3/23/2011 ANALGETIC DRUGS. [A `A Ut~{Ü tçáçt{? wüa `A^xá WxÑtÜàÅxÇà Éy Ñ{tÜÅtvÉÄÉzç YtvâÄàç Éy Åxw v Çx. Dr. HaMBa Farmakologi - Analgetik

dokumen-dokumen yang mirip
5/7/2012. HM Bakhriansyah, MD., M.Sc., M.Med.Ed Bagian Farmakologi PSPD FK UNLAM

ANALGETIKA. dr. Agung Biworo, M.Kes

ANALGETIKA. Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid. Analgetika opioid

OBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

ANALGESIK-ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman

[FARMAKOLOGI] February 21, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal. Ibuprofen, asam mefenamat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Para-aminofenol Asetanilida Parasetamol Gambar 1.1 Para-aminofenol, Asetanilida dan Parasetamol (ChemDraw Ultra, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masyarakat mencari upaya untuk menghilangkannya.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau intervensi dokter

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DEMAM (PIREKSIA) Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

pada penderita tukak lambung dan penderita yang sedang minum antikoagulan (Martindale, 1982). Pada penelitian ini digunakan piroksikam sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANTAGONIS KOLINERGIK. Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

banyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Piroksikam merupakan salah satu derivat oksikam, dan merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi,

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

anak didapatkan persebaran data hasil penelitian sebagai berikut :

Gambar 1.1. Struktur molekul asam salisilat dan turunannya (Gringauz, 1997 ). O C OH CH 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

sebesar 90% (Dodge, 1993). Ulkus gaster berukuran lebih besar dan lebih menonjol sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih sering atau mudah dijumpai di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pada penelitian ini didapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum

USIA * INTERKSIOBAT. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

Penyakit pada Lansia. Gaya Hidup Aktif dan Proses Penuaan dr. Imas Damayanti, M.Kes FPOK-UPI

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

ANALGESIK-ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI

PATOGENESIS PENYAKIT ASMA

gugus karboksilat yang bersifat asam sedangkan iritasi kronik kemungkinan disebabakan oleh penghambatan pembentukan prostaglandin E1 dan E2, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANTIPIRETIKA DAN ANALGETIKA

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

DEFENISI. Merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguangangguan. peradangan, infeksi dan kejang otot.

Gambar 1.1. Struktur asam asetilsalisilat (Departemen Kesehatan RI, 1995).

OBA B T A T S I S ST S E T M

turunan oksikam adalah piroksikam (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang kuat.

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT. JULAEHA, M.P.H., Apt

Pengertian farmakodinamika Dosis Efek samping Reaksi yang merugikan Efek toksik. Farmakodinamik - 2

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT / GANGGUAN SALURAN CERNA ULKUS PEPTIK ULKUS PEPTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ANALGETIC DRUGS [A `A Ut~{Ü tçáçt{? wüa `A^xá WxÑtÜàÅxÇà Éy Ñ{tÜÅtvÉÄÉzç YtvâÄàç Éy Åxw v Çx 1

PENDAHULUAN Nyeri tanda salah satu komponen sistem fisiologisnya sedang mengalami gangguan. Nyeri terbagi: superfisial (contoh: nyeri pada kulit) dalam 2

Kemoreseptor nyeri: autakoid (bradikinin dan prostaglandin). Kerja obat analgetik: menghentikan resepsi nyeri perifer pada ujung saraf bebas analgetik non narkotik & anestesi lokal memodifikasi persepsi nyeri pada SSP analgetik non narkotik & narkotik memperbaiki reaksi terhadap nyeri. respon otonom: tangan berkeringat & TD. respon otot skelet: peningkatan regangan otot dan ekspresi wajah. unsur psikis: rasa nyeri. NSAIDs (SALISILAT & DERIVATNYA) Mekanisme Kerja Efek analgetik: sentral hipotalamus & perifer penghambatan sintesis PG E & F Efek antipiretik sentral vasodilatasi vasa kecil kulit & peningkatan pengeluaran keringat, mencegah efek peningkatan suhu dari pirogen leukositik, Do toksik hiperpireksia. 3

