PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM PEMENUHAN HAM ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH)



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS

TENTANG PENANGANAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BAPAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN REGISTER PERKARA ANAK DAN ANAK KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

UU 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

PENANGANAN PERKARA ANAK PADA BAPAS JAKARTA-TIMUR. PUSANEV_BPHN. Oleh : Ida Rifdiah

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM

[ nama lembaga: Kementerian Hukum dan HAM RI ] 2012

PEDOMAN PERLAKUAN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) BAB I PENDAHULUAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN Jalan Veteran No. 11 Jakarta

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM PROSES PERADILAN ANAK DI KOTA JAYAPURA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOmor 11 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO. 11

LAPORAN PENELITIAN KESIAPAN PEMERINTAH DAN APARAT PENEGAK HUKUM DALAM MELAKSANAKAN UU NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN km2 dan secara astronomis terletak di antara Lintang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Lampung

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

-2- Anak secara terintegrasi, terpadu, dan holistik, perlu dilakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan yang dilakukan oleh Menteri dan Komisi. Oleh

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK ANAK DALAM LPKA DAN PROSES PEMBINAAN ANAK DALAM LPKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

Assalamu alaikum Wr.Wb.

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI) OLEH : PUTU ELVINA Komisioner KPAI

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

MENUNAIKAN HAK PELAYANAN KESEHATAN NAPI DAN TAHANAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

1. Hubungan Sistem Pemasyarakatan dengan Lembaga-Lembaga Penegak Hukum Lainnya dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

: PAS-HM : PKS LPSWX/2015

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Institute for Criminal Justice Reform

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

Model : Reg I.A REGISTER LITMAS DIVERSI REGISTER LITMAS DIVERSI PETUNJUK PENGISIAN

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

PERAN KPAI DALAM MELAKSANAKAN MONITORING DAN EVALUASI SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. Oleh : Apong Herlina Komisioner

TARGET KINERJA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2018

Model: Reg VIII.A REGISTER LITMAS PROSES PERADILAN REGISTER LITMAS PROSES PERADILAN PETUNJUK PENGISIAN

2017, No Kelola Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan An

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

SALINAN BABI Undang-Undang Nomor L l Tahun 2OL2 tentang Sistem. 1. Pasal 5 ayat (21 Undang-Undang Dasar Negara

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

Semoga dokumen ini memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

HJ. DS. DEWI., S.H., MH Wakil Ketua Pengadilan Negeri Cibinong

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pedoman Standar Registrasi Balai Pemasyarakatan (BAPAS) A. Latar Belakang

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM PEMENUHAN HAM ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) 16 APRIL 2015

VISI, MISI DAN TUSI KANWIL KEMENTERIAN. HUKUM & HAM JATENG VISI : Masyarakat memperoleh Kepastian Hukum MISI : Melindungi Hak Asasi Manusia Tugas : Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam wilayah Propinsi berdasarkan kebijakan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Fungsi : a. Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program, dan pengawasan; b.pembinaan di bidang hukum dan hak asasi manusia; c. Penegakan hukum di bidang pemasyarakatan, keimigrasian, administrasi hukum umum, dan hak kekayaan intelektual; d.perlindungan, pemajuan, pemenuhan, penegakan dan penghormatan HAM; e.pelayanan hukum; f. Pengembangan budaya hukum dan pemberian informasi hukum, penyuluhan hukum, dan diseminasi hak asasi manusia; g.pelaksaan kebijakan dan pembinaan teknis di bidang administrasi di lingkungan Kantor Wilayah

WILAYAH KERJA Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah mempunyai wilayah kerja seluas Propinsi Jawa Tengah, meliputi 67 satuan kerja / Unit Pelaksana Teknis yang tersebar di 35 kabupaten / kotadengan rincian : 1 Kantor Wilayah 1 Rudenim 6 Kanim 44 Lapas / Rutan 8 Rupbasan 6 Bapas 1 BHP

