KAJIAN SIFAT FISIK YOGURT SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU 4ºC. Physical Properties of Yoghurt During Storage at 4ºC. Abdul Manab 1 ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT. Key words: Addition, Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, Alternative

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN LAMA PEMYIMPANAN TERHADAP KUALITAS FISIK SUSU FERMENTASI

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KOMBINASI Lactobacillus plantarum DENGAN Lactobacillus bulgaricus DAN Streptococcus thermophilus TERHADAP MUTU SUSU FERMENTASI SELAMA PENYIMPANAN

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

Chemistry In Our Daily Life

KARAKTERISTIK YOGHURT SARI JAGUNG DENGAN PENAMBAHAN SUSU SKIM DAN KARAGENAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIFAT KIMIA DAN SINERESIS YOGHURT YANG DIBUAT DARI TEPUNG KEDELAI FULL FAT DAN NON FAT DENGAN MENGGUNAKAN PATI SAGU SEBAGAI PENSTABIL NASKAH PUBLIKASI

PEMBUATAN YOGURT BUAH NAGA MERAH

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

OLEH: SUZANNA TANIAJI

PENGARUH LAMA PENUNDAAN DAN SUHU INKUBASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA YOGHURT DARI SUSU SAPI KADALUWARSA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

PENAMBAHAN GUM ARABIK SEBAGAI SENYAWA PENSTABIL PADA YOGHURT PROBIOTIK

PENGARUH PENAMBAHAN Ca-LAKTAT TERHADAP KARAKTERISTIK YOGURT KEDELAI JAGUNG PROPOSAL SKRIPSI OLEH : YOHANES ALIM

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI SUSU SKIM DAN STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN MIKROBIOLOGIS CORNGURT SINBIOTIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PDF processed with CutePDF evaluation edition

EFFECT OF ADDITION OF VARIOUS CONCENTRATIONS OF CULTURE AND INCUBATION PERIOD ON ph, ACIDITY LEVELS, VISCOSITY AND SYNERESIS SET YOGHURT ABSTRACT

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

PERANAN STARTER DAN CRYOPROTECTAN TERHADAP KUALITAS YOGURT BEKU BUAH PEPINO. (Enfluence of Starter and Cryoprotectan on Frozen Yogurt of Pepino Fruit)

Pembuatan Minuman Probiotik dari Susu Kedelai dengan Inokulum Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, dan Lactobacillus acidophilus

PEMANFAATAN EKSTRAK KASAR PAPAIN SEBAGAI KOAGULAN PADA PEMBUATAN KEJU COTTAGE

PENGARUH PENAMBAHAN JUS BUAH NAGA MERAH (Hylocereuz polyrhizus) GUNA MENINGKATKAN KUALITAS ORGANOLEPTIK, KIMIA DAN FISIK YOGHURT SUSU SAPI

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2006, Hal Vol. 1, No. 1 ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini diperoleh dari preparasi bahan, pembuatan keju cottage

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

VARIASI PENAMBAHAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU COCOGHURT MENGGUNAKAN Enterococcus faecalis UP 11 YANG DIISOLASI DARI TEMPOYAK. Riau.

PENGARUH PENAMBAHAN GELATIN TIPE B (BEEF GELATINE) TERHADAP DAYA IKAT AIR, KECEPATAN MELELEH, DAN MUTU ORGANOLEPTIK YOGHURT BEKU (FROZEN YOGHURT)

EFFECT OF WHEY ADDITION ON MILK TO WATER HOLDING CAPACITY, VISCOSITY, PROTEIN CONTENTS, AND TOTAL LACTIC ACID BACTERIA YOGHURT

KEJU. Materi 14 TATAP MUKA KE-14 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH VARIASI PROPORSI SARI BIT MERAH DAN SUSU UHT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA, MIKROBIOLOGIS DAN SENSORIS YOGHURT

