RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : /PMK.010/2012 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa semakin beragam dan kompleksnya Produk Asuransi dan pemasarannya dapat meningkatkan risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi maupun pemegang polis atau tertanggung; b. bahwa agar risiko terkait Produk Asuransi dan pemasarannya dapat dikelola dengan baik, maka penerapan tata kelola yang baik (good corporate governance), manajemen risiko yang memadai, dan praktik-praktik asuransi yang sehat pada Perusahaan Asuransi dan pemberdayaan pemegang polis atau tertanggung perlu ditingkatkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3467); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3506) sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4856); 3. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; 4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi; 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;
MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, yang dimaksud dengan : 1. Produk Asuransi adalah: a. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu) jenis atau lebih risiko yang dapat diasuransikan dengan memberikan penggantian kepada perseorangan atau badan hukum karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau akibat tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti; b. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1 (satu) jenis atau lebih risiko yang terkait dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan; dan/atau c. program yang memberikan jaminan atas kemampuan pihak yang dijamin (principal) dalam melaksanakan kewajiban sesuai dengan perjanjian pokok antara pihak yang dijamin (principal) dan pihak penerima jaminan (obligee). 2. Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi adalah Produk Asuransi yang menjanjikan pembayaran yang didasarkan atas hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan serta menjanjikan pembayaran manfaat yang besarnya bergantung pada kinerja investasi kumpulan dana yang khusus dibentuk untuk produk tersebut. 3. Produk Asuransi Standar adalah Produk Asuransi yang ketentuan polisnya merupakan hasil kesepakatan industri melalui asosiasi perusahaan asuransi dan sudah dilaporkan kepada Menteri. 4. Produk Asuransi Bersama adalah Produk Asuransi yang dirancang dan dipasarkan oleh 2 (dua) atau lebih Perusahaan Asuransi. 5. Polis Asuransi adalah dokumen perjanjian asuransi antara
penanggung dan pemegang polis atau tertanggung, yang memuat antara lain ketentuan umum, ketentuan tambahan, ketentuan khusus, ikhtisar polis dan/atau setiap endorsemen dan/atau perubahan lain yang terdapat di dalamnya, yang ditandatangani oleh penanggung, beserta dokumen yang terkait dengan proses penutupan asuransi termasuk surat permintaan penutupan asuransi, bukti kepesertaan dan/atau dokumen lain yang terkait dengan polis, yang secara keseluruhan merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari polis. 6. Lini Usaha Asuransi adalah pengklasifikasian Produk Asuransi ke dalam satu kelompok berdasarkan kesamaan obyek pertanggungan atau berdasarkan kesamaan karakter risiko. 7. Rencana Strategis Pengembangan dan Pemasaran Produk Asuransi adalah dokumen yang menggambarkan visi dan misi pengembangan dan pemasaran produk perusahaan, strategi yang mendukung visi dan misi tersebut dan prinsipprinsip utama yang menjadi acuan dalam pengembangan dan pemasaran produk untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan mendukung rencana strategis jangka panjang. 8. Perusahaan Asuransi adalah Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Asuransi Jiwa. 9. Perusahaan Asuransi Umum adalah perusahaan asuransi kerugian sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Usaha Perasuransian. 10. Perusahaan Asuransi Jiwa adalah perusahaan asuransi jiwa sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Usaha Perasuransian. 11. Aktuaris adalah aktuaris yang diangkat oleh Perusahaan Asuransi untuk mengelola aspek aktuaria yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki kualifikasi sebagai aktuaris (fellow) dari Persatuan Aktuaris Indonesia atau fellow dari asosiasi aktuaris luar negeri yang menjadi anggota penuh International Association of Actuaries bagi Aktuaris Perusahaan Asuransi dan mendapat rekomendasi dari Persatuan Aktuaris Indonesia; b. memiliki pengalaman kerja sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun di bidang aktuaria di perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi; c. tidak merangkap bekerja pada perusahaan asuransi/ perusahaan reasuransi lain; dan d. terdaftar sebagai tenaga ahli pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 12. Bancassurance adalah pemasaran Produk Asuransi melalui kerja sama dengan bank.
13. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. 14. Ketua adalah Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 15. Biro Perasuransian adalah Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. BAB II PRODUK ASURANSI Pasal 2 (1) Setiap Produk Asuransi harus menjanjikan perlindungan dari paling sedikit 1 (satu) jenis risiko yang dapat diasuransikan atau dapat dijamin. (2) Setiap Produk Asuransi diklasifikasikan ke dalam salah satu Lini Usaha Asuransi. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi Lini Usaha Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Ketua. Pasal 3 (1) Produk Asuransi dari Perusahaan Asuransi Jiwa dapat mengandung manfaat lain berupa pembayaran sejumlah uang yang besarnya bergantung pada kinerja investasi dari kumpulan dana tertentu, dengan atau tanpa jaminan besaran minimum yang ditetapkan dalam kontrak. (2) Proporsi manfaat lain dalam Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Ketua Pasal 4 (1) Perusahaan Asuransi wajib memberi nama untuk setiap Produk Asuransi yang dipasarkannya. (2) Nama Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. harus berbeda dari Produk Asuransi lainnya, baik yang dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi yang bersangkutan maupun oleh Perusahaan Asuransi lain, kecuali untuk Produk Asuransi Standar atau apabila Produk Asuransi
tersebut direncanakan untuk dipasarkan bersama oleh beberapa perusahaan asuransi; b. harus menggunakan kata asuransi atau kata lain yang semakna; dan c. tidak menimbulkan tafsiran bahwa produk tersebut bukan Produk Asuransi. BAB III TATA KELOLA PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI Bagian Pertama Manajemen Risiko Produk Asuransi Pasal 5 (1) Perusahaan Asuransi wajib menerapkan dan mengembangkan manajemen risiko Produk Asuransi yang menjadi bagian dari tata kelola dan sistem manajemen risiko perusahaan secara keseluruhan. (2) Dalam menerapkan manajemen risiko Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perusahaan Asuransi wajib memiliki kebijakan dan prosedur tertulis untuk mengelola risiko yang melekat pada Produk Asuransi. (3) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kurang mencakup sistem dan prosedur mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko Produk Asuransi pada tahap: a. desain produk b. penetapan premi c. distribusi d. seleksi risiko (underwriting) e. valuasi kewajiban f. penempatan reasuransi g. pelayanan klaim (4) Kebijakan dan prosedur untuk mengelola risiko Produk Asuransi serta langkah-langkah dan strategi mitigasi risiko yang diterapkan oleh Perusahaan Asuransi harus sesuai dengan kompleksitas risiko yang melekat pada Produk Asuransi yang ditawarkan dan dikinikan sesuai dengan perubahan yang terjadi. (5) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib diberlakukan di seluruh kantor Perusahaan Asuransi. Bagian Kedua Rencana Strategis Pengembangan dan Pemasaran Produk Asuransi Pasal 6 (1) Perusahaan Asuransi wajib memiliki Rencana Pengembangan dan Pemasaran Produk Asuransi yang ditetapkan oleh direksi. (2) Rencana Pengembangan dan Pemasaran Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang memuat: a. lini Usaha Asuransi yang akan dikembangkan untuk jangka waktu satu tahun ke depan; b. target pasar; c. metode pemasaran Produk Asuransi; d. kesiapan aspek permodalan, kesehatan keuangan, infrastruktur termasuk system informasi dan sumber daya manusia perusahaan untuk mengembangkan Produk Asuransi; ; dan e. strategi untuk mendukung pengembangan dan pemasaran Produk Asuransi. (3) Rencana Pengembangan dan Pemasaran Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bagian dari Rencana Kerja Dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebagaimana dimaksud pada Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Kelola yang Baik Perusahaan Perasuransian. Pasal 7 Dalam pengembangan dan pemasaran Produk Asuransi baru, Perusahaan Asuransi wajib berpedoman pada Rencana Strategis Pengembangan dan Pemasaran Produk Asuransi Bagian Ketiga Komite Pengarah Pengembangan Produk Asuransi Pasal 8 (1) Perusahaan Asuransi wajib memiliki Komite Pengarah Pengembangan Produk Asuransi.
