BAB I PENDAHULUAN. Teknik Sipil, diperlukan potensi Sumberdaya Manusia yang berkualitas,



dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut.

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PONDASI TELAPAK

Revisi SNI T C. Daftar isi

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

Lampiran A...15 Bibliografi...16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

Nama Pekerjaan : Pembangunan Abutmen Jembatan Air Jernih Gumpang Lempuh Perusahaan : CV. RABO PERKASA Lokasi : Gumpang Lempuh Tahun Anggaran : 2017

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

SYARAT SYARAT TEKNIS PEKERJAAN. Pasal 1 PENJELASAN UMUM

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

SPESIFIKASI TEKNIS. Pekerjaan mencakupi pembuatan drainase pasangan batu, pembuatan cor beton bertulang plat drainase dan timbunan bahu jalan.

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB IV MANAJEMEN PROYEK

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

II. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DINAS PERHUBUNGAN DAN KOMINFO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BETON OLEH: DR. V. LILIK HARIYANTO

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )

PEMERINTAH KOTA TARAKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN JALAN PULAU KALIMANTAN NOMOR 1 T A R A K A N

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

BAB IV. LEMBAR DATA PEMILIHAN (LDP) G.Jaminan Penawaran;

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Revisi SNI Daftar isi

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 4 LANTAI JALAN INDRAPURA SEMARANG


BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

Cara menghitung koefisien analisa harga satuan bangunan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. diperlukan untuk menjaga kualitas struktur agar sesuai dengan spesifikasi yang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

METODE PELAKSANAAN. M e t o d e P e l a k s a n a a n

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Teknik Sipil, diperlukan potensi Sumberdaya Manusia yang berkualitas, sehingga mampu bersaing di dunia kerja. Sebagai sumber kualitas Mahasiswa khususnya Mahasiswa Teknik Sipil, dituntut untuk membekali diri dan mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat dalam perkuliahan, sehingga diperlukan suatu metode pendidikan yang tidak hanya fokus pada teori tetapi juga dalam praktek di lapangan. Oleh karena itu diperlukan kerja sama antara dunia perusahaan dan perguruan tinggi. Bentuk kerja sama yang dilakukan adalah dengan diadakannya suatu program yaitu Kerja Praktek bagi mahasiswa untuk mengenal dunia kerja Teknik Sipil dan juga salah satu syarat ketuntasan studi. Kerja praktek merupakan praktek lapangan yang berkaitan erat dengan infrastruktur (Jalan Raya, Jembatan, Gedung, Irigasi, dll), mulai dari memahami perencanaan suatu konstruksi sampai dengan proses pelaksanaan di lapangan, baik dari segi proses yang terjadi atau mekanisme kerja, manajemen pengoperasian dan pengendalian kualitas secara teknis serta mampu menganalisis perilaku atau masalah-masalah yang sering terjadi. Proyek konstruksi yang akan ditinjau sebagai tempat kerja praktek yaitu pekerjaan konstruksi pembangunan gedung Rektorat STIKES CHMK Tahap III Tahun 2016. Alasan memilih lokasi Kerja Praktek tersebut karena proyek Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 1

tersebut merupakan proyek bangunan sistem rangkanya dengan menggunakan Struktur beton bertulang yang dalam pengerjaannya membutuhkan suatu ketelitian. 1.2.Tujuan Kerja Praktek Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini antara lain adalah: 1) Mahasiswa melakukan pengamatan secara langsung pelaksanaan dilapangan dan membandingkannya dengan teori-teori yang telah diperoleh pada perkuliahan. 2) Mahasiswa mampu mempelajari masalah-masalah yang terjadi di lapangan dan memecahkan masalah tersebut sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. 3) Mahasiswa mempunyai gambaran mengenai alur komunikasi dan pergaulan di lingkungan kerja suatu proyek. 4) Mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan di lapangan kerja. 1.3.Data Proyek 1.3.1. Data Administrasi 1. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 2. Pemilik Proyek : PT. CITRA BINA INSAN MANDIRI 3. Lokasi Proyek : Jl. Manafe 17, Kelurahan Kayu Putih Kota Kupang. 4. Konsultan : PT. CITRA DESAIN REKANUSA Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 2

1.3.2. Data Struktur 1. Jenis Struktur : Rangka Beton Bertulang 2. Tipe Struktur : Beton bertulang 3. Mutu Beton : K-225 4. Type Pondasi : Pondasi telapak (foot plate) 1.3.3. Gambar Lokasi Proyek Lokasi Proyek Gambar 1.1. Lokasi Proyek Sumber : Data Proyek 1.4. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek Waktu pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan dari tanggal 20 April 2016 sampai 20 Juli 2016. 1.5. Batasan Masalah Yang Diamati Batasan masalah yang diamati antara lain: 1. Konstruksi Pembangunan Gedung Rektorat STIKES CHMK kota Kupang Tahap III Tahun 2016, secara keseluruhanya itu bangunan berstruktur beton bertulang. Secara garis besar lingkup pekerjaan yang diamati selama pelaksanaan kerja praktek ini adalah beton bertulang, yang terdiri Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 3

dari pondasi, sloof, kolom, balok dan pelat. Dari pekerjaan ini yang perlu diamati adalah pekerjaan bekesting, penulangan/pembesian, pengecoran dan perawatan beton. 2. Pelaksanaan konstruksi selama masa kerja praktek yang akan dibahas pada Bab IV laporan kerja praktek. 1.6. Hal-hal Penting Berhubungan dengan Pelaksanaan Kerja Praktek a) LokasiProyek Kerja praktek yang dilakukan di Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III terletak di Jln. Manafe No.07, Kel. Kayu Putih Kota Kupang. b) Dana Proyek Proyek ini dibangun dengan dana sebesar Rp.4,005,644,800.000,- (Empat Milyar Lima Juta Enam Ratus Empat Puluh Empat Ribu Delapan Ratus Ribu Rupiah). Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 4

BAB II SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI PROYEK DAN TEKNIK PELAKSANAAN 2.1 Proses Pengadaan Tender Dalam proyek ini tidak dilakukan proses tender melainkan penunjukan secara langsung karena proyek ini bersifat pribadi. Penunjukan secara langsung dilakukan oleh pemilik bangunan ( owner) yaitu PT. Citra Bina Insan Mandiri kepada PT. Citra Desain Rekanusa sebagai Kontraktor pelaksana, konsultan perencana dan konsultan pengawas. Penunjukan langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 ( satu ) Penyedia Barang/Jasa. Dalam proses penunjukan langsung ini pihak PT. Citra Bina Insan Mandiri selaku pemilik proyek mengikuti tata cara proses/tahapan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yaitu penunjukan langsung dilakukan dengan negosiasi baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan. Adapun tahapan-tahapan dalam penunjukan langsung kepada Penyedia Jasa Pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut: 1. Undangan kepada peserta terpilih dilampir Dokumen Pengadaan. 2. Pemasukan Dokumen Kualifikasi. 3. Evaluasi kualifikasi. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 5

