i
KATA PENGANTAR Segala Puji kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas karunia, rahmat dan hidayah-nya, sehingga penyusunan Laporan Monitoring dan Evaluasi atas Penanganan Situasi Benturan Kepentingan lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Semester I Tahun 2020 dapat diselesaikan. Kegiatan monitoring dan evaluasi atas penanganan situasi benturan kepentingan dilakukan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan Reformasi Birokrasi sekaligus sebagai bahan evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi khususnya area penguatan pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dengan disusunnya laporan ini diharapkan adanya arahan dan masukan dari pimpinan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja pengawas Inspektorat Jenderal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sehingga benturan kepentingan antara pegawai dengan pegawai lainnya dapat dihindarkan. Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Jakarta, Juli 2020 Kepala Bagian SDM Aparatur, Hukum dan Organisasi Agus Budi Pranolo ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar... 2 C. Tujuan... 3 D. Ruang Lingkup Kegiatan... 3 BAB II Implementasi Penanganan Benturan Kepentingan... 5 BAB III Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penanganan Benturan qkepentingan... 8 A. Hasil Monitoring dan Evaluasi... 8 B. Saran Perbaikan... 10 BAB IV Penutup... 12 Saran... 12 iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merupakan unsur pelaksanan pemerintah yang bertanggung jawab kepada Presiden dan bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, KKP tidak dapat terlepas dari interaksi dengan banyak pihak, baik pihak internal maupun pihak eksternal. Terkait dengan interaksi tersebut diatas seringkali terjadi benturan kepentingan dalam diri seorang pegawai khususnya di lingkungan Inspektorat Jenderal KKP (Itjen KKP) dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dimana pertimbangan pribadi mempengaruhi dan/atau dapat menyingkirkan profesionalisme seorang pegawai dalam mengemban tugas dan fungsinya. Pertimbangan pribadi tersebut dapat berasal dari kepentingan pribadi, kerabat, atau kelompok yang kemudian mendesak atau mereduksi gagasan yang dibangun berdasarkan nalar profesionalnya sehingga keputusannya menyimpang dari orisinalitas keprofesionalannya dan akan berimplikasi kepada penyelenggaraan negara khususnya di bidang pelayanan publik menjadi tidak efesien dan efektif. Untuk melaksanakan tugas-tugas dalam proses pembangunan nasional sangat diperlukan adanya penyelenggara negara yang berwibawa, bersih, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, efektif dan efesien karena setiap pegawai mempunyai peranan yang menentukan dalam penyelenggaran pemerintahan, Selain disyaratkan untuk memiliki profesionalisme, setiap pegawai juga harus mempunyai peranan yang menentukan dalam penyelenggaraan pemerintahan, memiliki sikap mental yang jujur dan penuh rasa pengabdian kepada masyarakat, negara, dan bangsa serta harus mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan. Itjen KKP menyadari pentingnya pelaksanaan sikap yang tegas terhadap penanganan benturan kepentingan yang melibatkan pegawainya, meskipun 1
dalam pelaksanaanya merupakan hal yang mana sulit dihindari. Hal ini penting untuk dibudayakan di lingkungan Itjen KKP sebagai suatu proses bagi pegawai yang mempunyai harkat, martabat dan citra yang tinggi dalam hubungan kerja dengan mitra dan para pemangku kepentingan. Oleh karena itu Inspektur Jenderal telah mengeluarkan Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 19/KEP-IRJEN/2019 tentangtim Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. B. Dasar 1. Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 75, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang Undang Nomor 30Tahun 2002 tentang Komisi Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pembatasan kegiatan Pegawai Negeri Sipil dalam usaha swasta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3021); 4. Inpres Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberatasan Korupsi Tahun 2016 dantahun 2017; 5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 13/PERMEN-KP/2016 tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Kementerian Kelautan dan Perikanan; 6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 48/PERMEN-KP/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; 7. Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 14/KEP-IRJEN/2020 tentang Tim Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2