SKRIPSI. Oleh: Edwina Pariwono

Pengaruh Kombinasi Susu dengan Air Kelapa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

PENGARUH KONSENTRASI GULA PASIR DAN STARTER

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

Pengaruh suhu dan lama pemeraman pada inkubator terhadap kualitas fisik kefir

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat

SIFAT KIMIA DAN SINERESIS YOGHURT YANG DIBUAT DARI TEPUNG KEDELAI FULL FAT DAN NON FAT DENGAN MENGGUNAKAN PATI SAGU SEBAGAI PENSTABIL

Uji Kadar Lemak Keju Cheddar Dengan Variasi Bahan Baku (Sapi, Kambing) Serta Variasi Jenis Starter (Streptococcus lactis, Rhizophus oryzae).

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

Peranan Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus dalam Proses Pembuatan Yogurt : Suatu Review

Puji Agueng Sanjaya dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):47-53, April 2013

BAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI FRUKTOSA PADA SUSU MENJADI ASAM LAKTAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cheddar digunakan peralatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

PENGARUH KONSENTRASI GULA PASIR DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FRUIT

PENGARUH PENAMBAHAN VARIASI KONSENTRASI SUSU SKIM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA YOGHURT KOLOSTRUM SKRIPSI OLEH: RAY MARVELY

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

KUALITAS SOYGHURT DENGAN VARIASI RASIO SUSU KEDELAI DENGAN SUSU RENDAH LEMAK

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

A. H. Septiani, Kusrahayu dan A. M. Legowo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

R. Y. Trisnaningtyas, A.M. Legowo dan Kusrahayu Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Susu Fermentasi dan Yogurt

PENGARUH SUPLEMENTASI WHEY KEJU TERHADAP KUALITAS FISIK DAN HEDONIK YOGHURT

Kata Kunci: Dodol Susu, Sukrosa, Kadar air, Gula reduksi, Indeks pencoklatan. ABSTRACT. Kajian Penggunaan Sukrosa (A. Manab) 58

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUSU TERHADAP KARAKTERISTIK SOYGHURT

PENGARUH LAMA PEMUTARAN MENGGUNAKAN METODE SENTRIFUGASI TERHADAP YIELD, KADAR AIR DAN TOTAL SOLID CONCENTRATED YOGHURT

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI SUSU SKIM TERHADAP VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT YOGURT KOLOSTRUM PROPOSAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014

SUSU FERMENTASI BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PENGARUH KONSENTRASI STARTER DAN KONSENTRASI KARAGENAN TERHADAP MUTU YOGHURT NABATI KACANG HIJAU

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGIS KEJU MOZZARELLA YANG DISIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR

PRODUKSI LOW CALORIE SWEET BIO-YOGHURT DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN STEVIA (Stevia rebaudiana) SEBAGAI PENGGANTI GULA

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

III.METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

Transkripsi:

KAJIAN SIFAT FISIK YOGURT SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU 4ºC Physical Properties of Yoghurt During Storage at 4ºC Abdul Manab 1 1) Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Diterima 1 Agustus 2007, diterima pasca revisi 12 September 2007 Layak diterbitkan 23 Februari 2008 ABSTRACT The purpose of this research was to find out physical properties of yogurt during storage at 4ºC. Yoghurt starters were using Lactobacillus bulgaricus FNCC 0041 and Streptococcus thermophilus FNCC 0040 (1:1). Yoghurt starter was inoculated on 10% (w/v) of skim milk and 10% (w/v) of skim milk which contained 5% (w/v) of sucrose, incubated at 42ºC for 6 hours then storage at 4ºC for 30 days. The result showed that posacidification until 6 days storage, ph tend constant between 6 days and 30 days. Until 9 days texture tend constant, but after 9 days storage texture tend decreasing. Storage yogurt at 10 C for 12 hours before 4 C gave higher viscosity, viscosity tend constant until 30 days storage. Water Holding Capacity increasing until 6 days storage, after 6 days tend constant. Sineresis increasing until 6 days storage, after 6 days tend constant. It concluded that physical properties of yogurt gave a little changes on first week storage, after that tend constant until 30 days storage. Key words: yogurt, ph, Texture, Viscosity, Water Holding Capacity, Sineresis. PENDAHULUAN Sifat fisik merupakan salah satu kriteria penentuan kualitas susu fermentasi, sifat tersebut terbentuk akibat adanya asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat yang mempengaruhi muatan elektrostatik kasein, sehingga terbentuk interaksi protein-protein karena menurunnya daya tolak elektrostatik dan terjadi pengikatan kalsium ke kasein sehingga memacu ikatan hidrofobik antara kasein. Gel yang terbentuk oleh gabungan jaringan misel kasein akibat proses pengasaman oleh bakteri asam laktat, kekuatannya hanya berasal dari jumlah dan kekuatan ikatan antara kasein-kasein. Kekuatan ikatan tersebut mudah mengalami kerusakan diantaranya akibat perlakuan mekanis, sehingga bisa mempengaruhi Daya Ikat Air, tingkat Sineresis, Tekstur dan Viskositas yogurtselama penyimpanan akibat dari proses destabilisasi kasein oleh asam laktat yang membentuk struktur dan konsistensi susu fermentasi. Proses destabilisasi kasein dapat mempengaruhi sifat fisik yogurt (Cerning, 1995; Hess et al., 1997). Perubahan sifat fisik dapat berpengaruh terhadap penolakan konsumen terhadap yogurtmeskipun perubahan tersebut hanya berakibat pada penampilan yogurtyang tidak menarik dan tidak mengakibatkan terjadinya perubahan kimia atau membahayakan kesehatan konsumen. 52

Tekstur yogurt terbentuk akibat terjadinya agregasi misel kasein oleh asam sehingga terbentuk gel dan adanya interaksi antara misel kasein sehingga terbentuk gel yang kuat dan halus. (Cerning, 1995; Hess et al., 1997). Kekuatan ikatan antara misel kasein dipengaruhi oleh ph, konsentrasi kalsium dan suhu. Viskositas yogurt menggambarkan sifat cairan yang mempunyai resistensi terhadap suatu aliran yang dapat memberikan peningkatan kekuatan yang dapat menahan pergerakan relatif (Fennema, 1985; Hudson, 1992). Viskositas susu dan yogurt dipengaruhi oleh ph, kadar protein, EPS, jenis kultur strain, waktu inkubasi, dan total padatan susu. Kemampuan daya ikat air yogurt banyak dipengaruhi oleh kondisi misel kasein terutama sifat hidrasinya. Misel kasein mempunyai sifat hidrasi yang cukup tinggi dibandingkan dengan protein globuler lainnya, karena misel kasein mempunyai struktur yang agak porous. Tingginya voluminitas kasein menunjukkan suatu struktur seperti spon yang longgar dengan jumlah air interstitial dalam jumlah banyak dan gugus hidrofilik pada permukaan misel kasein yang sangat terhidrasi (Hui, 1993). Sineresis merupakan suatu proses yang kompleks, yang meliputi proses pengkerutan atau kontraksi gel protein akibat adanya peningkatan interaksi protein-protein dan menurunnya interaksi protein-air, sehingga memacu pembentukan curd bersamaan dengan terjadinya pemisahan whey (Renault et al., 1997; Fox, 1987; Hui, 1993). Terjadinya sineresis kemungkinan disebabkan oleh perubahan kelarutan kasein dan pengkerutan partikel kasein. Pada gel susu asam khususnya dari bakteri asam laktat, akan terjadi perubahan kelarutan kasein, serta adanya proteolisis lambat dapat merubah partikel kasein menjadi reaktif, sehingga kasein mempunyai sifat seperti parakasein. Apabila building block dari jaringan protein mengkerut, maka semua jaringan akan mengkerut secara proporsional sehingga kemampuan protein untuk mengikat atau memerangkap air bisa hilang (Fox, 1987). Oleh karena itu selama penyimpanan yogurt mengalami perubahan tekstur, viskositas, daya ikat air, serta tingkat sineresis yang dibuat dari bakteri asam laktat yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari perubahan sifat fisik yogurtselama penyimpanan pada suhu 4ºC. MATERI DAN METODE Bakteri yang digunakan untuk pembuatan yogurtberasal dari starter yogurt komersial yaitu Lactobacillus bulgaricus FNCC 0041 dan Streptococcus thermophilus FNCC 0040 dari Food and Nutrition Culture Collection (FNCC) Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Subkultur atau peremajaan setiap isolat, menggunakan media MRS (Man Rogosa dan Sharp) cair. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Buffer fosfat ph 4 dan 7 untuk standarisasi ph meter. NaOH 0,1N, indikator pp. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah inkubator (Forma scientific), otoklaf (Hiramaya), sentrifus (labfoge 200/Heraeus), magnetic stirrer, mikropipet, pipet tetes, timbangan analitik, ph meter (Tg A/ Jenway), vortex, penangas air, oven (Heraeus), refrigerator, sentrifuse 13500xg (suhu 10 C), Sentrifuse (100, 250, 500, 750 dan 1000 xg suhu 4 C), Lyod, viskometer. Preparasi kultur starter Kultur bakteri asam laktat disiapkan dengan cara inokulasi 2 ose dari kultur stok ke 5ml MRS broth dan 53

diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam, kemudian selnya dipisahkan dengan sentrifugasi 3500 rpm selama 15 menit. Sel yang sudah terpisah dipindah ke 5 ml susu skim 10% steril yang diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam untuk Lactobacillus bulgaricus FNCC 0041 dan Streptococcuc thermophilus FNCC 0040, kemudian digunakan sebagai kultur stater. Bakteri asam laktat digunakan untuk produksi yogurt pada berbagai kondisi suhu dan media yang berbeda serta pengaruhnya terhadap sifat fisik susu fermentasi. Fermentasi susu Inkubasi dilakukan menggunakan botol berukuran 100ml yang diisi dengan 90 ml media dari susu skim yang sudah diinokulasi dengan kultur starter. Bahan yogurt menggunakan susu skim 10% (b/v) dan susu skim 10% (b/v) ditambah sukrosa 5% (b/v) dan masingmasing media diinkubasi pada suhu 42 C selama 6 jam kemudian diperam pada suhu 10 C selama 12 jam kemudian disimpan pada suhu 4 C selama 30 hari (Gancel and Novel, 1994). HASIL PEMBAHASAN ph Starter yogurt yang diinkubasi pada suhu 42ºC selama 6 jam pada media skim 10% maupun skim 10% dan sukrosa 5% dapat menurunkan ph yogurt mendekati ph isoelektrik kasein. Yogurt yang langsung disimpan pada suhu 4ºC masih mengalami sedikit penurunan ph, hal ini kemungkinan disebabkan masih terjadinya postacidification terutama sampai hari ke-3 atau hari ke-6, setelah hari ke-6 ph cenderung stabil (Tabel 1). Yogurt yang diperam pada suhu 10ºC selama 12 jam sebelum disimpan pada suhu 4ºC mengalami penurunan ph yang lebih banyak, dan mengalami postacidification terutama sampai hari ke-3 atau hari ke-6 sehingga masih mengalami sedikit penurunan ph, setelah itu ph cenderung stabil. Tabel 1. ph yogurt selama penyimpanan pada suhu 4 C Media Suhu Penyimpanan 1 3 6 9 12 15 21 30 Skim 10% Langsung 4 C 4,38 4,24 4,33 4,26 4,36 4,25 4,21 4,21 Skim 10%+ sukrosa 5% 10 C(12jam) kemudian 4 C 4,28 4,18 4,21 4,10 4,33 4,23 4,28 4,22 Langsung 4 C 4,53 4,43 4,49 4,34 4,23 4,36 4,29 4,25 10 C(12jam) kemudian 4,46 4,41 4,33 4,34 4,20 4,34 4,26 4,26 4 C Aktifitas kultur starter yogurt yaitu S. thermophilus FNCC 0040 dan L. bulgaricus FNCC 0041 menghasilkan yogurt dengan ph mendekati titik isoelektrik kasein, namun setelah pemeraman pada suhu 10 C selama 12 jam atau penyimpanan pada suhu 4 C terjadi penurunan ph sampai lebih rendah daripada ph titik isoelektrik kasein. Penurunan ph tersebut terutama akibat dari asam laktat yang dihasilkan selama fermentasi laktosa. S. thermophilus FNCC 0040, L. bulgaricus FNCC 0041 dan L. mesenteroides FNCC 0023 mempunyai enzim -D-galaktosidase yang menghidrolisis laktosa di dalam sel menjadi D-glukosa dan -D-galaktosa. D- glukosa dimetabolisme melalui jalur glikolisis (S. thermophilus, L. bulgaricus.), katabolisme galaktosa lewat jalur Leloir dan jalur Tegatosa, serta sebagian galaktosa dieksresi keluar sel. Fermentasi 54

