UNJUK KERJA MESIN PENGERING SURYA HYBRID ICDC TIPE RESIRKULASI 1)



dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JENIS-JENIS PENGERINGAN

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

PEMODELAN PEMANASAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR DATAR UNTUK PENGERINGAN GABAH

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

UJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN. ISSN : ; e-issn

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

Pengeringan Untuk Pengawetan

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

III. METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK PENGERINGAN KULIT MANGGIS DENGAN ALAT PENGERING HIBRID TIPE RAK. (Mangosteen Peel Drying Characteristics by Hybrid Rack Dryer)

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

TEST OF PERFOMANCE ERK HYBRID DRYER WITH BIOMASS FURNACE AS ADDITIONAL HEATING SYSTEM FOR NUTMEG SEED (Myristica sp.) DRYING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

PENGENTASAN KEMISKINAN KELOMPOK NELAYAN PANTAI CAROCOK KECAMATAN IV JURAI, PAINAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN USAHA TEPUNG IKAN

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Desain Sistem Kendali untuk Pengering Gabah dengan Kolektor Surya dan Penyimpan Panas

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

PEMANFAATAN AIR PANAS BUMI UNTUK ALAT PENGERING GABAH DI BUKIT KASIH KANONANG

KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP

Permasalahan bila padi tidak segera dikeringkan ialah : 1. Secara teknis apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISASI FISIK BIJI PALA (Myristica sp.) SELAMA PROSES PENGERINGAN DENGAN MENGGUNAKAN ERK HYBRID

Transkripsi:

UNJUK KERJA MESIN PENGERING SURYA HYBRID ICDC TIPE RESIRKULASI 1) Kamaruddin A, Yendi E, Yefri C. dan Aep Saepul Uyun Departemen Teknik Mesin/Laboratorium Teknik Konversi Energi Surya Fakultas Teknik, /Program Studi Energi Terbarukan Universitas Darma Persada Email:<kamaruddin@pasca.unsada.ac.id> Abstrak Protoype mesin pengering surya hybrid ICDC tipe resirkulasi dengan ukuran panjang 3m, lebar 3 m dan tinggi 3 m telah berhasil dirancang dan di fabrikasikan. Mesin ini terdiri atas beberapa komponen utama yaitu, ruang pengering yang juga berfungsi sebagai pengumpul panas tenaga surya, konveyor pneumatic, distributor, vortex, hopper dan pemanas tambahan. Konveyor pneumatik selain berfungsi sebagai alat angkut dengan menggunakan kipas sentrifugal juga berfungsi sebagai tempat proses pengeringan yang berlangsung secara turbulen. Keunggulan dari sistem pengering yang sedang diteliti ini terletak pada bentuk dan konfigurasi rancangan yang memungkinkan terjadinya, proses pengeringan serentak pada tiga komponen mesin yaitu selain dalam konveyor, juga terjadi pada ruang pengering utama, dan pada ruang di atas hopper dan terjadinya proses tempering pada setiap siklus pengeringan. Hasil unjuk kerja untuk mengeringkan gabah menghasilkan kesimpulan dimana dengan beban 200 kg dengan kadar air awal 26%bb menjadi 14% bb memerlukan lama pengeringan 10.22 jam, dengan laju rata-rata pengeringan sebesar 1.17%/jam pada suhu pengeringan di konveyor antara 40-60 o C dan suhu ruang pengering antara 30.3-41.8 o C. Hasil pengeringan menunjukkan kualitas hasil yang cukup baik dimana butir gabah yang retak hanya 2%. Daya kipas konveyor penumatik selama pengeringan relatip konstan pada 500 W dengan konsumsi listrik 5.11 kwh, dimana energy spesifik proses pengeringan terhitung 0.172 kwh/kg air yang diuapkan atau setara dengan 0,695 MJ/kg air yang diuapkan. Mesin pengering ini dapat di terapkan di daerah penghasil beras, seperti Jawa, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan di DME (Desa Mandiri Energi)/E 3i yang mempunyai PLTMH atau di pembangkit energy panas bumi, dan untuk meningkatkan keuntungan ekonominya perlu digabung dengan mesin penampi (winnower) dan penggiling padi dalam bentuk Unit Pengolahan Skala Kecil (UPSK) Kata kunci: pengering surya hibrid, tipe resirkulasi, konveyor pneumatik, unjuk kerja, UPSK, DME/Desa E 3i. 1) Makalah disampaikan pada KIPNAS X,LIPI, Jakarta, 8-10 November 201, Merupakan bagian dari hasil penelitian Hibah Kompetensi DIKTI,tahun 2011, No.

