BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainya. Kemudian menurut Undang-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi usaha diperlukan modal, modal bisa diperoleh salah

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa-jasa dari bank tersebut. Disamping itu juga tergantung pada. perbankan sangat identik dengan instrumen bunga.

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Substansi dari jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. diakui eksistensinya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan pinjam-meminjam. Kegiatan pinjam-meminjam terdapat produk yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar sangat strategis dalam pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi nasional

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem sosial. Sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HILMAN FAJRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran bank selaku pelayan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainya. Kemudian menurut Undang- Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf rakyat banyak. Bank Syari ah di Indonesia untuk pertama kali didirikan berdasarkan hasil kerja tim yang terdiri dari unsur perbankan, MUI, dan kementrian keuangan yang selanjutnya bank tersebut diberi nama PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendiriannya ditanda tangani tanggal 1 November 1991, Bank ini ternyata berkembang cukup pesat sehingga BMI sudah memiliki puluhan cabang yang tersebar di berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, dan kota lainnya. Perkembangan selanjutnya dengan telah didirikannya BMI maka bermunculan Bank Syariah lainnya diantaranya, BSM, BJBS, BRI Syariah, BNI Syariah, BPR Syariah, dan lain-lain. Bank Syari ah mempunyai berbagai macam produk yang dapat dipergunakan oleh setiap nasabah, seperti halnya produk penghimpun dana, penyaluran dana dan jasa. Seperti contohnya nasabah yang ingin melakukan 1

2 pembiayaan untuk usaha. Dalam memenuhi usaha diperlukan modal. Modal bisa diperoleh salah satunya, melalui pembiayaan dari lembaga keuangan seperti bank. Untuk memperoleh dana pembiayaan nasabah harus mengajukan ke Bank dengan mematuhi aturan yang berlaku. Setiap lembaga keuangan khususnya Bank mempunyai berbagai macam produk seperti dalam bentuk pembiayaan hal ini seperti dalam Fatwa Dewan Syari ah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah. 1 Dalam Fatwa tersebut dijelaskan bahwa dalam akad murabahah, Jaminan dalam murabahah dibolehkan agar nasabah serius dengan pesanannya. Salah satu ketentuan dalam pembiayaan (kredit/konvensional) adalah jaminan fidusia. Istilah fidusia berasal dari bahasa Belanda, yaitu fiducie, sedangkan dalam bahasa inggris di sebut fiduciary transfer of ownership, yang artinya kepercayaan di dalam berbagai literatur, fidusia lazim di sebut dengan istilah fiduciare Eigendom Overdracht (FEO), yaitu penyerahan hak milik berdasarkan atas kepercayaan. Di dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia dijumpai pengertian fidusia. Adalah: pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya yang diadakannya tersebut tetap dalam penguasaan pemillik benda itu. Menurut A Hamzah dan Senjun Manulang, fidusia adalah: Suatu cara pengoperan hak milik dari pemiliknya (debitur), berdasarkan adanya perjanjian pokok (perjanjian utang piutang) kepada kreditur akan tetapi yang diserahkan, 1 Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah

3 hanya haknya saja secara yuridise-levering dan hanya dimiliki oleh kreditur secara kepercayaan saja (sebagai jaminan utang debitur), sedangkan barangnya tetap dikuasai oleh debitur. 2 Menurut Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jaminan fidusia adalah Hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam Undangundang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya. Jaminan atau agunan ini timbul dikarenakan adanya perjanjian pembiayaan antara nasabah dan bank. Dalam perjanjian ini timbul kewajiban bagi nasabah untuk mengembalikan dana yang dipinjamnya, tetapi dalam pengembaliannya dana yang dipinjam itu sering kali terjadi permasalahan, salah satunya adalah nasabah lalai dalam mengembalikan dana tersebut, sehingga dibutuhkan jaminan guna memastikan pengembalian dana bank, sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata, yang menyatakan: Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. Lembaga jaminan fidusia merupakan salah satu lembaga jaminan yang dianggap menguntungkan, karena benda bergerak yang menjadi objek jaminannya tetap dapat digunakan untuk kegiatan debitor (nasabah). Objek jaminan fidusia tidak hanya benda bergerak saja tetapi juga benda tidak bergerak. Oleh karena itu 2 A Hamzah dan Senjun Manulang, Hukum Jaminan (Jakarta: Rineka Cipta 1987), hlm 167