C. Tujuan Monitoring dan Evaluasi dari pelaksanaan Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 14/KEP-IRJEN/2020 tentang Tim Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. Melalui Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut selain melakukan pembentukan tim juga melaksanakan pembahasan terkait subyek, bentuk-bentuk, situasi/kondisi, strategi dan hasil penanganan benturan kepentingan yang ditangani oleh tim beserta prosedur tahapan dan tugas Tim Penanganan Benturan Kepentingan. Sebagai bentuk output terhadap aktivitas kegiatan Tim Penanganan Benturan Kepentingan, telah disusun matriks Identifikasi Penanganan Benturan Kepentingan Tahun 2020. Lebih lanjut pada tahun 2020 tim melakukan identifikasi kembali sebagaimana tertuang dalam matriks Identifikasi Penanganan Benturan Kepentingan Tahun 2020. Tujuan dilakukan monitoring dari benturan kepentingan adalah : 1. Sebagai pedoman bagi pegawai Itjen KKP untuk mengenal, mencegah, dan mengatasi situasi situasi benturan kepentingan dilingkungan Itjen KKP; 2. Mengetahui terkait implementasi budaya pelayanan publik yang dapat mengenal, mencegah dan mengatasi situasi situasi benturan kepentingan secara transparan dan efesien tanpa mengurangi kinerja pegawai yang bersangkutan; 3. Mencegah terjadinya pengabaian pelayanan publik dan kerugian negara; 4. Menegakkan integritas; 5. Menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa; 6. mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) perlu dicegah terjadinya benturan kepentingan di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. D. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup monitoring dan evaluasi benturan kepentingan ini adalah: 1. Pejabat Struktural di lingkungan Itjen KKP yang berwenang dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan. 2. Pejabat Pengelola Anggaran di lingkungan Itjen KKP; 3. Perencana dan/atau pejabat di lingkungan Itjen KKP yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang 3
berwewenang untuk melaksanakan kegiatan perencanaan pada unit perencana tertentu. 4. Pejabat Fungsional Tertentu dan Pejabat Fungsional Umum di lingkungan Itjen KKP; 5. Pelaksana pelayanan publik, yaitu pejabat, pegawai, petugas dan setiap orang yang bekerja di dalam unit organisasi yang mempunyai tugas memberikan pelayanan publik termasuk pelaksana pelayanan publik di lingkungan Itjen KKP; 6. Pejabat atau pegawai yang menjadi Tim Penilai Angka Kredit dan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah; dan 7. Pejabat lain yang diangkat oleh Menteri dan dibiayai oleh APBN. 4
BAB II IMPLEMENTASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN Inspektorat Jenderal telah mengimplementasikan penanganan benturan kepentingan, sebagai berikut: 1. Dalam penanganan benturan kepentingan, Itjen KKP telah menerbitkan Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 14/KEP-IRJEN/2020 tentang Tim Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan; 2. Telah dilakukan sosialisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal dengan melakukan penyusunan identifikasi penanganan benturan kepentigan; 3. Telah menindaklanjuti surat dari Menpan RB tentang Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN) dengan surat edaran Sekretaris Inspektorat Jenderal KKP tentang Pengisian LHKASN; 4. Telah melaporkan adanya gratifikasi ke Unit Pelayanan gratifikasi (UPG) dan sudah disampaikan ke Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK); 5. Tidak terindikasi adanya penyalahgunaan kewenangan oleh pejabat