ARSITEKTUR KONTEKSTUAL PADA DESIGN BANGUNAN (Kasus: Rancangan Gedung Medik Sentral RSUP Dr.Kariadi, Semarang)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB IV: KONSEP Pengertian Konsep Transit Oriented Development (TOD)

Responsive Environment Sebagai Acuan Desain Terhadap Kebutuhan Anak Autis

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

SHOPPING GREEN MALL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

REVITALISASI PASAR TRADISIONAL JATINEGARA DENGAN MENGHUBUNGKAN JALUR TRANSPORTASI KOTA

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB III ELABORASI TEMA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

BAB 3 ELABORASI TEMA

BAB V KAJIAN TEORI Interpretasi dan Elaborasi Tema Desain. a. Pengertian Arsitektur Kontekstual. Indonesia) mengenai: bangunan.

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan ialah merupakan metode dalam sebuah perancangan. Yang hal ini bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan,

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemilihan Kantor Pemerintahan Desa Merdikorejo Pengguna Bangunan Beserta Aktivitasnya

APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kendaraan tapi cukup dengan berjalan kaki saja.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

SEA SIDE HOTEL DI KARIMUNJAWA

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

International Fash on Institute di Jakarta

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Arsitektur Post Modern (Materi pertemuan 2)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

Pusat Kawasan Wisata Candi Gedongsongo BAB I PENDAHULUAN

MAL MEDIS DI MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN BANGUNAN SEHAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Teori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground

WISMA TAMU UNIVERSITAS DIPONEGORO

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

Arahan Disain Fasad Koridor Jalan Songoyudan untuk Memperkuat Citra Visual pada Area Perdagangan Bersejarah di Surabaya

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

CORE Provided by Trisakti Open Journal Systems (Universitas Trisakti) Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Lingkungan Terbangun, 11 April 2019, hal:14-20, ISBN : 978-623-91368-0-2, FTSP, Universitas Trisakti. ARSITEKTUR KONTEKSTUAL PADA DESIGN BANGUNAN (Kasus: Rancangan Gedung Medik Sentral RSUP Dr.Kariadi, Semarang) CONTEXTUAL ARCHITECTURE CONCEPT ON BUILDING DESIGN (Case: Design of General Hospital Dr. Kariadi Building, Semarang) Jefri*1, Popi Puspitasari*2, Endang Marlina*3 1) First Author, Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti jefrilimm5@gmail.com 2) Corresponding Author, Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti, popi@trisakti.ac.id 3) Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti, endang.marlina@trisakti.ac.id ABSTRAK Arsitektur kontekstual merupakan konsep arsitektur yang digunakan untuk menciptakan rancangan bangunan dan aspek-aspeknya. Pendekatan ini mempertimbangkan karakteritsik setempat dimana bangunan akan didirikan sehingga hasil rancangan dapat berkesinambungan dengan kondisi eksisting. Perancangan arsitektur sebagai manifestasi dari sain dan sen,i pada penerapannya selain bersifat ilmu pasti juga mengandung unsur subyektif. Oleh karena itu penerapan sebuah konsep dapat menjadi beragam sesuai dengan pandangan arsiteknya. Tulisan ini bertujuan untuk menyampaikan hasil studi tentang rumusan kriteria perancangan dengan pendekatan kontekstual menurut sudut pandang perancang/penulis. Metoda yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan sumber acuan hasil studi pustaka dan survey lapangan. Hasil akhir tulisan adalah alternatif rancangan yang menerapkan prinsip-prinsip arsitektur kontektual. Kata Kunci : arsitektur kontekstual, rumah sakit ABSTRACT Contextual architecture is an architectural concept used to create building designs and their aspects. This approach considers the local characteristics in which the building will be erected so that the design results can be sustainable with the existing conditions. Architectural design as a manifestation of science and art, in addition to being scientific in nature, it also contains subjective elements. Therefore the application of a concept can be varied according to the views of the architect. This paper aims to deliver the results of the study of design criteria with a contextual approach according to the viewpoint of the designer. The method used is descriptive qualitative with reference sources from literature and field surveys. The final result of writing is an alternative design that applies the principles of contextual architecture. Keywords: architecture, contextual, hospital 14