I. Pendahuluan Dalam Buku Putih Kementrian Negara Riset dan Teknologi tahun 2006 telah dirumuskan peta jalan (road map) energi surya termal, dimana mulai pada tahun 2011 sudah dapat dihasilkan produk seperti alat pengering dengan energi surya yang mempunyai kapasitas yang sesuai untuk kegiatan produksi masyarakat pengguna sehingga mampu menghasilkan keuntungan penggunanya. Salah satu penerapan dari hasil penelitian surya termal ini nanatinya adalah pemanfaatannya pada UPSK di berbagai DME, apalagi saat ini beberapa PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) dengan kapasitas 20-100 kw yang dibangun diberbagai DME hanya digunakan untuk penerangan malam hari sedangkan siangnya dibiarkan mubazir. Pada masingmasing DME umumnhya sudah tersedia pengelola unit pembangkit energi ditingkat desa. Hal ini akan sangat menguntungkan apabila hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dengan sistem pemanfaatan listrik dari PLTMH karena telah tersedia tenaga penuh waktu (full timer ) untuk mengelola penerapan hasil penelitian ini di lokasi DME. Program DME ini sebenarnya sejalan dengan konsep desa E 3i (Energy, Economy, Environment) yang diajukan oleh penulis tahun 2007 dalam seminar nasional dan pelatihan pemanfaatan sumber energy terbarukan setempat. Mesin pengering dengan tenaga surya yang di sampaikan dalam makalah ini menggunakan konveyor pneumatic karena dari hasil penelitian sebelumnya berhasil mengangkut bahan granular seperti gabah (Hosokawa, dkk, 1980, Bala,1997, Hanafi,2006). Makalah ini bertujuan untuk mengenalkan teknologi pengering energy surya hybrid yang diharapkan mampu memanfaatkan listrik PLTMH yang nantinya dapat diintegarsikan dengan mesin pengolahan lain dalam bentuk Unit Pengolahan Skala Kecil (UPSK, Kamaruddin 2007) untuk memacu terjadinya proses industrialisasi di DME /Desa E 3i II. Cara kerja pengering surya ICDC hibrid tipe resirkulasi Cara kerja sistem pengering surya ICDC hibrida tipe resirkulasi secara lengkap dapat diterangkan dengan menggunakan Gbr. 5. Mesin pengering ini mempunyai ukuran panjang 3 m, lebar 3 m dan tinggi total 3 m juga. Komponen utama terdiri atas kolektor yang juga berfungis sebagai ruang pengering (3), hopper (5), konveyor pneumatic (8), distributor (2), vortex (1) dan tungku biomassa (7). Bahan granular seperti gabah, jagung pipil, lada, kopi, kedele, dll. pertama-tama dimasukkan kedalam hopper (5) melalui pintu transparan (4).Pintu dibuat transpan dimaksudkan agar tenaga matahari dapat masuk kedalam hopper (5) sehingga akan terjadi

