HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENELITIAN DOSEN MUDA



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.

BAB IV PENUTUP. ekonomi dan karena kurangnya perhatian dari orang tua. memahami lagi falsafah adat yang ada di Minangkabau Adat Basandi

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

ANALISIS PERBANDINGAN AIKIDO DI JEPANG DAN SILEK DI MINANGKABAU SEBAGAI SENI BELADIRI TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 110 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENDARAAN TIDAK BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam yang diturunkan oleh Allah SWT. melalui Rasul-Nya. dalam Al Quran maupun dalam Al Hadits yang diantaranya berbunyi:

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam video konser Super Junior bertajuk Super Show World Tour 1-5 banyak

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

Kecakapan Antar Personal

Waktu Kegiatan Pemateri Daftar ulang Panitia Pembukaan Panitia Bahasa Indonesia yang Cermat, Apik, dan Santun

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam

ANALISIS PENGGUNAAN SINGKATAN SMS PADA RUBRIK GAUL DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI DESEMBER-JANUARI 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

I. PENDAHULUAN. yang dinyatakan oleh Aristoteles bahwa manusia yang hidup bersama dalam

ETIKA DAN ETIKET DALAM KOMUNIKASI

FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEBAGAI KEBUTUHAN POKOK MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB V PENUTUP. bahwa film ini banyak merepresentasikan nilai-nilai Islami yang diperankan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kesantunan antara lain adalah deiksis sosial.

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG KEWAJIBAN PANDAI MEMBACA AL-QURAN BAGI ANAK SEKOLAH DAN CALON PENGANTIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

PELUANG BISNIS MAHASISWA DAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA SAMBAS NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN PELACURAN DAN PONOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Sesi 7: Pelecehan Seksual

و أت م ىا ال ح ج و ال ع م ز ة ل ل ه )البقزة : مناسك الحج والعمرة. Manasik Umrah Duha Wisata. dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2)

BAB I PENDAHULUAN. keturunan ibu (perempuan) yang disebut dengan istilah Matrilineal (Edison, 2014:292). Garis

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

GESTURES MATERI 8 MATA KULIAH ILMU PERNYATAAN KOMUNIKASI KINESIK:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. keamanan, dan kesejahteraan hidupnya. Manusia telah melakukan komunikasi ribuan

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA WACANA KHOTBAH SALAT TARAWIH DI DESA TLOBONG KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

PENDAHULUAN. A. Pengertian Wawancara

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Seks dan Problematikanya. A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN MINUMAN KERAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

PENERAPAN ETIKET PERSIAPAN Waktu menghubungi yang tepat 3. Lama pembicaraan. 5. Kuasai masalah yang di bicarakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bentuk guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu fungsi

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dan Buka Bersama, di Jakarta, tgl. 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

PERATURAN PSYCHE 2017

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA AKAD NIKAH DAN BARALEK KAWIN

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

[2013] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN TENTANG JUMAT KHUSYU. [salinan] Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda.

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENELITIAN DOSEN MUDA 1. Judul Penelitian : Komunikasi Nonverbal dalam Masyarakat Budaya Minangkabau 2. Bidang Ilmu Penelitian : Sastra dan Filsafat 3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : Sonezza Ladyanna, S.S. b. Jenis Kelamin : P c. NIP : 132 309 300 d. Pangkat/Golongan : Asisten Ahli/IIIa e. Jabatan : Staf Pengajar f. Fakultas/Jurusan : Sastra/ Sastra Indonesia 4. Jumlah Peneliti : 1 orang 5. Lokasi Penelitian : Sumatera Barat 6. Waktu Penelitian : 12 bulan 7. Biaya : Rp 10.000.000,00 Mengetahui, Dekan Fakultas Sastra, Padang, Oktober 2007 Ketua Peneliti, Dra. Adriyetti Amir, S.U. Sonezza Ladyanna, S.S. NIP 131 413 768 NIP 132 309 300 Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian, Prof. Dr. Ir.H. Helmi, M.Sc NIP. 131 474 873

KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM MASYARAKAT BUDAYA MINANGKABAU 1. Pendahuluan Manusia merupakan makhluk sosial. Dalam berinteraksi, manusia membutuhkan piranti untuk berkomunikasi. Bentuk piranti tersebut dapat dalam bentuk verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal dengan menggunakan bahasa yang keluar dari alat ucap manusia. Sistem komunikasi nonverbal dengan isyarat yang menggunakan berbagai bagian tubuh, seperti ekspresi wajah, sikap tubuh, gerakan jari-jemari, tangan lengan, pundak, goyangan pinggul, dan gelengan kepala (Kartomiharjo, 1988:73). Sumatera Barat yang berbudaya Minangkabau masih mempunyai tradisi komunikasi nonverbal yang cukup unik. Salah satunya, penggunaan isyarat gerak tubuh dalam transaksi jual beli binatang ternak di pasar tradisional. Adakalanya, generasi muda Sumatera Barat saat ini tidak mengenal lagi komunikasi nonverbal tersebut. Sebagai contoh, dapat dilihat dari ketidakpekaan mereka terhadap batuk kecil mamak (paman) ketika akan bertamu. Batuk kecil tersebut bermakna, bahwa si mamak akan singgah ke rumah itu. Dan, kemenakan atau tuan rumah wajib bersiap-siap, baik kerapaian rumah, maupun pakaian guna menyambut mamak dan mempersilahkannya masuk masuk sebelum ia mengucapkan salam. Namun, saat ini generasi muda sudah tidak mengerti lagi maksud dari pesan nonverbal tersebut. Bahkan, mereka tidak paham kapan bentuk suatu komunikasi nonverbal boleh digunakan. Sebagai contoh, gerakan memanggil orang dengan mengayunkan tangan kanan. Gerakan ini hanya boleh digunakan untuk memanggil orang yang secara usia lebih muda, kecil. Apabila digunakan untuk orang yang lebih tua, maka hal ini dapat diatakan tidak sopan, yang dalam istilah orang Minang dinyatakan dengan indak taratik. Meskipun, orang yang dipanggil jauh dan suasana sangat ribut. Oleh karena itu, penelitian yang bertujuan untuk menguraikan bentuk dan penggunaan serta makna komunikasi nonverbal dalam masyarakat budaya Minangkabau ini penting dilakukan sebagai acuan generasi muda dalam 1

berkomunikasi nonverbal. Untuk remaja sebagai generasi muda penerus bangsa, hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi acuan pengetahuan tentang adanya tradisi komunikasi nonverbal dalam budaya Minangkabau yang bahan acuannya masih jarang. Dan untuk wisatawan, hasil penelitian ini sedianya dapat menjadi panduan tentang keunikan budaya Minangkabau. Dalam penelitian ini, penulis menempuh tiga tahapan, yaitu :1) tahap penyediaan data, 2) tahap analisis data,dan 3) tahap penyajian hasil analisis (Sudaryanto, 1993:5). Agar hasil penelitian sahih, maka dalam penyediaan data digunakan metode nonparticipant observation dan participant observation. Dalam metode nonparticipant observation (kuantitatif) peneliti hanya sebagai pengamat dan mencatat serta merekam apa yang tampak (Kartomiharjo, 1998:18). Kemudian dilengkapi dengan metode participant observetion (kualitatif). Dalam hal ini, peneliti melakukan interview langsung dengan teknik wawancara (Kartomiharjo, 1988:18; Muhadjir, 2000:142). Daerah penelitian ditentukan secara random. Daerah tersebut adalah Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, dan Kota Padang. Alasan pemilihan daerah tersebut sebagai titik pengamatan, karena daerah tersebut dianggap dapat mewakili data. Sesuai dengan pendapat Brannen (2004) dan Muhadjir (2000), data yang telah didapat baik secara kuantitatif maupun kualitatif akan dianalisis dengan konsep indeksikalitas dan refleksikalitas. Indeksikalitas adalah keterkaitan perilaku dengan konteks, sedangkan refleksikalitas adalah tata hubungan atau tata susunan objek dengan budaya. Kemudian, hasil analisis akan disajikan dengan metode penyajian formal dan informal (Sudaryanto, 1993:94). 2. Komunikasi Nonverbal dalam Masyarakat Budaya Minangkabau Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disampaikan bahwa komunikasi nonverbal dalam budaya Minangkabau memiliki karakteristik tersendiri. Dalam beberapa aspek kehidupan yang melibatkan interaksi sosial dan menuntut adanya komunikasi, ditemukan beberapa komunikasi nonverbal. Jadi, di samping komunikasi verbal, juga ditemukan komunikasi nonverbal. Hasil penelitian ini belum merangkum semua komunikasi nonverbal yang ada dalam budaya Minangkabau. Keterbatasan waktu, kemampuan, dan akomodasi merupakan halangan yang mesti dapat dilawan untuk penelitian 2