yang diangkat oleh Menteri dan dibiayai oleh APBN. Berdasarkan situasinya, identifikasi benturan kepentingan diklasifikasikan sebagai berikut: a. Situasi yang menyebabkan seseorang menerima gratifikasi; b. Situasi yang menyebabkan penggunaan aset jabatan/instansi untuk kepentingan pribadi dan keluarga; c. Situasi yang menyebabkan bocornya rahasia rencana dan pelaksanaan kegiatan, laporan pengawasan, keuangan, serta informasi promosi dan mutasi jabatan; d. Perangkapan jabatan di beberapa instansi yang memiliki hubungan langsung atau tidak langsung, sejenis atau tidak sejenis, sehingga menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk kepentingan jabatan lain seperti jabatan di mitra pengawasan, atau menduduki jabatan dalam salah satu perusahaan penyedia barang/jasa atau menjadi komisaris dari penyedia barang/jasa; 5
e. Situasi di mana pegawai memberikan akses khusus kepada pihak tertentu dalam rekruitmen pegawai tanpa mengikuti prosedur yang seharusnya, baik secara langsung maupun tidak langsung; f. Situasi yang menyebabkan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi, mempengaruhi alokasi atau administrasi pertanggungjawaban anggaran kegiatan pengawasan; g. Situasi di mana ada kesempatan penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau golongan, seperti memberikan penilaian angka kredit atau karya tulis ilmiah yang tidak berdasarkan bukti-bukti kesepakatan, atau intervensi dalam penentuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), rekayasa dalam menyusun Rencana Umum Pengadaan (RUP), mengarahkan dan menunjuk rekanan tertentu dalam pengadaan barang/jasa, serta intervensi panitia/pejabat pengadaan/penerima hasil pekerjaan. h. Situasi dimana pegawai dapat melakukan pemerasan kepada pegawai satker yang diawasi, pihak ketiga atau auditor. Jenis benturan kepentingan yang diidentifikasi, yaitu: a. Kebijakan yang berpihak akibat pengaruh/hubungan dekat/ketergantungan/ pemberian gratifikasi; b. Pemberian izin yang dikskriminatif; c. Pengangkatan pegawai berdasarkan hubungan dekat/balas jasa/rekomendasi/ pengaruh dari pejabat pemerintah; d. Pemilihan partner/rekanan kerja berdasarkan putusan yang tidak profesional; e. Melakukan komersialisasi pelayanan publik; f. Penggunaan aset dan rahasia negara untuk kepentingan pribadi/golongan; g. Menjadi bagian dari pihak yang diawasi; h. Melakukan pengawasan tidak sesuai dengan norma, standard, dan prosedur; i. Menjadi bawahan pihak yang dinilai; j. Melakukan pengawasan atas pengaruh pihak lain; k. Melakukan penilaian atas pengaruh pihak lain; l. Melakukan penilaian tidak sesuai dengan norma, standard, dan prosedur; m. Menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai; dan/atau 6
n. Pengangkatan/mutasi/promosi pegawai yang tidak adil dan berindikasi adanya pengaruh dan kepentingan pihak tertentu; o. Hubungan Afiliasi (Hubungan darah, pertemanan) sehingga dapat menyebabkan sikap yang tidak mengikuti prosedur, tidak sesuai dengan standar, norma, pemberian ijin diskriminatif; p. Kelemahan Sistem Organisasi. 7
BAB III MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN A. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kegiatan monitoring dan evaluasi penanganan benturan kepentingan di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Semester I Tahun 2020 dilaksanakan oleh Tim Evaluasi Penanganan Benturan Kepentingan dengan hasil sebagai berikut: 1. Kebijakan penanganan benturan kepentingan yang diterbitkan pada Triwulan II Tahun 2020 baru disosialisasikan sebagian melalui website Itjen berupa Keputusan Inspektur Jenderal tentang Tim, matriks identifikasi benturan kepentingan lingkup Itjen, dan sosialisasi benturan kepentingan lingkup Itjen KKP melalui tatp muka dan daring namun hal ini masih belum optimal dikarenakan yang mengikuti sosialisasi benturan kepentingan belum seluruh pegawai lingkup Itjen KKP; 2. Belum ada evaluasi atas kegiatan sosialisasi benturan kepentingan tersebut untuk mengetahui prosentase pemahaman dan kesadaran pegawai Itjen atas penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen; 