pemanasan/pengeringan pendahuluan dari gabah. Bagian bawah hopper (5) mengerucut dengan sudut dengan bidang datar >30 derajat dan bersambung dengan pipa konveyor pneumatik (8) dengan pipa (9), sehingga gabah dalam hopper akan jatuh secara gravitasi kedalam pipa konveyor (8).Udara panas dari tungku pemanas (7) disalurkan melalui pipa pemanas (6) masuk ke pipa konveyor (8) melalui pipa pemasok (10). Gabah akan terdorong dan terangkut melalui pipa konveyor (8) akibat dorongan kipas sentrifugal (11), Gabah akan terdistribusi dalam distributor (2) dan disebarkan secara merata kedalam kolektor surya-ruang pengering (KSP) (3). Gabah yang tersebar kedalam KSP ini akan jatuh secara gravitasi kedalam hopper (5) dan untuk seterusnya secara garavitasi masuh ke pipa konveyor melalui pipa (9) mengulangi siklus resirkulasi. Gambar 1. Diagram skematis pengering surya hibrida ICDC tipe resirkulasi Dalam KSP ini terjadi proses pengeringan dimana udara pengering masuk dari pintu (12) berbentuk segi empat yang akibat pemanasan oleh kolektor surya akan bergerak keatas disebabkan karena kerapatannya menjadi ringan disamping daya hisap dari vortex (1) yang terletak diatas distributor (2).Udara panas dari pipa pemanas (6) juga memasok udara panas kotak penukar panas yang terletak di bagian bawah KSP (3) untuk memasok panas saat cuaca buruk atau saat matahari tidak ada. Udara panas ini akan terbuang keluar dari cerobong dekat dibagian atas KSP (3)dibawah distributor. Sumber panas dapat dipasok dari tungku pemanas (7) dengan bahan bakar arang, limbah biomassa, batu bara, uap dari pembangkit panas bumi ataupun kompor minyak BBN ataupun LPG. Pada saat jatuh secara gravitasi pada ruang pengering ICDC (3) bahan akan menggelinding secara turbulen yang menyebabkan proses pengeringan menjadi merata. Uap air hasil pengeringan akan terbuang melalui bukaan sepanjang ruang pengering yang diberi kawat kasa (lihat Gbr 4) untuk menghindari jatuhnya bahan ke luar ruang. Setelah keluar dari ruang pengering bahan akan jatuh ke hopper untuk mengulangi siklus pengeringan. Begitu seterusnya sampai bahan menjadi kering sempurna. Sistem pengering surya seperti pada Gbr.3 ini merupakan desain baru dan letak keistimewaannya adalah bahwa sistem pengering ini mengintegrasikan fungsi kolektor surya sebagai pembangkit udara panas dengan ruang pengering

sehingga biaya konstruksi menjadi lebih murah. Selain itu proses pengeringan dapat berlangsung di tiga tempat dalam mesin pengeringan secara berurutan dimulai pada hopper, dilajutkan pada konveyor pneumatik, dan berakhir pada ruang pengering ICDC. Proses pengeringan berlangsung secara kontinyu serta mengalir secara turbulen dan teraduk merata sehingga akan mempercepat proses pengeringan dan menghasilkan kadar air akhir yang relatip homogen. Gambar 2. Potret dari mesin pengering hybrid ICDC tipe re-sirkulasi III. Percobaan 3.1. Besaran yang diukur dan instrumentasi Mesin pengering yang digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Gbr. 2 dan telah diterangkan sebelumnya mengenai cara kerjanya. Pada saat akan memulai percobaan semua sensor untuk mengukur suhu, RH,daya kipas, iradiasi surya,penurunan tekanan dipasang pada masing-masing lokasi yang tepat untuk menentukan: a) Energi pengeringan pada konveyor dan ruang pengering dengan memasang termokopel cc, pada masing-masing pintu masuk udara pengering pintu masuk dan pintu keluar pipa konveyor ruang pengering, yang kemudian masing-masing dihubungkan dengan termometer dijital merek Lutron tipe TM-903A dengan skala 0,1 0 C. b) Penurunan tekanan dua-fase, dengan memasang sensor berupa pipa kecil dikedua ujung pipa konveyor pneumatic, dan diantara belokan untuk kemudian di sambung dengan pipa plastic transparan dan dihubungkan dengan manometer pipa U alkohol. c) Pasokan energi dari radiasi surya menggunakan piranometer digital merek Tenmarr tipe TM-206 skala 1 W/m 2 d) RH udara luar (lingkungan) dan RH diatas hopper dengan mengukur bola basah dan bola kering dengan alat ukur merek Lutron tipe BG-UT-02P skala 1 %