4 lembaga jaminan fidusia lahir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan dana dengan cara pembiayaan (kredit). Dalam ranah hukum Islam pemanfaatan objek gadai (ar-rahn) itu diperselisihkan. Ulama Mazhab Maliki berpendapat bahwa pemilik barang tidak boleh memanfaatkan al-marhun, baik diizinkan oleh al-murtahin maupun tidak. Karena, barang tersebut berstatus sebagai jaminan utang, tidak lagi hak pemilik secara penuh. Sementara Mazhab Hanafi berpendapat bahwa apabila pemilik barang mengizinkan pemegang agunan memanfaatkan barang tersebut maka diperbolehkan karena dengan adanya izin tersebut, maka tidak ada halangan bagi pemegang agunan untuk memanfaatkan barang itu. 3 Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harum Hikmah Nugraha Kantor Pusat Leles Garut, Jaminan atau agunan digunakan untuk keperluan jasa pembiayaan dalam hal ini untuk objek jaminan. Menurut ketentuan aturan Islam, barang yang dijadikan jaminan itu harus disimpan di Bank atau disebut dengan rahn. Hal ini dapat menghambat usaha yang dilakukan oleh pengguna dana, maka Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harum Hikmah Nugraha Kantor Pusat Leles Garut pada pembiayaannya menggunakan lembaga jaminan fidusia. Pengaturan pengguna lembaga jaminan fidusia dalam pembiayaan pada Bank Syariah tidak diatur dalam ketentuan Syariah. Hal ini menimbulkan permasalahan, karena penerapan lembaga jaminan fidusia berdasarkan hukum positif Indonesia sedangkan setiap kegiatan perbankan Syariah harus berdasarkan ketentuan Syariah. 3 Sutan Remy Sjahdeini, 2007 Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia,(Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.2007), hlm 85-86

5 Pada dasarnya suatu jaminan itu tidak boleh dimanfaatkan oleh kedua belah pihak, tetapi kenyataan yang ada di lapangan jaminan tersebut masih bisa dimanfaatkan oleh nasabah. Dengan demikian aplikasi yang terdapat dalam Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harum Hikmah Nugraha Kantor Pusat Leles Garut tersebut belum sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam syariat Islam karena jaminannya masih bias di manfaatkan oleh Nasabah dan seharusnya di simpan di Bank. Mengingat setiap transaksi yang dilakukan dalam perbankan dibuat dengan akta perjanjian dimana penggunaan akta perjanjian pada pembiayaan dan pemberian jaminan fidusia pada Bank Syariah tidak diatur secara jelas. Maka bentuk pembiayaan yang menggunakan lembaga jaminan fidusia di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harum Hikmah Nugraha Kantor Pusat Leles Garut adalah pembiayaan murabahah (pembiayaan dengan prinsip jual beli). Jaminan Fidusia semakna dengan istilah kafalah tetapi dari sisi objek yang dijaminkan semakna dengan gadai (al-rahn). Dalam fidusia objek berada di tangan rahin dan dapat dimanfaatkan olehnya. Dalam Hukum Islam memanfaakan objek gadai ada dua pendapat; Menurut Mazhab Maliki rahin tidak dapat memanfaatkan barang gadai, tetapi dalam Mazhab Hanafi rahin diperbolehkan memanfaatkannya. B Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Pembiayaan murabahah merupakan transaksi jual beli dengan memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang didapat oleh penjual kepada pembeli. Pada praktiknya, pihak bank meminta adanya jaminan pada pembiayaan

6 murabahah, Jaminan tersebut dibolehkan menurut fatwa DSN No.4/DSN- MUI/IV/2000 tentang murabahah, yang menyatakan bahwa boleh diadakannya suatu jaminan, agar nasabah tersebut serius terhadap pesanannya. Salah satunya jaminan fidusia. yaitu hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Sementara pemanfaatan objek jaminan fidusia dalam Islam diperselisihkan. Dari bentuk pertanyaan maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan jaminan fidusia dalam pembiayaan murabahah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harum Hikmah Nugraha Kantor Pusat Leles Garut? 2. Bagaimana tinjauan Hukum Ekonomi Syariah tentang Pemanfaatan objek Jaminan Fidusia di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harum Hikmah Nugraha Kantor Pusat Leles Garut? C Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pelaksanaan jaminan fidusia dalam pembiayaan murabahah di Bank Perserikatan Rakyat Syariah Harum Hikmah Nugraha Kantor Pusat Leles Garut. 2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Ekonomi Syariah tentang Pemanfaatan objek Jaminan Fidusia di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harum Hikmah Nugraha Kantor Pusat Leles Garut?