3. Belum terdapat komitmen dan serangkaian tindakan nyata dari para pimpinan Itjen KKP terhadap penanganan benturan kepentingan; 4. Prosedur tahapan dalam penanganan benturan kepentingan yang ditetapkan sesuai SK Tim Penanganan Benturan Kepentingan hanya mengakomodir pemeriksaan kebenaran laporan masyarakat, namun belum menetapkan prosedur tahapan untuk penanganan benturan kepentingan internal lingkup Itjen; serta tugas anggota dalam SK Tim Penanganan Benturan Kepentingan tidak menguraikan penanganan laporan benturan kepentingan dari masyarakat tersebut; 5. Dalam SOP Penanganan Bentuan Kepentingan masih belum mengatur penerapan kebijakan apabila terjadinya benturan kepentingan, belum mengakomodir pembuatan laporan penanganan benturan kepentingan dari masyarakat, serta belum dibuat SOP turunannya antara lain mengenai prosedur atau mekanisme dalam memilih atau menentukan kualifikasi personil yang akan dijadikan anggota tim, prosedur terkait identifikasi atas 8
kemungkinan terjadinya benturan kepentingan, serta prosedur tindak lanjut atas terjadinya benturan kepentingan lingkup Itjen; 6. Sudah dibuat daftar hubungan kekeluargaan/kekerabatan yang berkepentingan secara langsung/tidak langsung antar pejabat struktural, pejabat fungsional auditor lingkup Itjen dengan pihak Auditan pegawai yang memiliki hubungan kekerabatan dan pegawai Itjen yang memiliki hubungan kekeluargaan/kekerabatan; 7. Matriks identifikasi benturan kepentingan telah dibuat, dan sudah memuat: a. Situasi dimana pegawai bekerja lain di luar pekerjaan pokoknya (moonlighting atau outside employment), dan situasi yang memungkinkan penggunaan diskresi yang menyalahgunakan wewenang; dan b. Pemetaan benturan kepentingan yang mungkin terjadi pada tingkatan pejabat struktural Eselon IV, pejabat fungsional selain auditor dan staff. 8. Strategi dan implementasi benturan kepentingan di lingkungan Itjen belum memadai, yaitu: a. Terhadap jenis benturan kepentingan gratifikasi, penggunaan aset, rahasia jabatan, perangkapan jabatan, rekruitmen pegawai, proses pengawasan, penyalahgunaan jabatan, dan pemerasan didominasi oleh strategi internalisasi kode etik dan penandatanganan pakta integritas, dimana tidak ada ukuran internalisasi kode etik yang berhasil seperti apa sehingga mampu mencegah terjadinya situasi Benturan Kepentingan, sedangkan rencana pencegahan yang diharapkan untuk menjadi strategi penanganan benturan kepentingan berupa serangkaian kegiatan/tindakan yang lebih implementatif untuk meminimalkan risiko yang terjadi apabila seorang penyelenggara negara dan pegawai negeri berada dalam situasi Benturan Kepentingan; b. Terdapat potensi dugaan benturan kepentingan atas mutasi Inspektur I dari jabatan sebelumnya sebagai Kepala Biro Keuangan, sesuai SK Nomor: 03/MEN-KP/KP.430/IV/2019, tanggal 29 April 2019, dimana Inspektorat I memiliki tugas dan fungsi pengawasan pada Sekretariat Jenderal KKP (c.q Biro Keuangan) dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, sehingga situasi ini berpotensi menyebabkan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi yaitu Unit Kerja Pejabat tersebut sebelumnya; 9
c. Masih terdapat pegawai yang berstatus suami-istri/keluarga di lingkungan Inspektorat Jenderal yang berpotensi terjadi benturan kepentingan; d. Masih terdapat Pejabat Fungsional Auditor yang berstatus suami-istri dengan penempatan di Inspektorat Mitra yang diawasinya; dan 9. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi benturan kepentingan lingkup Itjen belum efektif, yaitu: a. Kegiatan sosialisasi penanganan benturan kepentingan yang dilaporkan tidak dilengkapi dengan bukti dukung pelaksanaan, sehingga tidak dapat diketahui substansi penanganan benturan kepentingan dan jumlah pegawai yang mengikuti sosialisasi; b. Monev yang dilakukan tidak mengulas kendala atas pelaksanaan hasil identifikasi dan implementasi strategi/rencana pengendalian penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen, serta tidak mengulas kondisi rill situasi benturan kepentingan di Itjen dan pelaporan dari pengaduan masyarakat. 