PENGEMBANGAN MODEL KOMUNITAS TERAPEUTIK (THERAPEUTIC COMMUNITY) BERBASIS IMAN DAN TAKWA UNTUK MEMBINA AKHLAK MULIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNAGRAHITA

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang tidak

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

Tauhid Yang Pertama dan Utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan kontrol dalam kehidupan. Hal inilah yang membedakan manusia dengan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

Surat Untuk Kaum Muslimin

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

Oleh: Drs. Abas Asyafah, M.Pd.

Kejayaan Umat Dalam Berhijrah. Dr. Tajuddin Pogo, Lc.MH

Motivasi Agar Istiqomah

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNARUNGU

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

Rencana Kerja dan Sinkronisasi Pusat Daerah Bidang Rehabilitasi BNN. Deputi Rehabilitasi BNN

Pendidikan Agama Islam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATERI 5 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan. berkualitas dan mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang (developing

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB IV ANALISIS. ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

31. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Noviyanto, 2014

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

KESABARAN DI BULAN KEMULIAAN. Oleh: A.B.E. Miyarso

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

Sucikan Diri Benahi Hati

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

= DAILY MOTIVATION SKILL = disampaikan oleh

MENGIKUTI HAWA NAFSU

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. membina warga binaan untuk memberikan bekal hidup, baik ketrampilan,

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB V PENUTUP. menyelasaikan seluruh masalah yang ada dalam penelitian: 1. Apakah dalam teks lagu Iwan Fals mengandung nilai dakwah?

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMA, MA, SMALB, SMK DAN MAK

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke

Transkripsi:

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Jurnal Ilmiah Visi Penelitian PENGEMBANGAN MODEL KOMUNITAS TERAPEUTIK (THERAPEUTIC COMMUNITY) BERBASIS IMAN DAN TAKWA UNTUK MEMBINA AKHLAK MULIA Busri Endang* Abstract This study was based on the researcher s concern about worsening drugs abuse in the community. Drugs Rehabilitation Center Wisma Sirih Pontianak provides assistance for parents of drugs abuse victims by applying Therapeutic Community (TC) method. The method was considered as containing less religious faith values for character building, so it has further been developed into Religious Faith-Based Therapeutic Community for Character Building of Drugs Addicts. The study aims at describing the application of TC method, assessing the strengths and weaknesses of TC method, formulating a theoretical concept of religious faith-based TC model for good character building, and evaluating the effectiveness of TC model in fostering good character. The study adopts R&D method and qualitative approach. Data were collected with interview, observation, and literature review. Findings can be described as follows TC model could develop good behaviors of drugs addicts, the characteristics of the TC model include belief in the essence of Thoyyibah meaning, focused prayers, knowledge and reflection, ikramul muslimin, tash hihun niyyah, dakwah and tabligh, making the residents quit the drugs, recovered faster, get well, and invite their friends to stay away from the drugs. Keywords: therapeutic community, religious faith values, good character Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kegalauan peneliti mengamati penyalahgunaan narkoba yang semakin hari semakin banyak terjadi di masyarakat. Panti Rehabilitasi Narkoba Wisma Sirih Pontianak menyediakan bantuan terhadap orang tua yang anak/ keluarganya terkena musibah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan metode Therapeutic Community yang selanjutnya disingkat dengan TC. Oleh peneliti, model tersebut dirasakan masih kurang muatan nilai-nilai imtak untuk membina akhlak mulia, karena itu model tersebut dikembangkan menjadi Model komunitas TC berbasis imtak untuk membina akhlak mulia pada pecandu narkoba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimanakah metode TC dilaksanakan, menilai kelebihan dan kelemahan metode TC, merumuskan konsep teoretik model TC berbasis imtak untuk membina akhlak mulia, dan menilai apakah model TC lebih baik untuk membina akhlak mulia. Penelitian ini menggunakan metode R&D (research and development) dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik utama wawancara, observasi, dan dokumentasi terhadap delapan orang pecandu narkoba (residen). Temuan penelitian ini adalahmodel TC berbasis terbukti dapat membina akhlak mulia pada pecandu narkoba, karakteristik model TC berbasis imtak terdiri dari yakin akan hakikat kalimat thoyyibah, shalat khusyuk dan khudhuk, ilmu dan dzikir, ikramul muslimin, tash hihun niyyah, dakwah dan tabligh, membuat residen bertobat dari penyalahgunaan narkoba, lebih cepat pulih, tidak kambuh, dan mengajak teman lain untuk tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Kata-kata kunci: komunitas terapeutik, nilai-nilai imtak, akhlak mulia PENDAHULUAN Potret ideal manusia Indonesia berkepribadian luhur yang akan dibentuk di negeri tercinta ini tergambar dalam tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya * Dosen Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan ber- 117