7 D Kegunaan penelitian Adapun kegunaan sesuai dengan Rumusan Masalah di atas adalah: 1. Bagi penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan, terutama yang terkait dengan masalah dalam penulisan skripsi dan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan. 2. Bagi pembaca, diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan penambah wawasan terutama bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui mengenai perbankan syariah terutama dari segi pembiayaannya. 3. Bagi dunia pendidikan, sebagai masukan yang membangun khususnya di lingkup Fakultas Syariah dan Hukum UIN Bandung, penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya yang ingin meneliti lebih jauh tentang pelaksanaan jaminan fidusia dalam pembiayaan murabahah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harum Hikmah Nugraha Kantor pusat Leles Garut. E Studi Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan jaminan fidusia telah dibahas dan ditulis dalam karya ilmiah sebelumnya, tidak ada pengulangan permasalahan yang sama. Berikut ini membahas tentang jaminan fidusia dan perbedaannya dengan penelitian ini. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah Rahmawati dengan judul Keberadaan Jaminan Fidusia sebagai Upaya Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di Bank Syariah. Skripsi Universitas Airlangga pada

8 tahun 2006, Hasil penelitiannya sebagai berikut: Bahwa apabila nasabah yang wanprestasi mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan seluruh kewajiban, maka bank syariah terlebih dahulu akan melakukan wawancara dengan nasabah mengenai musibah apa yang menimpanya. Lalu Bank Syariah akan melakukan Reschedule atau restruktur hutang si nasabah dengan melihat kondisi ekonominya pada pembiayaan murabahah pemberian keringanan yang lain adalah Muqasah. Muqasah dalam praktek Perbankan Syariah dikenal dengan istilah pemberian keringanan atau discount atau rabat yang dikenakan terhadap margin keuntungan bank atas Transaksi jual-beli antara bank dengan nasabah. Eksekusi jaminan langsung dilakukan terhadap nasabah apabila nasabah tersebut tidak mempunyai I tikad melunasi seluruh kewajibannya sdangkan antara nasabah yang beritikad baik, eksekusi jaminan dilakukan apabila segala upaya penyelamatan pembiayaan telah dilakukan tetapi tidak berhasil. Upaya penyelesaian secara litigasi umumnya jarang ditempuh oleh Bank sebab selain Bank dapat mengeluarkan biaya besar untuk pengadilan, Bank lebih mengutamakan jalan musyawarah. 4 Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Rina Herdiana dengan judul Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah terhadap Jaminan Fidusia dengan Akta Notaris pada pembiayaan Mudharabah di Bank Jabar Banten Syariah Kantor Cabang Pembantu Banjar. Skripsi Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2017, Hasil penelitiannya sebagai berikut: menjelaskan tentang adanya perjanjian tambahan yang dilakukan antara nasabah dengan BJBS yaitu perjanjian pengikatan jaminan yang diikat dalam sebuah Akta Jaminan Fidusia. Di 4 Fitriyah Rahmawati, Keberadaan Jaminan Fidusia sebagai upaya penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di Bank Syariah, Tugas Akhir S1, Universitas Airlangga, 2006.

9 dalam tulisan ini juga menjelaskan tentang kebolehan adanya jaminan dalam Pembiayaan Mudharabah. 5 Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Lia Mutiarasani dengan judul Perjanjian Jaminan Fidusia terhadap Parate Eksekusi dan Perlindungan Hukum bagi Kreditur pada Akad Murabahah dalam Pembiayaan Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Tunas Artha Mandiri Kantor Cabang Sumedang. Skripsi Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung (2018), Hasil penelitiannya sebagai berikut: Bahwa terhambatnya pelaksanaan eksekusi Jaminan Fidusia dilatar belakangi oleh lemahnya kekuatan hukum dari pihak lembaga dan adanya keterlibatan pihak ketiga sebagai sekutu Anggota. Analisis perjanjian Jaminan Fidusia menunjukan bahwa adanya klausul akad yang perlu diperbaiki dan dibebani untuk meminimalisir faktor penghambat pelaksanaan sita Jaminan Fidusia. Perbedaan yang menonjol antara skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis ini, adalah jika dalam skripsi ini mengkaji terhadap parate eksekusi dan factor penghambat terjadinya sita jaminan fidusia pada KSPPS TAM Syariah Cabang Sumedang. Sedangkan dalam penelitiaan yang dilakukan oleh penulis mengenai Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah mengenai pemanfaatan Jaminan Fidusia pada Pembiayaan Murabahah di Kantor Pusat leles Garut. 6 5 Rina Herdiana, Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah terhadap Jaminan Fidusia dengan Akta Notaris pada Pembiayaan Mudharabah di Bank Jabar Banten Syariah Kantor Cabang Pembantu Banjar, Tugas Akhir S1, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2017. 6 Lia Mutiarasani, Perjanjian Jaminan Fidusia terhadap Parate Eksekusi dan Perlindungan Hukum bagi Kreditur pada Akad Murabahah dalam Pembiayaan Uaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Tunas Artha Mandiri Kantor Cabang Sumedang, Tugas Akhir S1, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2018