10. Belum optimalnya pelaksanaan monev penanganan benturan kepentingan yang dilaksanakan oleh Tim Penanganan Benturan Kepentingan Itjen, yaitu masih sebatas formalitas kewajiban Hal tersebut disebabkan: a. Kurangnya komitmen Pimpinan dalam mengimplementasikan kebijakan dan pelaksanaan penanganan benturan kepentingan di lingkungan Itjen; b. Kurangnya pengendalian Pimpinan dalam penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen, sehingga penanganan terhadap kemungkinan terjadinya benturan kepentingan tidak dapat dilakukan dengan cepat dan terukur; dan c. Kurangnya internalisasi penanganan benturan kepentingan kepada seluruh pegawai, serta lemahnya penegakan kebijakan penanganan benturan kepentingan, antara lain penjatuhan sanksi, mekanisme identifikasi benturan kepentingan untuk mendeteksi pelanggaran. B. Saran Perbaikan Terhadap hasil monitoring dan evaluasi benturan penanganan kepentingan di lingkungan Inspektorat Jenderal KKP, disarankan agar: 1. Meminta komitmen para pimpinan Itjen KKP terkait setiap hal dalam benturan kepentingan; 10
2. Melakukan evaluasi kembali atas SK Tim Penanganan Benturan Kepentingan dan pedoman teknis (SOP) untuk mengatur prosedur penanganan benturan kepentingan sesuai ketentuan; 3. Membuat rencana aksi atau tindakan nyata sebagai strategi penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen sesuai ketentuan; 4. Memerintahkan Penanggung Jawab Kegiatan Penanganan Benturan Kepentingan untuk: a. Melakukan mutasi pegawai (struktural, fungsional auditor dan fungsional umum) yang memiliki hubungan suami-istri/keluarga dalam lingkungan kerja di Itjen atau mitra yang diawasi ke Bagian atau Inspektorat yang tidak berkaitan langsung atau menyebabkan benturan kepentingan; dan b. Mengkoordinasikan pembuatan laporan penegakan kebijakan penanganan benturan kepentingan yang sesuai dengan strategi penanganannya. 11
BAB IV PENUTUP Saran 1. Monitoring dan evaluasi atas penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen KKP agar dilaksanakan oleh Tim Penanganan Benturan Kepentingan berdasarkan Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 14/KEP-IRJEN/2020 tentang Tim Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan; 2. Laporan monitoring dan evaluasi atas penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen KKP yang dilaksanakan oleh Tim Penanganan Benturan Kepentingan agar diberikan kepada tim yang memerlukan untuk pembuatan laporan turunan dibawahnya; 3. Melakukan evaluasi kembali atas SK Tim Penanganan Benturan Kepentingan dan pedoman teknis (SOP) untuk mengatur prosedur penanganan benturan kepentingan sesuai ketentuan; 4. Menyempurnakan matriks identifikasi benturan kepentingan dengan menambah subjek dan situasi yang belum dipetakan, serta membuat rencana aksi atau tindakan yang kongkret sebagai strategi penanganan benturan kepentingan lingkup Itjen sesuai ketentuan; 5. Memerintahkan Penanggung Jawab Kegiatan Penanganan Benturan Kepentingan untuk: a. Melakukan sosialisasi dan internalisasi penanganan benturan kepentingan kepada seluruh pegawai dan melakukan keterbukaan informasi yang memadai terkait dengan penanganan Benturan Kepentingan (website atau media informasi lainya); b. Membuat daftar hubungan kekeluargaan/kekerabatan/yang berkepentingan secara langsung/tidak langsung antar pejabat struktural dan pejabat fungsional auditor lingkup Itjen dengan pihak auditan pegawai yang memiliki hubungan kekerabatan; c. Melakukan penelaahan kembali atas penempatan mutasi Inspektur I untuk menjadi bahan pertimbangan Pimpinan dalam pengambilan keputusan selanjutnya; 12
d. Melakukan mutasi pegawai (struktural, fungsional auditor dan fungsional umum) yang memiliki hubungan suami-istri/keluarga dalam lingkungan kerja di Itjen atau mitra yang diawasi ke Bagian atau Inspektorat yang tidak berkaitan langsung atau menyebabkan benturan kepentingan; dan e. Mengkoordinasikan pembuatan laporan penegakan kebijakan penanganan benturan kepentingan yang sesuai dengan strategi penanganannya. 13