapa mata air di Kabupaten Malang mengalami banyak penurunan, baik secara kuantitas maupun kualitas, karena banyak terjadinya alih fungsi lahan dari hutan menjadi pertanian, terutama didaerah perbukitan dan daerah tangkapan Bahan dan Cara Kerja Pengamatan jenis-jenis tanaman di kawasan mata air pada dataran rendah dan tinggi dilakukan pada dua kecamatan di Kabupaten Malang. Pengambilan sampel 2

lokasi mata air untuk dataran rendah dilakukan di Kecamatan Singosari (5-6 mdpl), sedangkan untuk dataran tinggi dilakukan di Kecamatan Pujon (1-12 mdpl). Data yang dicatat meliputi lokasi mata air dan jenis tumbuhan berhabitus pohon, dengan mendata jenis tanaman pada radius 2 m disekitar mata air. Kegiatan penelitian dilaksanakan bulan Juli-Agustus 29. Hasil Komposisi jenis dan keanekaragaman hayati tanaman di dataran INP INP 45 4 35 3 25 2 15 1 5 Gambar 2. Beberapa Tumbuhan dengan INP terbesar di Mata Air Dataran Tinggi 12 1 8 6 4 2 D. asper S. macrophylla 38.39 Calliandra sp. (merah) 28.33 9.81 9.81 9.81 A. falcataria P. merkusii 18.63 C. liberica A. dammara 15.77 H. macrophyllus 7.15 Jenis pohon M. azedarach Jenis pohon 12.92 12.44 B. blumeana T. surenii P. americana 6.19 6.3 G. arborea Gambar 3. Beberapa Tumbuhan dengan INP terbesar di Mata Air Dataran Rendah 1.24 rendah, lebih kompleks tinggi dibandingkan dengan dataran tinggi (Gambar 1). Pembahasan Adanya perbedaan topografi akan 1 8 6 4 2 Indeks Diversitas Jumlah Species Dataran Rendah Dataran Tinggi mempengaruhi kondisi ekologis suatu tanaman. Vegetasi di daerah dataran rendah dan tinggi memiliki keunikan tersendiri. Komposisi jenis dan keanekaragaman Gambar 1. Indeks diversitas dan jumlah species pada mata air dataran rendah dan tinggi. Vegetasi di sekitar mata air spesifik, baik di dataran tinggi maupun rendah. Tumbuhan dengan nilai INP terbesar di dataran tinggi dan dataran rendah (Gambar 2 dan 3). tumbuhan dalam suatu kawasan tergantung oleh beberapa faktor lingkungan, seperti kelembaban, nutrisi, cahaya matahari, topografi, batuan induk, karaktersitik tanah, struktur kanopi dan sejarah tata guna lahan (Hutchincson, 1999 dalam Kurniawan, 28). Hal ini berarti kondisi geografis suatu 3

tempat mempengaruhi jenis tumbuhan yang terdapat didalamnya. Jenis tumbuhan yang ditemukan disekitar mata air di Pujon dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pertama dan kedua adalah Dendrocalamus asper, dan Calliandra sp., dengan nilai INP masingmasing adalah 38,39% dan 28,33%. Nilai keragaman jenis tumbuhan di kawasan mata air ini adalah 3,34. Tumbuhan spesifik habitat mata air diantaranya adalah bambu dan jenis-jenis beringin. Tanaman bambu menurut Solikin (2), merupakan jenis tanaman yang menjadi tanaman yang bernilai ekonomi yang penting bagi pelestarian sumber daya air dan tanah. Selain itu jenis-jenis tanaman dari suku Moraceae sering ditemukan di lokasi mata air. Tanaman ini memiliki tipe perakaran yang dalam. Pada dini hari hingga pagi hari saat musim kemarau permukaan tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh kondisinya basah. Ada dugaan bahwa tanaman mempunyai mekanisme hydraulic conductance yaitu kemampuan tanaman dalam menyerap air dalam jumlah banyak di malam hari untuk disebarkan ke permukaan, selanjutnya saat pagi hari air permukaan akan diserap kembali oleh akar-akar permukaan dan dipergunakan untuk metabolismenya (Larcher, 1995). Dataran rendah Kecamatan Singosari memiliki 6 mata air (ESDM, 27). Jenis tumbuhan di sekitar mata air dataran rendah diantaranya adalah Albizia falcataria, Swietenia macrophylla dan Coffea liberica dengan nilai INP adalah 9,811%. Nilai INP ketiga tanaman yang sama, menunjukkan bahwa tidak ada dominansi pada area tersebut. Menurut Whitten dkk. (1999) sebagian besar hutan basah dataran rendah di Jawa tidak memiliki spesies atau famili yang dominan dan keragaman komposisi spesies sangat tinggi sehingga tidak ada kombinasi spesies yang umum. Indeksi diversitas tanaman di dataran rendah memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan dataran tinggi, sesuai dengan pernyataan Primack dkk., (1998) di mana kelimpahan species akan semakin berkurang dengan semakin bertambahnya ketinggian. Nilai indeks diversitas di dataran rendah adalah 5, 37. Beberapa jenis tumbuhan dari suku Moraceae juga banyak ditemukan, diantaranya adalah bendo (Arocarpus 4