tanggung jawab (UU RI No.20 Tahun 2003: 3). Terdapat dua hal penting yang perlu mendapat perhatian sehubungan dengan penelitian ini yaitu iman dan takwa (imtak) serta akhlak mulia. Hal ini memberikan isyarat betapa mulianya suatu bangsa yang meletakkan imtak dan akhlak mulia sebagai landasan untuk menghantarkan masyarakatnya menuju masyarakat adil, makmur, sejahtera, dan bahagia dunia akhirat. Istilah imtak merupakan sesuatu yang tidak asing lagi untuk dipahami oleh masyarakat Indonesia secara umum. Imtak bernuansa religius dan lebih khusus lagi jika dikaitkan dengan penelitian ini, nuansanya berada pada wilayah nilai-nilai Islami. Sedangkan istilah akhlak biasa dihubungkan atau dikaitkan dengan istilah moral yang membicarakan tentang nilai suatu perbuatan atau perilaku baik atau buruk dan salah atau benar yang dilakukan oleh seseorang dalam hidupnya. Dengan demikian, bahasan ini akan memasuki wilayah behavioral. Dalam kaitannya dengan fenomena krisis yang terjadi sekarang ini, seperti krisis ekonomi, politik, keamanan, pendidikan, dan lain-lainnya bersumber dari krisis akhlak (moral). Berbagai bentuk kerusakan akhlak yang melanda umat manusia di seluruh dunia saat ini menurut Halim (2004: 38-39) adalah (1) free sex; (2) tersebarnya narkotika; (3) perkembangan kriminalitas; (4) tersebarnya kasus-kasus penculikan; dan (5) pembuatan aturan-aturan hukum dan perundangundangan yang menguntungkan negara-negara kuat atau kaya. Di antara krisis akhlak yang dikemukakan, yang mencemaskan semua pihak adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam penyalahgunaan narkoba. Dalam rangka peringatan Hari Anti Narkoba 2009 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jumat 26 Juni 2009, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, mengingatkan kepada masyarakat akan bahaya narkoba. Menurutnya, saat ini peredaran narkoba sudah sangat membahayakan, bahkan empat dari seratus orang di dunia terpaksa mati karena kasus narkoba. Berdasarkan data Direktorat Jendral Lembaga Pemasyarakatan Kalimantan Barat (Maret 2008), mengalami peningkatan kasus penyalahgunaan narkoba setiap tahunnya. Tahun 2005 sebanyak 299 kasus, tahun 2006 sebanyak 333 kasus, tahun 2007 sebanyak 435 kasus, dan tahun 2008 sebanyak 507 kasus. Selain itu, Kalimantan Barat menempati urutan ke 15 kasus terbanyak dalam penyalahgunaan narkoba setelah (1) Jakarta; (2) Sumatra Utara; (3) Jawa Barat; (4) Banten; (5) Jawa Timur; (6) Riau; (7) Jawa Tengah; (8) Kalimantan Timur; (9) Aceh; (10) Kepulauan Riau; (11) Kalimantan Selatan; (12) Lampung; (13) Sulawesi Selatan; (14) Jambi; dan (15) Kalimantan Barat. Hal lain yang lebih mengejutkan, oknum Polisi dan PNS diringkus anggota Restik Poltabes Pontianak saat pesta sabu di gang Amelia, Jalan Tanjung Raya, Rabu 16 Juni 2010. Ketika ditangkap, pelaku baru selesai pesta sabu. (Harian Equator, 2010:9) Jika para pemimpin masyarakat, penegak hukum, dan pejabat sudah memberikan contoh demikian, dapat diramalkan bagaimana lagi nasib remajanya. Kekhawatiran dan ketakutan setiap orang ketika mendengar adanya anggota keluarga yang terkena narkoba karena efek yang ditimbulkannya sangat membahayakan seluruh aspek kehidupan. Menurut Nida (2011) bahaya yang ditimbulkan tersebut antara lain adalah. There are at least two ways by which drugs cause this disruption (1) by imitating the brain s natural chemical messengers and (2) by overstimulating the reward circuit of the brain. Some drugs (e.g., marijuana and heroin) have a similar structure as that of chemical messengers called neurotransmitters, which are naturally produced by the brain.this similarity allows the drugs to fool the brain s receptors and activate nerve cells to send abnormal messages. Other drugs, such as cocaine or methamphetamine, can cause the nerve cells to release abnormally large amounts of natural neurotransmitters (mainly dopamine) or to prevent the normal recycling of these brain chemicals, which is needed to shut off the signaling between neurons. The result is a brain awash in dopamine, a neurotransmitter present in brain regions that control movement, emotion, motivation, and feelings of pleasure (Nida, 2011). Perkembangan penyalahgunaan narkoba dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Jumlah Rata-Rata Narapidana dan Tahanan Kasus Narkoba Setiap Provinsi di Seluruh Indonesia Setiap Tahun (Desember 2005, Thn 2006, Thn 2007, dan Januari 2008) No Nama Unit Pelaksana Teknis Desember 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Januari 2008 1 Nangroe Aceh D 524 1.174 2.338 1.111 2 Sumatra Utara 3.939 5.186 5.305 5.522 3 Sumatra Barat 366 542 645 612 4 Riau 1.259 1.972 1.761 1.786 5 Kepulauan Riau - - 1039 925 6 Jambi 290 336 509 578 7 Sumatera Selatan 608 768 1.136 1.220 8 Kepulauan Bangka Belitung 134 166 15 21 9 Lampung 199 314 671 791 10 Bengkulu 163 152 136 111 11 Banten 1.376 2.239 3.289 3.591 12 DKI Jakarta 5.667 6.081 6.586 8.065 13 Jawa Barat 3.312 4.363 5.086 5.219 118