e) Daya kipas dengan menggunakan Volt dan amper meter dengan merek Lutron tipe DW-6060 dengan skala 0,1 volt dan 0,1 ampere f) Perubahan kadar air dengan menggunakan moisture tester merek Crown tipe TA-5 dan perubahan massa gabah sebelum dan sesudah proses pengeringan dengan timbangan analog merek Henherr Tipe H5-K dengan skala 0,5 kg 3.2. Prosedur percobaan Gabah yang baru dipanen dengan kadar air awal 26%bb, didapatkan dari petani sejumlah 200 kg. Gabah kemudian sekaligus dimasukkan kedalam hopper melalui jendela transparen (4) yang diberi louver (celah udara masuk) yang juga berfungsi jalkan masuk sinar matahari dan udara luar agar diatas hopper dapat terjadi pemanasan dan pengeringan awal gabah. Jendela ini terletak pada kiri kanan, bagian samping mesin pengering (4) pada Gbr 2. Tungku kemudian dioperasikan sampai tercapai suhu udara yang dalam pipa tungku berada meningkat mencapai suhu dan RH yang sesuai untuk proses pengeringan pada kondisi gabah mengalir dalam kondisi mengalir. Suhu dan RH dipertahankan pada kondisi mantap (steady state). Setelah itu klep pipa penghubung hopper dan pipa konveyor pneumatik dibuka. Gabah akan jatuh secara gravitasi kedalam konveyor penumatik yang kemudian dihembuskan oleh kipas sentrifugal menuju distributor. Pada saat jatuh dan masuk kedalam pipa konveyor pneumatik gabah akan bercampur dengan udara panas dengan RH rendah yang dihembuskan dari tungku biomassa. Udara panas ini selain bertindak sebagai pengangkut (carrier) gabah juga memanaskan seluruh permukaan gabah yang mengalir secara turbulen sehingga terjadi perpindahan massa dan kalor yang intens. Akibatnya air yang terdapat dalam gabah akan ditingkatkan energinya sehingga dapat keluar dari dalam gabah dan terjadilah proses pengeringan tahap kedua. Uap yang terjadi dihembuskan kepintu keluar pipa konveyor pneumatic untuk dibuang keluar mesin pengering melalui vorteks (1) yang berada diatas distributor. Dari distributor gabah akan disebarkan secara merata ke seluruh permukaan ruang pengering-kolektor surya (KSP) dan jatuh secara gravitasi kembali kedalam hopper. Pada saat jatuh, gabah juga mengalir secara turbulen seperti yang terjadi dalam pipa konveyor pneumatic. Kondisi ini akan menyebabkan proses perpindahan massa dan kalor terjadi secara intens dan merata. Uap yang terjadi kemudian akan terhisap keatas melalui distributar dan vorteks sehingga akhirnya terbuang keluar mesin. Proses semacam ini berlangsung dalam beberapa siklus sampai kadar air gabah mencapai 14%bb. Percobaan tahap awal dilakukan dengan beban 200 kg gabah dilakukan dua tahap karena dimulai pada sore hari. Tahap pertama proses pengeringan berlangsung menurunkan kadar air dari 26% bb menjadi 19.6% bb.selama 4 jam 22 menit, kemudian diteruskan untuk mencapai kadar air akhir 14%bb selama 6 jam.