(2) Komite Pengarah Pengembangan Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas : a. menyusun Rencana Strategis Pengembangan dan Pemasaran Produk Asuransi sebagai bagian dari rencana strategis kegiatan usaha perusahaan; b. mengevaluasi kesesuaian Produk Asuransi baru yang akan dipasarkan dengan Rencana Strategis Pengembangan dan Pemasaran Produk Asuransi; dan c. mengevaluasi kinerja Produk Asuransi dan mengusulkan perubahan atau penghentian pemasarannya. (3) Komite Pengarah Pengembangan Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang beranggotakan: a. direktur teknik atau direktur yang bertanggung jawab atas pengembangan Produk Asuransi; b. Aktuaris; dan c. para pejabat satu tingkat di bawah direksi yang masingmasing bertanggungjawab dalam bidang underwriting, pemasaran, dan investasi (untuk perusahaan asuransi jiwa). (4) Komite Pengarah Pengembangan Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh direktur teknik atau direktur yang bertanggung jawab atas pengembangan Produk Asuransi. Pasal 9 (1) Setiap Produk Asuransi yang akan dipasarkan wajib memperoleh rekomendasi Komite Pengarah Pengembangan Produk Asuransi. (2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b dan huruf c. Bagian Keempat Kajian Pengembangan Produk Asuransi Pasal 10 (1) Pengembangan Produk Asuransi harus didasarkan pada kajian yang mempertimbangkan data sebagai berikut: a. kebutuhan atau permintaan masyarakat atas produk asuransi sejenis; b. tren pemasaran produk asuransi sejenis oleh perusahaan
asuransi lain; c. ketersediaan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk memasarkan produk asuransi sejenis; d. profil risiko dan kerugian yang sesuai untuk produk asuransi yang akan dipasarkan dan segmen pasar yang menjadi sasaran pemasaran; e. profil biaya yang sesuai untuk produk asuransi yang akan dipasarkan; f. kinerja portofolio investasi perusahaan saat ini; dan g. portofolio investasi yang sesuai untuk produk asuransi yang akan dipasarkan. (2) Dalam hal Perusahaan Asuransi tidak memiliki data yang diperlukan untuk melakukan kajian, Perusahaan Asuransi dapat menggunakan data dari sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Kajian pengembangan produk asuransi baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menghasilkan hal-hal sebagai berikut: a. rancang bangun produk asuransi; b. perhitungan tarif premi; c. rancangan polis asuransi; d. uraian cara pemasaran dan target pasar; e. uraian mengenai dampak pemasaran produk terhadap kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan tindakan yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi dampak tersebut; dan f. Standard Operational Procedures (SOP) yang terkait produk tersebut. (4) Hasil kajian berupa rancang bangun produk asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, perhitungan tarif premi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, dan dampak pemasaran produk terhadap kondisi kesehatan keuangan perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e harus disiapkan oleh Aktuaris. (5) Hasil kajian berupa rancangan polis asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, SOP yang terkait dengan pemasaran produk asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f, uraian cara pemasaran dan target pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d harus disiapkan oleh unit/fungsi terkait di dalam struktur organisasi perusahaan. Catatan : Lebih ditekankan kepada Pasal 11
fungsi-fungsi yang mendukung (underwriter, reinsurance expert, dsb) Masing-masing fungsi harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sertifikasi masing-masing fungsi dimaksud (underwriter, reinsurance, dsb) (1) Pengembangan dan pemasaran Produk Asuransi wajib didukung dengan ketersediaan sumber daya manusia yang memungkinkan pelaksanaan yang baik dari fungsi: a. underwriting; b. penanganan klaim; c. aktuaria; d. reasuransi; e. pemasaran; f. pelayanan nasabah dan penanganan keluhan; g. pengelolaan sistem informasi termasuk pemeliharaan portofolio pertanggungan; dan h. investasi. (2) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d harus memiliki kualifikasi yang diperoleh dari lembaga sertifikasi profesi terkait. (3) Perusahaan Asuransi wajib memastikan sumber daya manusia yang bekerja untuk