Farmakodinamik SSP peningkatan konsumsi O2 penambahan produksi CO2 & pacuan respirasi meningkatkan dalamnya respirasi CTZ mual, muntah Salisilism (kebingungan, delirium, tinitus, pusing, & kadang-kadang psikosis) do besar jangka lama Sistem CV Do tx aspirin: pemanjangan waktu perdarahan penghambatan agregasi platelet; penghambatan sintesis tromboxan A2. Do tinggi salisilat meningkatkan protrombin time tx vitamin K. Do tinggi diflunisal waktu perdarahan diperpanjang Sistem Saluran Cerna Do besar ulkus & perdarahan lambung perubahan ketebalan pelindung dinding mukosa lambung masuknya ion Na & K difusi balik ion H dinding kapiler rusak perdarahan & nekrosis lokal. penghambatan sintesis PG I2 meningkatkan sekresi asam & aliran darah gaster. Sistem Saluran Kemih Do 1-2 gr menekan sekresi aktif asam urat ke urine Do 5 gr menghambat reabsorpsi aktif asam urat urikosuria. Pada dosis sedang eksresi urat tidak berubah. Do analgetik diflunisal urikosuria. Aktivitas Antiinflamasi menurunkan permeabilitas kapiler & mengurangi pelepasan enzim destruktif dari lisosom. menghambat sintesis PG 4

PENGGUNAAN KLINIS Nyeri ringan-sedang do tinggi demam rematik & RA. Aspirin pencegahan primer & sekunder IM pengobatan & pencegahan sekunder stroke iskemik. Asam salisilat topikal kutil. Metil salisilat topikal iritasi, nyeri otot & sendi. Salisilat ini sangat toksik jika tertelan. EFEK SAMPING Aspirin do besar bersifat sangat toksik sangat haus, berkeringat, penglihatan kabur, tinnitus, mual, muntah, dan perubahan keseimbangan asam & basa. Keracunan diflunisal: bingung, disorientasi & stupor, tidak menyebabkan gangguan asam-basa KONTRAINDIKASI & INTERAKSI OBAT KI : ulkus peptik. Hati-hati: anak HT, penyakit jantung, diabetes & ggn. tiroid. Efek MTX, penisilin, fenitoin, antikoagulan oral & sulfonilurea ditingkatkan. Salisilat mempengaruhi kerja agen urikosurik seperti probenesid diflunisal (?) Lab: glukosa, Ca, katekolamin & asam venilmandelik 5

DERIVAT ANILIN (coal tar analgetic) Farmakodinamik SSP Efek analgetik & antipiretik Tidak memiliki efek pada pernapasan. Efek Perifer Tidak menyebabkan iritasi & perdarahan lambung Tidak memperlihatkan aktivitas antiinflamasi penghambat lemah sintesis PG tidak untuk demam rematik & RA. Tidak berefek pada agregasi platelet & eksresi asam urat. PENGGUNAAN KLINIK Analgetik & antipiretik untuk pasien intoleran aspirin ES Sedikit, fenomena alergi Over dosis nekrosis hepar ikatan kovalen metabolit alkilasi toksik pada makromolekul hepar. Fenasetin methemoglobin sianosis henti jantung. Do tinggi & kronis fenasetin anemia hemolitik. Analgetik lain + fenasetin atau asetaminofen nefrotoksisitas ASAM MEFENAMAT Analgetik, antipiretik & antiinfalamsi. Toksisitas: diare berat, ulkus & perdarahan saluran cerna, perubahan hematologis (anemia megaloblastik & agranulositosis). INDOMETASIN & SULINDAK Efek analgetik, antipiretik & antiinflamasi. Indikasi: RA, gout, & gangguan inflamasi lain jika aspirin tidak efektif/tidak dapat ditoleransi. PIROKSIKAM & TOLMETIN Efek analgetik, antipiretik & antiinflamasi Saat ini hanya untuk inflamasi. 6