IWaktu 1 1001 IV. Hasil dan pembahasan 4.1. Data percobaan Gambar 3, 4, 5 dan 6 menunjukkan hasil percobaan pertama dengan beban 200 kg dan kadar air awal 26%, dengan kebutuha daya rata-rata 500W dan laju gabah 583.5kg/jam. Gbr 3 adalah perubahan iradisi surya, pada 4 jam 22 menit pertama dari percobaan pengeringan untuk mencapai kadar air akhir 19.6%. Pada kondisi tsb.iradiasi surya berfluktuasi anatara 50 W/m 2-700 W/m 2, dengan persentasi iradiasi dibawah 500 W/m 2 sangat tinggi yaitu mencapai 78.3 %. Gbr. 4 ditunjukkan perubahan suhu udara yang keluar dari tungku pemanas T stove, dan perubahan suhu ruang diatas hopper selama proses pengeringan. Suhu keluar tungku yang paling tinggi mencapai suhu 80 o C, tetapi kemudian menurun selama pengeringan pada tingkat suhu antara 50 o C 60 o C. Pada beberapa grafik berikut data percobaan sengaja disambung untuk dapat dengan mudah mengikuti kecenderungan perubahan dan bukan hasil pengukuran yang kontinyu. 80 60 40 20 0 Irad/10 (W/m2) (WIB) Gambar 3. Perubahan iradiasi surya selama percobaan pengeringan 4 jam dan 22 menit pertama dengan kadar air awal 26%bb. Terlihat pada Gbr. 3 kondisi cuaca saat percobaan pengeringan berada dalm kondisi mendung dan berfluktuasi sehingga masukan energi matahari berkurang. Walaupun demikian suhu udara pengeringan dapat dipertahankan tetap tinggi dengan dioperasikannya tungku biomassa. Hal ini terlihat lebih jelas lagi pada Gbr. 5, dimana suhu udara pengeringan pada pintu masuk dan keluar pipa konveyor dapat dipertahankan stabil pada suhu sekitar 40 o C-50 o C, walaupun pada awalnya mengalami fluktuasi. Perbedaan suhu pada pintu masuk keluar bervariasi antara 4.9 13.4 derajat Celcius.

1TWaktu (WIB) 1KWaktu-WIB 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Suhu udara keluar tungku- Tstove-oC Suhu ruang-tc (oc) Gambar 4. Perubahan suhu ruang dan suhu udara dari tungku pada 4 jam 22 menit percobaan pengeringan dengan kadar air awal 26%bb. 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Suhu Pipa masuk,tpi (oc) 1SWaktu (WIB) Gambar 5. Hasil percobaan 4 jam 22 menit pertama perubahan suhu udara masuk dan keluar dari pipa konveyor pneumatik. 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 Kadar air (%bb) Gambar 6. Hasil percobaan penurunan kadar air setelah berjalan 4 jam dan 22 menit.

WIBI Gambar 6, menunjukkan perubahan kadar air dari 26%bb menjadi 19.6% bb, yang berlangsung antara jam 11:10 16:10 WIB dengan waktu istirahat jam 30 menit antara jam 13:00-13:30. Karena itu total waktu pengeringan efektip tahap pertama adalah 4 jam 22 menit. Gbr. 7 dan 8, adalah hasil percobaan ke dua dengan kadar air awal 19.5%bb dan beban 192 kg. Pada Gbr.7, ditunjukkan perubahan iradiasi surya selama percobaan dan seperti pada percobaan sebelumnya berada pada kondisi mendung. Iradiasi surya pada saat percobaan tahap kedua ini berkisar diantara 50 W/m 2-700 W/m 2, dimana iradisasi >500 W/m 2 mendominasi dengan nisbah sebesar 78.9%. Gbr 7 dan 8, adalah hasil percobaan ke dua dengan kadar air awal 19.5%bb dan beban 192 kg. Pada Gbr.7, ditunjukkan perubahan iradiasi surya selama percobaan dan seperti pada percobaan sebelumnya berada pada kondisi mendung. Iradiasi surya pada saat percobaan tahap kedua ini berkisar diantara 50 W/m 2-700 W/m 2, dimana iradisasi >500 W/m 2 mendominasi dengan nisbah sebesar 78.9%. Dengan mengoperasikan tungku biomassa suhu udara dalam pipa keluar tungku biomassa sudah dapat menunjukkan kondisi yang lebih stabil pada suhu sekitar 65 o C, walaupun masih berfluktuasi, bervariasi, begitu juga dengan suhu ruang diatas hopper berada pada tingkat suhu yang relatip konstan pada kisaran 40 o C -50 o C. 1000 800 600 400 200 0 W/m2 Gambar 7. Perubahan iradiasi surya pada 4 jam pertama dari percobaan kedua dengan kadar air awal 19.5%bb, dan beban 192 kg. Gbr. 8, menunjukkan perubahan suhu pada pintu masuk dan keluar dari pipa konveyor yang bervariasi sekitar antara 51.1 53.8 o C pada pintu masuk dan antara 41.1-45.3 o C pada pintu keluar dengan perbedaan keduanya berkisar antara 6.2 10.3 derajat Celcius. Gbr 9 menunjukkan perubahan kebutuhan daya angkut konveyor pneumatik selama percobaan ke-2 hari pertama. Besarnya daya relatip konstan sebesar 500 W dan total konsumsi energi listrik selama 2 hari percobaan adalah 5.75 Wh.1