No Nama Unit Pelaksana Teknis Desember 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Januari 2008 14 D.I. Yogyakarta 414 237 264 262 15 Jawa Tengah 707 766 1.390 1.586 16 Jawa Timur 1.457 1.709 2.577 2.671 17 Kalimantan Barat 299 333 435 507 18 Kalimantan Tengah 52 94 169 145 19 Kalimantan Selatan 373 324 606 697 20 Kalimantan Timur 844 753 1.083 1.086 21 Sulawesi Utara 32 44 32 34 22 Gorontalo 17 18 14 27 23 Sulawesi Tengah 74 71 70 64 24 Sulawesi Selatan 705 681 620 560 25 Sulawesi Barat - - 14 11 26 Sulawesi Tenggara 30 32 37 47 27 Bali 463 366 400 443 28 Nusa Tenggara Barat 27 78 115 132 29 Nusa Tenggara Timur 6 6 9 4 30 Maluku 18 36 30 29 31 Maluku Utara 8 25 23 24 32 Papua 7 11 22 26 33 Irian Jaya Barat - - 8 14 JUMLAH 23.370 28.813 36.434 37.921 Sumber: Direktorat Jenderal Lembaga Pemasyarakatan, Maret 2000. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, masalah umum penelitian ini adalah Bagaimanakah model TC berbasis imtak dalam membina akhlak mulia pada pecandu narkoba di Wisma Sirih Pontianak. Untuk memperoleh penjelasan di tingkat empirik, masalah umum tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimanakah metode TC dilaksanakan? 2. Apakah kelebihan dan kelemahan metode TC? 3. Bagaimanakah model TC berbasis imtak? 4. Apakah model TC berbasis imtak efektif untuk membina akhlak mulia pada pecandu narkoba? Tujuan Penelitian Merujuk pada perumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menghasilkan gagasan dan pengembangan teori tentang proses komunitas terapeutik berbasis imtak untuk membina akhlak mulia pada pecandu narkoba di Wisma Sirih Pontianak. Secara khusus, tujuan penelitian ini diarahkan pada hal-hal sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan serta menganalisis secara sistematis proses metode TC yang dilaksanakan di Wisma Sirih Pontianak. 2. Mengeksplorasi dan menjelaskan secara mendalam tentang kelebihan dan kekurangan metode TC yang dilaksanakan di Wisma Sirih Pontianak. 3. Mengeksplanasi dan menganalisis secara teoretik model TC berbasis imtak untuk membina akhlak mulia pada pecandu narkoba di Wisma Sirih Pontianak. 4. Mendeskripsikan dan menganalisis efektifitas model TC berbasis imtak untuk membina akhlak mulia pada pecandu narkoba di Wisma Sirih Pontianak. KAJIAN TEORETIS Bagian ini dipaparkan tentang teori-teori komunitas terapeutik, nilai imtak, akhlak, dan narkoba sebagai upaya peneliti untuk lebih memahami fenomena dan permasalahan dalam penelitian ini, antara lain. Pengertian Therapeutic Community (TC) TC adalah suatu metode rehabilitasi sosial yang ditujukan kepada korban penyalahgunaan NAFZA, yang merupakan sebuah keluarga terdiri atas orang-orang yang mempunyai masalah yang sama dan memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menolong diri sendiri dan sesama yang dipimpin oleh seseorang dari kelompok, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari yang negatif ke arah tingkah laku yang positif (Dirjen Pelayanan Rehabilitasi Sosial Depsos RI, 2004:3). TC mulanya ditujukan kepada pasien-pasien psikiatri yang dikembangkan sejak perang dunia kedua. Cikal bakal TC adalah kelompok Synanon di Amerika Serikat yaitu suatu self help group atau kelompok kecil yang saling membantu dan mendukung proses pemulihan yang pada awalnya sangat dipengaruhi oleh gerakan Alcoholic Anonimous. Sesungguhnya metode ini digali dari konsep Timur, tetapi dikembangkan di New York, Amerika Serikat, di Day Top International. Pengembangan di Asia dimulai dari Philipina, Thailand, Malaysia, Singapura, dan akhir-akhir ini di Indonesia (Dirjen Pelayanan Rehabilitasi Sosial Depsos RI, 2004:3). Ruang lingkup kegiatan TC terdiri dari (a) empat tujuan TC (manajemen/ pembentukan perilaku, pembinaan emosional/psikologis, peningkatan intelektual/ spiritual, dan keterampilan vokasional/mempertahankan diri; (b) lima pilar TC; (c) empat aturan utama TC; (d) 119