pelaksanaan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendapatkan pelatihan sesuai dengan bidang tugas yang menjadi tanggungjawabnya secara berkelanjutan. Pasal 12 (1) Pengembangan dan pemasaran Produk Asuransi harus didukung dengan sistem teknologi informasi yang mampu menunjang pelaksanaan kebijakan dan prosedur secara terintegrasi serta sekurang-kurangnya mampu: a. memberikan informasi terkini dan akurat mengenai portofolio pertanggungan serta profil risiko dan kerugian; dan b. mendukung pelaporan terkait produk kepada lembaga pengawas perasuransian. (2) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus senantiasa dipelihara dan dikembangkan. BAB IV PELAPORAN PRODUK ASURANSI Pasal 13 (1) Perusahaan Asuransi wajib melaporkan rencana memasarkan Produk Asuransi baru terlebih dahulu kepada Menteri. (2) Suatu Produk Asuransi merupakan Produk Asuransi baru apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. belum pernah dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi yang
bersangkutan; atau b. telah dipasarkan oleh perusahaan namun dilakukan perubahan yang meliputi: i. risiko yang ditanggung termasuk pengecualian atau pembatasan penyebab risiko yang ditanggung; ii. rumusan premi; iii. tarif premi karena perubahan katagori risiko; dan/atau iv. metode perhitungan nilai tunai. Pasal 14 (1) Perusahaan Asuransi yang akan memasarkan Produk Asuransi baru harus : a. memenuhi ketentuan tingkat kesehatan keuangan; b. tidak sedang dikenai sanksi administratif; dan c. memenuhi ketentuan tata kelola pengembangan dan pemasaran Produk Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan/atau huruf b tidak berlaku dalam hal: a. Produk Asuransi baru dimaksud merupakan pengganti atau perbaikan atas Produk Asuransi yang telah dipasarkan dan merupakan bagian dari rencana penyehatan perusahaan yang telah disetujui oleh Menteri; atau b. pelaporan Produk Asuransi merupakan salah satu upaya untuk dapat dicabutnya sanksi administratif yang dikenakan karena perusahaan belum melaporkan produk yang sudah dipasarkan. Pasal 15 (1) Laporan rencana memasarkan Produk Asuransi baru untuk Produk Asuransi umum harus dilengkapi dengan: a. Self Assessment Produk Asuransi baru yang telah diisi sesuai dengan kondisi sebenarnya; b. pernyataan direktur yang membawahi bidang teknik atau Aktuaris bahwa dalam perancangan Produk Asuransi telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku secara umum pada industri perasuransian; dan c. pernyataan kesediaan dukungan reasuransi otomatis yang diterbitkan reasuradur paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tanggal penyampaian laporan Produk Asuransi baru, kecuali untuk produk asuransi yang berdasarkan ketentuan tidak diwajibkan mendapatkan dukungan
reasuransi otomatis. (2) Laporan rencana memasarkan Produk Asuransi baru untuk Produk Asuransi umum yang menjamin risiko atas rumah tinggal, kendaraan bermotor, kecelakaan diri dan kesehatan serta menggunakan polis asuransi standar, selain dilengkapi dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dilengkapi juga dengan: a. deskripsi produk yang berisi formulasi perhitungan tingkat premi lengkap dengan asumsi-asumsi dan data pendukungnya; b. Proyeksi seluruh pendapatan premi dan pengeluaran yang dikaitkan dengan pemasaran produk untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun yang didukung asumsi-asumsi yang wajar dan perkiraan modal yang harus ditambahkan untuk mendukung pemasaran produk dimaksud; dan c. uraian cara pemasaran dan contoh brosur yang dipergunakan. (3) Laporan rencana memasarkan Produk Asuransi baru untuk Produk Asuransi umum yang menjamin risiko atas rumah tinggal, kendaraan bermotor, kecelakaan diri dan kesehatan serta menggunakan polis asuransi standar yang dimodifikasi atau polis asuransi yang dikembangkan oleh Perusahaan, selain dilengkapi dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dilengkapi juga dengan: a. deskripsi produk yang berisi: i. uraian mengenai manfaat produk asuransi termasuk risiko-risiko yang dikecualikan; dan ii. formulasi perhitungan tingkat premi; lengkap dengan asumsi-asumsi dan data pendukungnya; b. seluruh proyeksi pendapatan dan pengeluaran yang dikaitkan dengan pemasaran Produk Asuransi untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun ke depan, yang didukung asumsi-asumsi yang wajar dan perkiraan modal yang harus ditambahkan untuk mendukung pemasaran Produk Asuransi dimaksud; c. spesimen Polis Asuransi; dan d. uraian cara pemasaran dan contoh brosur yang dipergunakan. Pasal 16 Laporan rencana memasarkan Produk Asuransi baru untuk Produk Asuransi jiwa harus dilengkapi dengan: a. Self Assessment Produk Asuransi baru yang telah diisi sesuai dengan kondisi sebenarnya; b. pernyataan aktuaris bahwa perancangan Produk Asuransi
telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku secara umum pada industri perasuransian; c. deskripsi produk yang berisi : i. uraian mengenai manfaat produk asuransi termasuk risiko-risiko yang dikecualikan; ii. formulasi perhitungan tarif premi, berikut asumsi aktuaria dan data pendukungnya; iii. formulasi perhitungan nilai tunai, dividen polis atau yang sejenis dalam hal produk asuransi tersebut mengandung nilai tunai, dividen polis atau yang sejenis; lengkap dengan asumsi-asumsi dan data pendukungnya; d. pernyataan kesediaan dukungan reasuransi otomatis yang diterbitkan reasuradur paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tanggal penyampaian laporan Produk Asuransi baru, kecuali untuk produk asuransi yang berdasarkan ketentuan tidak diwajibkan mendapatkan dukungan reasuransi otomatis. e. spesimen Polis Asuransi; f. profit testing atau asset share; dan g. uraian cara pemasaran dan contoh media pemasaran yang dipergunakan. Pasal 17 (1) Setiap perubahan atas Produk Asuransi, kecuali produk asuransi yang dipasarkan kepada tertanggung korporasi, wajib dilaporkan terlebih dahulu kepada Menteri. (2) Perubahan Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Perubahan Produk Asuransi yang tidak menyangkut halhal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b; b. Penggunaan nama lain Produk Asuransi yang telah dicatat. Pasal 18 Menteri memberikan tanda bukti pencatatan atas Produk Asuransi baru atau perubahan Produk Asuransi yang telah dilaporkan secara lengkap dan telah memenuhi peraturan perundangundangan. Pasal 19 (1) Dalam hal laporan rencana memasarkan Produk Asuransi
baru sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) dan laporan rencana mengubah produk asuransi sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (1) belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Peraturan Menteri ini, maka Biro Perasuransian menyampaikan pemberitahuan mengenai dokumen yang harus dilengkapi dan/atau persyaratan yang harus dipenuhi kepada Perusahaan Asuransi melalui surat, surat elektronik, pertemuan dengan pihak Perusahaan Asuransi di kantor Biro Perasuransian, atau cara lain yang dapat ditelusuri dan disimpan buktinya. (2) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perusahaan Asuransi tidak melengkapi dokumen dan/atau memenuhi persyaratan, maka Perusahaan Asuransi dianggap membatalkan rencana memasarkan Produk Asuransi baru atau rencana mengubah Produk Asuransi. (3) Dalam hal Perusahaan Asuransi tetap bermaksud memasarkan Produk Asuransi baru atau mengubah Produk Asuransi setelah melewati jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Perusahaan Asuransi harus melaporkan kembali rencana memasarkan Produk Asuransi baru atau rencana mengubah Produk Asuransi dimaksud. Pasal 20 (1) Perusahaan Asuransi dilarang memasarkan Produk Asuransi baru apabila laporan rencana memasarkan Produk Asuransi tersebut belum diterima secara lengkap oleh Menteri dan/atau belum memenuhi seluruh persyaratan. (2) Perusahaan Asuransi dilarang memasarkan Produk Asuransi yang telah diubah apabila laporan rencana untuk mengubah Produk Asuransi belum diterima secara lengkap oleh Menteri dan/atau belum memenuhi seluruh persyaratan. BAB V PRODUK ASURANSI BERSAMA Pasal 21 (1) Kerjasama pemasaran Produk Asuransi Bersama dapat dilakukan oleh: a. Perusahaan Asuransi Umum bersama dengan Perusahaan Asuransi Umum lainnya; b. Perusahaan Asuransi Jiwa bersama dengan Perusahaan