10 Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Edwin Timothy (2008) dengan judul Eksekusi Objek Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Kredit: Studi pada Bank Perkrditan Rakyat Danagung Bhakti Yogyakarta. Tesis Universitas Diponegoro tahun (2008), Hasil penelitiannya sebagai berikut: upaya yang dilakukan Pt Bpr Danagung Bhakti Yogyakarta dalam menangani kredit bermaslah dan kredit macet ialah dengan cara melakukan restrukturisasi kredit. Restrukturisasi kredit yang dilakukan sesuai peraturan Bank Indonesia nomor 08/19PBI/2006, yaitu dengan cara: penjadwalan kembali yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah debitur. Persyaratan kembali yaitu perubahan sebagai atau seluruh persyaratan kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran. Jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut waktu perubahan maksimum plapon kredit. Penataan kembali perubahan persyaratan kredit yang menyangkut penambahan fasilitas kredit dan konversi seluruh atau sebagai tunggakan angsuran Bunga menjadi pokok kredit baru yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan atau persyaratan kembali. Pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia yang dilakukan PT.BPR Danagung Bhakti Yoyakarta dalam rangka menyelesaikan kredit bermasalah dan kredit macet ialah dengan melakukan eksekusi secara non-litigasi, yaitu dengan prinsip kekeluargaan antara bank dan nasabah debitor. Eksekusi dilakukan tanpa adanya paksaan, nasabah debitur memberikan objek jaminan fidusia dengan sukarela, sehingga penjualan objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cepat, tidak mengeluarkan biaya yang besar dan menguntungkan kedua belah pihak. Namun dalam hal nasabah debitur beritikad buruk maka pelaksanaan eksekusi

11 dilakukan secara litigasi. Dengan melibatkan pihak lain yaitu: pengadilan, aparat penegak Hukum dan balai lelang menjual objek jaminan fidusia secara lelang. Sehingga penjualan objek fidusia membutuhkan cukup lama dan merugikan kedua belah pihak. Perbedaan yang menonjol antara tesis ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai jika dalam skripsi ini membahas tentang eksekusi jaminan fidusianya sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis membahas tentang tinjauan Hukum Ekonomi Syariah mengenai pemanfaatan objek jaminan fidusia. 7 Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Martha Eri Safira dengan judul Analisis Perjanjian Jaminan Fidusia terhadap Parate Eksekusi dan Perlindungan Hukumnya bagi Kreditur. Skripsi di STAIN Ponogoro tahun (2014), Hasil penelitiannya sebagai berikut: menunjukkan bahwa dari 5 BMT dan BPR syariah yang dijadikan obyek penelitian hanya satu yang sudah mencantumkan perjanjian pokoknya (perjanjian hutang pihutang). Dengan sistem Fidusia, dan telah bekerjasama dengan salah satu notaris dalam pembuatan akta jaminan fidusia. Hal ini menunjukan bahwa banyak manajemen dari BMT dan BPR syariah kabupaten ponorogo belum mengetahui tentang sistem penjaminan fidusia dana dan fungsinya serta bagaimana cara mengurusnya. BMT dan BPR syariah apabila memiliki perjanjian pembiayaan atau murabahah dengan penjanjian fidusia, maka berhak mengekeskusi benda jaminan, apabila dibeturin wanprestasi. Parate executie, berdasarkan sertifikat jaminan fidusia (akta jaminan fidusia), kerjasama dengan notaris, maka pelaksanaan parate executie lebih cepat 7 Edwin Timothy, Eksekusi Objek Jaminan Fidusia dalam Perjanjian kredit: Studi pada Bank Perkreditan Rakyat Danagung Bhakti Yogyakarta, Tesis, Universitas Diponegoro, 2008