berikutnya. Penelitian ini penting dilanjutkan mengingat tujuan dan manfaat penelitian yang telah disampaikan pada bab awal. Berikut diuraikan jenis komunikasi nonverbal yang dapat dirangkum dari penelitian yang telah dilakukan. Sekali lagi, ditekankan bahwa masih ada komunikasi nonverbal lain yang belum terdata dalam penelitian ini. 2.1 Komunikasi Nonverbal yang Digunakan untuk Menyiarkan Informasi Mesjid (ataupun surau) merupakan pusat informasi masyarakat dalam kebudayaan Minangkabau pada zaman dahulu hingga kini. Hal ini dikarenakan, falsafah masyarakat Minangkabau adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Jadi, adat didasarkan pada kitabullah yang merupakan Alquran yaitu kitab suci agama Islam. Dapat dipastikan bahwa seluruh masyarakat dalam kebudayaan Minangkabau memeluk agama islam. Hal ini berlaku semenjak agama islam masuk ke ranah Minang menggantikan agama Hindu pada waktu itu. Apabila ada yang keluar dari agama Islam, maka ia dianggap bukan orang minang lagi. Oleh karena itu, mesjid sebagai tempat ibadah umat Islam merupakan pusat dari sosial masyarakat. Salah satunya adalah pusat informasi. Meski, pada zaman sekarang, perkembangan teknologi telah melahirkan piranti baru dalam menyebarluaskan informasi. Sebut saja surat kabar, televisi, radio, dan bahkan internet. Gambar 1 Surau Namun, di sebagian besar wilayah dalam budaya Minangkabau tetap mengandalkan mesjid sebagai pusat informasi. Sebelum informasi disiarkan, maka sebelumnya dibunyikan tabuah (bedug). 3

Gambar 2 Tabuah (Beduk) Lain dahulu lain sekarang, pada zaman sekarang tabuah telah banyak digantikan oleh sirine yang lebih efektif.keefektifan sirine terletak pada panjangnya gelombang bunyi yang dihasilkan. Dengan adanya pengeras suara, maka sirine dapat didengar ke seluruh pelosok. Selain itu, sirine juga tidak menghabiskan waktu dan tenaga. Menghidupkan sirine cukup dengan menekan satu tombol saja. Tidak seperti tabuah yang harus dipukul dan membutuhkan keahlian tersendiri. Tentu saja, sirine lebih banyak digunakan mengingat keefektifan yang disejajarkan dengan situasi dan kondisi saat ini. Dahulu, keadaan tidaklah sebising saat ini. Polusi suara yang dihasilkan oleh bunyi kendaraan bermotor, siaran televisi, radio, dan industri mengakibatkan suara tabuah menjadi tidak kondusif. Begitu juga dengan kesibukan yang menuntut orang menggunakan produk yang tepat guna dan efektif terutama dalam hal waktu dan tenaga. Oleh karena itu, sirine menjadi pilihan saat ini. Apabila tabuah dan sirine berbunyi berarti waktu sholat sudah masuk. Berarti, dalam sehari terdengar bunyi tabuah atau sirine dari mesjid sebanyak lima kali. Jika sirine mesjid dibunyikan di luar jam sholat maka ini berarti ada informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat. Informasi tersebut biasanya berupakan berita duka cita, himbauan, pengumuman kegiatan PKK, Posyandu, dan bencana alam. 4

2.2 Komunikasi Nonverbal yang Digunakan dalam Transaksi Jual-Beli Dalam bertransaksi, pedagang ternak di pasar ternak Batusangkar menggunakan kinesik untuk berkomunikasi. Pelaku pasar ternak menggunakan kinesik dalam bertransaksi tentu memiliki alasan. Bentuk kinesik pedagang ternak di pasar ternak Batusangkar mempunyai variasi. Tetapi, pada dasarnya prinsip yang digunakan sama. Pedagang tidak mengeluarkan bahasa lisan tapi dengan gerakan tangan yang terlihat seperti berjabat tangan sebelah kanan yang ditutupi kain sarung. Dengan demikian, pelaku pasar lain tidak dapat melihat dan mengetahui hal ikhwal proses transaksi tersebut (seperti kesepakatan harga anatara pedagang dan pembeli tersebut). Berapa harga ternak yang disepakati ataupun berapa harga yang ditransaksikan pada tawar-menawar yang terjadi tidak diketahui oleh pihak lain. Jadi, hanya pedagang dan pembeli tersebut yang mengetahui harga ternak tersebut. Berikut akan diuraikan bentuk kinesik pedagang dan pembeli dalam bertransaksi dalam ilustrasi (Ladyanna, 2006). Gambar 3 Proses Transaksi Tawar-Menawar Harga Dalam gambar 3 di atas, tampak pedagang dan pembeli menutup tangan mereka dengan kain sarung. Hal ini bertujuan agar tidak ada pihak lain yang ikut campur dan mengetahui transaksi yang mereka lakukan. 5