lima aturan penting; (e) latihan penugasan di berbagai departemen; (f) tingkat kematangan yang diharapkan dari residen; (g) keterlibatan orang tua dalam TC; dan (h) apa yang diharapkan dari TC. Iman dan Takwa Iman artinya mengakui dengan hati yang dibenarkan oleh ucapan dan dibuktikan dengan perbuatan. Takwa didefinisikan sebagai sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam bentuk pengamalan Islam secara utuh (kaffah) dan konsisten (istiqomah), yaitu melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang-nya. (Supriadi, 2005:16-17). Wujud iman adalah mempercayai, menerima, dan mengamalkan apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, yaitu yang terdapat di dalam Kitab Suci Al Qur an dan Sunnah Rasulullah Saw, intinya tertuang dalam enam rukun iman. Inti dari imtak tersebut menurut Kandhlawi (2005:1) adalah (a) meyakini kalimat Laa Ilaaha Illallah Muhammadurrasulullah; (b) sholat khusyuk dan khuduk; (c) ilmu dan dzikir; (d) ikramul muslimin (memuliakan saudara muslim); (e) tash hihun niyyah (meluruskan niat dalam beramal); dan (f) dakwah dan tabligh. Akhlak Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat. Miskawaih (1994) mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang medorong seseorang untuk melakukan perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan. Ghazali (1978) mengemukakan definisi akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu. Sedangkan Amin (1977) mendefinisikan bahwa akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang diulangulang sehingga mudah melakukannya. Jenis dan unsur-unsurnya adalah. 1. Akhlak terhadap Allah (mentauhidkan-nya, takwa, dzikrullah, dan tawakal). 2. Akhlak terhadap diri sendiri (sabar karena taat kepada Allah, sabar karena maksiat, sabar karena musibah, syukur, amanah, benar, menepati janji, dan memelihara kesucian diri). 3. Akhlak terhadap keluarga (berbakti kepada kedua orang tua dan bersikap baik kepada saudara). 4. Akhlak terhadap masyarakat (berbuat baik terhadap tetangga, dan suka menolong orang lain). 5. Akhlak terhadap alam (memelihara dan menyantuni binatang, memelihara dan menyayangi tumbuhtumbuhan) (Anwar, 2008:215). Narkoba Narkoba adalah singkatan dari (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya). Menurut Pasal 1 angka 1 UU RI nomor 22/Th. 1997, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan tekergantungan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D) dengan pendekatan kualitatif naturalistik, dalam bentuk studi kasus, karena penelitian ini ingin mengembangkan metode TC yang ada menjadi model TC berbasis imtak untuk membina akhlak mulia. Menurut Borg and Gall (2003) tahap-tahap R&D adalah (1) survei terbatas dan pengumpulan data; (2) membuat rancangan penelitian; (3) menyusun draf model; (4) melakukan uji coba model; (5) memperbaiki model; (6) memberikan makna hasil uji coba; (7) memperbaiki kembali model; (8) melakukan uji coba kembali; (9) menyempurnakan model menjadi model akhir; dan (10) desiminasi dan sosialisasi. Dalam pelaksanaannya, kesepuluh tahapan tersebut menurut Sukmadinata (2010:184) dapat disederhanakan menjadi empat tahap. Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini menetapkan empat tahapan yang ditempuh yaitu (1) studi pendahuluan; (2) menyusun draf TC berbasis imtak; (3) validasi model TC berbasis imtak; dan (4) uji lapangan model TC berbasis imtak. Subjek penelitian ini adalah seluruh pecandu narkoba (residen) yang beragama Islam sebanyak delapan orang. Subjek lain adalah, pimpinan Panti Rehabilitasi Narkoba Wisma Sirih, konselor, dan staf administrasi. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Alat pengumpul datanya adalah pedoman wawancara dan pedoman observasi 120