ASAM ARILALKANOAT Ibuprofen, naproxen, Ca fenoprofen & ketoprofen. Efek analgetik, antipiretik & antiinflamasi. ES saluran cerna ringan ES memperpanjang waktu perdarahan dengan menghambat agregasi platelet. Indikasi: ibuprofen dismenorrhoe. Indikasi: Naproxen, fenoprofen & ketoprofen nyeri ringan & sedang akibat artritis. Penghambat Selektif COX-2 Contoh: celecoxib, rofecoxib, meloxicam & etodolac Efektif untuk RA & OA = AINS lainnya Efek rofexocib pada OA belum jelas ES ulkus endoskopis << AINS lainnya. Tidak mempengaruhi agregasi platelet. Obat ini kadang berinteraksi dengan warfarin. ES lain = AINS lainnya. 7

ANALGETIK NARKOTIK MEKANISME KERJA Analgetik efek langsung pada otak merangsang reseptor opioid endogen. analgetik supraspinal reseptor µ. analgetik peptida endogen & sintetik reseptor δ & κ. Enkifalin dan beberapa peptida sintetik bekerja pada sisi δ, sedangkan dinorfin bekerja lebih selektif pada sisi κ. ES diperantarai oleh reseptor yang berbeda dari sisi µ. Reseptor µ1 efek analgetik & euforia. Reseptor µ2 depresi napas & konstipasi. Reseptor σ disforia 8

TOLERANSI & KETERGANTUNGAN FISIK Toleransi cukup cepat analgetik & euforia. Toleransi lambat depresi napas. Toleransi jarang efek stimulan & saluran cerna. Toleransi silang anagetik narkotik, tetapi tidak pada depresan SSP lain. Narkotik selektif µ1 dapat berpindah ke senyawa selektif δ. Penggunaan jangka lama ketergantungan fisik abstinence syndrome. (tanda hiperaktivitas SSO: diare, muntah, menggigil, demam, lakrimasi, rinorrhoe, tremor, kram & nyeri abdomen) MORFIN Farmakodinamik SSP Sedasi, kebingungan & eksitasi (+/-) mental berkabut. Pasien nyeri euforia >< pada pasien tanpa keluhan nyeri Mual rangsangan langsung CTZ MO peningkatan sensitivitas vestibular terapi diteruskan Antitusif menghambat integrasi diberikan medular dosis respon tinggi ini tidak digunakan untuk tujuan ini. Hormon: pelepasan ADH, peningkatan ringan kadar gula darah. 9

Mata Kontriksi pupil >< atropin. Sistem Respirasi Do terapi depresi respirasi o/k penurunan respon pusat napas terhadap peningkatan tegangan CO2. Sistem Kardiovaskular Do terapi efek (-). Pada pasien CHF menurunkan venous return ke jantung Sistem Saluran Cerna Konstipasi Nyeri epigastrium tekanan saluran empedu meningkat Sistem Genitourinarius Retensi urine diperparah oleh pelepasan ADH Do terapi melawan hiperaktivitas uterus. 10

PENGGUNAAN KLINIK Menghilangkan nyeri sedang-berat Penggunaan lain: diare. EFEK SAMPING Depresi napas, mual, muntah, pusing, gangguan mental, konstipasi & spasme bilier. Keracunan Trias koma, pinpoint pupil & depresi respirasi berat Tx: nalokson INTERAKSI OBAT Penghambat MAO, barbiturat, alkohol, antidepresan trisiklik & fenotiazin potensiasi depresi SSP & efek analgetik, kecuali fenotiazin KODEIN < poten : morfin. Indikasi: nyeri sedang menekan batuk Overdosis: respirasi tertekan, koma, kadangkadang kejang tx nalokson 11

MEPERIDIN Efek spasmogenik saluran cerna & kandung empedu < morfin Efek antitusif (-) Meningkatkan kekuatan kontraksi yang diinduksi oksitosik Toksisitas: tremor, delirium, refleks yang hiperaktif & kemungkinan kejang pada koma & depresi napas. Tx nalokson. 12