laktosa tersebut mempunyai hasil utama berupa asam laktat. Asam laktat mengakibatkan terjadinya perubahan kompleks kasein/fosfat koloidal menjadi fraksi kalsium/fosfat yang larut sehingga kasein mengalami destabilisasi. Pada ph mendekati 4,6, kelarutan kasein sudah hilang sehingga terjadi interaksi hidrofobik antara misel kasein membetuk struktur dan konsistensi utama yogurt, dan proses tersebut dapat mempengaruhi sifat fisik dari yogurt, diantaranya adalah tekstur, viskositas, daya ikat air, dan sineresis. Tekstur Tekstur susu skim 10% dan skim 10%+sukrosa5% yang diinokulasi bakteri asam laktat kultur campuran S. thermophilus FNCC 0040 dan L. bulgaricus FNCC 0041 setelah hari ke-9 tekstur cenderung mengalami penurunan sampai hari ke-30. Kecenderungan tersebut mirip dengan pada perlakuan penyimpanan pada suhu 10 C selama 12 jam (Tabel 2). Tekstur yogurt terbentuk oleh agregasi misel kasein oleh asam dan adanya interaksi antara misel kasein sehingga terbentuk gel yang kuat dan halus. Kekuatan gel kasein yang terbentuk ditentukan oleh kekuatan ikatan antara misel kasein dengan misel kasein (Cerning, 1995; Hess et al., 1997) yang kekuatan ikatannya dipengaruhi oleh ph, konsentrasi kalsium dan suhu. Oleh karena itu, gel yang terbentuk hanya dihasilkan dari interaksi diantara kasein, kecenderungan peningkatan tekstur disebabkan oleh semakin banyaknya ikatan antara kasein-kasein, sehingga gel yang terbentuk lebih kuat. Namun apabila ph susu sudah dibawah ph isoelektrik maka akan terjadi peningkatan ikatan kaseinkasein yang berlebihan sehingga terjadi pengkerutan protein, sehingga terjadi pelepasan air yang mengakibatkan menurunnya kekuatan gel. Menurunnya kekuatan gel mengakibatkan cenderung menurunnya tekstur. Tabel 2. Tekstur (N) yogurt selama penyimpanan pada suhu 4 C Media Suhu Penyimpanan 1 3 6 9 12 15 21 30 Skim 10% Langsung 4 C 0,7860 0,7860 0,7860 0,7860 0,5895 0,5895 0,3930 0,3930 10 C (12jam) 0,7860 0,3930 0,3930 0,5895 0,3930 0,5895 0,3930 0,5895 Skim Langsung 4 C 0,5895 0,5895 0,5895 0,9825 0,7860 0,5895 0,3930 0,3930 10%+ 10 C (12jam) 0,5895 0,3930 0,7860 0,3930 0,5895 0,7860 0,3930 0,3930 sukrosa 5% Viskositas Skim 10% dan skim 10%+sukrosa5% yang diinokulasi bakteri asam laktat kultur campuran S. thermophilus FNCC 0040 dan L. bulgaricus FNCC 0041 cenderung mengalami peningkatan viskositas secara tajam terjadi dari jam ke-0 sampai jam ke- 6. Antara jam ke-6 dan penyimpanan suhu 4 C atau 10 C selama 12 jam terjadi sedikit peningkatan viskositas, setelah jam ke-12 viskositas cenderung stabil sampai hari ke-30 (Tabel 3). Viskositas yogurt menggambarkan sifat cairan yang mempunyai resistensi terhadap suatu aliran yang dapat memberikan peningkatan kekuatan yang dapat menahan pergerakan relatif. Viskositas yogurt dipengaruhi jenis polimer dan produk metabolit lain seperti asam laktat (Vuys dan Degeest, 1999). 55