12 waktunya karena tidak melalui fiat pengadilan, sehingga biaya lebih murah dan prosesnya lebih sederhana. Perbedaan yang menonjol antara skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu pada studi kasus penelitian dan penggunaan alat analisisnya, dan dalam skripsi ini membahas mengenai 5 BMT dan BPR sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis hanya membahas 1 BPR saja. 8 Tabel 1.1 Studi Terdahulu Persamaan dan perbedaan No Nama Judul Persamaan Perbedaan 1 Firiyah Keberadaan Jaminan Sama-sama Dimana penulis Rahmawati Fidusia sebagai upaya meneliti tentang membahas mengenai penyelesaian Jaminan Fidusia tinjauan berdasarkan Pembiayaan dan akad Hukum Ekonomi Murabahah Murabahah Syariah bermasalah di Bank Syariah 2 Rina Tinjauan Hukum Sama-sama Dimana penulis Herdiana Ekonomi Syariah meneliti tentang membahas mengenai terhadap Jaminan Jaminan Fidusia tinjauan berdasarkan Fidusia dengan Akta Hukum Ekonomi Notaris pada Syariah Pembiayaan Mudharabah di Bank Jabar Banten Syariah Kantor Cabang Pembantu Banjar 3 Lia Perjanjian Jaminan Sama-sama Dimana penulis Mutiarasani Fidusia terhadap meneliti tentang meneliti tentang 8 Martha Eri Safira, Analisis Perjanjian Jaminan Fidusia terhadap Parate Eksekusi dan Perlindungan Hukumnya bagi Kreditur, Tugas Akhir S1, STAIN Ponogoro, 2014.

13 Parate Eksekusi dan Jaminan Fidusia Tinjauan Hukum Perlindungan Hukum Ekonomi Syariah bagi kreditur pada mengenai Akad Murabahah pemanfaatan Objek dalam Pembiayaan Jaminan Fidusia Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Tunas Artha Mandiri Kantor Cabang Sumedang 4 Edwin Eksekusi Objek Sama-sama Dimana penulis Timothy Jaminan Fidusia meneliti tentang meneliti tentang dalam perjanjian Jaminan Fidusia tinjauan Hukum kredit: Studi pada Ekonomi Syariah Bank Perkreditan mengenai Rakyat Syariah pemanfaatan Objek Danagung Bhakti Jaminan Fidusia Yogyakarta 5 Martha Eri Analisis pejanjian Sama-sama Dimana penulis Safira Jaminan Fidusia meneliti tentang meneliti tentang terhadap Parate Jaminan Fidusia tinjauan Hukum Eksekusi dan Ekonomi Syariah perlindungan mengenai Hukumnya bagi Pemanfaatan Objek Kreditur Jaminan Fidusia

14 F Kerangka Pemikiran Perbankan syariah sebagai lembaga keuangan akan terlibat dengan berbagai jenis kontrak perdagangan syariah, setiap kontrak perdagangan syariah mempunyai prinsip yang jelas dalam menyalurkan dananya bentuk pembiayaan syariah, diantaranya pembiayaan murabahah. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah haruslah memiliki suatu yang menguatkan kedudukan bank syariah dalam memperoleh kembali atas dana yang telah disalurkan, yaitu dengan adanya suatu lembaga jaminan 9 Kegiatan ekonomi khususnya dalam kegiatan perbankan Syariah dapat dibuat dengan suatu bukti otenik yang merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan pembuktian tertulis, atau adalah akta otentik Akta otentik sebagai alat yang terkuat dan mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Akta otentik menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian hukum. Dalam Bank Syariah akad-akad yang dibuat dengan nasabah sebagai penerima pembiayaan dan/atau pemberi jaminan fidusia dapat dilakukan dengan akad yang dibuat dibawah tangan maupun didepan notaris 10. Penggunaan jasa notaris dalam perbankan Syariah bukan saja kehendak para pihak yang melakukan akad, tetapi juga sebagai orang yang memiliki pengetahuan dalam ketentuan hukum karena pada Bank Syariah tidak memberikan pinjaman dengan mengenakan sistem bunga pinjaman, melainkan 9 M.Syafi I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,2001), hlm 124-125 10 Wahbah Al-Zuhaili, Fiqih Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm. 11

