PENGARUH WAKTU DAN SUHU PERENDAMAN KEDELAI PADA TINGKAT KESEMPURNAAN EKSTRAKSI PROTEIN KEDELAI DALAM PROSES PEMBUATAN TAHU

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH LAMA PERENDAMAN KEDELAI DAN JENIS ZAT PENGGUMPAL TERHADAP MUTU TAHU ISMED SUHAIDI

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

PENGARUH LAMA PENGOVENAN, PERENDAMAN, dan KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP MUTU PRODUK dan LIMBAH CAIR PRODUKSI TAHU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

III. BAHAN DAN METODE

Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji et al ., 2007)

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

LAMPIRAN. Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri (Sudarmadji, dkk., 2007)

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan

METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. biji cempedak ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dimana. kriteria tertentu yang diharapkan dalam penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

ISOLASI PROTEIN DARI AMPAS KECAP DENGAN CARA EKSTRAKSI SODA ( INSULATION OF PROTEIN FROM DREGS TASTE BY EKSTRACTION SODA )

BAB III METODE PENELITIAN

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

II. BAHAN DAN METODE

Kapasitas Produksi Bubur Kedelai Bahan Baku Tahu dengan Variasi Debit Air Proses Penggilingan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan

Transkripsi:

MAKALAH PENELITIAN JUDUL PENGARUH WAKTU DAN SUHU PERENDAMAN KEDELAI PADA TINGKAT KESEMPURNAAN EKSTRAKSI PROTEIN KEDELAI DALAM PROSES PEMBUATAN TAHU Sundarsih Yuliana Kurniaty Oleh : (L2C005319) (L2C005331) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

PENGARUH LAMA DAN SUHU PERENDAMAN KEDELAI PADA TINGKAT KESEMPURNAAN EKSTRAKSI PROTEIN DALAM PROSES PEMBUATAN TAHU Sundarsih dan Yuliana Kurniaty Dosen Pembimbing Ir. Danny Sutrisnanto, M. Eng Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Kampus Tembalang-Semarang, 50239 A b s t r a k Besarnya kualitas dan kuantitas protein yang dapat diekstrak dari kedelai dalam pembuatan tahu tidak terlepas dari proses pemisahan yang dilakukan. Pada penelitian ini akan ditentukan pengaruh lama dan suhu perendaman terhadap protein yang tak terekstrak dalam kedelai sehingga diperoleh kondisi operasi yang paling optimal untuk meminimalkan protein yang terbuang bersama ampas. Protein merupakan senyawa organik yang molekulnya sangat besar dan susunannya kompleks, yang berfungsi sebagai zat pembangun, zat pengemulsi, buffer, pembentuk enzyme dan penghasil energi. Diantara jenis kacang-kacangan, kedelai merupakan sumber protein paling baik. Akan tetapi, ada faktor-faktor penghambat dalam pengolahan kedelai sehingga harus diperhitungkan optimasi prosesnya. Variabel tetap yang digunakan adalah lama perebusan 20 menit, suhu perebusan 90 C, waktu penggilingan konstan, berat bahan 500 gram, perbandingan berat air : berat kedelai = 5:1. Sedangkan variabel berubahnya lama perendaman (1, 2, 3, 4, dan 5 jam) dan suhu perendaman (40, 50, 60, 70, dan 80 C). Pertama timbang bahan, rendam sesuai variabel, cuci kedelai, giling bersamaan dengan penambahan air sehingga terbentuk bubur. Masak bubur tersebut dan suhu dijaga konstan. Saring dan ambil ampasnya. Ampas dikeringkan dalam oven kemudian dianalisa kadar proteinnya mengunakan metode kjedahl. Dari percobaan diperoleh hubungan % protein tak terekstrak dengan waktu dan suhu perendaman. Semakin lama waktu perendaman dan semakin tinggi suhu perendaman % protein tak terekstrak semakin menurun. Pada penelitian kami, variabel optimum dicapai pada lama perendaman 5 jam dan suhu perendaman 60 0 C. Kata kunci : kedelai, protein tahu, waktu perendaman, suhu perendaman, metode kjedahl A b s t r a c t The quality and quantity of protein can be extract from soybean in make of tahu is not lose from these separation process. This experimental will study the effect of soak time and soak temperature due to the unextract protein inside soy, so that was obtained the most optimal condition of operation to get the minimal protein content on the cake. Protein is an organic macromolecule and complex, that has function as both building and emultion substance, enzym maker and energy source. Between beans sort, soybean is the greater protein source. Inside that, there are resistance factors on the soybeans process, so that must estimate the optimate process. Remaining variable that used boiled time for 20 minute, boiling temperature 90 0 C, blended time is constant, the weight of raw material is 500 gram, and the ratio between water and soybean weight is 5:1.However, these change variable are soak time (1, 2, 3, 4, dan 5 hour) and soak temperature (40, 50, 60, 70, dan 80 C). First, weight the raw material, soak them as appropiate variable, washed the soybeans, blend, supply the water until the porridge happent. Cook that porridge and keep the constant temperature. Take up the cake. The cake was drying on the oven and then analyze the content of protein with kjedahl methode. From the experimental was got the relation of unextract protein with soak time and soak temperature. More along time and temperature on soak was increased so that precent of unextract protein is decrease. In our experiment, optimum variable was obtained at 8 hours time soak and the temperature soak is 60 0 C. Keywords : soybean, protein of tahu, soak time, soak temperature, kjedahl method PENDAHULUAN Protein merupakan komponen utama dari kedelai kering. Kedelai utuh mengandung 35 40% protein, paling tinggi dari segala jenis kacang kacangan. Ditinjau dari segi mutu, protein