4. Pemberian Penjelasan. 5. Pemasukan Dokumen Penawaran. 6. Evaluasi penawaran. 7. Klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga. 8. Penetapan pemenang. 9. Pengumuman pemenang. 10. Penunjukan Penyedia Barang/Jasa. Tahapan-tahapan dalam penunjukan langsung kepada Penyedia Jasa Konsultansi adalah sebagai berikut: 1. Undangan kepada penyedia Jasa Konsultansi terpilih dilampir Dokumen Pengadaan. 2. Pemasukan Dokumen Kualifikasi. 3. Evaluasi Kualifikasi. 4. Pembuktian kualifikasi. 5. Pemberian Penjelasan. 6. Pemasukan Dokumen Penawaran. 7. Pembukaan Dokumen Penawaran. 8. Klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya. 9. Pembuatan Berita Acara Hasil Penunjukan Langsung. 10. Penetapan Penyedia Jasa Konsultansi. 11. Pengumuman. 12. Penunjukan Penyedia Jasa Konsultansi. 13. Evaluasi penawaran. 14. Penetapan pemenang. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 6

15. Pengumuman pemenang. 16. Penunjukan Penyedia Barang/Jasa. 2.2 Standar-standar Umum dalam Pelaksanaan Pekerjaan Pelaksanaan pekerjaan ini berpedoman terhadap peraturan dan ketentuan seperti tercantum di bawah ini, termasuk semua perubahan hingga saat ini seperti: 1. Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002. 2. Standar Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1727-2002. 3. Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2012. 4. Building Code Requirements for Reinforced Concrete ACI 318-05. 5. Uniform Building Code UBC-1997 6. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI 1727-1989 F. 7. Peraturan Pembebanan Indonesia 1989. 8. Peraturan Beton Indonesia (PBI-NI-2-/1971) 9. Peraturan Semen Portland Indonesia NI no.08. 10. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982. 2.3 Struktur Organisasi Proyek Organisasi adalah bentuk persekutuan antara sekelompok orang yang bekerja sama secara formal dan terikat guna mencapai tujuan yang telah di Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 7

sepakati atau di tetapkan, sedangkan proyek adalah suatu kegiatan yang terencana yang melibatkan berbagai pihak dengan baik dan terencana. Pengelolaan pelaksanaan pekerjaan di proyek ini ditangani oleh tenaga terampil dari PT.Citra Desain Rekanusa. Stuktur organisasi Proyek dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut: STRUKTUR ORGANISASI PT. CITRA DESAIN REKANUSA France Deky Oematan Kuasa Direktur Christofel Liyanto,SE Top Manajemen Alberd Lede Keuangan/komputer Marthen Yohanes Keamanan Jimry Le,ST Penanggung Jawab Perencanaan Melky Jems Saek,ST Penanggung Jawab Jimy Djuneidi Logistik Romanus Roma Perhitungan RAB Rofinus Tanting Pengawas Mohammad Idris Pelaksana Mesakh Naat Ofice Boy Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pelaksana Proyek Sumber: Data Proyek Tugas dan fungsi dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut: a) Kuasa Direktur Tugas dan fungsi utama Direktur adalah menjalankan dan melaksanakan pengurusan (beheer, administration or management) perseroan PT. Jadi PT diurus, dikelola atau di-manage oleh Direktur Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 8

baik dari segi pengadministrasian hingga pemeliharaan harta kekayaan perseroan. Dengan kata lain, Direksi melaksanakan pengelolaan atau menangani bisnis perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan perseroan dalam batas-batas kekuasaan atau kapasitas yang diberikan oleh undang-undang dan anggaran dasar kepadanya. b) Top Manajemen/ Manajemen Puncak Tugas dari Top manajem sebagai berikut: Merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditimbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya c) Keuangan/Komputer Tugasnya sebagi berikut: 1) Bertugas dalam hal urusan Keuangan. 2) Bertugas untuk mengurus dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kontrak. 3) Bertanggung jawab terhadap administrasi proyek-proyek dan jasa. d) Security/ keamanan Tugas dari Security/ keamanan sebagai berikut: Bertugas menjaga keamanan lokasi proyek selama pengerjaan proyek tersebut. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 9

e) Penanggung jawab perencanaan Tuganya merencanakan dan mendesain gambar kerja serta dapat mempertanggungjawabkan perencanaannya. f) Penanggung jawab Bertanggung jawab atas semua kegiatan proyek berlangsung. g) Logistik Dan Peralatan Tugas dari logistik sebagai berikut: Logistik bertanggung jawab dalam memberikan informasi harga material dan harga alat, mengadakan dan mengelola persediaan material dan alat, menyelenggarakan mobilisasi alat konstruksi, dan melaksanakan perencanaan, pengoperasian, pengendalian, pemeliharaan serta perbaikan alat. h) Perhitungan RAB Tugasnya menghitung semua Anggaran Biaya pelaksanaan proyek, mulai dari pekerjaan persiapan sampai pekerjaan finishing. i) Pengawas Lapangan Tugas dari pengawas lapangan sebagai berikut: 1) Membantu Pelaksana Proyek, untuk melaksanakan pekerjaan secara terpadu dan terkoordinir serta bertanggung jawab kepada Pelaksana Proyek atas penyelesaian pekerjaan sesuai bidang tugasnya. 2) Mempelajari gambar rencana secara seksama. j) Pelaksana Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode/tahapan pekerjaan dan spesifikasi teknis. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 10

h) Office Boy Tugasnya membersihkan kantor dan menyiapkan perlengkapan kantor. 2.4 Hubungan Kerja Unsur-unsur Proyek Unsur-unsur yang berperan dalam pelaksanaan proyek ini adalah pemilik proyek, kontraktor pelaksana dan konsultan pengawas. Ketiga unsur tersebut memiliki hubungan kerja. Hubungan kerja antara unsur-unsur proyek ini dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini: Pemilik Proyek PT. Citra Bina Insan Mandiri Kontraktor Pelaksana PT. Citra Desain Konsultan Perencana dan Pengawas PT. Citra Desain Keterangan: : Garis Konsultasi / Koordinasi : Garis Komando Gambar 2.2 Bagan Hubungan Kerjasama Sumber: Buku Manajemen Proyek,(Ir.Laurensius Lulu,MM) Hubungan kerja antara unsur-unsur yang berperan dalam pelaksanaan proyek ini adalah sebagai berikut: A. Hubungan kerja antara Pemilik Proyek dan Konsultan Perencana Sesuai pengamatan hubungan kerja antara kedua pihak ini dilakukan dengan cara penunjukkan langsung oleh owner yang terjadi sebelum pelaksanaan proyek. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 11