15 memberikan penyertaan modal berdasarkan prinsip bagi hasil, maka penerapannya harus sesuai dengan rukun dan syarat yang benar, karena apabila terjadi ketidaksesuian antara rukun dan syarat, maka dapat terjerumus kedalam riba. Dengan demikian seorang notaris yang menjadi notaris bank syariah harus memahami secara mendalam mengenai perbankan syariah dan seorang notaris harus selalu meng-update pengetahan sesuai dengan perkembangan hukum yang berkembang di masyarakat, khususnya mengetahui peraturan yang mengatur tentang transaksi pembiayaan yang ada dalam Al-Quran, hadits, dan ijma. Sehingga notaris diharapkan dapat berperan agar penyimpangan hukum dapat dihindari. Seorang notaris juga harus memberikan nasehat atau masukan kepada pihak yang akan melakukan akad agar isi dari akad tersebut dipastikan tidak menyimpang dari ketentuan hukum yang ada termasuk hukum syariah, meskipun suatu perjanjian atau akad merupakan suatu hal yang disepakati dan diinginkan oleh pihak yang dapat dijadikan undang-undang bagi para pihak didalamnya. Perbankan Syariah dalam menerapkan kehati-hatian dan pembiayaan yang sehat diwujudkan dengan adanya jaminan atau agunan dari nasabah penerima pembiayaan. Jaminan atau agunan ini berfungsi unuk mendukung keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan nasabah penerima pembiayaan untuk melunasi pembiayaan yang diterimanya sesuai dengan perjanjian. Prinsip kehati-hatian sangat diperlukan khususnya ketika bank hendak menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit/ pembiayaan. Prinsip

16 kehati-hatian dalam hakikatnya juga memberikan perlindungan hukum bagi nasabah secara implisit, khusunya bagi nasabah penyimpan dana. Intinya adalah bahwa bank harus berhati-hati dalam menyalurkan dana yang dihimpun dari masyarakat kepada bank dapat dipertahankan dan ditingkatkan. 11 Dalam Hukum Ekonomi Syariah, istilah jaminan biasanya dikenal dengan istilah kafalah, sedangkan objek/barang yang dijaminkan dengan rahn, akan tetapi mengenai pengikatan objek/barang yang dijaminkan tidak diatur kenyataannya secara rinci tetapi yang digunakan dalam muamalat sesuai dengan kebiasaan dalam masyarakat. Objek/barang yang dijaminkan secara rahn berada ditangan Bank. Rahn merupakan bentuk jaminan bukan pengikatan jaminan barang, oleh karena itu terhadap rahn digunakan gadai sebagai pengikat jaminan barang. 12 Rahn merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi agunan dari fasilitas pembiayaan yang diberikan. Rahn ditangan al-murtahin (pemberi utang, kreditur) hanya berfungsi sebagai jaminan utang dari ar-rahin (orang yang berutang, debitur). Barang jaminan itu baru dapat dijual/dihargai apabila dalam waktu yang disetujui oleh kedua belah pihak utang tidak dapat dilunasi oleh debitur. Oleh sebab itu, hak kreditor terhadap barang jaminan hanya apabila debitur tidak melunasi utangnya (Sutan Remy Sjahdeini, 2007: 76-77) Terhadap ulama fiqih dalam menetapkan rukun pelaksanaan akad ar-rahn diantaranya adalah: 11 Abdul Ghafur Anshori, Hukum Perbankan Syariah (UU No.21 Tahun 2008), (Bandung: PT refika aditama, 2009), hlm 59 12 Wahbah Al-Zuhaili, FIqh Islam, (Jakarta: Gema insani, 2002), hlm 82