Asuransi Jiwa lainnya; dan c. Perusahaan Asuransi Umum bersama dengan Perusahaan Asuransi Jiwa. (2) Kerjasama pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antara Perusahaan Asuransi dengan Perusahaan Asuransi yang dijalankan dengan prinsip syariah. Pasal 22 Pembagian risiko untuk Produk Asuransi Bersama yang dipasarkan secara bersama-sama antara Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Asuransi Jiwa, harus disesuaikan dengan ruang lingkup usaha Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Asuransi Jiwa. Pasal 23 (1) Perusahaan Asuransi yang memasarkan Produk Asuransi Bersama dengan perusahaan asuransi yang dijalankan dengan prinsip syariah, hanya diperkenankan untuk menanggung risiko yang dikelola dengan prinsip konvensional. (2) Pengaturan pemasaran Produk Asuransi Bersama yang akan dilakukan oleh Perusahaan Asuransi yang dijalankan dengan prinsip syariah diatur pada peraturan Menteri. Pasal 24 (1) Pemasaran produk asuransi sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) harus dituangkan dalam suatu perjanjian kerjasama pemasaran. (2) Dalam perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diatur hal-hal sebagai berikut: a. Susunan keanggotaan, termasuk Perusahaan Asuransi yang menjadi leader (ketua) yang akan mengkoordinir kegiatan pemasaran produk dimaksud; b. Tugas - tugas leader (ketua); c. Pembagian risiko atau proporsi untuk masing-masing anggota; d. Prosedur underwriting, prosedur penerimaaan dan penerusan premi, prosedur penyelesaian dan pembayaran klaim yang jelas; e. Tata cara pembayaran premi oleh nasabah; f. Mekanisme penentuan suatu klaim dapat dibayar atau
tidak oleh perusahaan-perusahaan asuransi; dan g. Tata cara pembayaran klaim kepada nasabah. Pasal 25 (1) Polis Produk Asuransi Bersama diterbitkan oleh leader (ketua). (2) Polis Produk Asuransi Bersama harus memuat: a. Bagian risiko yang akan ditanggung oleh masing-masing perusahaan asuransi; b. Tata cara pembayaran premi oleh nasabah; c. Mekanisme penentuan suatu klaim dapat dibayar atau tidak oleh perusahaan-perusahaan asuransi; dan d. Tata cara pembayaran klaim kepada nasabah. Pasal 26 (1) Rencana memasarkan Produk Asuransi Bersama, dilaporkan oleh masing-masing Perusahaan Asuransi yang akan memasarkan. (2) Tata cara pelaporan rencana pemasaran Produk Asuransi Bersama harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Bab IV Peraturan Menteri Keuangan ini. (3) Selain melampirkan dokumen-dokumen sebagaimana diatur pada ayat (2), laporan rencana memasarkan Produk Asuransi Bersama harus dilengkapi dengan perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1). BAB V SALURAN DISTRIBUSI PRODUK ASURANSI Pasal 27 Perusahaan asuransi dapat memasarkan produk asuransi secara langsung (direct marketing) dan/atau melalui kerjasama dengan agen asuransi perorangan, perusahaan agen asuransi, bank (bancassurance), dan badan usaha selain perusahaan agen dan bank. Pasal 28 (1) Perusahaan Asuransi yang memasarkan Produk Asuransi melalui agen asuransi perorangan wajib memastikan bahwa
agen asuransi perorangan tersebut: a. memiliki sertifikasi agen asuransi; b. memiliki perjanjian keagenan dengan perusahaan asuransi; c. tidak termasuk dalam daftar agen bermasalah yang diterbitkan oleh asosiasi terkait; dan d. mendapatkan pelatihan mengenai Produk Asuransi yang dipasarkan. (2) Perusahaan Asuransi wajib memastikan bahwa agen asuransi perorangan yang mengikat perjanjian keagenan dengan Perusahaan Asuransi senantiasa mentaati kode etik agen asuransi. Pasal 29 (1) Perusahaan Asuransi yang memasarkan Produk Asuransi melalui agen asuransi perorangan wajib memastikan bahwa agen asuransi perorangan tersebut: a. memiliki sertifikasi agen asuransi; b. memiliki perjanjian keagenan dengan perusahaan asuransi; c. tidak terdaftar dalam daftar agen bermasalah; dan d. mendapatkan pelatihan mengenai Produk Asuransi yang dipasarkan. (2) Perusahaan Asuransi wajib memastikan bahwa agen asuransi perorangan yang mengikat perjanjian keagenan dengan Perusahaan Asuransi senantiasa mentaati kode etik agen asuransi. Pasal 30 Perusahaan Asuransi yang memasarkan Produk Asuransi melalui perusahaan agen asuransi wajib memastikan bahwa perusahaan agen asuransi yang memasarkan produk asuransi tersebut: a. memiliki izin usaha di bidang keagenan asuransi dari Menteri; b. memiliki perjanjian keagenan dengan Perusahaan Asuransi; c. mempekerjakan tenaga pemasar yang memiliki sertifikasi keagenan asuransi; d. memberikan pelatihan mengenai produk asuransi yang akan dipasarkan kepada tenaga pemasar yang dipekerjakannya; dan e. memiliki prosedur untuk memastikan bahwa tenaga pemasar yang dipekerjakannya senantiasa mematuhi kode etik keagenan asuransi.