A. PENDAHULUAN Penggunaan konsep/pendekatan tertentu dalam desain arsitektur bertujuan untuk menciptakan rancangan yang disesuaikan dengan kebutuhan tertentu sehingga memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan rancangan antar arsitek, antar kondisi geografis atau antar gaya arsitektur tertentu. Penerapan pendekatan kontekstual pada sebuah rancangan arsitektur bertujuan untuk menyesuaikan rancangan sebuah obyek arsitektur dengan kondisi setempat (iklim, kondisi geografis, mileu lingkungan sosial dan budaya). Bagaimana menerapkan pendekatan tersebut tergantung pada prinsipprinsip yang dirumuskan. Rumusan secara rinci tentang pendekatan kontektual sangat tergantung pada kondisi setempat, namun demikian dapat berbasis pada prinsip-prinsip umum. Prinsip-prinsip umum yang ditemukan juga masih bersifat personal seperti halnya teori tertentu bertumpu pada paradigm tertentu. Oleh karena itu maka pada tulisan ini akan disampaikan hasil studi tentang rumusan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual yang dianggap sesuai untuk sebuah Rumah Sakit di Semarang yaitu Rumah Sakit dr.kariadi. Tulisan ini bertujuan untuk menyampaikan hasil studi preseden tentang rancangan yang mencerminkan pendekatan kontekstual. Rumusan hasil studi preseden kemudian diterapkan pada kasus perancangan RSUP dr.kariadi Semarang yang memfokuskan pada bentuk,ruang luar serta ruang dalam. B. TINJAUAN PUSTAKA B.1 Kategori Rumah Sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK /X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan buku Arsitektur Rumah Sakit (Hatmoko, Adi Utomo, Wahju Wulandari, 2011), dinyatakan bahwa Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Berdasarkan kelengkapan fasilitasnya Rumah Sakit dapat dikategorikan sbb: (1) Rumah sakit tipe A memiliki fasilitas spesialis dan subspesialis luas serta telah dijadikan oleh pemerintah sebagai pelayanan kesehatan publik rujukan tertinggi. (2) Rumah sakit tipe B memiliki fasilitas spesialis luas serta subspesialis terbatas serta terdapat di setiap Ibukota Provinsi untuk dijadikan pelayanan rujukan rumah sakit kabupaten. (3) Rumah sakit tipe C memiliki fasilitas spesialis terbatas yang meliputi spesialis penyakit dalam,bedah,anak serta kandungan. (4) Rumah sakit tipe D memiliki fasilitas pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi serta bersifat transisi dimana nantinya akan ditingkatkan menjadi Rumah sakit tipe C. Rumah sakit tipe E merupakan rumah sakit khusus yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. B.2 Arsitektur Kontekstual Penggunaan konsep arsitektur kontekstual dalam sebuah perancangan bangunan arsitektur bertujuan untuk menghadirkan kesatuan antara bangunan dengan keadaan sekitarnya. Kesatuan yang dimaksud antara lain meliputi kesatuan aspek fisik: bentuk 15

massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain; dan aspek non fisik yang meliputi : fungsi dan filosofi. Teknologi dalam hal ini Hal-hal lain perlu mempertimbangkan kondisi ingkungan, budaya, gaya regional, karakter masyarakat, sejarah, dll. Menurut karakteristiknya, kontekstual dapat termanifestasi dalam performa yang kontras atau sangat berbeda dengan sekitarnya sehingga terlihat menonjol; bisa juga harmoni. Efek kontras yang berlebihan seringkali menimbulkan shock effect atau munculannya terkesan chaos. Sementara karakter kontektual yang harmoni memberi kesan menyatu, seirama, selaras dengan sekitarnya. Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan konteks/lingkungan dimana bangunan itu berada sehingga kehadiran satu atau sekelompok bangunan baru lebiih menunjang daripada kontras terhadap karakter bangunan yang sudah ada. C. METODE Tulisan ini bertujuan untuk merumuskan kriteria perancangan dengan pendekatan kontekstual. Metode dalam merumuskan kriteria perancangan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Data dan informasi diperoleh melalui studi pustaka. Prinsip-prinsip yang diturunkan dari teori arsitektur kontektual menjadi bahan rumusan kriteria perancangan. Analisis data dan informasi difokuskan pada aspek-aspek bentuk massa bangunan, ruang luar serta ruang dalam. Kriteria perancangan kemudian diterapkan pada kasus alternative rancangan RSUP dr.kariadi. Hasil studi dengan demikian selain kriteria perancangan juga alternatif rancangan RSUP dr.kariadi. D. PEMBAHASAN D.1 Pendekatan kontekstual Di dalam buku Responsive Architecture (Bentley, 1985) tujuh (7) poin penting untuk design yang responsif: (1) Permeability, kemudahan akses dan sirkulasi; (2) Variety, ada beberapa fungsi berbeda dalam satu bangunan atau satu kawasan; (3) Legibility, ada bentukan yang mudah diidentikasi dan membantu kemudahan orientasi; (4) Robustness, ada ruang-ruang temporal, dapat difungsikan untuk berbagai aktivitas yang berbeda pada waktu yang berbeda; (5) Richness, kekayaan rasa dan pengalaman melalui perbedaan material, susunan ruang, dll; (6) Visual Appropriateness, mampu mengidentifikasi fungsi bangunan dengan melihat fisiknya, sekolah tampak seperti sekolah, rumah sakit seperti rumah sakit, mall seperti mall; (7) Personalization, melibatkan partisipasi komunitas serta adanya interaksi antara manusia dan lingkungan. Fungsi penggunaan pendekatan Arsitektur Kontekstual adalah: (1) untuk menghadirkan bangunan yang memperhatikan kondisi sekelilingnya sehingga keberadaannya serasi dan menyatu, dan dengan demikian potensi dalam lingkungan tersebut tidak diabaikan; (2) Membentuk satu kesatuan citra oleh pengamat dalam suatu kawasan dan lingkungan, yang terbentuk dari suatu komposisi bangunan dengan periode keberadaan yang berlainan; (3) Kesatuan citra pengamat, yang terbentuk karena komposisi fisik yang dilihatnya mempunyai kesinambungan, meskipun keberadaannya tidak secara bersamaan. Arsitektur kontekstual seringkali berkaitan dengan kesadaran penghuninya terhadap 16

