INDEKS GLISEMIK KACANG-KACANGAN



dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH DIET KACANG MERAH TERHADAP KAOAR GlflA DARAH TlKUS DlABETlK INDUKSI ALLOXAN

PENGARUH DIET KACANG MERAH TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS DIABETIK INDUKSI ALLOXAN

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian

I. PENDAHULUAN. Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat praktis. Salah satu contohnya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

The results showed that potato was able to stablize blood sugar levels in diabetic rats compared to white rice.

PENULISAN DAN SEMINAR ILMIAH OLEH : JULIANA SARI MOELYONO NRP

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah

INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK SPONGE CAKE SUKUN SEBAGAI JAJANAN BERBASIS KARBOHIDRAT PADA SUBYEK BUKAN PENYANDANG DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pola penyakit bergeser dari

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. BUBUR SORGUM (Sorghum bicolor) INSTAN SEBAGAI PANGAN ALTERNATIF BERINDEKS GLISEMIK RENDAH BAGI PENDERITA DIABETES

Gula Siwalan Sebagai Bahan Pemanis Alami dan Aman: Tinjauan dari Kandungan Kalori dan Indeks Glikemik ABSTRAK

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BERAS MERAH TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIBERI BEBAN GLUKOSA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

KARBOHIDRAT. M. Anwari Irawan. Sports Science Brief

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

INDEKS GLIKEMIK MENU MAKANAN RUMAH SAKIT DAN PENGENDALIAN GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT INAP DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

OPTIMALISASI JENIS OLAHAN KERING DAN CARA PENGOLAHAN AKHIR KETELA

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

KARAKTERISTIK GIZI MAKANAN ENTERAL DARI BAHAN PANGAN LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

Artikel Ilmiah. Prima Anggraini 1, Erna Susanti, M.Biomed, Apt. 2. ABSTRACT

ABSTRAK. PERBANDINGAN STABILITAS KADAR GLUKOSA DARAH DALAM SAMPEL SERUM DENGAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA (NaF)

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH

ABSTRAK PENGARUH ASUPAN CAIRAN TINGGI PROTEIN DAN TINGGI KARBOHIDRAT TERHADAP JUMLAH MAKANAN YANG DIKONSUMSI PADA MAKAN BERIKUTNYA

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

PENGUKURAN NILAI INDEKS GLIKEMIK COOKIES TEPUNG TALAS BELITUNG (Xanthosoma sagittifolium)

NILAI NUTRISI DAN SIFAT FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KRATOK (Phaseolus lunatus L.) SKRIPSI

Food. Healthy Diet. for Kids. Diet Alami. Komersial. Gula. Makanan Bayi JIKA BALITA BERDIET. Pasca Melahirkan. dalam. Edisi 7 Juli Vol

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian, antara lain

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Journal of Nutrition College, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 (Jilid 5)

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK GULA PUTIH, ASPARTAM, BROWN SUGAR, GULA AREN, DAN STEVIA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A, SERAT PANGAN APRANATA SEMARANG SKRIPSI. Memperoleh gelar. Oleh :

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

POLA KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN INDEKS GLIKEMIK DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR

RESPONS GLIKEMIK COOKIES LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch)

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan

POTENSI SAGU SEBAGAI SUMBER PANGAN GLOBAL Oleh Bambang Hariyanto dan Agus Tri Putranto

TINJAUAN GIZI TAHU DAN TEMPE GEMBUS DARI BEBERAPA JENIS KACANG SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF PENGGANTI KEDELAI. Enny Karti B.