JUMLAH NAPI ANAK TAHUN 2014 45 44 40 35 30 25 20 15 10 5 4 4 6 1 1 1 12 3 12 2 3 5 1 5 1 9 5 1 4 1 7 15 5 0 TOTAL : 152 ORANG

JUMLAH TAHANAN ANAK TAHUN 2014 TOTAL : 45 ORANG 25 22 20 15 10 6 5 1 2 1 2 3 1 1 1 1 1 3 0

Data Anak Berdasarkan Jenis Tindak Pidana S.d. 27 Nopember 2014 LAPAS KELAS I Pencurian 16, Narkotika 2, Pengeroyokan 3, Perlindungan Anak SEMARANG 1, Pembunuhan 2, Pemerasan 3, Sajam 1 LAPAS KELAS II B BREBES UU No. 23 Th. 2002 LAPAS KELAS II B Pencurian 4, Perlindungan Anak 8, Pengeroyokan CILACAP 1, Penganiayaan 1 LAPAS KELAS II B KLATEN UU No. 23 Th. 2002 RUTAN KELAS II A PEKALONGAN Perlindungan Anak 5, Pencurian 4, Narkotika 1, Persetubuhan 1 RUTAN KELAS II B PURWODADI Psl. 363 KUHP RUTAN KELAS II B WONOGIRI Perlindungan Anak 6, Pencurian 7, Narkotika 1, Perkosaan 1

ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana (Pasal 1 UUSPPA)

HAK ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. (Ps.1UU SPPA) Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak Korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana. (Ps.1UU SPPA) Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak Saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri. (Ps.1UU SPPA)

HAK ANAK PELAKU 1. HAK ANAK UNTUK MEMPEROLEH PERLINDUNGAN KHUSUS (Pasal 59 UU 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak) 2. HAK ANAK DALAM PROSES PERADILAN (Pasal 40 Konvensi Hak Anak, Pasal 3 UU 11 tahun 2012 ) 3. HAK ANAK DALAM PENYIDIKAN (ps. 30, ps. 32, ps.33 UU No. 11 tahun 2012 ttg SPPA) 4. HAK KERAHASIAAN IDENTITAS (pasl 19 UU No. 11 tahun 2012 ttg SPPA) 5. HAK ANAK UNTUK MEMPEROLEH BANTUAN HUKUM (PSL 40 KHA, (PSL 3 UU SPPA), Pasal 54 DAN 55 KUHAP,Pasal 23 UU SPPA)

Lanjutan HAK ANAK PELAKU 6. HAK ANAK YANG DITAHAN (Pasal 84 UU 11/2012, Pasal 57, 58, DAN 59 KUHAP) 7. HAK ANAK DALAM PROSES PENUNTUTAN (ps. 42 UU 11/2012) 8. HAK ANAK DALAM PENJATUHAN PIDANA (psl 64 UU 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU 23 Tahun 2002, psl 3 UU 11/2012, Pasal 68 KUHAP) 9. HAK ANAK PIDANA( Pasal 4 UU SPPA, Pasal 85 UU SPPA)

HAK ANAK KORBAN DAN ANAK SAKSI DALAM PERADILAN PIDANA PENCEGAHAN KORBAN ANAK DARI TINDAK PIDANA (Pasal 58 UU 39/1999 TTG HAM ) HAK ABH atas PERLINDUNGAN KHUSUS (Pasal 59 DAN PS. 64 UU 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU 23 Tahun 2002,) HAK ANAK KORBAN UNTUK MEMPEROLEH REHABILITASI (Pasal 39 KHA, PASAL 64 UU 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU 23 Tahun 2002, Pasal 90 UU SPPA, Pasal 91 UU SPPA) HAK REHABILITASI KORBAN TPPO (Pasal 51 UU 21/2007 ttg PTPPO, Pasal 68 UU 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU 23 Tahun 2002, Pasal 10 UU 23/2004 ttg PKDRT) HAK BANTUAN HUKUM (Pasal 18 UU PA)