yang dilakukan secara triangulasi. Analisis data dilakukan secara naratif. Untuk mendapatkan suatu hasil analisis dan interpretasi yang valid. Menurut Huberman dan Milles (1985:23) perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses analisis, yaitu data collection (pengumpulan data), data reduction (memilih data yang akan digunakan), data display (penyajian data), dan akhirnya sampai pada suatu conclusion (pemeriksaan keabsahan data) yang akurat dan logis. Untuk meningkatkan validitas, reliabilitas, dan objektifitas dalam penelitian ini digunakan uji credibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan confirmabilitas. HASIL PENELITIAN Pada bagian ini, akan dipaparkan tentang hasil temuan penting penelitian dan pengembangan-pengembangan dari teori komunitas terapeutik, nilai-nilai imtak dan akhlak mulia. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa model TC berbasis imtak ternyata lebih efektif membina akhlak mulia pada pecandu narkoba di Wisma Sirih Pontianak. Hal ini dibuktikan bahwa. Nilai-Nilai Imtak Residen Sebelum dan Sesudah Uji Coba Sebelum uji coba model nilai-nilai imtak residen yang terdiri dari (a) meyakini kalimat Laa Ilaaha Illallah Muhammadurrasulullah; (b) sholat khusyuk dan khuduk; (c) ilmu dan dzikir; (d) ikramul muslimin (memuliakan saudara muslim); (e) tash hiihun niyyah (meluruskan niat dalam beramal); dan (f) dakwah dan tabligh tergolong rendah. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dan observasi yang menunjukkan bahwa keseluruhan aspek nilai-nilai imtak yang disebutkan di atas baru dalam bentuk mengetahui artinya saja. Sedangkan maksud/ tujuan, keuntungan dan cara mendapatkan masing-masing aspek tersebut belum diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh residen. Setelah uji coba model yang dilakukan selama empat puluh hari, nilai-nilai imtak residen berubah menjadi lebih baik. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dan observasi yang menggambarkan bahwa semua residen dapat menjelaskan dan mengamalkan semua aspek nilai-nilai imtak seperti disebutkan di atas. Sehubungan dengan uraian di atas, Supriadi (2005:16-17) menjelaskan bahwa iman artinya mengakui dengan hati yang dibenarkan oleh ucapan dan dibuktikan dengan perbuatan. Takwa didefinisikan sebagai sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam bentuk pengamalan Islam secara kaffah.inti dari imtak tersebut menurut Kandhlawi (2005:1) adalah (a) meyakini kalimat Laa Ilaaha Illallah Muhammadurrasulullah; (b) sholat khusyuk dan khuduk; (c) ilmu dan dzikir; (d) ikramul muslimin (memuliakan saudara muslim); (e) tash hiihun niyyah (meluruskan niat dalam beramal); dan (f) dakwah dan tabligh. Hubungan imtak, Islam kaffah, dan inti imtak dapat dipahami pada gambar di bawah ini. IMAN Mengakui dengan hati, dibenarkan dg ucapan, dan dibuktikan dengan perbuatan TAKW A Sikap memelihara ke imanan yg diwujud kan dlm bentuk amal Islam secara Kaffah ISLAM KAFFAH - ISLAM KAFFAH - ISLAM KAFFAH AQIDAH SYARIAH AKHLAK 6 Inti Imtak 1. Kalimah Toyyibah 2. Sholat 3. Ilm u dan Zikir 4. Memuliakan Saudara Muslim 5. Ikhlas 6. Da wah dan tabligh Gambar 1. Hubungan Iman dan Takwa, Islam Kaffah serta Enam Inti Imtak Sumber: Supriadi (2005), Djatnika (1997), Kandhalawi (2005). 121