lingkungan dan budaya dimana mereka tinggal (Radoine,2017). Keterikatan terhadap lingkungan alam, social dan budaya setempat merupakan bagian penting yang mendorong manusia sadar menjadi bagian dari sekitarnya. Faktor-faktor penting dari kearifan lokal dengan paradigma keberlanjutan lingkungan antara lain adalah: pedoman dalam bersikap dan bertindak terhadap lingkungan disertai dengan dimilikinya keyakinan (Handjajanti & Puspitasari, 2018). Berdasarkan studi preseden terhadap konteks arsitektur tradisional cina di Pekalongan, 4 aspek yang membentuk fasad bangunan yang kontekstual yaitu: filosofi kearifan lokal (missal: konsep keseimbangan), irama (pembagian sekuensi geometris), fungsi dan waktu atau mempertimbangkan pembelajaran sejarah setempat (Puspitasari & Handjajanti, n.d.) D.2 Kriteria Perancangan Berdasarkan pertimbangan teoritis di atas maka dapat dirumuskan kriteria perancangan yang memungkinkan sebagai berikut: 1) Koneksi terhadap aksesibilitas lingkungan. Teknik yang bisa dilakukan adalah dengan cara mempertimbangkan respon terhadap akses dan sirkulasi di lingkungan tapak terhadap tapak dimana bangunan akan didirikan. 2) Adaptasi terhadap tampilan fasad bangunan. Teknik yang dilakukan dalam hal ini adalah menerapkan pola/gaya arsitektur/motif desain setempat dalam komponen-komponen bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan fasad bangunan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghadirkan bangunan dengan bentuk serta efek visual yang berkontinuitas dengan bangunan sekitarnya. 3) Sinkronisasi melalui bentuk tapak dan bentuk dasar bangunan. Penggunaan bentuk dasar yang sama namun mengaturnya kembali sehingga tampak berbeda. Sebagai contoh dilakukan dengan cara mempertahankan bentuk dasar persegi pada bangunan sesuai dengan sekitarnya namun diatur kembali dengan perpaduan bentuk persegi dan persegi panjang sehingga mampu mengikuti bentuk lahan yang telah direncanakan untuk bangunan gedung medik sentral. 4) Inovasi yang adaptif pada komponen bangunan yang ingin ditonjolkan. Pencarian bentuk baru yang memiliki efek visual yang sama. Pencarian bentuk baru dapat diaplikasikan pada elemen yang paling menonjol misalnya pada bentuk atap. 5) Pengabstraksian yang kontras dari bentuk asli. Hubungan yang simatik dengan konteks tidak selalu ditunjukkan dengan desain harmonis yang biasanya dicapai dengan penggunaan kembali elemen desain yang dominan yang terdapat pada bangunan lama. Namun Hubungan simpatik tersebut bisa dicapai dengan solusi desain yang kontras. Bentuk-bentuk asli pada bangunan lama tidak digunakan langsung, namun bisa diabstraksikan ke dalam bentuk baru yang berbeda. D.3 Implementasi Terhadap Kasus Kasus yang disampaikan pada tulisan ini merupakan hasil studi karya tugas akhir pada program sarjana Arsitektur. Gedung yang dirancang adalah Rumah Sakit dr.kariadi, 17

Semarang. Teknik-teknik yang digunakan dalam perancangan adalah sebagai berikut: 1) Penerapan prinsip permeability. Bentuk dasar bangunan tetap dikoneksikan terhadap kondisi tapak setempat dengan cara mempertahankan bentuk persegi. Bangunan diletakan berorientasi langsung ke jalan arteri. Bangunan gedung medik sentral ditempatkan di area lahan yang berdekatan dengan jalan arteri yaitu Jl.dr.Sutomo sehingga mempermudah aktivitas pengunjung dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk bisa menuju ke gedung medik sentral. berornamen. Gambar 1.: Penerapan prinsip permeability melalui kemudahan aksesibilitas (Sumber: Gambar 2.: Area Lahan Gedung Medik Sentral Rumah Sakit dr.kariadi, (Sumber: KAK Gedung Medik Sentral) 2) Penerapan prinsip Variety pada kasus terlihat pada bahwasanya bangunan yang dirancang merupakan satu fungsi (gedung medic sentral) dari sejumlah fungsi kompleks Rumah Sakit. Secara fungsi, bangunan bersifat multifungsi, mulai dari fungsi pelayanan kesehatan hingga retail sebagai fungsi pendukung aktivitas. Penyatuan antara keberagaman fungsi dalam satu kompleks dilakukan dengan cara mengolah Ruang Terbuka Hijau secara maksimal di area sekitar lahan dengan tujuan memfasilitasi aktivitas pengunjung gedung medik sentral dan pengunjung bangunan sekitarnya. Penerapan permeability dengan cara lain menempatkan orientasi massa bangunan serta sirkulasi sehingga mengikuti jalur arteri serta menghadirkan jalur alternative yang baru untuk mempermudah sirkulasi setempat. Gambar 3.: Penerapan prinsip variety melalui kompleksitas dan ruang transisi penyatu variasi fungsi (Sumber: 18