HAK ANAK KORBAN DAN ANAK SAKSI DALAM PERADILAN PIDANA, HAK DIRAHASIAKAN IDENTITAS (Pasal 64 UU PA, Pasal 19 UU SPPA, Pasal 10 UU 23/2004 ttg PKDRT, Pasal 61 UU SPPA) HAK TERHADAP JAMINAN KESELAMATAN (PASAL 64 UU PA, Pasal 90 UU SPPA) KHUSUS KORBAN TPPO (Pasal 44 21/2007 ttg PTPPO, PASAL 91 UU SPPA, Pasal 3, 4, 5 UU 13/2006 ttg PSK) PELINDUNGAN ANAK KORBAN DAN ANAK SAKSI DALAM SPPA (Pasal 89 UU SPPA)

PELINDUNGAN ANAK KORBAN DAN ANAK SAKSI DALAM SPPA HAK UNTUK DIDAMPINGI Pasal 89 UU SPPA Pasal 23 UU SPPA, Pasal 39 UU 21/2007 ttg PTPPO) HAK ATAS INFORMASI PERKARA (Pasal 64 UU PA, Pasal 90 UU SPPA, Pasal 36 UU 21/2007 ttg PTPPO)

HAK ANAK KORBAN DAN ANAK SAKSI DALAM PERSIDANGAN HAK DIPERIKSA TANPA ATRIBUT KEDINASAN (PASAL 22 UU SPPA, Pasal 38 UU 21/2007 ttg PTPPO) HAK DIPERIKSA DALAM SIDANG TERTUTUP Z9Pasal 39 UU 21/2007 ttg PTPPO) HAK DALAM MEMBERIKAN KESAKSIAN (Pasal 58 UU SPPA, Pasal 39 UU 21/2007 ttg PTPPO, Pasal 40 UU 21/2007 ttg PTPPO) HAK MEMBERIKAN PENDAPAT Pasal 12 KHA, Pasal 60 UU SPPA) HAK RESTITUSI (Pasal 48 UU 21/2007 ttg PTPPO, Pasal 49 UU 21/2007 ttg PTPPO, Pasal 50 UU 21/2007 ttg PTPPO)

RINGKASAN HAK ANAK SAKSI HAK MEMPEROLEH REHABILITASI HAK MEMPEROLEH PERLINDUNGAN SAKSI HAK DIRAHASIAKAN IDENTITAS HAK DIPERIKSA DALAM SIDANG TERTUTUP HAK DI DAMPINGI ORANG TUA/WALI DAN/ATAU PEKERJA SOSIAL HAK DIPERIKSA TANPA ATRIBUT KEDINASAN HAK MEMBERIKAN KESAKSIAN TANPA KEHADIRAN TERDAKWA ATAU DI LUAR RUANG SIDANG, MELALUI PEREKAMAN ATAU SECARA JARAK JAUH VIA AUDIOVISUAL HAK DIRAHASIAKAN IDENTITAS DALAM PUTUSAN

Tugas dan kewenangan kementerian Hukum dan Hak asasi Manusia Republik Indonesia dalam Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum 1. menetapkan kebijakan, program, dan kegiatan perlindungan dan pemenuhan hak anak yang berhadapan dengan hukum di lingkungan pemasyarakatan; 2. meningkatkan pelayanan litmas, pembimbingan, dan pengawasan serta pendampingan anak yang berhadapan dengan hukum; 3. menyiapkan Pembimbing Kemasyarakatan pada Balai Pemasyarakatan dan Petugas pemasyarakatan pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan yang mempunyai minat, kemampuan, perhatian, dan dedikasi dengan bersertifikasi di bidang anak; 4. meningkatkan pelayanan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, dan pengawasan serta pendampingan terhadap anak yang diputus dengan pidana pengawasan, pidana bersyarat, anak yang dikembalikan kepada orang tua, dan anak yang memerlukan bimbingan lanjutan (after care). 5. menyiapkan fasilitas dan prasarana bagi pembinaan, dan pembimbingan, perawatan anak;

Lanjutan Tugas dan kewenangan kementerian Hukum dan Hak asasi Manusia Republik Indonesia dalam Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum 6. menyiapkan ruang khusus bagi tahanan anak dan anak didik pemasyarakatan di Rumah Tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan; 7. menyediakan psikolog, tenaga pendidik, dan tenaga medis; 8. menyusun standar operasional prosedur Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum dengan pendekatan Keadilan Restoratif; 9. meningkatkan peran serta masyarakat; 10. membentuk Kelompok Kerja Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum; dan 11. melakukan sosialisasi internal.

