KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2020 Kepala Bagian SDM Aparatur, Hukum dan Organisasi. Agus Budi Pranolo

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN UMUM PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN I. Pendahuluan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SOSIALISASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

12/04/2013. Oleh Asisten Deputi Penegakan Integritas SDM Aparatur. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

SURAT EDARAN Nomor: 18 /SE/M/2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Sekjen DPR RI Nomor 8 Tahun 2015 Rabu, 13 April 2016

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALUKU TENGGARA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2015

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

Surabaya, 1 November 2015 PT Perkebunan Nusantara XII

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG

X 5 A d ' ' > '/' Ditetapkan'tli

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat :

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

8. Peraturan.../2 ATE/D.DATA WAHED/2016/PERATURAN/APRIL

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Kementerian Dalam Negeri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pen

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Kor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/165/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Transkripsi:

i

KATA PENGANTAR Segala Puji kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas karunia, rahmat dan hidayah-nya, sehingga penyusunan Laporan Monitoring dan Evaluasi atas Penanganan Situasi Benturan Kepentingan lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Semester I Tahun 2020 dapat diselesaikan. Kegiatan monitoring dan evaluasi atas penanganan situasi benturan kepentingan dilakukan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan Reformasi Birokrasi sekaligus sebagai bahan evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi khususnya area penguatan pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dengan disusunnya laporan ini diharapkan adanya arahan dan masukan dari pimpinan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja pengawas Inspektorat Jenderal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sehingga benturan kepentingan antara pegawai dengan pegawai lainnya dapat dihindarkan. Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Jakarta, Juli 2020 Kepala Bagian SDM Aparatur, Hukum dan Organisasi Agus Budi Pranolo ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar... 2 C. Tujuan... 3 D. Ruang Lingkup Kegiatan... 3 BAB II Implementasi Penanganan Benturan Kepentingan... 5 BAB III Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penanganan Benturan qkepentingan... 8 A. Hasil Monitoring dan Evaluasi... 8 B. Saran Perbaikan... 10 BAB IV Penutup... 12 Saran... 12 iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merupakan unsur pelaksanan pemerintah yang bertanggung jawab kepada Presiden dan bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, KKP tidak dapat terlepas dari interaksi dengan banyak pihak, baik pihak internal maupun pihak eksternal. Terkait dengan interaksi tersebut diatas seringkali terjadi benturan kepentingan dalam diri seorang pegawai khususnya di lingkungan Inspektorat Jenderal KKP (Itjen KKP) dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dimana pertimbangan pribadi mempengaruhi dan/atau dapat menyingkirkan profesionalisme seorang pegawai dalam mengemban tugas dan fungsinya. Pertimbangan pribadi tersebut dapat berasal dari kepentingan pribadi, kerabat, atau kelompok yang kemudian mendesak atau mereduksi gagasan yang dibangun berdasarkan nalar profesionalnya sehingga keputusannya menyimpang dari orisinalitas keprofesionalannya dan akan berimplikasi kepada penyelenggaraan negara khususnya di bidang pelayanan publik menjadi tidak efesien dan efektif. Untuk melaksanakan tugas-tugas dalam proses pembangunan nasional sangat diperlukan adanya penyelenggara negara yang berwibawa, bersih, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, efektif dan efesien karena setiap pegawai mempunyai peranan yang menentukan dalam penyelenggaran pemerintahan, Selain disyaratkan untuk memiliki profesionalisme, setiap pegawai juga harus mempunyai peranan yang menentukan dalam penyelenggaraan pemerintahan, memiliki sikap mental yang jujur dan penuh rasa pengabdian kepada masyarakat, negara, dan bangsa serta harus mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan. Itjen KKP menyadari pentingnya pelaksanaan sikap yang tegas terhadap penanganan benturan kepentingan yang melibatkan pegawainya, meskipun 1

dalam pelaksanaanya merupakan hal yang mana sulit dihindari. Hal ini penting untuk dibudayakan di lingkungan Itjen KKP sebagai suatu proses bagi pegawai yang mempunyai harkat, martabat dan citra yang tinggi dalam hubungan kerja dengan mitra dan para pemangku kepentingan. Oleh karena itu Inspektur Jenderal telah mengeluarkan Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 19/KEP-IRJEN/2019 tentangtim Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. B. Dasar 1. Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 75, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang Undang Nomor 30Tahun 2002 tentang Komisi Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pembatasan kegiatan Pegawai Negeri Sipil dalam usaha swasta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3021); 4. Inpres Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberatasan Korupsi Tahun 2016 dantahun 2017; 5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 13/PERMEN-KP/2016 tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Kementerian Kelautan dan Perikanan; 6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 48/PERMEN-KP/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; 7. Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 14/KEP-IRJEN/2020 tentang Tim Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2

