PERILAKU YANG DAPAT MERUSAK KEBAHAGIAAN RUMAH TANGGA Oleh : Drs. Sahidin ( Kepala KUA Semendawai Suku III ) Tidak ada satu orang pun yang membangun rumah tangga harus hancur ditengah perjalanan, atau rumah tangganya utuh tetapi tiap hari terjadi perselisihan yang tiada berujung, rumah tangganya bagaikan neraka yang tiada kunjung padam, padahal hanya halhal kecil penyebabnya yang sebenarnya jika semua pihak mengemukakan dan menanggapinya penuh dengan kearipan justru akan menghasilkan sesuatu yang sangat positip dalam rumah tangganya, bukannya perseteruan yang dapat merusak kebahagiaan dalam berumah tangga. Dalam Majalah Perkawinan dan Keluarga Edisi Nomor 324 / 1999, menuturkan ada 6 perilaku yang seringkali menjadi kebiasaan yang salah yang dapat merusak kebahagiaan berumah tangga yang sering dilakukan oleh pasangan suami isteri, yaitu : Keterbukaan yang salah, harapan yang terlalu tinggi, menganggap hubungan intim satu-satunya kenikmatan, Memkai Cermin Tetangga, Tidak berpikir dan bersikap realistis, serta seks satu-satunya perekat rumah tangga. 1. Keterbukaan yang salah Hampir setiap anak manusia mengharapkan pasangan dalam pernikahannya dapat jujur dan terbuka dalam membina rumah tangganya, itu tidak salah, akan tetapi menjadi kurang tepat bila salah dalam penerapannya. Seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, jika beliau SAW tidak suka dengan masakan isterinya beliau tidak pernah mencaci dan mengumpat, cukup beliau makan alakadarnya, sebagai wujud penghargaan beliau SAW kepada isterinya yang sudah susah payah memasak, sehingga isteri beliau merasa bersalah dan mencicipi makanannya dan pada akhirnya minta maap kepada Nabi Muhammad SAW ata smasakannya. Demikian juga seorang suami atau isteri ketika sedang belanja atau berjalan tiba-tiba ketemu mantan pacarnya secara tidak sengaja, dan bertegur sapa alakadarnya, kalau hal itu disampaikan kepada suami atau isteri dirumah dalam keadaan situasi dan kondisi yang tidak tepat bisa menimbulkan interpretasi yang negative, bahkan bisa dianggapnya sengaja bahkan yang lebih parah lagi bisa dianggap sering dilakukan padahal baru sekali dan itu pun tidak disengaja.
2. Harapan yang terlalu tinggi. Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita tentang cara pandang kita dalam masalah duniawi seyogyanya melihat kepada orang-orang yang ststus sosialnya di bawah kita, tetapi dalam masalah ukhrowi kita harus melihat pada orang-orang yang shalihnya di di atas kita. Ini bukan berarti kita di dunia harus hilang harapan, justeru kita diajarkan untuk mempunyai harapan, asa dan cita yang tinggi, tetapi semua itu harus didukung dengan kemampuan yang kita niliki, kita harus menyiapkannya dengan management yang baik, jangan serampangan. Karena mewujudkan harapan bukannya hal yang gampang. Oleh karena itu dalam rumah tangga suami dan isteri harus dapat saling mengisi kekurangan, saling mengasihi dan menyayangi, saling menghormati, saling mensyukuri atas kesuksesan yang diraih oleh pasangannya, dan sabar atas kegagalan dan jangan menuntut terus jika tidak ingin mendapatkan kekecewaan yang lebih besar. 3. Hubngan intim bukan satu-satunya kenikmatan. Pengetahuan tentang seksual sekarang berkembang sedemikian luasnya. Menggiring orang memiliki sikap hidup yang menggeser nilai-nilai sosial budaya sehingga menganggap hubungan intim sebagai suatu sarana mencari kesenangan semata, seks menjadi suatu kenikmatan. Islam mengajarkan, bahwa hubungan seksual yang dilakukan oleh suami isteri bukan sekedar mencari kenikmatan semata, tetapi itu adalah merupakan suatu bentuk ibadah, makanya dalam Islam diajarkan dalam melakukan nya harus memakai etika, diawali dengan do a, dan harus saling memuaskan, tidak boleh ketrika suami sudah mendapatkan kenikmatan membiarkan isteri begitu saja. Dan Nabi Muhammad SAW, mencontohkan kepada kita bagaimana cara meraih kenikmatan dan kebahagiaan bukan hanya dengan hubungan seksual saja, tetapi dalam berbagai aspek hubungan berumah tangga, mulai cara memanggil isteri, Nabi Muhammad memanggil Siti Aisyah dengan Humaira yang artinya Yang cantik jelita yang pipinya kemerah-merahan, ini merupakan sanjungan dan kenikmatan bagi Siti Aisyah juga Nabi Muhammad SAW, dan Nabi Muhammad sering Mandi bersama dengan isterinya dan berebut air sambil senda gurau, ini pun bentuk contoh penciptaan kebahagiaan dan kenikmatan dalam berumah tangga. 4. Jangan Pakai Cermin Tetangga
Secara naluri setiap orang pasti ingin diakui statusnya ditengah-tengah masyarakat, demikian juga dalam rumah tangga. Tetapi jangan lupa belum tentu pakaian yang dipakai oleh orang lain cocok di pakai oleh kita, kita tetap harus memakai pakaian yang sesuai dengan ukuran pakaian kita, biar tidak kebesaran atau kekecilan, walaupun dasar kain, warna kain dan tukang jahitnya sama antara kita dengan tetangga. 5. Berpikir dan bersikap realistis Masa-masa indah ketika baru menikah, harus disikapi secara realistik, jangan sampai bangunan rumah tangga yang dibangun dengan segala daya upaya dan jerih payah, selangkah demi selangkah, jangan sampai rusak karena kesibukan kerja, karena hadirnya anak cucu yang justeru seharusnya menjadi perekat dan penguat cinta dan tali kasih. Baginda Rasul Muhammad SAW, walaupun sudah ada anak dan cucu bahkan menantu, serta sibuk dengan tugas ke Rasulan, yang juga sebagai Pimpinan Negara sekaligus Panglima Perang, tetapi keharmonisan, keromantisan dan keindahan pernikahannya tetap terjaga dan terpelihara, sehingga beliau sanggup bersabda : Rumahku adalah surgaku. 6. Seks bukan satu-satunya. Pasangan suami dan isteri seringkali merasakan nikmatnya hubungan seksual, dengan berbagai gaya dan teknik yang dikuasainya, namun demikian rumah tangga ditegakan bukan hanya diatas pondasi seks saja, banyak sendi-sendi lain yang perlu ditegakan dalam memelihara dan merawat bangunan mahligai rumah tangga. Jadi jangan sampai beranggapan hubungan seksual satu-satunya pilar penegak rumah tangga.