Tugas Kemenkumham RI melaui Ditjen Pemasyarakatan Dalam Implementasi UU No. 11 Tahun 2012 Membangun kantor BAPAS di setiap Kab/Kota Memetakan kebutuhan Menyusun rencana wilayah yang akan dibangun kantor BAPAS Melakukan Rekrutmen PK Memetakan kebutuhan PK Melakukan Pelatihan PK Bekerjasama dengan BPSDM untuk pelatihan PK Menyusun modul pelatihan Memanfaatkan e-learning untuk akselerasi Memberikan sarana penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi PK seperti laptop bagi setiap PK

Lanjutan Tugas Kemenkumham RI melalui Ditjen Pemasyarakatan Dalam Implementasi UU No. 11 Tahun 2012 Perubahan LP Anak menjadi LPKA Membuat blue print LPKA Menyusun rencana perubahan LP menjadi LPKA Melakukan pelatihan tentang UU SPPA Menyiapkan blue print Lembaga Penempatan Anak Sementara (ex Rutan), bekerjasama dengan Kementerian Sosial, Dinas Sosial dan Organisasi lain

Kegiatan yang telah dilakukan Kemenkumham Penyusunan Modul dengan melibatkan perwakilan dari semua lembaga terkait: Polri, Kejaksaan, Mahkamah Agung, KemensosKPPPA dan Advokat Pelatihan terintegrasi dengan mengundang semua stakeholder terkait (3 angkatan dengan dana dari Unicef &AIPJ) dari 10 Provinsi termasuk dari Kanwil Kekenkumham Jateng. Menyusun RPP dan R Perpres Melakukan pelatihan PK secara online Penyusunan SOP

Kegiatan yang telah dilakukan Kemenkumham Membentuk 150 Pos BAPAS seluruh Indonesia. Dipropinsi Jawa Tengah Terdapat 15 Pos Bapas Persiapan pembangunan Kantor BAPAS Baru di Klaten Jawa Tengah Mendorong UPT Pemasyarakatan Untuk menjalin kerjasama dengan pihak Ke-3 dalam rangka pelayanan terhadap ABH, seperti Panti Rehabilitasi, Pondok pesantren, Lembaga Bantuan Hukum, LSM anak, Perguruan tinggi dan lembaga sosial peduli anak lainnya. Menyelenggarakan Mahkumjakpol di tingkat pusat dan Dilkumjakpol di Daerah/Propinsi Pelayanan hukum, Pengembangan budaya hukum dan pemberian informasi hukum, penyuluhan hukum, dan diseminasi hak asasi manusia terutama tentang Hak ABH baik di internal kementerian seperti di Lapas dan Rutan maupun di beberapa instansi yang terkait.

SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO.11 JAKARTA PUSAT PROSES BISNIS PEMASYARAKATAN DALAM INTEGRATED CRIMINAL JUSTICE SYSTEM BALAI PEMASYARAKATAN PROSES PRA ADJUDIKASI, ADJUDIKASI DAN POS-ADJUDIKASI POLISI JAKSA HAKIM PEMASYARAKATAN A. BAPAS Registrasi Penggalian data dan informasi Litmas (mencakup data dan informasi hasil profilling dan assesment) Pendampingan, Pembimbingan dan Pengawasan B. RUTAN,LPAS Registrasi Klasifikasi dan penempatan Pelayanan dan perawatan C. RUPBASAN Registrasi Klasifikasi dan penempatan Pemeliharaan T P P PEMBINAAN TAHAP AWAL 0 1/3 1.Registrasi 2.Pengenalan lingkungan 3.Pengamatan 4.Penggalian data dan informasi 5.Litmas (mencakup hasil profilling dan assesment) 6.Klasifikasi dan penempatan 7.Sidang TPP untuk menentukan Rencana pembinaan dan pembimbingan 8.Pembinaan kepribadian dan kemandirian 9.Evaluasi program melalui TPP T P P TAHAP LANJUTAN I 1/3 1/2 MP 1.Penilaian Kemasyarakatan lanjutan (profiling dan assesment); 2.Klasifikasi dan penempatan berdasarkan hasil penilaian lanjuta 3. Melanjutkan dan Meningkatkan program pembinaan (kepribadian dan kemandirian) 3.Evaluasi program melalui TPP TAHAP LANJUTAN II 1/2 2/3 MP 1.Penilaian Kemasyarakatan lanjutan (profiling dan assesment); 2.Klasifikasi dan penempatan berdasarkan hasil penilaian lanjuta 3. Melanjutkan dan Meningkatkan program pembinaan (kepribadian dan kemandirian) 3.Evaluasi program melalui TPP TAHAP AKHIR 2/3 MP REINTEGRASI 1.Penilaian Kemasyarakatan lanjutan (profiling dan assesment); 2.Klasifikasi dan penempatan berdasarkan hasil penilaian lanjuta 3. Melanjutkan dan Meningkatkan program pembinaan (kepribadian dan kemandirian) 3.Evaluasi program melalui TPP MAKSIMUM SECURITY MEDIUM SECURITY MINIMUM SECURITY T P P T P P TUJUAN PEMASYARA KATAN RE- INTEGRASI SOSIAL PEMULIHAN HIDUP KEHIDUPAN DAN PENGHIDUP AN

PERAN PEMASYARAKATAN (BAPAS) BERDASARKAN AMANAT SPPA a. Pra Ajudikasi Melaksanakan Penelitian Kemasyarakatan PK wajib memberikan bantuan hukum dan melakukan mediasi disetiap tingkat pemeriksaan (kepolisian/kejaksaan) dengan disertai penelitian kemasyarakatan ( pasal 23 ayat (1), pasal 27 ayat (1), pasal 28 UU No. 11 Tahun 2012) PK melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan selama proses diversi sampai dengan kesepakatan diversi dilaksanakan Monitoring dan Evaluasi (pasal 14 UU No. 11 Tahun 2012) b. Ajudikasi Mediasi dan pendampingan anak pada Sidang Pengadilan Anak, serta monitoring dan evaluasi. (UU No.11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak Pasal 55, 56,57 dan 58 )

Lanjutan... c. Post Ajudikasi. - Melaksanakan penelitian kemasyarakatan untuk penentuan program pembinaan narapidana didalam dan diluar Lapas. (Litmas pembinaan dalam, Asimilasi, dan Integrasi) - Melakukan Asessment (PK sebagai Asesor) - Melakukan pengawasan dan pembimbingan klien Pemasyarakatan. (kerjasama bapas dengan polisi dan kejaksaan) - Melakukan pendampingan, pembimbingan, pengawasan dalam rangka bimbingan lanjut ( After Care )

REKOMENDASI 1. Meningkatkan upaya bersama berbagai pihak untuk terwujudnya persamaan persepsi diantara jejaring kerja dalam Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum; 2. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam upaya menjamin perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum; dan 3. Meningkatkan efektivitas Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum secara sistematis, komprehensif, berkesinambungan, dan terpadu. 4. Meningkatkan Perlindungan, pemajuan, pemenuhan, penegakan dan penghormatan HAM ABH dalam berbagai tingkatan, yakni penanganan di tingkat penyidikan, penuntutan, pemeriksaan pengadilan, pembimbingan, pendampingan, pelayanan, dan pembinaan pemasyarakatan serta penanganan selanjutnya setelah putusan pengadilan.