kedelai adalah yang paling baik mutu gizinya yaitu hampir setara dengan protein daging. Diantara jenis kacang-kacangan, kedelai merupakan sumber protein paling baik karena mempunyai susunan asam amino esensial paling lengkap. Disamping itu kedelai juga dapat digunakan sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan serat. Komposisi rata-rata kedelai dalam bentuk biji kering dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia kedelai kering per 100 gr Komposisi Kalori (kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram) Kalsium (mg) Besi (mg) Fosfor (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg) Jumlah 331,0 34,9 18,1 34,8 227,0 8,0 585,0 110,0 1,1 Sumber : Direktorat Gizi DEPKES (1972) Protein kedelai sebagian besar merupakan globulin, mempunyai titik isoelektris 4,1-4,6. Globulin akan mengendap pada ph 4,1 sedangkan protein lainnya seperti proteosa, prolamin dan albumin bersifat larut dalam air sehingga diperkirakan penurunan kadar protein dalam perebusan disebabkan terlepasnya ikatan struktur protein karena panas yang menyebabkan terlarutnya komponen protein dalam air ( Anglemier and Montgomery, 1976). Protein merupakan senyawa organik yang molekulnya sangat besar dan susunannya kompleks. Tersusun atas rangkaian asamasam amino. Apabila protein dihidrolisa, akan menghasilkan asam-asam amino yang merupakan penyusun protein. Hidrolisa protein menggunakan larutan asam atau dengan bantuan enzym. Hidrolisa secara sempurna akan menghasilkan asam amino. Protein yang utama terdapat dalam susu adalah kasein. Dari 3,5% protein susu terdapat 35 % kasein dan 0,5% protein whey. Kegunaan protein antara lain sebagai Zat pembangun, Zat pengemulsi, Zat Buffer, Membentuk enzyme. Dilihat dari segi pangan dan gizi, kedelai merupakan sumber protein yang paling murah di dunia. Di samping menghasilkan minyak dengan mutu yang baik, kedelai juga menghasilkan berbagai macam produk yang lain, salah satunya tahu. Dalam industri skala kecil, proses pembuatan tahu tidak memperhatikan segi optimasi proses pada waktu ekstraksi protein, tidak menggunakan penakaran yang baik, dan hanya menggunakan perkiraan saja sehingga diperoleh produk tahu yang relatif sedikit. Hal itu disebabkan oleh proses ekstraksi yang kurang optimal sehingga banyak protein yang terbuang bersama ampas saat pengolahan. Hal ini mengakibatkan pembuangan limbah tahu yang masih banyak kandungan proteinnya. Ekstraksi secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pemisahan solute C dari campurannya dengan diluen A, dengan menggunakan sejumlah massa solvent B sebagai tenaga pemisah ( Mass separating agent, MSA). Jika solute yang akan dipisahkan terdapat dalam larutan homogen, maka proses pemisahan tersebut dikenal sebagai ekstraksi cair cair. Tetapi jika solute yang akan dipisahkan terdapat dalam padatan disebut ekstraksi padat cair. Ekstraksi termasuk proses pemisahan melalui dasar difusi. Secara difusi, proses pemisahan terjadi karena adanya perpindahan solute, searah dari fase diluen ke fase solvent, sebagai akibat adanya beda potensial diantara dua fase yang saling kontak sedemikian sehingga pada suatu saat, sistim berada dalam keseimbangan. Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu: Langkah pencampuran, dengan menambahkan sejumlah massa solvent sebagai tenaga pemisah. Langkah pembentukan fase kedua atau fasa ekstrak yang diikuti dengan pembentukan keseimbangan Langkah pemisahan kedua fasa seimbang Sebagai tenaga pemisah, solvent harus dipilih sedemikian hingga kelarutannya dengan diluen adalah terbatas atau bahkan sama sekali tidak melarutkan.