Dalam kaitannya dengan nilai-nilai imtak, beberapa tanda-tanda orang berimtak dijelaskan di bawah ini. 1. Sangat cinta kepada Allah Swt, yaitu mengutamakan Allah, mendahulukan apa yang diperintahkan-nya, rela berkorban untuk-nya (QS. Al Baqarah:165). 2. Jika disebut nama Allah Swt hatinya bergetar, dalam arti terpanggil dan tersentuh hatinya karena kerinduan dan pengagungan. Jika dibaca ayat-ayat Allah Swt imannya bertambah, dalam arti meningkat amal, ibadah, dan pengorbanannya (QS. Al Anfal: 2). 3. Menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat (QS. Al Mu minun: 3). 4. Senantiasa bertawakkal kepada Allah Swt, dalam arti selalu berharap, berusaha, dan berserah diri kepada-nya (QS. Al Anfal: 2). 5. Amanah, menepati janji (QS. Al Mu minun: 8). 6. Mampu mengendalikan diri dan memaafkan orang lain (QS. Ali Imran:134). 7. Jika berbuat salah dan dosa segera berhenti dan memohon ampun kepada Allah (QS. Ali Imran: 134). Nilai-Nilai Akhlak Residen Sebelum dan Sesudah Uji Coba Model Sebelum uji coba model, nilai-nilai akhlak residen yang terdiri dari (a) akhlak terhadap Allah Swt (beriman, taat, ikhlas, khusyuk, khusnudzan, tawakal, syukur, bertasbih, istighfar, takbir, dan do a; (b) akhlak terhadap manusia (akhlak terhadap diri sendiri, orang tua, istri, anak, teman, dan konselor/pembimbing; (c) akhlak terhadap lingkungan (santun terhadap binatang, terhadap tumbuh-tumbuhan, terhadap benda-benda lain, membuang sampah pada tempatnya dan melestarikan lingkungan sekitarnya) tergolong rendah. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dan observasi yang menggambarkan bahwa keseluruhan aspek akhlak yang disebutkan di atas baru dalam bentuk mengetahui artinya saja. Sedangkan implementasi nilai akhlaknya masih belum dapat diwujudkan. Setelah uji coba model yang dilakukan selama empat puluh hari, nilai-nilai akhlak residen berubah menjadi lebih baik. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dan observasi yang menggambarkan bahwa semua residen selain dapat menjelaskan pengertian akhlak, tetapi juga sudah menunjukkan akhlak yang mulia dalam kaitannya dengan akhlak terhadap Allah Swt, terhadap manusia, dan terhadap lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, terjadinya perubahan akhlak residen menjadi akhlak mulia dipengaruhi oleh adanya perbaikan/ peningkatan iman. Karena iman dan akhlak mempunyai hubungan sebab akibat yang sangat erat, sebagaimana Hadits Rasulullah Saw Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik akhlaknya. HR. At Tirmidzi (Anwar, 2008:203). Maududi (Asmaraman, 1992: 98-100) mengatakan, pengaruh imtak terhadap akhlak adalah. 1. Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik. 2. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri. 3. Menumbuhkan sifat rendah hati dan khidmat. 4. Membentuk manusia menjadi jujur dan adil. 5. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi. 6. Membentuk pendirian yang teguh, sabar, tabah, dan optimis dalam menghadapi kehidupan. 7. Menanamkan sifat kesatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut. 8. Menciptakan sikap hidup damai dan ridha. 9. Membentuk manusia menjadi patuh, taat, dan disiplin untuk menjalankan peraturan Ilahi. Sikap/ Perilaku Residen terhadap Penyalahgunaan Narkoba Sebelum peneliti mengakhiri pengamatan hasil uji coba model ini, peneliti kembali melakukan wawancara mendalam dari hati ke hati, bagaimana sikap residen terhadap masalah narkoba yang telah menimpanya, residen memberikan jawaban bertaubat dari kesalahan yang telah dilakukan, berniat dengan sungguh-sungguh tidak mengulangi pemakaian barang haram tersebut yang telah membawa penderitaan banyak pihak. Hasil cross check wawancara dengan sesama residen, bahwa semua saling berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut dan akan mengajak temanteman yang terlibat untuk masuk ke Wisma Sirih dan mengikuti program yang telah dijalankan. Residen yang sudah keluar masih ada hubungannya dengan peneliti untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan TC berbasis imtak. Wawancara dengan konselor dan orang tua residen yang telah keluar juga menguatkan bahwa residen memang benar-benar telah bertaubat. Hal tersebut dibuktikan dari perubahan perilaku residen yang mencerminkan rasa penyesalan perubahan akhlak menjadi lebih baik dan semakin rajin beribadah, residen juga selalu menghindari dari teman-teman pergaulan yang dapat membuatnya kembali menjadi pemakai, dan residen disibukkan dengan bekerja dan belajar. Sehubungan dengan uraian di atas, Dobson (2001) menyatakan bahwa konseling kognitif perilaku mempunyai asumsi (a) berbagai bentuk gangguan psikologis atau problem prilaku merupakan hasil belajar; 122