elasticus), sukun (Artocarpus altilis), nangka (Artocarpus heterophyllus) serta beberapa marga Ficus, di mana tanaman ini memiliki tinggi adalah Dendrocalamus asper, dan Calliandra sp., dengan nilai INP masingmasing 38,39% dan 28,33%. tipe perakaran dalam dan memiliki tipe kanopi yang rapat satu sama lain sehingga dapat mengkonservasi tanah dan air di sekitar mata air (Fiqa dkk., 25). Di kawasan mata air Singosari Albizia falcataria Swietenia macrophylla dan Coffea liberica merupakan jenis tanaman yang paling banyak ditemukan. Mata air dataran rendah yang banyak didominansi oleh tanaman introduksi, membuktikan bahwa mata air tersebut telah banyak terdegradasi. Perubahan jenis vegetasi dari vegetasi hutan ke tanaman fast grow plants, bisa menyebabkan berkurangnya debit di mata air, akibat berkurangnya kualitas resapan air. Kesimpulan Mata air dataran tinggi dan rendah memiliki vegetasi yang spesifik. Nilai Indeks diversitas mata air dataran rendah (Singosari) sebesar 5,37 sedangkan dataran tinggi (Pujon), sebesar 3,34. INP tertinggi di dataran rendah adalah 9,811%, dimiliki oleh Albizia falcataria, Swietenia macrophylla dan Coffea liberica. Sedangkan di dataran Daftar Pustaka Davis, S.N and R.J.M De Wiest, 1966. Hydrogeology. John Willey & Sons. New York. ESDM, 27. Laporan Inventarisasi Sumber- Sumber Air Kabupaten Malang. Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Malang. Fiqa, A.P., E. Arisoesilaningsih dan Soejono. 25. Konservasi Mata Air DAS Brantas Memanfaatkan Diversitas Flora Indonesia. disampaikan pada Seminar Nasional Basic Science II FMIPA UNIBRAW Tanggal 26 Februari 25. Kurniawan, 28. Distibusi Jenis Pohon Di Sepanjang Gradien Lingkungan yang Diukur di Kawasan Hutan Tropis Cagar Alam Pangandaran, Jawa Barat. Prosiding Seminar Sehari Konservasi dan Pendayagunaan Keanekaragaman Tumbuhan Daerah Kering II. Editor Soejono, dkk. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi. Hal. 511. Larcher, W. 1995. Physiological Plant Ecology. Third Edition. Springer. Austria. Primack, R.B., J. Supriatna, M. Indrawan, P. Kramadibrata. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Solikin. 2. Peranan Konservasi Flora dalam Pelestarian Sumber Daya Air di Indonesia. Jurnal Natural 4(2):117-123. Solikin. 2. Peranan Kebun Raya Purwodadi dalam pelestarian sumber daya air. Jurnal Natural 4(2):13-135. Whitten, T., R. E. Soeriaatmadja dan S. A. Afiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Jilid II. Penerjemah : S.N. Kartikasari, T.B. Utami dan Agus Widyantoro. Prenhallindo. Jakarta. Hal 465-466 : 59 :679 5