STUDI SIFAT FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG KACANG MERAH DAN TEPUNG TEMPE KACANG MERAH. (Phaseolus vulgaris L.) SKRIPSI

Use of Rice Sagu for Patients of Prediabetes

Glikemik Respon Cookies Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.) (Glycemic Response Cucurbita moschata Durch Cookies)

NILAI INDEKS GLIKEMIK PRODUK OLAHAN GEMBILI (Dioscorea esculenta)

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH DAN TEPUNG KEDELAI : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI

MAKANAN UTUH (WHOLE FOODS) UNTUK KONSUMEN CERDAS. Fransiska Rungkat Zakaria, PhD, Prof. Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGARUH KONSUMSI FRUKTOSA DAN GLUKOSA TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DALAM DARAH

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan.

Perubahan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 yang Terkontrol Setelah Mengkonsumsi Kurma

Evaluasi Kandungan Glukosa Dan Indeks Glikemik Beberapa Sumber Karbohidrat Dalam Upaya Penggalian Pangan Ber-Indeks Glikemik Rendah

PENGARUH KONSUMSI NASI IR-36 DAN NASI MERAH TERHADAP PROFIL KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES TIPE 2 DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

NILAI INDEKS GLIKEMIK BERBAGAI PRODUK OLAHAN SUKUN (Artocarpus altilis)

NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN

ABSTRAK PENGARUH KONSUMSI PUTIH TELUR, IKAN NILA, DAN PROTEIN KEDELAI OLAHAN TERHADAP KADAR ASAM URAT DALAM DARAH

PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH OLEH TEH HIJAU DAN ATAU TEH DAUN MURBEI PADA TIKUS DIABETES RUSMAN EFENDI

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. SUSENAS 1999 sampai dengan 2007 menunjukkan bahwa pola konsumsi

Mendesain Pangan untuk Atlit Berdasarkan Indek Glikemik. Oleh : Arif Hartoyo HP :

Jurnal Gizi Klinik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

PENGARUH PRATANAK KACANG KAPRI (Pisum sativum L) TERHADAP KADAR PATI RESISTEN DAN SIFAT HIPOGLIKEMIK PADA TIKUS DIABETIK INDUKSI ALLOKSAN

ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN

ANALISIS INDEKS GLIKEMIK PADA NASI CAMPURAN ANTARA BERAS (Oriza sp) DENGAN UBI JALAR ORANGE (Ipomoea batatas L) ABSTRACT

NILAI NUTRISI DAN SIFAT FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KRATOK (Phaseolus lunatus L.) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2010 mengimpor terigu sebesar kg, untuk tahun

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA LAKI-LAKI DEWASA NORMAL

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PERBANDINGAN EFIKASI SEDUHAN TEH HITAM, TEH HIJAU DAN TEH PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat di dalam tubuh. Gangguan metabolisme karbohidrat

ABSTRAK. Maria Vita Widiyaningsih (2017): Pembimbing I : Lisawati Sadeli,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti,dr. M.Kes

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2005 menyatakan bahwa proporsi orang dengan diabetes diduga akan meningkat menjadi 333 juta (6,3%) pada

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG MERAH HASIL PENYANGRAIAN SKRIPSI OLEH: NOVITA KRISTANTI

EFEK HIPOGLIKEMIK TEPUNG KOMPOSIT UWI (Dioscorea alata) DAN KORO PEDANG (Canavalia ensiformis) PADA TIKUS DIABETES INDUKSI STREPTOZOTOCIN

Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang

PEMBERIAN FORMULA NASI KACANG MERAH EFEKTIF MENINGKATKAN DAYA TERIMA PASIEN DIABETES MELLITUS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

Transkripsi:

INDEKS GLISEMIK KACANG-KACANGAN [Glycemic Index of Selected Legumes] Y. Marsono 1), P. Wiyono 2), dan Zuheid Noor 1) 1) Staff of the Faculty of Agricultural Tecnology and Research Scientist of the Center for Food and Nutrition Studies, Gadjah Mada University 2) Staff of the Faculty of Medicine, Gadjah Mada University. ABSTRACT Nutritional management for diabetic patients based on selection of low available carbohydrate foods has been criticized because the same availability of carbohydrate in different foods may result in different degree of glycemic response. This management is now being corrected by additional aid in selecting foods with the glycemic index (GI) of foods. GI is a measure of the glycemic response to the carbohydrate component within a food relative to the response to an equal carbohydrate portion of reference food (glucose or white bread). In Indonesia, data of the glycemic index of foods is still very limited. The objectives of the research are to provide GI of selected legumes, including red bean (Vigna umbellata), Mung bean (Phaseolus aureus), cow pea (Vigna sinensis ENDL), pigeon pea (Cajanus cajan MILLSPAUGH), edible podded peas (Pisum sativum LINN) and soy bean (Glycine max MERR). Eleventh health and normal volunteers (not diabetic) were provided. The volunteers took an overnight fasting, blood were drawn in the morning and analyzed for serum glucose. Then they were given the test legumes containing total carbohydrates equivalent to 25-g glucose to be consumed. Blood samples were drawn for glucose measurement every 30 minutes until 120 min after meal. Serum glucose was determined enzymatically and the glucose responses were drawn graphically. The GI of the beans studied was lowest for red bean (26) and highest for mung bean (76), Edible podded pea and soy bean had similar value of GI i.e. 30 and 31; whereas pigeon and cow pea had a higher value i.e. 35 and 51, respectively. Key words: Glycemic index, glucose response, beans, and diabetic PENDAHULUAN Menurut Truswell (1992), Indeks Glisemik (IG) didefinisikan sebagai ratio antara luas kurva respon glukosa makanan yang mengandung karbohidrat total setara 50 gram gula, terhadap luas kurva respon glukosa setelah makan 50 gram glukosa, pada hari yang berbeda dan pada orang yang sama. Kedua test tersebut dilakukan pada pagi hari setelah puasa satu malam dan penentuan kadar gula dilakukan selama dua jam. Dalam hal ini, glukosa atau roti tawar dipakai sebagai standar (dengan nilai 100) dan nilai IG makanan yang diuji merupakan persen terhadap standar tersebut. Di negara-negara maju daftar indek glisemik berbagai jenis makanan sudah tersedia. Thorburn et al., 1986 melaporkan IG maltosa, laktosa, madu, sukrosa dan fruktosa berturut-turut adalah 108, 90, 75, 60 dan 20 dengan standard glukosa 100. Di Australia, beras dan produk-produk beras dilaporkan memiliki IG berkisar dari 66 (beras putih Doongara) sampai 93 (beras putih Pelde) sedangkan bekatul memiliki IG 19 (Miller et al., 1992). Sementara itu, Brand et al., 1990 melaporkan IG kentang, cornflakes, dan roti tawar berturutturut adalah 70-97, 80 dan 70. Pasta dan kebanyakan buah-buahan memiliki IG berkisar 40-50 dan 23-70, sedangkan legumes berkisar 25-45. 211 Di Indonesia, daftar IG masih sangat terbatas. Penelitian pada beberapa makanan khas Indonesia menunjukkan bahwa uwi (Dioscorea alata LINN) mempunyai nilai IG 73, sedangkan sukun, singkong dan pisang tanduk masing-masing adalah 90, 73 dan 92 (Marsono, 2001). Peneliti yang sama juga melaporkan bahwa IG garut sangat rendah yaitu 14, sedangkan gembili, kimpul dan ganyong, masing-masing adalah 90, 95 dan 105 (Marsono, 2002). Dari kedua penelitian ini disimpulkan bahwa uwi dan garut memberi harapan sebagai pengganti nasi, yang cukup baik bagi penderita diabetes. Mengingat kacang-kacangan merupakan jenis makanan yang sangat populer di Indonesia, kiranya informasi mengenai indeks glisemik bahan tersebut sangat diperlukan. Terlebih lagi kalau dikaitkan dengan fenomena yang menunjukkan terjadinya kenaikan prevalensi penderita diabetes, yang pada tahun 2020 nanti diprediksi jumlahnya mencapai 5 juta orang (Gunawan dan Tandra, 1998). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan daftar IG beberapa kacang-kacangan yang sampai saat ini belum tersedia di Indonesia, yaitu kacang merah (Vigna umbellata), kacang hijau (Phaseolus aureus), kacang tunggak (Vigna sinensis ENDL), kacang gude (Cajanus cajan MILLSPAUGH), kacang kapri (Pisum sativum LINN) dan kacang kedelai (Glycine max MERR).

METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan utama untuk penelitian adalah kacang merah (Vigna umbellata), kacang hijau (Phaseolus aureus), kacang tunggak (Vigna sinensis ENDL), kacang gude (Cajanus cajan MILLSPAUGH), kacang kapri (Pisum sativum LINN) dan kacang kedelai (Glycine max MERR), diperoleh dari pasar lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Magelang, dalam keadaan kering pasar (kadar air 12-14%). Bahan kimia untuk analisis dengan kualitas pro analysis (Sigma, BDH atau E-Merck) dibeli di toko bahan kimia di Yogyakarta. Khusus untuk enzim dipesan langsung dari produsen (SIGMA, USA). Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit analisis kimiawi antara lain sentrifuge (Biofuge 15, Heraeus Sepatech) dan spektrofotometer (DR/2000, HACH), vortex (Genie 2) serta alat-alat untuk pengambilan spisemen darah serta analisis gula darah. Cara penelitian dan analisis Kacang-kacangan yang diteliti dikukus hingga masak (30 menit) dan dianalisis kadar airnya dengan metode pemanasan oven (Osborne & Voogt, 1978), kadar gula ditentukan dengan metoda Nelson-Somogyi (Sudarmadji et al., 1997) dan analisis kadar pati menggunakan metode hidrolisis asam (AOAC, 1970). Berdasar data kandungan gula dan pati sampel yang telah dikukus dapat dilakukan perhitungan jumlah sampel yang harus dimakan oleh relawan dalam penentuan IG kacang yang diuji. Glukosa serum ditentukan dengan menggunakan metoda GOD-PAP ensematik fotometrik (Barham and Trinder, 1972). Pelaksanaan penentuan indeks glisemik mengacu prosedur seperti yang dilakukan peneliti terdahulu (Marsono, 2001 dan Marsono, 2002). Dipilih 11 orang relawan yang sehat dan memiliki kadar gula darah normal. Relawan harus berpuasa selama 10 jam mulai malam hari, pada pagi harinya darah diambil darah lewat vena lengan (difosa cubity), disentrifuge dan serum dianalisis kadar glukosanya (gula puasa). Kemudian kepada relawan diberikan makanan yang akan diuji indeks glisemiknya. Pengambilan darah dan analisis glukosa darah diulangi lagi dengan interval 30 menit setelah makan, sebanyak 4 kali (30 menit, 60 menit, 90 menmit dan 120 menit). Dari kadar glukosa darah puasa dan setelah makan dapat dibuat kurva respon glukosanya dan dihitung luas kurvanya, sehingga dapat ditentukan indeks glisemiknya. Indeks glisemik merupakan ratio luas kurva respon glukosa makanan yang diuji dengan luas kurva respon glukosa makanan standar yaitu roti tawar (Brand et al., 1985). HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sampel untuk penentuan Indeks Glisemik Untuk keperluan penentuan jumlah bahan yang harus dikonsumsi pada penentuan IG, kacang kukus dianalisis kadar gula reduksi, gula total dan pati, yang hasilnya disajikan pada tabel 1. Pada tabel 1 tampak bahwa kadar available carbohydrate secara umum relatip rendah. Oleh karena itu diputuskan bahwa jumlah yang diberikan kepada relawan untuk penentuan indeks glisemik hanya sebesar 25 gram setara gula (Jenkins et al., 1981, Thorburn et al., 1986). Setelah dihitung hasilnya seperti tertera pada tabel 1 (kolom 5). Tabel 1. Kandungan pati dan gula (g/100 g) serta total available carbohydrates (AC, g glukosa/100 g) beberapa kacang serta berat sampel setara dengan 25 g AC Jenis kacang Pati g/100g Gula, g/100g Total AC, g glukosa/100 g Berat sampel setara 25 g AC Kacangmerah 26.43 0.71 30.08 84 g Kacang hijau 20.21 3.9 26.36 95 g Kacang tunggak 17.02 0.36 19.27 130 g Gude 20.81 0.64 23.76 106 g Kacang kapri 12.02 0.69 14.05 178 g Kedelai 12.38 4.47 18.23 138 g Catatan: Total available carbohydrtaes (AC) = total gula + 1.1 (pati). angka tersebut terlihat bahwa jumlah kacang kukus yang harus dikonsumsi berkisar antara 84 g (kacang merah) sampai dengan 178 g (kacang kapri). 212 Respon glukosa Respon glukosa yang ditunjukkan oleh konsumen setelah mengkonsumsi kacang yang diuji ditunjukkan pada tabel 2. Respon glukosa merupakan kadar glukosa serum