Catatan: Point c bisa diartikan bank yang melakukan modifikasi produk asuransi, perbaiki kalimatnya. Ayat (3) bahwa dalam kerjasama tsb prs ASR harus dapat memastikan (1) tenaga pemasar bersertifikat (2) mendapat pelatihan berkelanjutan (3) prs ASR punya SOP yg disepakati dgn Bank misal SOP polis disampaikan ke nasabah, dll Ayat selanjutnya terkait dengan dokumen pelaporan/bukti2 untuk medukung ayat sebelumnya Catatan: Perusahaan asuransi harus memastikan punya mekanisme pemenuhan ketentuan (pengawasan thd tenaga pemasar, ex: agen) tsb di atas secara berkelanjutan (pendekatan). Ada tanggapan dari industri bahwa untuk bancass. cukup sekali melaporkan kerjasama pemasaran dengan bank: Pandangan2: Pelaporan Satu kali saja, tetapi tiap kali harus melaporkan penambahan kerjasama dengan pihak bank Persetuajuan dikelauarkan Pasal 31 (1) Perusahaan Asuransi yang melakukan pemasaran Produk Asuransi melalui kerjasama dengan bank (bancassurance) wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan Menteri. (2) Bentuk kerja sama pendistribusian Produk Asuransi melalui bank (bancassurance) dapat dilakukan dalam 3 (tiga) model bisnis sebagai berikut: a. referensi, yaitu aktivitas kerjasama pemasaran Produk Asuransi, dengan bank berperan hanya mereferensikan/ merekomendasikan suatu Produk Asuransi kepada nasabah bank; b. kerjasama distribusi, yaitu aktivitas kerjasama pemasaran Produk Asuransi, dengan bank berperan memasarkan Produk Asuransi dengan cara memberikan penjelasan mengenai Produk Asuransi tersebut langsung kepada nasabah bank; dan c. integrasi produk, yaitu aktivitas kerjasama pemasaran Produk Asuransi, dengan bank berperan memasarkan Produk Asuransi kepada nasabah bank dengan cara menggabungkan Produk Asuransi dengan produk bank (bundled product). (3) Perusahaan Asuransi yang memasarkan Produk Asuransi melalui kerjasama dengan bank (bancassurance) wajib memastikan bahwa tenaga yang akan memasarkan Produk Asuransi telah: a. memiliki sertifikasi agen asuransi sesuai Produk Asuransi yang akan dipasarkannya; dan b. mendapat pelatihan Produk Asuransi yang akan dipasarkannya secara berkelanjutan. (4) Perusahaan Asuransi yang memasarkan Produk Asuransi melalui kerjasama dengan bank (bancassurance) wajib memiliki pedoman operasional bersama yang berkaitan dengan: a. seleksi risiko; b. penerbitan dan penyampaian polis; c. pembayaran premi dan klaim; d. pengajuan klaim; dan e. pelayanan keluhan dan pengaduan tertanggung. (5) Untuk memperoleh persetujuan Menteri, Perusahaan Asuransi yang akan melakukan kerjasama dengan bank (bancassurance) harus mengajukan surat permohonan dengan melampirkan dokumen-dokumen :
satu kali untuk tiap model bisnis tiap bank (ex referensi). a. Produk Asuransi yang akan dipasarkan; b. pedoman operasional bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (4); c. sertifikasi keagenan asuransi dari setiap petugas bank yang akan memasarkan Produk Asuransi, khusus untuk model bisnis kerjasama distribusi dan integrasi produk; d. bukti pelatihan Produk Asuransi kepada petugas bank, khusus untuk model bisnis kerjasama distribusi dan integrasi produk; dan e. konsep perjanjian kerja sama dengan bank yang telah diparaf oleh para pihak. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerjasama dengan bank (bancassurance) serta syarat dan tata cara memperoleh persetujuan Menteri diatur dengan Peraturan Ketua. Pasal 32 Perusahaan Asuransi wajib mengakhiri kerjasama pemasaran Produk Asuransi melalui kerjasama dengan bank (bancassurance) sebelum berakhirnya perjanjian atau tidak memperpanjang kerjasama apabila pelaksanaan pemasaran produk asuransi melalui kerjasama dengan bank (bancassurance) tersebut tidak sesuai dengan rencana yang dilaporkan kepada Menteri atau tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 33 (1) Pemasaran Produk Asuransi melalui kerjasama dengan badan usaha selain perusahaan agen dan bank hanya dapat dilakukan untuk Produk Asuransi sederhana. (2) Perusahaan Asuransi yang akan memasarkan Produk Asuransi melalui badan usaha selain perusahaan agen dan bank wajib memiliki perjanjian kerjasama dengan badan usaha tersebut. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Produk Asuransi sederhana dan aktivitas pemasaran Produk Asuransi melalui badan usaha selain perusahaan agen dan bank diatur pada Peraturan Ketua. Pasal 34 (1) Perusahaan Asuransi yang melakukan pemasaran, penjualan, dan penutupan Produk Asuransi melalui media komunikasi jarak jauh termasuk namun tidak terbatas pada surat, telepon,