1) Pemilik proyek terhadap konsultan perencana Menerima pekerjaan yang sudah diselesaikan oleh konsultan perencana berupa gambar rencana dan detail, serta perhitungan struktur. 2) Konsultan perencana terhadap pemilik proyek a) Melakukan perencanaan sesuai dengan ide atau keinginan dari pemilik proyek b) Menyerahkan hasil pekerjaan kepada pemilik proyek setelah pekerjaan tersebut selesai. B. Hubungan kerja antara pemilik Proyek terhadap Kontraktor Sesuai pengamatan, hubungan kerja antara kedua pihak tersebut tertulis dalam sebuah kontrak kerja. 1) Pemilik proyek terhadap kontraktor a) Membayar jasa kontraktor sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. b) Menerima pekerjaan yang sudah diselesaikan oleh kontraktor. 2) Kontraktor terhadap pemilik Proyek a) Melaksanakan pekerjaan fisik sesuai ketentuan atau rencana kerja. b) Menyerahkan hasil pekerjaan kepada pemilik proyek setelah pekerjaan tersebut dilaksanakan. C. Hubungan kerja antara pemilik Proyek dan Konsultan Pengawas Hubungan kerja antara pemilik proyek dengan konsultan pengawas ini dituangkan dalam perjanjian pekerjaan pengawasan. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 12

1) Pemilik proyek terhadap konsultan pengawas a) Memberikan tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan pengawasan terhadap proyek yang dimaksud. b) Menyediakan biaya jasa terhadap pengawasan tersebut. 2) Konsultan pengawas terhadap pemilik proyek a) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh pemilik proyek sesuai dengan ketentuan serta mempertanggungjawabkan hasil pengawasan terhadap pemilik proyek. b) Mengurangi adanya penyimpangan penyimpangan yang mungkin terjadi atas segala pekerjaan tersebut. 2.4.1 Pemilik Proyek Pemilik Proyek adalah orang yang memberikan pekerjaan bangunan dan membayar biaya pekerjaan bangunan tersebut. Dalam proyek ini pihak yang memberikan pekerjaan (pemilik proyek) adalah PT. Citra Bina Isan Mandiri. Tugas, hak dan kewajiban dari pemilik proyek: 1. Memilih pelaksana konstruksi dengan penunjukan langsung kepada PT. Citra Desain Rekanusa. 2. Menyediakan atau membayar sejumlah biaya yang diperlukan untuk terwujudnya pekerjaan proyek. 3. Menerima hasil pekerjaan setelah pekerjaan dinyatakan selesai. 4. Menyediakan material atau bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi. Menyediakan atau membayar sejumlah biaya yang diperlukan untuk terwujudnya suatu pekerjaan bangunan. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 13

2.4.2 Kontraktor/Pelaksana Pelaksana adalah perseorangan atau lembaga yang menerima tugas untuk menyelenggarakan serangkaian pekerjaan konstruksi menurut kesepakatan dengan pemberi tugas, sesuai dengan peraturan dan spesifikasi serta gambar rencana yang telah dibuat. Dalam proyek ini pihak pelaksana konstruksi adalah PT. Citra Desain Rekanusa. Tugas, hak dan kewajiban pelaksana adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan pekerjaan berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi teknik. 2. Melaksanakan keputusan-keputusan yang diberikan pengawas apabila terjadi kekeliruan yang mengakibatkan ketidaksesuaian antara gambar rencana dengan pelaksanaan lapangan. 3. Mengerjakan segala sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan dengan pemakaian bahan yang tepat. 4. Membuat dokumentasi foto lapangan tiap bulan. 5. Membetulkan semua kerusakan dan ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan sebagai akibat kesalahan penggunaan bahan. 6. Menyerahkan pekerjaan jika pekerjaan selesai secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan dan bertanggung jawab penuh atas kelancaran dan keamanan pelaksanaan pekerjaan. 2.4.3 Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah perseorangan yang berbadan hukum atau badan yang membuat perencanaan lengkap dari suatu pekerjaan konstruksi. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 14

2.4.4 Konsultan Pengawas Konsultan Pengawas adalah perseorangan atau lembaga yang berbadan hukum, yang ditunjuk oleh Pemilik Proyek untuk mengawasi, menjalankan fungsi kontrol, dan mengarahkan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan oleh Perencana. Pengawas diberi tugas pengawasan sehari-hari selama pekerjaan berlangsung, pada seluruh atau sebagian pekerjaan sesuai dengan deskripsi pekerjaannya. Pengawas berhak dan berkewajiban untuk : 1. Tahap pra konstruksi, meliputi : a. Mempelajari dokumen lelang sebelum menghadiri tender pelaksana (aanwijzing). b. Mengikuti rapat penjelasan pekerjaan / aanwijzing untuk tender pelaksana. c. Mengevaluasi rencana kerja dan jadwal pelaksanaan yang dibuat oleh pelaksana. d. Menetapkan rencana kerja dan mengkoordinir personel yang mempunyai keahlian dan kemampuan yang sesuai untuk melaksanakan tugas pengawasan. 2. Tahap konstruksi, meliputi : a. Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya, serta kesesuaian waktu dan biaya pekerjaan. b. Melakukan pemeriksaan berkala, penelitian pendahuluan terhadap penggunaan bahan, serta memeriksa mutu mix design yang direncanakan. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 15

c. Melakukan pengawasan terhadap kualitas bahan, peralatan, tenaga kerja, prosedur, dan hasil kerja. d. Mendeteksi secara dini dan membuat check list kemungkinan adanya perubahan konstruksi di lapangan, serta solusinya. e. Meminta penjelasan kepada pihak Perencana mengenai hal-hal yang kurang jelas dan atau menyangkut perubahan serta permasalahan yang berhubungan dengan perencanaan. f. Berkonsultasi dengan Pemilik menyangkut permasalahan yang timbul selama proses pelaksanaan pekerjaan. g. Mengusulkan alternatif penyelesaian permasalahan lapangan kepada pihak Pemberi Tugas. h. Menyelenggarakan rapat lapangan (site meeting) secara berkala. i. Menyusun berita acara yang berkaitan dengan kemajuan pekerjaan, perubahan-perubahan, dan serah terima pekerjaan, serta sejumlah berita acara lain yang dibutuhkan. 3. Tahap pasca konstruksi, meliputi : a. Melakukan pengawasan berkala selama masa pemeliharaan. b. Membuat laporan pasca laksana ( project completion report) yang berisi tentang segala sesuatu yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan konstruksi sejak dimulai sampai selesai, dan kemudian dibekukan dalam bentuk dokumen pelaksanaan. c. Membuat laporan berupa sejumlah gambar sesuai dengan pelaksanaan (as built drawing), dan bagian yang cacat harus diperbaiki. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 16