Tabel 3. Viskositas (cp) yogurt selama penyimpanan pada suhu 4 C Media Suhu Penyimpanan 1 3 6 9 12 15 21 30 Skim 10% Langsung 4 C 46500 49500 46000 33000 34000 54000 61000 35750 Skim 10%+ sukrosa 5% 10 C (12jam) 53000 50000 64000 67500 67500 67000 81000 66250 Langsung 4 C 45000 41500 35750 36500 35750 42500 48000 47500 10 C (12jam) 61000 77500 74500 58000 58500 59000 62500 57000 Fermentasi laktosa oleh starter yogurt yang menghasilkan asam laktat dapat menurunkan ph susu, pada ph dibawah 5,3 terjadi peningkatan viskositas karena menurunnya kelarutan kasein terutama pada ph 5,2 sampai ph 4,8-4,7 berkaitan dengan pembentukan agregat yang berukuran besar dan kebanyakan saling berikatan membentuk suatu jaringan. Pada penggunaan kultur campuran bakteri asam laktat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara protein-pelarut yang mempengaruhi hidrasi hidrodinamik lingkungan sekitar molekul serta interaksi protein-protein yang menentukan ukuran agregat, dengan demikian struktur dan konsistensi yogurt terutama dipengaruhi oleh protein yang mengalami aggregasi akibat dari menurunnya ph. Penurunan ph yang sangat tajam dari jam ke-0 sampai jam ke-6 (Tabel 1) meningkatkan interaksi antara proteinpelarut yang mempengaruhi hidrasi hidrodinamik sekitar molekul protein dan meningkatkan interaksi kasein-kasein dan meningkatkan ukuran agregat protein. Perubahan interaksi yang tajam tersebut akan meningkatkan viskositas. Antara jam ke-6 dan jam ke-12 terjadi penurunan ph yang sedikit mempengaruhi peningkatan viskositas. Sedangkan setelah jam ke-12, viskositas relatif stabil meskipun masih terjadi sedikit penurunan ph. Penurunan ph setelah jam ke-12 tampaknya tidak banyak mempengaruhi sifat hidrasi hidrodinamik dan ukuran agregat protein yang mempengaruhi viskositas. Daya Ikat Air Skim 10% dan skim 10%+sukrosa5% yang diinokulasi bakteri asam laktat kultur campuran S. thermophilus FNCC 0040 dan L. bulgaricus FNCC 0041 daya ikat air dari jam ke-6 sampai jam hari ke-6 daya ikat air terjadi sedikit peningkatan. Dari hari ke-6 sampai hari ke-30 daya ikat air cenderung stabil (Tabel 4). Tabel 4. Daya ikat air (%) yogurt selama penyimpanan pada suhu 4 C Media Suhu Penyimpanan 1 3 6 9 12 15 21 30 Skim 10% Langsung 4 C 56,55 60,35 60,32 60,77 62,58 61,14 61,62 62,47 Skim 10%+ sukrosa 5% 10 C (12jam) 58,47 58,15 61,23 60,15 62,29 58,71 56,34 63,07 Langsung 4 C 58,59 61,09 59,94 61,01 61,17 58,99 60,72 60,63 10 C (12jam) 59,42 60,78 60,62 60,28 62,37 59,49 62,71 62,08 Misel kasein mempunyai kemampuan mengikat air dalam jumlah banyak (2-4 g air/ g protein). Pemerangkapan air secara mekanik dalam matrik uniseluler secara parsial dapat berperan dalam peningkatan kemampuan 56