17 1. Sighat (ijab dan qabul) 2. Orang yang berakad (al-rahin dan al-murtahin) 3. Harta yang dijadikan agunan (al-marhun) 4. Utang (al-marhun bih) Adanya jaminan dalam pembiayaan syariah didasarkan atas pemahaman dalam surat Al-Baqarah ayat 283 yang berbunyi و إ ن ك ىت م ع ه ى س ف ز و ن م ت ج د وا ك ات ب ا ف ز ه ه م ق ب ىض ت ف ئ ن أ م ه ب ع ض ك م ب ع ض ا ف ه ؤ د ٱن ذ ي ٱؤ ت م ه أ م ۥ ى ت ه و ن ت ق ٱ لل ر ۥ ب ه و ل ت ك ت م ىا ٱنش ه د ة و م ه ك ت م ه ا ۥ ف ئ و ه ء اث م ق ه ۥ ب ه و ٱ لل ب م ا ت ع م ه ىن ع ه م )٣٨٢( Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa rahn itu baru dianggap sempurna apabila barang yang di rahn kan (barang yang diagunkan) itu secara hukum sudah berada ditangan kreditor, dan uang yang dibutuhkan telah diterima oleh debitor. Apabila barang jaminan itu berupa benda tidak bergerak, seperti rumah dan tanah, maka tidak harus rumah dan tanah itu diberikan, tetapi cukup sertifikat tanah atau surat-surat rumah itu yang dipegang oleh kreditor. Syarat yang terakhir (kesempurnaan rahn) oleh ulama disebut sebagai akad al-qabd al-marhun (barang jaminan dikuasai secara hukum oleh kreditor). Syarat ini menjadi penting karena Allah swt. Dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 283 menyatakan :

18 (barang jaminan itu dipegang/dikuasai [secara hukum]). Apabila ف ز ه ه م ق ب ى ض ت agunan itu telah dikuasai oleh kreditur, maka baru akad rahn itu mengikat bagi kedua belah pihak 13 Undang-Undang No 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia menyebutkan bahwa barang yang dijaminkan tetap berada di tangan pemberi fidusia dan yang beralih hanya hak milik dari barang tersebut. jaminan fidusia merupakan salah satu jenis pengikatan barang sebagai jaminan utang yang bersifat kebendaan itu sendiri. Jaminan fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya yang diadakan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda itu, Dengan demikian apabila dilihat penjelasan yang diuraikan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 283, maka ayat tersebut dapat dijadikan dasar hukum menurut Al-Quran dalam penggunaan jaminan fidusia dalam pembiayaan syariah, sehingga tidak hanya rahn (gadai) yang dijadikan dasar hukum pada ayat tersebut, tapi ayat itu merupakan dasar hukum bagi adanya jaminan dalam pembiayaan syariah. Berarti mengenai jaminan fidusia diberlakukan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia. Barang bergerak yang diikat dengan jaminan fidusia dalam penulisan ini timbul sebagai akad tambahan dari pembiayaan murabahah yang menjadi akad pokoknya. Dalam pembiayaan murabahah digunakan akad digunakan akta 13 Sutan rmmy sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT pustaka utama Grafiti. 2007), hlm 80

19 notariil, karena lebih memiliki kekuatan hukum daripada akad dibawah tangan dan sebagai alat pembuktian yang kuat, karenanya dalam pemberian jaminan fidusia pun menggunakan akta notariil, karena lebih menjamin kekuatan hukumnya mengenai apa yang yang dijadikan jaminannya. Berdasarkan hal tersebut maka terhadap transaksi perbankan Syariah yang tidak diatur oleh kekuatan Syariah, maka perbankan syariah tunduk pada ketentuan-ketentuan yang terkait dengan kegiatan perbankan pada umumnya, demikian halnya dengan transaksi-transaksi yang tidak dilarang oleh Syariah dan perbankan Syariah dapat mengadop sistem perbankan konvensional, akan tetapi apabila transaksi tersebut merupakan transaksi yang dilarang dan bertentangan dengan Syariah islam maka perbankan syariah dapat menentukan jalannya sendiri sesuai dengan ketentuan-ketentuan Hukum Syariah. Berdasarkan pada apa yang banyak dikemukakan oleh para fuqaha ketika mendeskripsikan fiqih al-muamalah, maka setidaknya ada empat prinsip dalam muamalah, yaitu: a. Muamalah dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung unsur paksaan. Agar kebebasan kehendak pihak-pihak bersangkutan selalu diperhatiakn. b. Muamalah itu hendaknya dilakukan dengan suka sama suka. c. Muamalah yang dilakukan hendaknya mendatangkan maslahat dan menolak madharat. dan