d. Membantu Pimpinan Proyek mengawasi proses untuk mendapat Izin Penggunaan Bangunan (IPB) dari pemerintahan setempat. 2.5 Jenis Kontrak Selama ini kontrak konstruksi berfungsi sebagai harga sarana konstruksi, dan juga sebagai struktur alokasi resiko kepada berbagai pihak yang terlibat. Pemilik memiliki kekuasaan tunggal untuk menentukan jenis kontrak yang harus digunakan untuk fasilitas tertentu yang akan dibangun dan menetapkan syarat dalam perjanjian kontrak. Adalah penting untuk memahami resiko kontraktor terkait dengan berbagai jenis kontrak konstruksi. Beberapa jenis kontrak dijelaskan di bawah ini: 2.5.1 Kontrak Lump Sum Kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor akan membangun proyek sesuai dengan rancangan pada suatu biaya tertentu. Jika dilakukan perubahan dalam kontrak, negosiasi antara pemilik dan kontraktor akan menetapkan pembayaran yang akan diberikan kepada kontraktor untuk perubahan pekerjaan tersebut. biaya untuk setiap pekerjaan tambah kurang harus dinegosiasikan antara pemilik dan kontraktor. Kontrak ini dapat diterapkan jika perencanaan harus benar-benar telah selesai sehingga kontraktor dapat melakukan estimasi kuantitas secara akurat. Pemilik dengan anggaran terbatas akan memilih jenis kontrak ini karena merupakan satu-satunya yang memberi nilai pasti terhadap biaya yang akan dikeluarkan. Pekerjaan konstruksi yang tepat untuk kontrak jenis ini antara lain ialah pembangunan gedung. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 17

Pekerjaan yang dilakukan dibawah kontrak semacam ini memerlukan gambar kerja yang jelas, spesifikasi bestek yang akurat dimana kedua belah pihak mempunyai satu interpretasi yang sama terhadap isi dan maksud dari dokumen tender tersebut. Salah satu kelemahan pemakaian kontrak jenis ini, yaitu proses konstruksi akan tertunda karena menunggu selesainya perencanaan. Kesalahan dalam perancangan akan berakibat fatal karena dapat menimbulkan biaya ekstra yang tidak sedikit. Untuk itu kiranya perlu ada pertimbangan yang matang sehingga tidak terjadi pelaksanaan konstruksi yang terburu-buru yang dapat menyebabkan kesalahan dalam perancangan pembuatan spesifikasi. Keuntungan bagi kontraktor yaitu pelaksanaan pekerjaan dapat diprogramkan, sehingga memungkinkan melaksanakan kontrol dengan efisien dan juga kelengkapan gambar dan bestek secara tidak langsung menjamin bahwa pekerjaan tambah/kurang ataupun perubahan konstruksi akan minimum. 2.5.2 Kontrak Harga Satuan Kontrak harga satuan menilai harga setiap unit pekerjaan telah dilakukan sebelum konstruksi dimulai.pemilik telah menghitung jumlah unit yang terdapat dalam setiap elemen pekerjaan.dalam menggunakan kontrak jenis ini, kontraktor hanya perlu menentukan harga satuan yang akan ditawar untuk setiap item dalam kontrak. Kontraktor harus berhatihati agar semua biaya yang mungkin dikeluarkan telah diperhitungkan dalam item penawaran, seperti biaya overhead dan keuntungan. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 18

Jenis kontrak ini digunakan jika proyek dapat didefinisikan secara jelas, tetapi kuantitas aktual masing-masing pekerjaan sulit untuk diestimasi secara akurat sebelum proyek dimulai. Metode tidak seimbang (unbalanced) adalah metode yang digunakan kontraktor dalam penawaran harga satuan tanpa mengubah harga keseluruhan. Kontrak harga satuan umumnya menyatakan bahwa harga satuan untuk tiap item dapat dinegosiasikan ulang jika kuantitas aktual lebih besar dari 20%-25%. Untuk menentukan kuantitas pekerjaan yang sesungguhnya, kontraktor akan mengukur kuantitas terpasang dan meminta pembayaran sesuai hasil pengukurannya. Pemilik perlu meyakinkan hasil pengukuran kontraktor dengan melakukan pengukuran sendiri. Kelemahan dari penggunaan jenis kontrak ini yaitu pemilik tidak dapat mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek selesai. Untuk mencegah ketidakpastian ini, perhitungan kuantitas tiap unit perlu dilakukan secara akurat. Melihat karakteristik kontrak harga satuan ini, maka jenis-jenis proyek yang sesuai untuk kontrak jenis ini adalah proyek dengan estimasi kuantitas yang tidak dapat dilakukan dengan akurat, seperti pekerjaan tanah jalan raya, pemasangan pipa, dan sebagainya. 2.5.3 Kontrak Biaya Plus Jasa (Cost Plus Fee Contract) Pada kontrak jenis ini, kontraktor akan menerima pembayaran atas pengeluarannya ditambah dengan biaya overhead dan keuntungan. Metode pembayaran dalam kontrak jenis ini dibedakan menjadi dua, yaitu: Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 19

a. Pembayaran biaya plus jasa tertentu. Dalam metode ini kontraktor tidak mendapat keuntungan untuk menaikkan biaya untuk menambah keuntungan dan overhead. b. Pembayaran biaya plus persentase biaya dengan jaminan maksimum Metode ini dapat meyakinkan pemilik bahwa biaya total proyek tidak akan melebihi suatu jumlah tertentu. Kontrak jenis ini umumnya digunakan jika biaya aktual dari proyek atau bagian proyek sulit diestimasi secara akurat. Hal ini dapat terjadi jika perencanaan belum selesai, proyek tidak dapat digambarkan secara akurat, proyek harus diselesaikan dalam waktu singkat sementara rencana dan spesifikasi tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat sebelum proses konstruksi dimulai. Kekurangan dari kontrak jenis ini, yaitu pemilik kurang dapat mengetahui biaya aktual yang akan terjadi. Pemilik harus menempatkan staf untuk memonitor kemajuan pekerjaan sehingga dapat diketahui biayabiaya yang ditagih benar-benar dikeluarkan. Jenis kontrak ini memiliki fleksibilitas yang tinggi artinya bahwa pekerjaan detail dapat diselesaikan bersamaan dengan pekerjaan konstruksinya. Secara teknis dan pembiayaan, kontrak semacam ini tidak memiliki mekanisme untuk menekan waktu dan biaya yang lebih banyak merugikan pemilik pekerjaan (owner).kontrak semacam ini hanya cocok untuk pekerjaan gawat darurat. 2.5.4 Kontrak Pengadaan Tenaga Kerja Pemberi tugas menyediakan semua fasilitas lapangan, perlengkapan, peralatan, material, dan pelayanan sesuai untuk masing- Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 20