daya ikat air. ph mempengaruhi jumlah air yang tergabung melalui pengaruhnya terhadap muatan pada protein, sehingga pada ph titik isoelektik kemampuan pengikatan air akan menurun, karena meningkatnya daya tarik antara molekul protein (Fox, 1989). Menurunnya interaksi protein-air dalam yogurt akan mengakibatkan terjadinya agregasi dan presipitasi sebagai akibat dari pelepasan air dari jaringan protein (Hudson, 1992). Perubahan ph antara jam ke-6 sampai hari ke-6 mengakibatkan daya ikat air sedikit meningkat, sedangkan perubahan ph antara hari ke-6 sampai hari ke-30 tidak mempengaruhi terjadinya perubahan daya ikat air. Meskipun mulai jam ke-12 terjadi penurunan ph sampai ph isoelektrik (Tabel 1), namun belum mengakibatkan terjadinya penurunan daya ikat air. Setelah jam ke-12 diduga terjadi peningkatan jumlah interaksi proteinprotein yang mengakibatkan terjadinya penurunan interaksi protein-air, namun karena kasein mempunyai sifat seperti spons maka air masih banyak yang terperangkap secara mekanik dalam matrik molekul protein. Sineresis Sineresis dari skim 10% dan skim 10%+sukrosa5% yang diinokulasi bakteri asam laktat kultur campuran S. thermophilus FNCC 0040 dan L. bulgaricus FNCC 0041 tingkat sineresis dari jam ke-6 sampai hari ke-6 mengalami sedikit penurunan. Dari hari ke-6 sampai hari ke-30 sineresis cenderung stabil (Tabel 5). Tabel 5. Sineresis (slope) yogurt selama penyimpanan pada suhu 4 C Media Suhu Penyimpanan 1 3 6 9 12 15 21 30 Skim Langsung 4 C 0,0263 0,0209 0,0168 0,0221 0,0208 0,0212 0,0188 0,0129 10% 10 C (12jam) 0,0268 0,0214 0,0174 0,0220 0,0183 0,0233 0,0150 0,0212 Skim Langsung 4 C 0,0277 0,0208 0,0130 0,0121 0,0121 0,0155 0,0152 0,0174 10%+ 10 C (12jam) 0,0262 0,0214 0,0176 0,0144 0,0187 0,0218 0,0167 0,0170 sukrosa 5% Perubahan ph dari jam ke-6 sampai hari ke-30 bisa meningkatkan interaksi protein-protein dan menurunkan interaksi protein-air namun diduga belum banyak mengalami proses pengkerutan atau kontraksi gel protein yang memacu pembentukan curd dan terjadinya pemisahan whey. Sehingga kasein masih mempunyai sifat hidrasi yang cukup karena sifat kasein yang mempunyai struktur agak porous. Gel yang terbentuk pada ph yang lebih tinggi mempunyai interaksi proteinair yang lebih banyak dan sineresisnya lebih sedikit, dan interaksi intramolekuler yang lebih sedikit berkaitan dengan daya tolak elektrostatik. Sedangkan pada ph yang lebih rendah dimungkinkan terjadinya interaksi protein-protein yang lebih banyak dan interaksi protein-air lebih rendah. Rendahnya interaksi protein-air akan mengakibatkan terjadinya presipitasi sehingga jaringan protein mempunyai kecenderungan untuk melepas air. Pada penelitian ini, gel yogurt hanyak terbentuk akibat adanya pengasaman oleh asam laktat sehingga hanya ada interaksi protein-protein dan karena terjadinya penurunan ph sampai titik isoelektrik, maka kecenderungan terjadinya sineresis tidak dapat dihambat. 57