C. Tujuan Monitoring dan Evaluasi dari pelaksanaan Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 14/KEP-IRJEN/2020 tentang Tim Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. Melalui Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut selain melakukan pembentukan tim juga melaksanakan pembahasan terkait subyek, bentuk-bentuk, situasi/kondisi, strategi dan hasil penanganan benturan kepentingan yang ditangani oleh tim beserta prosedur tahapan dan tugas Tim Penanganan Benturan Kepentingan. Sebagai bentuk output terhadap aktivitas kegiatan Tim Penanganan Benturan Kepentingan, telah disusun matriks Identifikasi Penanganan Benturan Kepentingan Tahun 2020. Lebih lanjut pada tahun 2020 tim melakukan identifikasi kembali sebagaimana tertuang dalam matriks Identifikasi Penanganan Benturan Kepentingan Tahun 2020. Tujuan dilakukan monitoring dari benturan kepentingan adalah : 1. Sebagai pedoman bagi pegawai Itjen KKP untuk mengenal, mencegah, dan mengatasi situasi situasi benturan kepentingan dilingkungan Itjen KKP; 2. Mengetahui terkait implementasi budaya pelayanan publik yang dapat mengenal, mencegah dan mengatasi situasi situasi benturan kepentingan secara transparan dan efesien tanpa mengurangi kinerja pegawai yang bersangkutan; 3. Mencegah terjadinya pengabaian pelayanan publik dan kerugian negara; 4. Menegakkan integritas; 5. Menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa; 6. mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) perlu dicegah terjadinya benturan kepentingan di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. D. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup monitoring dan evaluasi benturan kepentingan ini adalah: 1. Pejabat Struktural di lingkungan Itjen KKP yang berwenang dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan. 2. Pejabat Pengelola Anggaran di lingkungan Itjen KKP; 3. Perencana dan/atau pejabat di lingkungan Itjen KKP yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang 3

berwewenang untuk melaksanakan kegiatan perencanaan pada unit perencana tertentu. 4. Pejabat Fungsional Tertentu dan Pejabat Fungsional Umum di lingkungan Itjen KKP; 5. Pelaksana pelayanan publik, yaitu pejabat, pegawai, petugas dan setiap orang yang bekerja di dalam unit organisasi yang mempunyai tugas memberikan pelayanan publik termasuk pelaksana pelayanan publik di lingkungan Itjen KKP; 6. Pejabat atau pegawai yang menjadi Tim Penilai Angka Kredit dan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah; dan 7. Pejabat lain yang diangkat oleh Menteri dan dibiayai oleh APBN. 4

BAB II IMPLEMENTASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN Inspektorat Jenderal telah mengimplementasikan penanganan benturan kepentingan, sebagai berikut: 1. Dalam penanganan benturan kepentingan, Itjen KKP telah menerbitkan Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 14/KEP-IRJEN/2020 tentang Tim Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan; 2. Telah dilakukan sosialisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal dengan melakukan penyusunan identifikasi penanganan benturan kepentigan; 3. Telah menindaklanjuti surat dari Menpan RB tentang Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN) dengan surat edaran Sekretaris Inspektorat Jenderal KKP tentang Pengisian LHKASN; 4. Telah melaporkan adanya gratifikasi ke Unit Pelayanan gratifikasi (UPG) dan sudah disampaikan ke Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK); 5. Tidak terindikasi adanya penyalahgunaan kewenangan oleh pejabat yang diangkat oleh Menteri dan dibiayai oleh APBN. Berdasarkan situasinya, identifikasi benturan kepentingan diklasifikasikan sebagai berikut: a. Situasi yang menyebabkan seseorang menerima gratifikasi; b. Situasi yang menyebabkan penggunaan aset jabatan/instansi untuk kepentingan pribadi dan keluarga; c. Situasi yang menyebabkan bocornya rahasia rencana dan pelaksanaan kegiatan, laporan pengawasan, keuangan, serta informasi promosi dan mutasi jabatan; d. Perangkapan jabatan di beberapa instansi yang memiliki hubungan langsung atau tidak langsung, sejenis atau tidak sejenis, sehingga menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk kepentingan jabatan lain seperti jabatan di mitra pengawasan, atau menduduki jabatan dalam salah satu perusahaan penyedia barang/jasa atau menjadi komisaris dari penyedia barang/jasa; 5