(b) suatu problem prilaku memiliki banyak sebab, karenanya penanganan/ intervensi harus bersifat multidimensional; (c) problem perilaku yang akan ditangani harus dinyatakan secara spesifik; dan (d) problem perilaku terjadi dalam konteks sosial dan berhubungan secara fungsional dengan anteseden internal-eksternal. Proses Penyembuhan Hasil penelitian membuktikan bahwa proses penyembuhan residen dengan TC berbasis imtak berlangsung relatif lebih cepat, hal ini diperoleh melalui perbandingan residen lama yang diterapi melalui TC dengan residen yang dijadikan subjek penelitian dengan menggunakan TC berbasis imtak dengan tingkat kecanduan yang relatif sama. Sehubungan dengan percepatan proses penyembuhan, Saleh (2009) dokter spesialis saraf Rumah Sakit Satyanegara Sunter, mengungkapkan zikir mampu menyehatkan saraf. Hal itu terbukti setelah Saleh melakukan penelitian terhadap pasien-pasien yang ditangani. Ternyata, pasien yang suka berzikir mengalami perbaikan lebih cepat dibandingkan pasien yang tidak suka berzikir. Setelah ditinjau dari sudut ilmu kedokteran kontemporer, pengucapan Laa Ilaaha Illallah dan Astaghfirullah dapat menghilangkan nyeri dan bisa menumbuhkan ketenangan serta kestabilan saraf bagi penderita. Sebab, dalam kedua bacaan dzikir tersebut terdapat huruf Jahr yang dapat mengeluarkan CO2 dari otak. Arman menemukan dalam kalimat Laa Ilaaha terdapat huruf Jahr yang diulang tujuh kali, yaitu huruf Lam, dan Astaghfirullah terdapat huruf Ghayn, Ra, dan dua buah Lam sehingga ada empat huruf Jahr yang harus dilafalkan keras sehingga kalimat dzikir tersebut akan mengeluarkan karbondioksida lebih banyak saat udara diembuskan keluar mulut. CO2 yang dikeluarkan oleh tubuh tidak mempengaruhi perubahan diameter pembuluh darah dalam otak. Sebab, bila proses pengeluaran CO2 kacau, maka CO2 yang ke luar juga kacau sehingga menyebabkan pembuluh darah di otak akan melebar berlebihan ketika kadar CO2 di dalam otak menurun. Sehingga ungkap Arman, dilihat dari tinjauan ilmu saraf, terdapat hubungan yang erat antara pelafalan huruf (Makharajul huruf) pada bacaan dzikir dengan aliran darah pernapasan ke luar yang mengandung zat CO2 (karbondiokida) dan proses yang rumit di dalam otak pada kondisi fisik atau psikis seseorang (Saleh, 2009). Berdasarkan uraian di atas, maka model akhir dari pengembangan model TC berbasis imtak tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. NILAI NILAI IMTAK RESIDEN KEBERSAMAAN KONS/PENLT Mengenal diri Memahami diri Tumbuh Kesadaran ber IMTAK Menerima diri TOBAT Memperbaiki diri Amalkan Adab Islami 24 jam HIDAYAH DATANG Komunitas Terapi (Therapeutic Community) Akhlak Mulia Tobat Cepat pulih Tidak Kambuh Mengajak Teman Mengembangkan diri Ridho Allah Di Isi dengan Inti Imtak Akidah Syariah Proses Perbaikan Diri Kerja Sama Wisma Sirih, Peneliti, Keluarga, Sekolah Gambar 2. Model Akhir Komunitas Terapeutik 123

KESIMPULAN Secara umum, hasil penelitian ini disimpulkan banhwa pengembangan model TC berbasis imtak yang dibangun berdasarkan empat tujuan TC, lima pilar TC, empat aturan utama TC, lima aturan penting, latihan penugasan di berbagai departemen, tingkat kematangan yang diharapkan dari residen, keterlibatan orang tua dalam TC, dan hal-hal yang diharapkan dari TC yang dilandasi oleh penanaman hakikat kalimat thoyyibah Laa Ilaaha Illallah Muhammadurrasulullah, shalat yang khusyuk dan khuduk, ilmu dan dzikir, ikramul muslimin, tash hihun niyyah, serta dakwah dan tabligh terbukti dapat membina akhlak mulia yang terdiri dari akhlak kepada Allah, akhlak terhadap diri sendiri, orang tua, istri, anak, teman, konselor, dan terhadap lingkungan pada residen di Wisma Sirih Pontianak. Secara khusus kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, metode TC yang dilaksanakan di Panti Rehabilitasi Wisma Sirih Pontianak merupakan program yang dilakukan oleh Kementerian Sosial bekerjasama dengan Colombo Plan, Bakolak Inpres nomor 6/1971 dan Yayasan Titihan Respati. Metode TC tersebut sebenarnya digali dari konsep Timur, tetapi dikembangkan di Amerika Serikat, di Day Top International. Pengembangan di Asia dimulai dari Philipina, Thailand, Malaysia, Singapura dan akhir-akhir ini di Indonesia. Karakteristik model TC tergambar dari empat tujuan TC, lima pilar TC, empat aturan utama TC, lima aturan penting, latihan penugasan di berbagai departemen, tingkat kematangan yang diharapkan dari residen, keterlibatan orang tua dalam TC dan hal-hal yang diharapkan dari TC. Kedua, Kelebihan dan kekurangan metode TC. Kelebihan metode TC adalah (a) tujuan yang akan dicapai bersifat komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan residen dalam memulihkan kesehatan fisik, mental, emosional, dan spiritual; (b) lima pilar program yang diberikan sesuai dengan kebutuhan residen dalam mempersiapkan dirinya bersosialisasi dengan masyarakat; (c) aturan aturan utama yang diterapkan dapat mempercepat proses pemulihan residen; (d) aturanaturan penting yang diterapkan sangat tepat memperbaiki kebiasaan-kebiasaan buruk yang sebelum masuk TC sering dilakukan residen; (e) latihan penugasan di berbagai departemen dapat memberikan pengalaman belajar, latihan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi residen; (f) tingkat kematangan yang ditargetkan oleh TC kepada residen dapat melatihnya menjadi pemimpin; (g) program melibatkan orang tua/keluarga dalam TC sangat baik dalam upaya membangun kerja sama untuk mempercepat pemulihan residen; (h) apa yang diharapkan dari TC secara rasional sangat diperlukan oleh residen dan keluarga setelah berada di masyarakat. Kekurangan metode TC adalah masih minimnya pembinaan religius (nilai-nilai imtak) yang sebenarnya sudah terencana tetapi belum terimplementasi secara nyata dalam kegiatan. Ketiga, Karakteristik model TC berbasis imtak terdiri dari enam hal yaitu (a) penanaman hakikat kalimat thoyyibah Laa Ilaaha Illallah Muhammadurrasulullah; (b) shalat yang khusyuk dan khuduk; (c) ilmu dan dzikir; (d) ikramul muslimin (memuliakan saudara muslim); (e) tash hihun niyyah (meluruskan niat); serta (f) dakwah dan tabligh (mengajak dan menyampaikan). Keempat, Model TC berbasis imtak yang dihasilkan dari penelitian ini ternyata lebih efektif dari metode TC karena dapat membuat (a) residen bertobat dari penyalahgunaan narkoba; (b) lebih cepat pulih. Hal ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara pada konselor dengan membandingkan residen lama dengan residen diteliti yang tingkat kecanduannya relatif sama; (c) tidak relapse (tidak kambuh). Hal ini dibuktikan sampai saat ini setelah residen keluar dari TC tidak ada yang kembali mengkonsumsi narkoba; dan (d) mengajak teman lain untuk tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. DAFTAR PUSTAKA Al Qur an dan Terjemahannya. (2005). Bandung: CV. Diponegoro. Amin, A. (1977). Al Akhlak. Alih bahasa Farid Ma ruf. Jakarta: Bulan Bintang. Anwar, R. (2008). Akidah akhlak. Bandung: CV. Pustaka Setia. Asmaraman. (1992). Pengantar studi akhlak. Jakarta: CV Rajawali. Direktorat Jenderal Lembaga Pemasyarakatan. (2008). Data narapidana dan tahanan kasus narkoba di seluruh Indonesia. Jakarta. Direktorat Jendral Pelayanan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI. (2004). Metode therapeutic community (komunitas terapeutik) 124