Gambar 4 Proses Transaksi Tawar-Menawar Harga Gambar 4 di atas merupakan ilustrasi kinesik yang terjadi di bawah kain sarung seperti pada gambar 3. Gambar 5 Proses Transaksi Tawar-Menawar Harga Transaksi dimulai dari pedagang memegang tangan pembeli. Genggaman pertama berarti sepuluh juta rupiah (jumlah rupiah disesuaikan dengan harga pasar yang berlaku pada saat transaksi). Apabila pembeli setuju dengan harga yang ditawarkan pedagang tersebut maka pembeli dapat mempererat genggaman atau mencubit tangan pedagang. Ketentuan menawar harga, dalam hal pengurangan dan penambahan harga, dengan memegang jari tidak mutlak harus seperti uraian di atas. Ada juga pedagang dan pembeli yang menggunakan media ruas jari tangan. Apabila yang dipegang ruas jari pertama dari pangkal jari maka pengurangan harga yang diminta pembeli atau penambahan harga yang diminta pedagang adalah sejumlah satu juta rupiah. Apabila yang dipegang adalah ruas jari kedua maka pengurangan 6

(apabila oleh pembeli) atau penambahan (apabila oleh penjual) adalah dua juta rupiah. Berhubung ruas jari manusia hanya dibatasi oleh dua garis maka pengurangan atau penambahan harga di atas dua juta rupiah dilanjutkan dengan memegang jumlah jari seperti yang telah diuraikan. Berdasarkan keterangan yang didapat dari responden, penggunaan kinesik pada transaksi disebabkan oleh faktor keamanan. Menurut responden, kasus perkelahian antara sesama pelaku pasar pernah terjadi di pasar ternak batusangkar. Hal ini terjadi akibat campur tangan pihak lain dalam suatu transaksi. Pada saat itu, komunikasi yang digunakan adalah komunikasi lisan. Penggunaan komunikasi lisan pada saat itu berdasarkan anjuran dari pemerintah pusat. Karena merugikan, maka kembali digunakan kinesik dalam bertransaksi. Penggunaan kinesik meminimalisir campur tangan pihak lain yang dapat merugikan salah satu pihak. Apabila antara pedagang dan pembeli belum menemukan harga yang pas, jika digunakan komunikasi lisan, maka pihak lain dapat saja memanfaatkan kesempatan tersebut untuk keuntungan dirinya. Misal, pedagang A dan pembeli AA tidak menemukan kesepakatan harga seekor sapi. Pedagang A mengajukan harga Rp 8.500.000,00 sedangkan pembeli AA menawar dengan harga Rp 8.000.000,00. Lalu, pihak lain, pedagang B, yang mengetahui tawar-menawar tersebut memanfaatkan kesempatan itu dengan menawarkan sapi dagangannya dengan harga lebih rendah daripada harga sapi pedagang A. Tentu saja pembeli AA berminat apalagi sapi yang ditawarkan berkualitas sama. Atau, Pedagang A mengajukan harga Rp 8.500.000,00 sedangkan pembeli AA menawar dengan harga Rp 8.000.000,00. lalu, pihak lain, pembeli AB, yang mengetahui tawarmenawar tersebut memanfaatkan kesempatan itu dengan menawar sapi tersebut dengan harga lebih tinggi daripada harga yang diajukan pembeli AA. Tentu saja pedagang A setuju menjual sapi dagangannya kepada pembeli AB. Hal ini dapat memicu kekecewaan dan emosi pembeli AA. Pasar ternak digerakkan oleh lelaki. Kaum bapak-bapak ini merupakan pelaku pasar pada pasar ternak. Dengan demikian, perempuan tidak ditemukan ikut bertransaksi. Untuk laki-laki, ada suatu karakteristik khusus dalam buaday Minangkabau dan dibahasakan dengan falsafah lawan pantang dicari, kok basuo 7