e. Situasi di mana pegawai memberikan akses khusus kepada pihak tertentu dalam rekruitmen pegawai tanpa mengikuti prosedur yang seharusnya, baik secara langsung maupun tidak langsung; f. Situasi yang menyebabkan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi, mempengaruhi alokasi atau administrasi pertanggungjawaban anggaran kegiatan pengawasan; g. Situasi di mana ada kesempatan penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau golongan, seperti memberikan penilaian angka kredit atau karya tulis ilmiah yang tidak berdasarkan bukti-bukti kesepakatan, atau intervensi dalam penentuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), rekayasa dalam menyusun Rencana Umum Pengadaan (RUP), mengarahkan dan menunjuk rekanan tertentu dalam pengadaan barang/jasa, serta intervensi panitia/pejabat pengadaan/penerima hasil pekerjaan. h. Situasi dimana pegawai dapat melakukan pemerasan kepada pegawai satker yang diawasi, pihak ketiga atau auditor. Jenis benturan kepentingan yang diidentifikasi, yaitu: a. Kebijakan yang berpihak akibat pengaruh/hubungan dekat/ketergantungan/ pemberian gratifikasi; b. Pemberian izin yang dikskriminatif; c. Pengangkatan pegawai berdasarkan hubungan dekat/balas jasa/rekomendasi/ pengaruh dari pejabat pemerintah; d. Pemilihan partner/rekanan kerja berdasarkan putusan yang tidak profesional; e. Melakukan komersialisasi pelayanan publik; f. Penggunaan aset dan rahasia negara untuk kepentingan pribadi/golongan; g. Menjadi bagian dari pihak yang diawasi; h. Melakukan pengawasan tidak sesuai dengan norma, standard, dan prosedur; i. Menjadi bawahan pihak yang dinilai; j. Melakukan pengawasan atas pengaruh pihak lain; k. Melakukan penilaian atas pengaruh pihak lain; l. Melakukan penilaian tidak sesuai dengan norma, standard, dan prosedur; m. Menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai; dan/atau 6

n. Pengangkatan/mutasi/promosi pegawai yang tidak adil dan berindikasi adanya pengaruh dan kepentingan pihak tertentu; o. Hubungan Afiliasi (Hubungan darah, pertemanan) sehingga dapat menyebabkan sikap yang tidak mengikuti prosedur, tidak sesuai dengan standar, norma, pemberian ijin diskriminatif; p. Kelemahan Sistem Organisasi. 7

BAB III MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN A. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kegiatan monitoring dan evaluasi penanganan benturan kepentingan di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Semester I Tahun 2020 dilaksanakan oleh Tim Evaluasi Penanganan Benturan Kepentingan dengan hasil sebagai berikut: 1. Kebijakan penanganan benturan kepentingan yang diterbitkan pada Triwulan II Tahun 2020 baru disosialisasikan sebagian melalui website Itjen berupa Keputusan Inspektur Jenderal tentang Tim, matriks identifikasi benturan kepentingan lingkup Itjen, dan sosialisasi benturan kepentingan lingkup Itjen KKP melalui tatp muka dan daring namun hal ini masih belum optimal dikarenakan yang mengikuti sosialisasi benturan kepentingan belum seluruh pegawai lingkup Itjen KKP; 2. Belum ada evaluasi atas kegiatan sosialisasi benturan kepentingan tersebut untuk mengetahui prosentase pemahaman dan kesadaran pegawai Itjen atas penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen; 3. Belum terdapat komitmen dan serangkaian tindakan nyata dari para pimpinan Itjen KKP terhadap penanganan benturan kepentingan; 4. Prosedur tahapan dalam penanganan benturan kepentingan yang ditetapkan sesuai SK Tim Penanganan Benturan Kepentingan hanya mengakomodir pemeriksaan kebenaran laporan masyarakat, namun belum menetapkan prosedur tahapan untuk penanganan benturan kepentingan internal lingkup Itjen; serta tugas anggota dalam SK Tim Penanganan Benturan Kepentingan tidak menguraikan penanganan laporan benturan kepentingan dari masyarakat tersebut; 5. Dalam SOP Penanganan Bentuan Kepentingan masih belum mengatur penerapan kebijakan apabila terjadinya benturan kepentingan, belum mengakomodir pembuatan laporan penanganan benturan kepentingan dari masyarakat, serta belum dibuat SOP turunannya antara lain mengenai prosedur atau mekanisme dalam memilih atau menentukan kualifikasi personil yang akan dijadikan anggota tim, prosedur terkait identifikasi atas 8