Ekstraksi protein kedelai dilakukan untuk mengambil protein dari kedelai (padatan) dengan menambahkan air sebagai MSA (Zat pendispersi protein). Apabila dilihat dari jenis operasinya, ekstraksi protein kedelai termasuk ekstraksi padat cair (leaching), karena protein yang akan diambil terdapat dalam padatan (kedelai). Pada proses ekstraksi protein terbentuk dua fasa seimbang (rafinat dan ekstrak), dimana rafinat berupa ampas yang masih mengandung sedikit protein dan fase ekstrak yang kaya akan solvent dan protein. Pada fase ekstrak, pemisahan antara solvent (air) dengan protein dapat dilakukan dengan penambahan koagulan. Pemilihan air (sebagai solvent) pada proses ekstraksi protein dilakukan atas dasar sebagai berikut : 1. Dapat melarutkan protein dengan baik 2. Tidak beracun 3. Tidak melarutkan/sedikit melarutkan diluen 4. Dapat dilakukan proses pemisahan lebih lanjut terhadap solute ( proses koagulasi) 5. Tidak bereaksi secara kimia dengan solute maupun diluen 6. Murah dan mudah diperoleh Ada beberapa variabel yang mempengaruhi proses ekstraksi protein kedelai, diantaranya lama perendaman kedelai dan jumlah solvent yang ditambahkan sebagai MSA. Perendaman kedelai dimaksudkan untuk melunakkan struktur selular kedelai sehingga mudah digiling dan memberikan dispersi dan suspensi bahan padat kedelai lebih baik pada waktu ekstraksi. Perendaman juga dapat mempermudah pengupasan kulit kedelai akan tetapi perendaman yang terlalu lama dapat mengurangi total padatan. Kedelai yang telah direndam kemudian dicuci, digiling dengan alat penggiling bersama-sama air panas (80 C ) dengan perbandingan 1 : 10. Bubur kedelai yang dihasilkan selanjutnya disaring dan filtratnya didihkan selama 30 menit pada suhu 100 110 0 C. Susu kedelai yang dihasilkan kemudian digumpalkan. Zat penggumpal yang dapat digunakan adalah asam cuka, asam laktat, batu tahu (CaSO4) dan CaCl2 ( Koswara, 1992). Lama perendaman kedelai berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter yang diamati. Rasa-aroma dan tekstur tahu serta kadar protein semakin meningkat sampai lama perendaman 6 jam kemudian menurun kembali pada lama perendaman 8 dan 10 jam. Menurut Anglemier dan Montgomery (1976), semakin menurunnya kadar protein dengan semakin lamanya perendaman disebabkan lepasnya ikatan struktur protein sehingga komponen protein terlarut dalam air. Perendaman yang semakin lama juga mengakibatkan lunaknya struktur biji kedelai sehingga air lebih mudah masuk kedalam struktur selnya sehingga kadar air tahu semakin tinggi. (www.gogle.co.id, -tekper ismet suhadi, pdf). Dengan penambahan jumlah solvent, maka solut (protein) yang berdifusi dari fase diluen ke fase solvent semakin banyak. Hal itu menyebabkan fase solvent semakin kaya akan solvent dan protein, sehingga kadar protein yang tersisa dalam fasa rafinat ( ampas) semakin sedikit. Akan tetapi, kebutuhan solvent dalam jumlah besar tersebut berpengaruh terhadap biaya operasi pemisahan, sehingga pertimbangan dari segi ekonomi harus tetap diikutsertakan dalam perancangan proses ekstraksi. Disamping itu, kandungan protein dalam bahan (kedelai) terbatas, penambahan lebih lanjut solvent tidak berpengaruh besar terhadap hasil yang diperoleh. Oleh karena itu, penelitian untuk menentukan pengaruh penambahan jumlah solvent terhadap proses ekstraksi protein perlu dilakukan. Dalam penelitian ini akan ditentukan pengaruh dari variabel-variabel percobaan, yaitu lama dan auhu perendaman kedelai dengan berat kedelai yang sama sehingga diperoleh kondisi operasi yang paling optimal untuk meminimalkan protein yang terbuang bersama ampas. PELAKSANAAN PENELITIAN Bahan yang digunakan Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kedelai dan aquadest. Alat yang digunakan Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Seperangkat alat penggilingan kedelai, Seperangkat alat Ekstraksi, Seperangkat alat dekstruksi, Seperangkat alat distilasi, Seperangkat alat titrasi.