3) Penerapan prinsip legibility dilakukan dengan cara menambahkan variasi pada gelap terang komponen-komponen fasad. Gambar 4.: Penerapan prinsip legibility melalui fasade bangunan (Sumber: Variasi yang demikian diciptakan agar membedakan dengan tampilan bangunan sekitarnya sehingga mudah dikenali. Walaupun pola garis horizontal dan vertical selaras dengan bangunan sekitar namun bangunan ini mudah dikenali karena variasi dimaksud. Posisi bangunan gedung medik sentral dengan pintu masuk utama berhadapan dengan jalan arteri memudahkan pengunjung untuk drop off di area gedung medik sentral 4) Penerapan Prinsip Richness (Pengalaman ruang). Prinsip ini diterapkan dengan cara menciptakan transfaransi ruang dalam dan ruang luar. Desain ruang dalam dan luar diberi kesan yang berbeda antara satu dengan lainnya sehingga mampu memberikan kesan menarik terhadap pengunjung. Gambar 5.: Penerapan prinsip Richness pada tranfaransi ruang luar dan ruang dalam (Sumber: 5) Penerapan prinsip personalization Penerapan desain bangunan tidak hanya focus terhadap proses bentuk bangunan itu sendiri namun juga terjadi suatu interaksi yang berkesinambungan antara bangunan dengan lingkungan sekitarnya dengan berbagai cara seperti hadirnya taman penghubung di antara gedung medik sentral dengan gedung lainnya. 6) Penerapan prinsip Visual Appropriateness ditampilkan melalui fasad bangunan yang fungsinya sebagai pelayanan publik. cerminan sebuah rumah sakit. Kemudahan akses, terdapatkan sarana ruang terbuka publik, dan transparansi kegiatan yang dapat dilihat dari luar mendorong persepsi masyarakat pengunjung bahwa bangunan tersebut terbuka untuk siapapun. 19

Gambar 6.: Penerapan prinsip Visual Appropiateness melalui fasade bangunan Rumah Sakit (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018) 7) Penerapan prinsip Robustness dilakukan dengan cara menciptakan ruang-ruang temporal pada ruang luar yang dapat dijadikan sebagai ruang multifungsi dimana taman tidak hanya berfungsi sebagai area rekreasi namun juga difungsikan sebagai area rehabilitasi medic pasien. Gambar 7.: Penerapan prinsip Robustness pada ruang terbuka multifungsi (Sumber: G. REFERENSI Bentley, I. (1985). Responsive Environment. London: The Architectural Press. Handjajanti, S., & Puspitasari, P. (2018). Kearifan Lingkungan: Model Konseptualkeberlanjutan (Environmental Wisdom: Conceptual Model of Sustainability). Hatmoko, Adi Utomo, Wahju Wulandari, M. R. A. (2011). Arsitektur Rumah Sakit. Yogyakarta: PT. Global Rancang Selaras. Puspitasari, P., & Handjajanti, S. (2017). Applying Local Knowledge for Livable Space Precedent Studies And Visual Architecture Research: In Search Of Theoretical Concept Of Chinese Shop Houses Façade Style (Case: Kampung Cina, Pekalongan, Central Java, Indonesia). Retrieved from http://puslit. Radoine, H. (2017). Architecture in Context: Designing in the Middle East, First Edition. Retrieved from https://onlinelibrary.wiley.com/doi/boo k/10.1002/9781119173120 E. KESIMPULAN Penekatan kontekstual pada perancangan bangunan arsitektur perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: aksesibiltas secara visual dan pencapaian, adaptasi dan sinkronisasi terhadap karakteristik lingkungan sekitar, fleksibilitas dan pengkayaan dalam fungsi pendukung, koneksi yang terintegrasi dengan fungsifungsi terkait. F. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapkan terima kasih disampaikan kepada pihak Jurusan Arsitektur dan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Trisakti yang telah memberikan fasilitas yang sangat baik selama proses pendidikan ditempuh. 20