internet, televisi, radio dan layanan pesan singkat (SMS) wajib memberikan informasi mengenai identitas Perusahaan Asuransi, Produk Asuransi yang ditawarkan serta syarat dan ketentuan polis. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasaran, penjualan, dan penutupan Produk Asuransi melalui media komunikasi jarak jauh diatur pada Peraturan Ketua. BAB VI TRANSPARANSI INFORMASI PRODUK ASURANSI Pasal 35 (1) Perusahaan Asuransi dan/atau Perusahaan Pialang Asuransi wajib memastikan bahwa calon tertanggung/pemegang polis telah mendapatkan informasi yang tepat dan memiliki pemahaman yang cukup mengenai produk asuransi sebelum calon tertanggung/pemegang polis memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi dengan Perusahaan Asuransi. (2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang mencakup: a. nama produk asuransi; b. risiko yang dijamin termasuk pengecualian; c. manfaat yang dijanjikan; d. ilustrasi premi yang harus dibayarkan dan manfaat yang akan diterima untuk Produk Asuransi yang mempunyai nilai tunai; e. penjelasan bahwa ilustrasi hanya merupakan contoh perhitungan, sedangkan jumlah manfaat yang akan dibayarkan oleh perusahaan asuransi dapat berbeda dengan ilustrasi; f. pernyataan bahwa calon tertanggung/pemegang polis perlu membaca dan memahami polis sebelum melakukan penutupan asuransi. (3) Untuk Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi, Perusahaan Asuransi Jiwa wajib memastikan bahwa selain informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), calon tertanggung/pemegang polis telah mendapatkan informasi mengenai: a. penjelasan bahwa besar manfaat polis tergantung pada kinerja investasi dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi manfaat polis; b. penjelasan mengenai strategi investasi; c. uraian mengenai risiko yang ditanggung oleh pemegang
polis; d. rincian seluruh biaya yang dibebankan kepada pemegang polis antara lain terdiri dari biaya akuisisi, biaya pengelolaan, dan biaya mortalita; e. biaya penarikan dana; f. uraian mengenai dasar perhitungan manfaat polis; g. uraian mengenai dasar dan frekuensi penilaian dana; h. uraian mengenai hal-hal yang dijamin bagi pemegang polis bila ada, misalnya manfaat kematian minimum yang dijamin, maksimum beban mortalita dan biaya-biaya lainnya, tingkat bunga minimum, nilai tunai minimum, dan manfaat jatuh tempo yang dijamin; i. ilustrasi pertumbuhan besar manfaat, termasuk manfaat asuransi kematian, atas dasar asumsi yang realistis dan disajikan dalam bentuk grafik atau diagram; dan j. uraian mengenai kinerja investasi subdana terkait dalam periode sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun terakhir atau dalam periode riil yang telah dijalani bagi perusahaan yang menjual produk tersebut kurang dari 5 (lima) tahun. (1) Penyampaian informasi kepada calon tertanggung/pemegang polis harus disesuaikan dengan karakteristik Produk Asuransi dan calon tertanggung/pemegang polis serta bahan pemasaran (marketing materials) yang telah ditetapkan. (2) Perusahaan asuransi wajib memastikan bahwa informasi yang diberikan kepada nasabah adalah akurat, terkini, tidak menyesatkan, dan mudah dipahami. Pasal 36 (1) Dalam memasarkan produk asuransi, Perusahaan Asuransi dapat menggunakan bahan pemasaran (marketing materials). (2) Selain memuat informasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 35 ayat (2) dan ayat (3), bahan pemasaran (marketing materials) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus juga memuat sekurang-kurangnya informasi sebagai berikut: a. nama, alamat, dan nomor telepon perusahaan asuransi; b. nomor dan tanggal surat pencatatan Produk Asuransi pada Biro Perasuransian; dan c. pernyataan bahwa perusahaan asuransi akan bertanggungjawab atas informasi yang disampaikan dalam dokumen Produk Asuransi. (3) Bahasa yang digunakan pada bahan pemasaran harus jelas dan mudah dipahami.