pantang diilakkan. Maksudnya, musuh tidaklah dicari. Akan tetapi, apabila ada dan tidak dapat dielakkan maka perkelahian tidak dapat dihindari lagi. Dengan demikian, kasus-kasus di atas dapat mengakibatkan perkelahian antara sesama pelaku pasar ternak. Untuk menghindari hal tersebut, maka digunakanlah kinesik tersebut. 2.3 Komunikasi Nonverbal yang Digunakan dalam Interaksi Sosial Dalam interaksi sosial, ditemukan beberapa jenis komunikasi nonverbal yang spesifik dari Minangkabau. Salah satunya adalah dalam kegiatan menghentikan angkutan umum. Apabila di beberapa kota lain seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya, calon penumpang menggunakan tangan kiri untuk menghentikan angkutan umum yang hendak ditumpanginya. Di wilayah kebudayaan Minangkabau, digunakan tangan kanan. Apabila digunakan tangan kiri, maka calon penumpang tersebut dikatakan indak taratik (tidak tertib atau tidak tahu aturan-lebih tepatnya tidak sopan). Selanjutnya, jika seorang mamak (paman) hendak berkunjung ke rumah kemenakannya maka sebelum membaca salam ia semestinya batuk-batuk kecil terlebih dahulu di halaman rumah tersebut. Hal ini menandakan bahwa mamak akan datang jadi kemenakan dan anggota rumah lainnya agar bersiap-siap dan menyuruh si mamak masuk. Jika dalam masyarakat kebudayaan Jawa menunjuk dengan telunjuk dinyatakan kurang sopan, maka dalam masyarakat kebudayaan Minangkabau menunjuk sesuatu dengan menggunakan telunjuk tangan kanan dianggap sopan. Gambar 6 Menunjuk dengan Telunjuk Tangan Kanan 8

Penunjukkan yang tidak sopan adalah dengan menggunakan mulut dan tangan kiri. Jika menunjuk dengan tangan kiri, selain tidak sopan dapat juga memicu perselisihan. Kadangkala, menunjuk dengan tangan kiri dianggap menghina dan melecehkan. Oleh karena itu, hal ini dapat mengakibatkan perselisihan dan pertikaian. Gambar 7 Menunjuk dengan Mulut Masyarakat kebudayaan Minangkabau tidak mengenal menunjuk dengan ibu jari seperti masyarakat Jawa yang menganggapnya sopan. Gambar 8 Menunjuk dengan Ibu Jari Dalam masyarakat kebudayaan Minangkabau, ibu jari digunakan untuk menyatakan bagus dengan posisi menghadap ke atas. Namun, hal ini tidak sopan apabila digunakan kepada orang yang lebih tua dan disegani. Jadi, hanya untuk orang yang lebih muda dan teman sebaya serta pada situasi informal. 9

Gambar 9 Ibu Jari Menghadap ke Atas Ibu jari menghadap ke bawah menyatakan tidak bagus belum dapat dinyatakan sebagai komunikasi nonverbal dalam budaya Minangkabau. Untuk hal ini, diperlukan penelitian lebih lanjut. Gambar 10 Ibu Jari Menghadap ke Bawah Hal ini, sama halnya dengan kebudayaan di Indonesia secara umum. Tetapi, apabila ibu jari diletakkan di antara telunjuk dan jari tengah maka bermakna negatif yaitu berhubungan dengan alat kelamin perempuan. Hal ini dapat bermakna sebagai umpatan atau juga dapat sebagai penghinaan. Sebagai umpatan, komunikasi nonverbal ini dapat menggantikan umpatan kata pantek (alat kelamin perempuan). Sebagai penghinaan, ajakan kepada perempuan yang bukan istri sah untuk melakukan hubungan seksual. 10