kemungkinan terjadinya benturan kepentingan, serta prosedur tindak lanjut atas terjadinya benturan kepentingan lingkup Itjen; 6. Sudah dibuat daftar hubungan kekeluargaan/kekerabatan yang berkepentingan secara langsung/tidak langsung antar pejabat struktural, pejabat fungsional auditor lingkup Itjen dengan pihak Auditan pegawai yang memiliki hubungan kekerabatan dan pegawai Itjen yang memiliki hubungan kekeluargaan/kekerabatan; 7. Matriks identifikasi benturan kepentingan telah dibuat, dan sudah memuat: a. Situasi dimana pegawai bekerja lain di luar pekerjaan pokoknya (moonlighting atau outside employment), dan situasi yang memungkinkan penggunaan diskresi yang menyalahgunakan wewenang; dan b. Pemetaan benturan kepentingan yang mungkin terjadi pada tingkatan pejabat struktural Eselon IV, pejabat fungsional selain auditor dan staff. 8. Strategi dan implementasi benturan kepentingan di lingkungan Itjen belum memadai, yaitu: a. Terhadap jenis benturan kepentingan gratifikasi, penggunaan aset, rahasia jabatan, perangkapan jabatan, rekruitmen pegawai, proses pengawasan, penyalahgunaan jabatan, dan pemerasan didominasi oleh strategi internalisasi kode etik dan penandatanganan pakta integritas, dimana tidak ada ukuran internalisasi kode etik yang berhasil seperti apa sehingga mampu mencegah terjadinya situasi Benturan Kepentingan, sedangkan rencana pencegahan yang diharapkan untuk menjadi strategi penanganan benturan kepentingan berupa serangkaian kegiatan/tindakan yang lebih implementatif untuk meminimalkan risiko yang terjadi apabila seorang penyelenggara negara dan pegawai negeri berada dalam situasi Benturan Kepentingan; b. Terdapat potensi dugaan benturan kepentingan atas mutasi Inspektur I dari jabatan sebelumnya sebagai Kepala Biro Keuangan, sesuai SK Nomor: 03/MEN-KP/KP.430/IV/2019, tanggal 29 April 2019, dimana Inspektorat I memiliki tugas dan fungsi pengawasan pada Sekretariat Jenderal KKP (c.q Biro Keuangan) dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, sehingga situasi ini berpotensi menyebabkan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi yaitu Unit Kerja Pejabat tersebut sebelumnya; 9