dalam rehabilitasi sosial penyalahgunaan nafza. Jakarta: Yayasan Titihan Respati. Djatnika, R. (1996). Sistem etika Islam (akhlak mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas. Dobson, S.K. (2001). Handbook of cognitive-behavior therapies. London: The Guilford Press. Equator. (2010). Oknum polisi dan PNS pesta sabu. Pontianak. Gall, M.D, Gall, J.H, & Borg, R.W. (2003). Educational research. London: Longman, Inc. Ghazali, A. (1997). Menjelang hidayah. Bandung: Mizan. Halim M.A.A. (2004). Akhlak mulia. Terjemahan Kattani Jakarta: Gema Insani. Hembing. (2006). Shalat untuk pengobatan. Diakses pada tanggal 25 Juni 2011 dari http:// www.refleksiteraphy.com/?m=artikel &page=detail&no=33. Huberman, A.M.,& Milles, M.B. (1985). Qualitative data analysis. India: Sage Publication. Kandhalawi, M.Y. (2005). Enam sifat para sahabat dan amalan nurani. Bandung: Pustaka Ramadhan. Miskawaih, I. (1959). Tahdzibul akhlak. Mesir: Mathbah Ali Shahih. Newberg, A. (2001). Iman adalah obat jiwa dan fisik. Diakses pada tanggal 25 Juni 2011 dari http:// sunatullah.com/tulisan-artikel/iman -adalah-obatjiwa-dan-fisik.html. Nida. (2011) What Happens to Your Brain When You Take Drugs. Diakses pada tanggal 20 Februari 2011 dari http://www. drugabusegov/infofacts/ understand.html. Saleh, A,Y. Dampak dzikir terhadap kesehatan. Diakses pada tanggal 25 Juni 2011 dari http:// www.tnol.co.id/id/spiritual-psychology/ 5743- dampak-dzikir-terhadap-kesehatan.html. Sukmadinata, N. S. (2002). Pendekatan penelitian dan pengembangan. Bandung: PPS Universitas Pendidikan Indonesia. Supriadi, et.al. (2005). Pendidikan agama Islam. Pontianak: Universitas Tanjungpura. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Jakarta: Asa Mandiri. Yudhoyono, S.B. (2009). Empat dari seratus orang menjadi korban narkoba. Diakses pada tanggal 25 Juni 2011 dari http://www.antara.co.id/beritaterkini/2009/06/26/32-juta-wni-korbannarkoba.html. 125