Gambar Alat : 1. Gambar Alat Utama Keterangan : 1. Waterbath 2. Kompor listrik 3. Beaker Glass 4. Statif 5. Klem 6. Termometer 2. Gambar Rangkaian Alat Destruksi Keterangan : 1. Klem 2. Statif 3. Labu Kjedahl 4. Kompor listrik 3. Gambar Rangkaian Alat Destilasi Keterangan : 1. Klem 2. Statif 3. Labu Destilasi 4. Kompor listrik 5. Corong Pemisah 6. Pendingin Leibig 7. Adaptor 8. Erlenmeyer Cara Kerja Penelitian dilaksanakan sebagai berikut: kedelai ditimbang masing-masing 500 gram untuk tiap variabel percobaan, kemudian kedelai direndam dengan air bersih 2500 ml yang telah dipanaskan sesuai variabel (40, 50, 60, 70, dan 80 C), dengan lama perendaman sesuai variabel juga (1, 2, 3, 4, 5 jam). Kedelai akan mengembang jika direndam. Kedelai dicuci 3 kali. Kemudian kedelai digiling bersamaan dengan penambahan air sebanyak 2500 ml sehingga berbentuk bubur. Selanjutnya bubur tersebut ditambah air 2500 ml lalu dimasak dengan suhu dijaga konstan 90 0 C selama 20 menit. Ambil ampasnya dan dioven. Kemudian dilakukan analisa protein dengan metode kjedahl untuk masing masing variabel. Analisa hasil dilaksanakan sebagai berikut : standarisasi HCl dengan Asam oksalat 0.1 N, standarisasi NaOH dengan HCl yang telah distandarisasi, menimbang bahan (ampas kedelai yang telah dikeringkan) sebanyak 1 gram, lalu dimasukkan dalam labu digester. Selanjutnya menambahkan campuran katalis basis 5 gram ( Na 2 SO 4 = 96%, CuSO 4.5H 2 O = 3,5%, dan selenoid 0,5% ) + 15 ml H 2 SO 4 pekat ke dalam labu digester, lalu campuran tersebut dipanaskan sampai tidak terbentuk percikan lagi, kemudian pemanasan diteruskan dengan cepat sampai destruksi sempurna yaitu larutan menjadi berwarna hijau/biru. Selama proses destruksi, labu digester sering diputar-putar agar tidak terjadi pemanasan setempat. Kemudian labu didinginkan dan ditambahkan 100 ml aquadest, lalu dimasukkan dalam labu destilasi. Corong pemisah diisi 100 ml NaOH 0,1 N. Larutan ini perlahan-lahan dialirkan melalui bagian dalam dinding labu digester. Destilasi dikerjakan sampai semua ammonia yang terbentuk terdestilasi (± 30 menit). Destilat ditampung dalam asam boraks jenuh dalam Erlenmeyer. Selanjutnya mengambil 10 ml destilat, indikator MO ditambahkan sebanyak 3 tetes, lalu dititrasi dengan HCl 0,1. Kadar protein dalam bahan

dilakukan dengan mengalikan kadar nitrogen yang diperoleh dengan factor konversi. Analisa hasil ini dilakukan pada masing-masing variabel percobaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh lama perendaman terhadap protein tak terekstrak Grafik hubungan % protein tak terekstrak dengan lama perendaman pada berbagai temperatur perendaman kedelai % protein tak terekstrak 25 20 15 10 5 0 0 1 2 3 4 5 6 Temperatur 40 Temperatur 50 Temperatur 60 Temperatur 70 Temperatur 80 Lama Perendaman (jam) Gambar 1 Grafik hubungan antara % protein tak terekstrak terhadap lamanya perendaman pada berbagai variasi suhu perendaman kedelai Berbagai teknik pengolahan kedelai pada pembuatan tahu mempengaruhi jumlah protein yang terkandung didalamnya. Dengan semakin banyaknya protein yang dapat diekstrak pada berbagai variabel proses, maka protein yang tertinggal didalam ampas akan semakin sedikit (proten tak terekstrak semakin sedikit). Gambar 1 menunjukkan pengaruh lama perendaman terhadap besarnya % protein tak terekstrak, dimana pada grafik tersebut terlihat bahwa dengan semakin lamanya perendaman maka % protein tak terekstrak semakin sedikit, sebagaimana dapat dilihat dari kecenderungan grafik yang semakin menurun dengan semakin lamanya perendaman. Perendaman kedelai dimaksudkan untuk melunakkan struktur selular kedelai sehingga mudah digiling dan memberikan dispersi dan suspensi bahan padat kedelai lebih baik pada waktu ekstraksi. Sehimgga dengan semakin lamanya perendaman, proses dispersi protein dalam air semakin maksimal (makin banyak protein dalam kedelai yang berpindah ke air ). Hal ini menyebabkan protein yang tertinggal di dalam ampas semakin sedikit. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lama perendaman berpengaruh terhadap protein yang diekstrak. Pada range suhu yang kami teliti, variabel optimum diperoleh pada lama perendaman 5 jam. Hal ini terkait dengan efektifitas waktu dalam pembuatan tahu, namun tidak menutup kemungkinan perendaman diatas 5 jam % protein tak terekstrak semakin sedikit.