c. Masih terdapat pegawai yang berstatus suami-istri/keluarga di lingkungan Inspektorat Jenderal yang berpotensi terjadi benturan kepentingan; d. Masih terdapat Pejabat Fungsional Auditor yang berstatus suami-istri dengan penempatan di Inspektorat Mitra yang diawasinya; dan 9. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi benturan kepentingan lingkup Itjen belum efektif, yaitu: a. Kegiatan sosialisasi penanganan benturan kepentingan yang dilaporkan tidak dilengkapi dengan bukti dukung pelaksanaan, sehingga tidak dapat diketahui substansi penanganan benturan kepentingan dan jumlah pegawai yang mengikuti sosialisasi; b. Monev yang dilakukan tidak mengulas kendala atas pelaksanaan hasil identifikasi dan implementasi strategi/rencana pengendalian penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen, serta tidak mengulas kondisi rill situasi benturan kepentingan di Itjen dan pelaporan dari pengaduan masyarakat. 10. Belum optimalnya pelaksanaan monev penanganan benturan kepentingan yang dilaksanakan oleh Tim Penanganan Benturan Kepentingan Itjen, yaitu masih sebatas formalitas kewajiban Hal tersebut disebabkan: a. Kurangnya komitmen Pimpinan dalam mengimplementasikan kebijakan dan pelaksanaan penanganan benturan kepentingan di lingkungan Itjen; b. Kurangnya pengendalian Pimpinan dalam penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen, sehingga penanganan terhadap kemungkinan terjadinya benturan kepentingan tidak dapat dilakukan dengan cepat dan terukur; dan c. Kurangnya internalisasi penanganan benturan kepentingan kepada seluruh pegawai, serta lemahnya penegakan kebijakan penanganan benturan kepentingan, antara lain penjatuhan sanksi, mekanisme identifikasi benturan kepentingan untuk mendeteksi pelanggaran. B. Saran Perbaikan Terhadap hasil monitoring dan evaluasi benturan penanganan kepentingan di lingkungan Inspektorat Jenderal KKP, disarankan agar: 1. Meminta komitmen para pimpinan Itjen KKP terkait setiap hal dalam benturan kepentingan; 10

2. Melakukan evaluasi kembali atas SK Tim Penanganan Benturan Kepentingan dan pedoman teknis (SOP) untuk mengatur prosedur penanganan benturan kepentingan sesuai ketentuan; 3. Membuat rencana aksi atau tindakan nyata sebagai strategi penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen sesuai ketentuan; 4. Memerintahkan Penanggung Jawab Kegiatan Penanganan Benturan Kepentingan untuk: a. Melakukan mutasi pegawai (struktural, fungsional auditor dan fungsional umum) yang memiliki hubungan suami-istri/keluarga dalam lingkungan kerja di Itjen atau mitra yang diawasi ke Bagian atau Inspektorat yang tidak berkaitan langsung atau menyebabkan benturan kepentingan; dan b. Mengkoordinasikan pembuatan laporan penegakan kebijakan penanganan benturan kepentingan yang sesuai dengan strategi penanganannya. 11

BAB IV PENUTUP Saran 1. Monitoring dan evaluasi atas penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen KKP agar dilaksanakan oleh Tim Penanganan Benturan Kepentingan berdasarkan Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 14/KEP-IRJEN/2020 tentang Tim Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan; 2. Laporan monitoring dan evaluasi atas penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen KKP yang dilaksanakan oleh Tim Penanganan Benturan Kepentingan agar diberikan kepada tim yang memerlukan untuk pembuatan laporan turunan dibawahnya; 3. Melakukan evaluasi kembali atas SK Tim Penanganan Benturan Kepentingan dan pedoman teknis (SOP) untuk mengatur prosedur penanganan benturan kepentingan sesuai ketentuan; 4. Menyempurnakan matriks identifikasi benturan kepentingan dengan menambah subjek dan situasi yang belum dipetakan, serta membuat rencana aksi atau tindakan yang kongkret sebagai strategi penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen sesuai ketentuan; 5. Memerintahkan Penanggung Jawab Kegiatan Penanganan Benturan Kepentingan untuk: a. Melakukan sosialisasi dan internalisasi penanganan benturan kepentingan kepada seluruh pegawai dan melakukan keterbukaan informasi yang memadai terkait dengan penanganan Benturan Kepentingan (website atau media informasi lainya); b. Membuat daftar hubungan kekeluargaan/kekerabatan/yang berkepentingan secara langsung/tidak langsung antar pejabat struktural dan pejabat fungsional auditor lingkup Itjen dengan pihak auditan pegawai yang memiliki hubungan kekerabatan; c. Melakukan penelaahan kembali atas penempatan mutasi Inspektur I untuk menjadi bahan pertimbangan Pimpinan dalam pengambilan keputusan selanjutnya; 12

d. Melakukan mutasi pegawai (struktural, fungsional auditor dan fungsional umum) yang memiliki hubungan suami-istri/keluarga dalam lingkungan kerja di Itjen atau mitra yang diawasi ke Bagian atau Inspektorat yang tidak berkaitan langsung atau menyebabkan benturan kepentingan; dan e. Mengkoordinasikan pembuatan laporan penegakan kebijakan penanganan benturan kepentingan yang sesuai dengan strategi penanganannya. 13