masing rencana kerja.sedangkan kontraktor pengerah pekerja (mandor) mengerahkan kelompok-kelompok tenaga kerja yang diperlukan. Pengupahan disepakati dengan pengerah tenaga kerja dalam bentuk pengukuran prestasi kerja, yang kemudian akan dibayarkan kepada para pekerja pada harga yang lebih rendah. Pada pengembangannya lebih lanjut, cara pengerahan tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan dikembangkan menjadi kontrak harga borongan upah setiap pos pekerjaan secara terpecah. 2.5.5 Kontrak Pengukuran Ulang Pada kontrak dengan pendekatan ukuran ulang, pemilik menyodorkan daftar estimasi volume seluruh pekerjaan. Peserta lelang kemudian mengisi harga satuannya dan nilai perhitungan volume pekerjaan menurutnya, sehingga mendapatkan jumlah harga penawarannya apabila kontrak dimenangkan dalam suatu pelelangan yang berdasarkan sistem ini, pada pelaksanaan pekerjaan aktualnya akan diukur ulang volumenya dan dibayar dengan harga kutipan yang sesuai dengan penawarannya. 2.5.6 Kontrak Campuran Kontrak campuran merupakan suatu upaya pengembangan dengan mempertimbangkan kombinasi cara dari tipe yang berbeda, dimana kompensasi pembayarannya juga dikombinasikan dalam satu kontrak. Dikombinasikan antara pembayaran dengan tipe harga lumpsum untuk suatu pelayanan pekerjaan, dan pembayaran yang lain untuk pelayanan atau pasokan yang berbeda pula. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 21

2.5.7 Kontrak Turnkey Kontrak turnkey merupakan ikatan kontrak untuk keseluruhan paket pekerjaan sejak dari penyusunan konsep dan studi kelayakan, perencanaan, konstruksi, pengadaan, sampai menghasilkan keluarankeluaran produk yang terjamin baik. Jaminan kuantitas dan kualitas keluaran dihubungkan dengan mutu persediaan masukan atau material baku, keterampilan proses konstruksi dan keberhasilan dalam mencapai kondisi operasionalnya. Keseluruhan kegiatan dan sub-kegiatan tersusun sebagai tugas pokok dalam bentuk paket yang tercakup sebagai tanggung jawab kontraktor. Cara kontrak turnkey dipraktekkan pada proyek-proyek industry berat atau proyek yang berorientasi pada jaminan keberhasilan dalam proses berproduksi. Sehingga dalam pengembangannya kontrak demikian diperluas menjadi kontrak BOT ( Built, Operation, and Transfer). Pada kontrak BOT diberikan kewajiban tambahan bagi kontraktor untuk mengoperasikan bangunan yang sudah diselesaikan sehingga mencapai target produksi dalam masa tertentu sebelum menyerahkannya kembali kepada pemberi tugas. Target pencapaian produksi dilaksanakan dengan tugas yang ditetapkan sebagai kondisi kerja.pendekatan demikian memberi nilai tambah berupa pelatihan personil untuk dapat menangani operasi produksi dan pemeliharaan secara lebih mapan. Berdasarkan pandangan yang ditujukan untuk hasil proses produksinya, maka secara keseluruhan diperoleh manfaat penghematan baik dalam segi pembiayaan maupun jadwal waktu. Sudah tentu tingkat keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 22

adalah lokasi proyek, ketersediaan dan keterampilan kontraktor yang dilibatkan, faktor yang berkaitan dengan situasi ekonomi, iklim persaingan dan lain sebagainya. Cara kontrak ini hanya memerlukan koordinasi yang minimal, hanya ada satu kontrak untuk keseluruhan, sehingga memberikan manfaat untuk pemberi tugas yang awam. Akan tetapi, biasanya pembiayaan seluruh proyek tidak dapat diperkirakan secara lebih pasti pada saat dini, baru dapat ditentukan setelah proses konstruksi mapan serta berlangsung dengan baik. Sementara itu, pemberi tugas boleh dikatakan tidak dilibatkan di dalam system sehingga kesempatan untuk ikut mengendalikan dan memeriksa proses sangat langka. Untuk mendapatkan kepastian bahwa operasi produksi menguntungkan, dipercayakan sepenuhnya dan hanya bergantung pada profesionalisme kontraktor. Pemberi tugas tidak diberitahu ataupun menyadari masalah-masalah yang muncul dalam proses konstruksi yang mengandung konsekuensi terhadap pembiayaan dan jadwal waktu. Pada proyek pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK kupang memakai kontrak jenis Lump sum. 2.6 Teknik Pelaksanaan Pekerjaan 2.6.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pembongkaran dan pembersihan, los kerja, pemasangan bowplank, dan penyedian air kerja. a. Pekerjaan Pembongkaran dan Pembersihan Kontraktor harus membongkar /membersihkan halaman dari segala sesuatu yang tidak akan dipakai selama pembangunan yang mungkin Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 23

akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan baik di atas maupun tertanam dalam tanah, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan pemilik proyek. b. Direksi Keet / Los Kerja Pada awal pelaksanaan pekerjaan berlangsung, Kontraktor harus menyiapkan n bangunan sementara yang berfungsi sebagai tempat menyimpan barang/ material, peralatan maupun dapat digunakan sebagai los kerja bagi tempat tinggal sementara tenaga kerja. Gambar 2.3. Los Kerja Sumber: Dokumentasi c. Pemasangann Bowplank Pasangan bowplank dibuat untuk membantu menentukan as-as/sumbu- atau sumbu dalam perletakan bangunan, baik mengenai kesikuannya ukuran-ukuran lainnya. Pembangunan Gedung Rektorat t Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 24