Gambar 11 Ibu Jari di Antara Telunjuk dengan Jari Tengah Untuk menyatakan hal yang kurang bagus, komunikasi nonverbal yang ditemukan adalah dengan menggelengkan kepala dan ujung bibir ditarik ke bawah. Hal ini sama dengan komunikasi nonverbal di berbagai wilayah umumnya. Dalam ranah wilayah kebudayaan Minangkabau, komunikasi nonverbal seperti ini hanya dapat digunakan kepada teman sebaya dan lawan tutur yang berusia lebih muda. Dalam budaya Minangkabau, dikenal istilah kato nan ampek. Salah satunya adalah kato malereng yang digunakan kepada orang yang disegani seperti menantu. Dalam berkomunikasi dengan menantu digunakan kato malereng yaitu dengan kata kiasan. Selain itu, juga digunakan komunikasi nonverbal. Salah satunya adalah dengan memperbaiki kursi atau perabotan yang rusak di depan menantu. Hal ini bermakna agar menantu segera membeli kursi atau perabotan yang rusak tersebut dengan yang baru. Dalam hal melambaikan tangan, melambaikan tangan kiri kepada orang lain, baik dengan maksud memanggil ataupun menolak, merupakan tabu. Jadi, gunakanlah tangan kanan. Dengan alasan kesopanan, menggunakan tangan kiri dalam keadaan apapun kepada orang lain tidak diperkenankan karena dianggap melecehkan. Larangan menggunakan tangan kiri ini didasarkan fungsi tangan kiri. Tangan kiri identik dengan hal-hal yang kotor seperti untuk membersihkan bagian yang kotor salah satunya membersihkan anus. Tangan kanan merupakan tangan yang digunakan untuk makan. 11

Melambaikan tangan bermakna sebagai tanda berpisah. Selain itu, tangan kanan dengan posisi telapak tangan menghadap keluar lalu telapak tangan digerakkan ke atas dan ke bawah dengan tujuan memanggil hanya dapat digunakan kepada teman sebaya atau orang yang lebih kecil. Dalam keadaan apapun, baik jarak komunikasi yang jauh maupun suasana yang ribut, komunikasi nonverbal ini tabu digunakan untuk orang yang lebih tua. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam masyarakat kebudayaan Minangkabau ditemukan beberapa jenis komunikasi nonverbal. Beberapa jenis komunikasi nonverbal yang ada dalam kebudayaan Minangkabau bertolak belakang dengan kebudayaan lain seperti kebudayaan Jawa. Jika dalam kebudayaan Minangkabau menunjuk dengan telunjuk adalah sopan, maka dalam masyarakat Kebudayaan Jawa menganggap tidak sopan. Lain halnya dengan memberhentikan kendaraan umum. Di wilayah kebudayaan Minangkabau, sopir angkutan umum akan tersinggung jika calon penumpang memberi tanda dengan melambaikan tangan kiri. Sementara, di kota besar lain seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta tidak masalah. Selanjutnya, mengenai transaksi jual beli binatang ternak. Konon, pihak Dinas Perternakan sudah pernah menyosialisasikan transaksi biasa yaitu dengan komunikasi verbal. Akan tetapi, apa yang terjadi? Keributan dan pertikaian yang berujung konflik terjadi di beberapa pasar ternak sehingga komunikasi nonverbal kembali digunakan. Kearifan lokal masyarakat suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan mutlak. Kearifan lokal lahir dari pengalaman kehidupan pada peradaban sebelumnya. Kearifan lokal tentu telah bermetamorfosis dengan ruang dan isi dari kebudayaan tersebut hingga mencapai titik puncaknya. Jadi, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam merumuskan kebijakan pemerintahan. Perbedaan yang kontras dari komunikasi nonverbal lintas budaya, mesti diketahui oleh setiap masyarakat yang memiliki mobilitas lintas budaya. Pengetahuan akan budaya ini penting untuk menghindari perselisihan akibat kesalahpahaman yang dapat berujung konflik antaretnis. 12

3. Kesimpulan Dari analisis di atas, dapat disimpulkan beberapa bentuk komunikasi nonverbal dalam kebudayaan Minangkabau yang diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu komunikasi nonverbal yang digunakan untuk menyiarkan informasi, dalam transaksi jual-beli, dan interaksi sosial. Komunikasi nonverbal tersebut (sebagian) memiliki ciri khas sendiri dan bertolak belakang dengan kebudayaan lain. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk menghindari pertikaian yang disebabkan oleh kesalahpahaman dalam komunikasi lintas budaya. Dari penelitian ini, juga ditemukan adanya pergeseran kebudayaan. Pergeseran tersebut mesti dicatat untuk menghindari terjadinya kepunahan budaya. Daftar Pustaka Abidin, Mas oed. 2004. Implementasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Padang: PPIM. Brannen, Julia. 2004. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Samarinda: Pustaka Pelajar. Kartomihardjo, Soesono. 1988. Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: DEPDIKBUD. Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Rake Sarasin. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press. 13