2. Pengaruh rasio volume solvent dengan berat kedelai terhadap protein tak terekstrak % protein tak terekstrak 25 20 15 10 5 Grafik hubungan % protein tak terekstrak terhadap suhu perendaman pada berbagai lama perendaman kedelai Lama perendaman 1 jam Lama perendaman 2 jam Lama perendaman 3 jam Lama perendaman 4 jam Lama perendaman 5 jam 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Suhu perendaman Gambar 2 Grafik hubungan antara % protein tak terekstrak terhadap suhu perendaman kedelai pada berbagai variasi lama perendaman Gambar 2 menunjukkan pengaruh suhu perendaman terhadap besarnya % protein tak terekstrak, dimana pada grafik tersebut terlihat bahwa dengan semakin tinggi suhu perendaman maka % protein tak terekstrak semakin sedikit, sebagaimana dapat dilihat dari kecenderungan grafik yang semakin menurun dengan semakin tingginya suhu perendaman. Karena semakin tinggi suhu perendaman berarti semakin banyak pula energi panas yang ditambahkan selama proses ekstraksi protein kedelai. Akan tetapi, kecenderungan ini tidak terlihat pada suhu perendaman 60 0 C. (Gambar 2), dimana setelah suhu perendaman 60 0 C besarnya protein tak terekstrak semakin besar. Hal ini disebabkan dengan suhu perendaman diatas 60 0 C kelarutan protein dalam air sudah menurun (kelarutan protein efektif pada suhu di bawah 60 0 C), selain itu ikatan struktur protein pada suhu diatas 60 0 C mulai mengalami denaturasi, karena itu protein yang tertinggal dalam kedelai menjadi lebih banyak.sehingga % protein tak terekstrak diatas suhu 60 0 C semakin banyak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suhu perendaman berpengaruh terhadap kadar protein yang dapat diekstrak. Variabel yang optimum diperoleh pada suhu perendaman 60 0 C. PENUTUP KESIMPULAN 1. Semakin lama waktu perendaman pada kedelai, maka jumlah protein tak terekstrak semakin sedikit. 2. Semakin tinggi suhu perendaman kedelai, maka jumlah protein tak terekstrak semakin sedikit. 3. Variabel optimum dicapai pada suhu perendaman 60 0 C dan pada range lama perendaman yang kami teliti, variabel optimum pada lama perendaman 5 jam

SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk variabel variabel yang lain sehingga didapatkan kondisi operasi yang paling optimum untuk mengekstrak protein dalam kedelai. UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Ir. Danny Sutrisnanto, M.Eng selaku dosen pembimbing penelitian, Ir. Herry Santosa selaku koordinator penelitian, Untung S. selaku Laboran Laboratorium Penelitian dan semua rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Among, Beddu, M. Husein Sawit, dan Anas Rachman, 1996, Ekonomi Kedelai di Indonesia,IPB Press, Bogor E. Creinghter, 1993, Protein Structure and Molecural Properties, W. H. Freeman and Company, Newyork Haryani, Dyah Retno,1998, Pengaruh Perbandingan Susu Bubuk Kedelai-Air dan Variasi Bahan Penggumpal pada Pembuatan Tahu Instan, Institut STIPER, Yogyakarta http://www.kompas.com/kirim_berita Steinkraus, KH, Van Veen, A. G and The Beau, D. B, 1967, Food Technology, New York Tri Radiyati, et. al,1992, Pengolahan Kedelai, hal. 9-14, BPTGG Puslitbang Fisika Terapan LIPI, Subang www.google.co.id -tekper ismet suhadi, pdf