Gambar 2.4. Pemasangan Bowplank Sumber: SketchUp Pro d. Penyediaan Air Kerja Air untuk bekerja disediakan oleh kontraktor dan disimpan pada bak penampungan yang telah disediakan. Gambar 2.5. Penyediaan Air Kerja Sumber: Dokumentasi Pembangunan Gedung Rektorat t Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 25

2.6.2 Pekerjaan Tanah Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan galian dan urugan tanah serta urugan pasir dengan penyelesaian dan pembentukan galian/urugannya harus mengikuti kemiringan/elevasi dan ukuran-ukuran sesuai gambar rencana. a. Pekerjaan Penggalian Galian tanah menggunakan alat berat/excavator sedangkan untuk perapihan galian lubang fondasi dilaksanakan secara manual/tenaga manusia dengan menggunakan alat - alat gali seperti linggis, sekop, dan lain-lain. Dimensi dan penampang galian tanah disesuaikan dengan spesikasi dan gambar rencana. Hasil galian dibuang keluar dari lokasi proyek, dan sebagian tanah hasil galian dipakai kembali untuk mengurug sisi samping fondasi. b. Pekerjaan Urugan Tanah dan Pemadatan 1. Urugan tanah dilaksanakan pada lubang-lubang sisa pondasi, peninggian tanah untuk nol lantai dan pada bagian-bagian pekerjaan yang kondisinya mengharuskan adanya pekerjaan urugan tanah. 2. Tanah urugan harus berbutir, bersih dari humus, sampah atau kotoran lainnya, termasuk rayap, sehingga digunakan anti rayap untuk mencegah dan mengatasi masalah rayap yang biasa mempengaruhi kekuatan tanah. Bila terlalu basah harus dihamparkan dahulu hingga kering, dan bila terlalu kering harus tambahkan dengan air sesuai persyaratan. 3. Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak melebihi 40 cm atau pas ketinggian sloof. Setiap tanah urugan harus Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 26

dibersihkan dari tunas tumbuh-tumbuhan dan segala macam sampah atau kotoran. c. Pekerjaan Urugan Pasir 1. Urugan pasir harus dilaksanakan pada bagian-bagian dasar atau bawah pasangan pondasi telapak / foot plat sesuai gambar. 2. Ketebalan urugan pasir yang ditentukan 5-10 cm. 3. Ketebalan ukuran pasir tersebut adalah ketebalan padat. 4. Pasir urug yang digunakan harus bersih dari kotoran-kotoran/ humushumus. 2.6.3 Pekerjaan Beton A. Pekerjaan Beton dilaksanakan Pada 1. Pekerjaan pondasi foot plat 2. Pekerjaan Pondasi Menerus 3. Pekerjaan Sloof 4. Pekerjaan Kolom 5. Pekerjaan balok 6. Pekerjaan plat lantai/lantai kerja 7. Pekerjaan tangga B. Bahan-bahan Bahan yang digunakan, pada dasarnya semua jenis bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan di antaranya: 1. Semen Portland Composite Cement a) Semen: digunakan satu jenis yaitu SEMEN BOSOWA atau yang memenuhi persyaratan dalam peraturan Portland Composite Cement Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 27

Indonesia SNI 15-7064-2004 atau ASTM C-150 Type I Atau Standardd Inggris BS-12. Gambar 2.6. Semen Bosowa Sumber: Dokumentasi b) Semen yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya, tidak diperkenankan untuk digunakan. c) Tempat penyimpanan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehinggaga semen bebas dari kelembaban. 2. Agregat Beton a) Agregrat beton berupa batu pecah. b) Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi. c) Ukuran terbesar agregat beton tidak melebihi 3,0 cm. d) Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan. e) Agregat harus bersih dari segala kotoran dan kotoran tidak melebihi 5%. Pembangunan Gedung Rektorat t Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 28

3. Agregat Kasar a) Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya. b) Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat yang merusak beton. reaktif alkali atau substansi c) Agregat kasar yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai persyaratan yang tercantum dalam NI-2 PBI 1971. Gambar 2.7. Agregat kasar (Batu pecah ¾) Sumber: Dokumentasi 4. Agregat Halus a) Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari pasir lokal. b) Pasir Beton harus terdiri dari pasir dengan butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan bahan organik, lumpur dan lain sebagainya, serta memenuhi komposisi butir dan kekerasan seperti yang tercantum dalam NI 2 PBI 1971. Pembangunan Gedung Rektorat t Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 29

c) Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi yang lebih dari 5%. d) Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton. e) Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan. Gambar 2.8. Agregat Halus (Pasir Takari) Sumber: Dokumentasi 5. Air Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, garam alkalis serta bahan-bahan organis/ bahan lain yang dapat merusak beton. 6. Pembesian a) Mutu baja/besi tulangan beton adalah jenis besi/baja lunak dengan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik minimumm 2400 kg/cm 2 ) dengan profil polos (BJTP 24) untuk tulangan dengan diameter sampai 12 mm (notasi pada gambar Ø) dan mutu baja/besi tulangan beton dengan mutu U-32 (tegangan leleh karakteristik minimum Pembangunan Gedung Rektorat t Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 30

3200 kg/cm 2 ) dengan profil ulir (BJTD 32) untuk tulangan dengan diameter diatas 12 mm (digambar dinotasikan dengann D). b) Ukuran Gambar 2.9. Baja tulangan beton Sumber: Dokumentasi diameter baja tulangan harus sesuai dengan dan tidak diperkenankan adanya toleransi bentuk ukuran. gambar rencana c) Ukuran baja tulangan tersebut harus sesuai dalam gambar kerja, penggantian dengan diameter lain harus dengan persetujuan. Segala biaya yang diakibatkan oleh penggantian tulangann terhadap yang digambar sejauh bukan kesalahan gambar kerja adalah tanggung jawab kontraktor. d) Semua baja tulangan harus disimpan pada tempat yang bebas lembab, disesuaikan diameter serta asal pembelian. Semua baja tulangann harus dilindungi terhadap semua macamm kotoran serta sejauh mungkin dilindungi terhadap karat. e) Baja tulangan beton harus dibengkok/ dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar gambar konstruksi. f) Kawat ikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam PBI 1971. Pembangunan Gedung Rektorat t Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 31

Gambar 2.10. Kawat baja tulangan beton Sumber: Dokumentasi 7. Bekisting Bekisting dibuat dari tripleks ukuran 8 mm dengann rangka penguat penyokong yang terbuat dari kayu kelas II lokal (kayu kepok hutan, kayu beringin, kayu kelapa) 5/5,5/7 dan 5/10 secukupnya sehingga mampu mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang mendukung beton sampai selesai proses ikatan beton. C. Alat Pada suatu proyek pembangunan selalu diperlukan peralatan- selesai peralatan untuk memudahkan pekerjaan proyek agar dapat sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan proyek, baik itu alat berat maupun ringan bertujuan untuk menunjang kelancaran pekerjaan proyek. Beberapa tujuan secara umum : 1) Mempercepat penyelesaian pekerjaan. 2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan. 3) Meningkatkan efisiensi dan produktifitas pekerjaan. 4) Menghemat biaya. Pembangunan Gedung Rektorat t Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 32