WIBT 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 pipe in pipe out Gambar 8. Perubahan suhu udara masuk dan keluar dari pipa konveyor pneumatik.. Gbr. 9 berikut menunjukkan perubahan kadar air dari kondisi awal 19.5% bb menjadi 14% basis basah serta perbandingannya dengan hasil perhitungan, dengan total lama pengeringan 7 jam. Dari jumlah siklus resirkulasi sebesar 20 siklus dapat dihitung lama pengeringan yaitu 20 (siklus) x 0.347 (jam/siklus) = 6.94 jam, sesuai dengan pengamatan. Dengan demikian total lama pengeringan untuk 200 kg dan 26%bb menjadi 11 jam 22 menit. Umumnya para petani memerlukan lebih dari satu hari untuk mendapatkan kadar air 14% bb. Selain itu petani biasanya menjemur gabah diatas hamparan yang relatip luas untuk beban yang sama dengan beban yang digunakan pada penelitian ini. 0,3 0,2 0,1 KJumlah 0 0 2 4 6 8 10 siklus 12 14 16 18 20 Data(%wb) Gambar 9. Perubahan kadar air pada pengeringan tahap kedua. 4.2. Energi spesifik Energi spesifik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk proses penguapan air dari bahan yang dikeringkan. Dari hasil percobaan dapat dihitung nilai energi spesifik berdasarkan energi listrik yang dipakai atau energi biomassa yang digunakan yang merupakan energi komersial. 1

Untuk nilai energi spesifik berdasarkan energi listrik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut. Es Pw t D ( X i X f / (1 W f ) W } ) (1) Dari data percobaan diketahui jumlah air yang diuapkan adalah 29.79 kg sedangkan jumlah energi listrik yang dikonsumsi adalah 5.75 kwh sehingga nilai energi spesifik menjadi Es = 0.193 kwh/kg air yang diuapkan (setara dengan 0.695 MJ/kg air yang diuapkan) dan bila diperhitungkan konsumsi energi tungku maka energi spesifik mesin pengering menjadi 5.806 kj/kg air yang diuapkan. 4.3. Kualitas hasil pengeringan Dari 100 sampel gabah hasil pengeringan telah terdeteksi hanya dua gabah yang retak atau masing-masing satu dari dua kumpulan 10 sampel atau setara dengan 2% retak. Pada sisa 80 sampel gabah lainnya ternyata tidak terdeteksi adanya beras retak. 5. Kesimpulan 1) Sebuah prototype mesin pengering hybrid bertenaga surya sudah berhasil diuji untuk mendapatkan unjuk kerjanya. 2) Pengeringan dengan beban 200 kg gabah, 26% bb. Memerlukan waktu 11,22 jam untuk mencapai kadar aiar akhir 14%bb dengan kebutuhan daya 500W untuk menggerakkan konveyor pneumatik (setara dengan energy 5,75 kwh). 3) Energi spesifik pengeringan adalah 0.193 kwh (0.695 MJ)/kg air yang diuapkan. Kepustakaan Akira Hosokawa, et.al,. 1980. Nosan Kikai Gaku.(Agricultural Process Engineering and Machinery) BunkoDo.Japan. Bala,B.K, 1997. Drying and storage of cereals, Oxford and IBH, Publishing Co.PVT, LTD. Hanafi, 2006. Skripsi, Jurusan Teknik Pertanian, Fateta, IPB Kamaruddin, 2007.Teknologi berbasis sumber energy terbarukan untuk pertanian.creata-ipb.