KESIMPULAN 1. ph yogurt antara jam ke-6 sampai hari ke-6 mengalami sedikit penurunan, dan hari ke-6 sampai hari ke-30 ph cenderung stabil. 2. Tekstur yogurt cenderung mengalami peningkatan dari jam ke-6 sampai penyimpanan suhu 4 C selama 12 jam. Setelah hari ke-9 tekstur cenderung mengalami penurunan sampai hari ke- 30. Kecenderungan tersebut mirip dengan pada perlakuan pemeraman pada suhu 10 C selama 12 jam. 3.Yogurt cenderung mengalami peningkatan viskositas secara tajam terjadi dari jam ke-0 sampai jam ke-6. Antara jam ke-6 dan penyimpanan suhu 4 C atau 10 C selama 12 jam terjadi sedikit peningkatan viskositas, setelah jam ke-12 viskositas cenderung stabil sampai hari ke-30. 4. Daya ikat air yogurt dari jam ke-6 sampai jam hari ke-6 daya ikat air terjadi sedikit peningkatan. Dari hari ke-6 sampai hari ke-30 daya ikat air cenderung stabil. 5. Sineresis yogurt dari jam ke-6 sampai hari ke-6 mengalami sedikit penurunan. Dari hari ke-6 sampai hari ke-30 sineresis cenderung stabil. DAFTAR PUSTAKA Cerning, J., 1995. Production of Exopolisaccharide by Lactic Acid Bacteria and Dairy Propionibacteria. Lait 75:463-472 in Beal, C., J. Skokanova, E. Latrille, N. Martin and G. Courrieu, 1999. Combined Effects of Culture Conditions and Storage Time on Acidification and Viscosity of Stirred Yogurt. J. Dairy Science, 82: 673-681. Fennema O. R., 1985, Food Chemistry. Marcel Dekker, Inc. New York. Fox, P.F. 1987, Cheese: Chemistry, physics and Microbiology. Vol 1. Elsevier Applied Science. London. Fox, P.F., 1989. Advanced Dairy Chemistry. Vol 1. Protein. Chapman and Hall. London. Gancel F. and G. Novel, 1994. Exopolisaccharide Production by Salivarius ssp thermophilus Culture I. Conditions of Production. J. Dairy Science, 62: 907-910. Hess S. J., R.F. Roberts and G.R. Ziegler, 1997. Rheology Properties of Nonfat Yogurt Stabilized Using L. Delbruechii ssp. Bulgaricus Producing Exopolisaccharide or Using Commercial Stabilizer Systems. J. Dairy Science, 80: 252-263. Hudson, B. J. F., 1992. Biochemistry of Food Protein. Elsevier Applied Science. London. Hui, Y.H., 1993. Dairy Science and Technology Handbook. Principle and Properties. VCH Publisher Inc. London. Renault, C.E., Gastaldi, A. Lagande, J.L. Cuq and B. Tarrado De La Retente, 1997. Mechanism of Syneresis in Rennet Curd Without Mechanical Treatment. J. Dairy Science, 62:.. Vuys L.D. and Degeest B., 1999. Heteropolisaccharides from Lactic Acid Bacteria. FEMS Micro Review, 23: 153-177. 58