Peralatan yang digunakan pada kegiatan Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang Tahap III tahun 2016 antara lain: 1. Mesin Aduk Beton (Concrete Mixer Molen) Mesin aduk beton digunakan untuk mencampur atau mengaduk beton hingga diperoleh adukan yang homogen dalam jumlah besar. 2. Gerobak Dorong Gambar 2.11. Concrete Mixer Molen Sumber : Dokumentasi Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut adukan beton dari bak penampungan ke tampat pengecoran dan untuk pengangkutan material lainnya. Dengan menggunakan alat tersebut pengangkutan material dari satu tempatt ke tempat lain dapat lebih mudah dan lebih ringan. Gambar 2.12. Gerobak Dorong Sumber : Dokumentasi Pembangunan Gedung Rektorat t Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 33

3. Perancah (Schaffolding) Struktur penunjang keberhasilan pekerjaan acuan beton adalah struktur perancah yang memiliki kekakuan dan kekuatan untuk menahan berat hasil dari pengecoran dan mempermudah para pekerja melakukan pekerjaan bangunan berlantai. Gambar 2.13. Schaffolding Sumber : Dokumentasi 4. Alat Bantu 1) Ember. 2) Cangkul dan sekop untuk membantu kerjaan adukan beton, galian dan urugan tanah. 3) Linggis, gergaji dan palu digunakan pada saat pekerjaan pembuatan begisting. 4) Catut/Util untuk merangkai tulangan dengan kawat bendrat/pengait. 5) Alat potong besi. Pembangunan Gedung Rektorat t Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 34

D. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton 1. Komposisi campuran beton. Beton dibentuk dari Portland Composite Cement (PCC), pasir, kerikil, batu pecah, air seperti yang ditentukan : semuanya dicampur dalam perbandingan yang sesuai dan diolah sebaik-baiknya sehingga sampai didapat kekentalan yang tepat. Mutu beton untuk konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan K-225 untuk pondasi, sloof, kolom,balok dan K-175 untuk lantai kerja. Komposisi campuran beton untuk membuat 1 m 3 beton dengan mutu beton K-225 dan K-175, slump (12 ± 2) cm dibuat dengan perbandingan kebutuhan bahan dapat di lihat pada tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Komposisi Campuran Beton sesuai standar yang Berlaku di Indonesia. Mutu beton Kebutuhan PC = 371 kg K-225 (19.3 Mpa) Pasir = 698 kg Kerikil (maksimum 30 mm) = 1047 kg Air = 215 liter K-175 (14.5 Mpa) PC = 326 kg Pasir = 760 kg Kerikil (maksimum 30 mm) = 1029 kg Air = 215 liter Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 35

2. Kelas dan Mutu Beton Kelas dan Mutu dari beton harus sesuai dengan standard Beton Indonesia NI-2, PBI-1971 dan kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda uji harus memberikan BK (kekuatan tekan beton karakteristik) yang lebih besar dari yang ditentukan. 3. Pengecoran beton Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah kontraktor harus menyiapkan seluruh stek-stek maupun angker-angker dan sparingsparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan dinding bata maupun pekerjaan instalasi, kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan angker angker ini harus ditempatkan dengan jarak 50 cm, 150 cm, 250 cm, dan seterusnya, diukur dari atas sloof pondasi beton bertulang. Pemberitahuan tentang pelaksanaan pengecoran beton paling lambat 24 jam sebelum dilaksanakan. Persetujuan direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya pemisahan material dan perubahan letak tulangan seperti pada saat penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, dan sebagainya. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 36

Alat-alat penuangan tersebut harus selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Bila pengecoran harus berhenti, sementara beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen ( laitances) dan partikel-partikel yang terlepas sampai pada suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan. Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian bagian konstruksi. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah ± 2-3 cm untuk sloof, kolom,balok dan Pelat. Dalam proyek ini tebal selimut beton untuk sloof,kolom,balok menggunakan ukuran 5 cm. 4. Cetakan Beton Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana.semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat dicegah pengembangan atau gerakan selama/ sesudah pengecoran beton. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus diminyaki dengan minyak yang biasa diperdagangkan dengan maksud mencegah secara efektif lekatnya beton pada cetakan dan memudahkan dalam pembongkaran cetakan beton.penggunaan minyak cetakan harus Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 37

hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton yang mengakibatkan kurangnya daya lekat. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk konsultan pengawas, pekerjaan ini harus dikerjakan hati-hati untuk menghindari kerusakan pada beton.beton yang masih muda/ lunak tidak di izinkan untuk dibebani, segera setelah cetakan cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki. Umumnya diperlukan waktu minimum 2 hari sebelum cetakancetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan cetakan samping lainnya, 7 hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran, 21 hari untuk balok-balok,plat lantai, plat atap, tangga dan kolom.walaupun demikian sebagai pedoman dalam keadaan cuaca normal pengerasan struktur normal adalah sebagai berikut: 1. Kolom dan Dinding : 3 hari 2. Pelat lantai : 28 hari 3. Balok : 28 hari 5. Perawatan Beton Semua beton harus dirawat dengan air seperti ditentukan di bawah ini. Konsultan pengawas berhak menentukan cara perawatan yang digunakan pada bagian bagian pekerjaan.permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan dilakukan dengan Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 38

menutupi permukaan beton dengan deklit/karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.setalah itu dilakukan penggenangan dengan air pada permukaan beton. Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 39

BAB III SISTEM PENGENDALIAN PROYEK 3.1 Umum Pengendalian merupakan suatu rangkaian kegiatan manajemen melalui pengawasan, penyempurnaan dan penilaian (evaluasi) serta penentuan terhadap suatu keperluan perbaikan (korektif). Pengendalian proyek merupakan sarana dan prasarana yang harus ditempuh dalam suatu proyek untuk memenuhi suatu item pekerjaan. Tiap item pekerjaan memiliki jadwal pelaksanaan yang tepat dan produktif. Didalam perencanaan Bangunan gedung perlu adanya pengendalian proyek yang baik. Hal ini membutuhkan Sumberdaya yang menunjang proyek tersebut sehingga mampu memenuhi batas waktu yang disediakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Apabila tidak ditangani dengan benar berbagai masalah tersebut akan mengakibatkan dampak berupa kelambatan penyelesaian proyek, penyimpangan mutu hasil, pembiayaan membengkak, pemborosan sumber daya, persaingan tidak sehat di antara para pelaksana, serta kegagalan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. Adapun sumber daya yang menjadi sasaran dari sistem pengendalian proyek antara lain: 1. Waktu (Time) 2. Manusia/tenaga kerja (Man) 3. Material (Materials) 4. Peralatan (Machines) 5. Biaya/Uang (Money) Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 40