20 d. Dalam muamalah itu harus terlepas dari unsur ghara, kezaliman, dan unsur lain yang diharamkan berdasarkan Syara. Setiap kegiatan muamalah bila tidak ada dalil yang menerangkan tentang keharamannya serta telah memenuhi asas-asas tersebut, maka kegiatan muamalah tersebut hukumnya sah. Hal ini sesuai dengan kaidah ushul yang berbunyi: م ف ان ص مع ا مه ت ا ل ب ا حت ا ل ا ن ها ح ز م عه ى ت ن م ل د د ا ل " Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkan. Di samping menggunakan akad Murabahah, dalam pembiayaan murabahah diadopsi pula akta jaminan fidusia. Menurut hasil wawancara dengan Direktur BPR Syariah Harum Hikmah Nugraha bahwa tidak semua jaminan pada pembiayaan murabahah didaftarkan pada lembaga jaminan fidusia. Ternyata di BPR Syariah Harum Hikmah Nugraha Kantor Pusat Leles Garut hanya pengajuan pembiayaan yang di atas 50 juta saja yang barang jaminannya didaftarkan pada lembaga fidusia seperti mobil. Jika nasabah mengajukan pembiayaan murabahah di bawah 50 juta maka BPR Syariah Harum Hikmah Nugraha menyediakan akad di bawah tangan tanpa notaril. Tetapi pembiayaan yang di bawah 50 juta seperti motor bisa saja didaftarkan ke lembaga jaminan fidusia. Menurut manajer marketing itu semua dilihat dari karakter nasabah itu sendiri, jika bank merasa ragu dengan nasabah tersebut maka bank mendaftarkan jaminan tersebut kepada lembaga jaminan fidusia. Penggunaan jaminan fidusia pada BPR Syariah Harum Hikmah Nugraha dalam prakteknya terdapat klausul di dalam akad pembiayaan

21 murabahah yang dibuat dengan akta notaril yang dapat memperkuat BPR Syariah Harum Hikmah Nugraha atas jaminan yang dijaminkan yaitu nasabah penerima pembiayaan tidak boleh menjual barang-barang yang pembeliannya oleh pihak Bank dan benda-benda lain yang dijadikan barang jaminan sampai utangnya lunas, sehingga apabila nasabah penerima pembiayaan melanggar, maka Bank dapat menggugat nasabah ke pengadilan dengan dasar wanprestasi. Jadi pada saat penandatanganan surat perjanjian nasabah menandatangani dua surat perjanjian, yang pertama nasabah menandatangani surat perjanjian tentang pembiayaan murabahah, yang kedua nasabah menandatangani surat perjanjian tentang jaminan fidusia. G Langkah-langkah penelitian a) Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode penelitian yang berupaya untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu. b) Jenis Data Jenis data yang di himpun dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif (data yang tidak berkaitan dengan angka), yang diperoleh dari wawancara dan observasi dengan sejumlah pihak terkait yang berkaitan dengan: a. Mekanisme pembiayaan murabahah dengan menggunakan jaminan fidusia di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kantor Pusat Leles Garut.

22 b. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah tentang pelaksanaan jaminan fidusia pada pembiayaan Murabahah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kantor Pusat Leles Garut. c) Sumber Data a. Sumber data primer merupakan sumber data yang secara langsung memberikan keterangan. Diantaranya data-data yang diperoleh dari bapak Dendi selaku bagian marketing adalah: Klausul Akad yang berada dilembaga tersebut yang memberikan informasi mengenai pelaksanaan jaminan fidusia pada pembiayaan murabahah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harum Hikmah Nugraha Kantor Pusat Leles Garut; b. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang di peroleh dari berbagai bacaan dan referensi, seperti buku-buku dan sumber bacaan lain yang berhubungan dengan masalah yang di teliti oleh peneliti. d) Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara Dalam penelitan ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan Bapak Hermansyah Selaku Direktur dan pihak-pihak yang berwenang di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harum Hikmah Nugraha untuk memperoleh dan mempelajari data yang diinginkan yang kaitannya dengan implementasi jaminan fidusia menurut hukumm Islam maupun hukum positif di Indonesia.

23 b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan yang dimaksud yaitu dengan cara penelahan terhadap buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang akan di teliti berupa buku-buku, kitab-kitab dan lain sebagainya. e) Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokan dan menghubungkan jawaban, pandangan dan relevansi masalah, kemudian setelah itu dilakukan analisis data yang melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: a) Melakukan seleksi terhadap data yang telah terkumpul dari berbagai sumber data, baik sumber data primer maupun sekunder. b) Mengelompokan seluruh data dalam satuan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. c) Menghubungkan data dengan teori yang sudah dikemukakan dala kerangka pemikiran dan bab kajian tersebut. d) Menarik kesimpulan dari data-data yang dianalisa dengan memperhatikan rumusan masalah yang telah ditentukan