3.2 Sistem Pengendalian Waktu Sasaran manajemen suatu proyek yakni perencanaan dan pengaturan sumber daya yang berpedoman pada waktu atau jadwal pelaksanaan yang disusun. Sistem pengendalian waktu bertujuan untuk mengoptimalkan waktu pelaksanaan proyek sehingga target pekerjaan dapat tercapai sesuai rencana. Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan selama masa praktek lapangan, pembagian waktu kerja dilaksanakan dari hari senin sampai hari sabtu (tidak termasuk hari libur kalender) dengan rincian sebagai berikut : 1. Pukul 08.00 12.00 (waktu kerja). 2. Pukul 12.00 13.00 (waktu istirahat dan makan siang). 3. Pukul 13.00 17.00 (waktu kerja). 3.3 Sistem Pengendalian Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan suatu faktor pendukung terciptanya suatu kegiatan proyek. Adanya kerja sama yang baik antara sesama tenaga kerja maupun antara tenaga kerja dan pimpinan akan lebih mudah mewujudkan kelancaran pada sistem pengendalian proyek. Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan dengan volume dan jenis pekerjaan pada hari pelaksanaan sehingga tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan tenaga kerja. Sistem pengendalian tenaga kerja dalam proyek ini meliputi : 1. Penempatan tenaga kerja pada jenis pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 41

2. Pengaturan jumlah tenaga kerja yang diperbantukan sehingga terjadi keseimbangan pada semua jenis pekerjaan (tidak berlebihan pada pekerjaan tertentu dan kekurangan pada pekerjaan lain). 3. Penempatan jumlah tenaga kerja berdasarkan volume pekerjaan pada hari pelaksanaan. Setiap hari ada beberapa item pekerjaan yang dilakukan dan cara penempatan tenaga kerja yaitu dengan cara pembagian dalam beberapa kelompok pekerja, misalnya ada yang melakukan pekerjaan fabrikasi, pekerja yang lain melakukan pekerjaan bekisting pelat dan balok sehingga pekerja tidak tertumpuk pada satu pekerjaan. Hal ini dapat mempercepat pekerjaan karena jika pekerjaan pengecoran satu item selesai dapat dilakukan pada satu item pekerjaan yang lainnya. 3.4 Sistem Pengendalian Material Kebutuhan bahan dan material untuk keperluan pelaksanaan pembangunan Proyek pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang tahap III tersebut dinilai memadai karena persediaan bahan atau material seperti semen, kayu, besi, paku mencukupi kebutuhan dalam proyek. Kebutuhan bahan atau material dalam proyek ini terdiri dari bahan-bahan lokal dan non lokal. Bahan lokal adalah bahan yang diambil disekitar Kupang seperti pasir, batu pecah, kayu, dan tanah putih untuk urugan. Sedangkan bahan non lokal adalah bahan yang didatangkan dari luar Kupang seperti semen Bosowa dan besi beton. Untuk pengendalian material pada Proyek pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Kupang tahap III ini berjalan cukup baik dan juga material selalu tersedia sesuai kebutuhan di lapangan. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 42

Pengendalian material dapat berjalan dengan baik lewat tata cara penanganan ( handling) yang sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan. Tata cara penanganan material perlu dilakukan dengan benar, agar bahan tersebut tidak mengalami perubahan bentuk atau bahkan penurunan mutu sehingga tidak dapat dipergunakan lagi. Tata cara penanganan mencakup (3) hal, yaitu: 1. Pengadaan material. Pengadaan material seperti pasir dan kerikil dilakukan secara bertahap karena mengingat material yang gunakan sesuai kebutuhan di lokasi kerja sehingga tidak terjadi pemborosan. Sedangkan material berupa tanah untuk urugan diangkut ke lokasi proyek pada hari yang sama dengan item pekerjaan urugan tanah. Sedangkan pengadaan material non lokal dan lokal seperti dijelasakn di atas bahan non lokal diambil dari luar Kupang dan bahan lokal di datangkan dari daerah sekitar Kupang. 2. Penimbunan atau Penyimpanan. Pada umumnya bahan-bahan seperti pasir, kerikil, kayu, dan batu karang ditempatkan secara terpisah pada tempat yang terbuka pada lokasi proyek, sedangkan bahan-bahan seperti semen, besi tulangan dan tripleks di simpan di tempat penyimpanan bahan sehingga memudahkan pekerjaan. Untuk semen, besi tulangan, dan tripleks didatangkan sebelum pekerjaan dilakukan. Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 43

3. Penggunaan Material. Sebelum bahan-bahan ini digunakan dalam pekerjaan proyek, terlebih dahulu dilakukan pengujian kelayakan penggunaannya, ataupun penggunaan bahan-bahan ini didasarkan pada pengalamanpengalaman penggunaan bahan-bahan tersebut. Jika ternyata dalam pengujian, diketahui bahwa kualitas bahan-bahan atau material tersebut tidak memenuhi syarat yang ditentukan maka bahan-bahan atau material tersebut akan direvisi kualitasnya sampai benar-benar telah memenuhi syarat. Dalam proyek ini, untuk mengontrol kualitas material berupa beton biasa, baik itu berupa Slump Test dan uji kubus untuk menentukan kuat tekan beton dan kualitas beton pada proyek ini dilakukan dengan cara pengetesan di laboratorium, agar mendapatkan hasil yang baik. Tapi hal tersebut tidak ternyata di lapangan. 3.5 Sistem Pengendalian Peralatan Alat yang dimaksud adalah alat bantu kerja yang digunakan dalam mendukung penyelesaian pekerjaan konstruksi. Alat-alat yang dimaksud, adalah : 1. Alat pengangkut/transportasi berupa dump truck digunakan untuk mengangkut bahan atau material dari sumber bahan ke lokasi proyek berasal dari tempat pemesanan material maupun milik proyek itu sendiri. Material yang diangkut antara lain pasir, kerikil, batu dan kayu usuk. Sedangkan tripleks diangkut menggunakan mobil pick up, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan dump truck jika pada satu Pembangunan Gedung Rektorat Stikes CHMK Tahap III Tahun 2016 44