setelah relawan mengkonsumsi makanan uji (kacangkacangan dan makanan standar yaitu roti tawar). Pada tabel 2 dapat dilihat ada dua kacang (kacang merah dan kacang kapri) yang respon glukosanya relatip lebih rendah dari pada kedelai dan tiga macam kacang lainnya (kacang hijau, tunggak dan gude) yang mempunyai respon glukosa lebih tinggi dari pada kedelai. Kenaikan glukosa darah dihitung dengan dasar kadar glukosa puasa yang dipakai untuk penentuan indeks glisemik, dapat dilihat pada tabel 3. Untuk penentuan IG dihitung luas kurva kenaikan glukosa serum setelah makan roti tawar (A) dan makan kacang yang diuji (B). Perbandingan B/A dikalikan 100 menyatakan indeks glisemik kacang yang bersangkutan. Untuk jelasnya, kenaikan kadar glukosa serum dapat dilihat pada gambar 1 (kacang merah, kacang hijau dan kacang tunggak), dan gambar 2 (kacang gude, kacang kapri dan kedelai). Tabel 2. Respon glukose roti tawar dan kacang-kacangan (mg/dl), rerata dari 11 orang relawan Makanan Kadar gula darah puasa dan setelah makan roti tawar dan kacang-kacangan, mg/dl *) Puasa 30 SM 60 SM 90 SM 120 SM Roti tawar 92.8 131.1 123.7 110.4 93.2 Kacangmerah 93.8 105.2 103.2 96.3 91.9 Kacang hijau 94.7 130.7 115.1 102.5 97.9 Kacang tunggak 95.0 115.5 109.9 102.7 97.1 Gude 95.3 112.0 104.6 99.4 95.4 Kacang kapri 90.2 100.9 98.1 96.4 92.8 Kedelai 94.1 100.9 106.0 101.1 96.1 *)Catatan: SM = setelah makan, angka di depan SM menunjukkan waktu (menit) setelah makan. Tabel 3. Kenaikan kadar adar glukosa darah relawan setelah makan roti tawar dan kacang-kacangan, mg/dl Kenaikan kadar adar glukosa darah setelah makan roti tawar dan kacangkacangan, Makanan mg/dl *) 30 SM 60 SM 90 SM 120 SM Roti tawar 38.3 30.9 17.6 0.4 Kacangmerah 11.4 9.4 2.5-1.9 Kacang hijau 36.0 20.4 7.8 3.2 Kacang tunggak 20.5 14.9 7.7 2.1 Gude 16.7 9.3 4.1 0.1 Kacang kapri 10.7 7.9 6.2 2.6 Kedelai 6.8 11.9 7.0 2.0 *)Catatan: SM = setelah makan, angka di depan SM menunjukkan waktu (menit) setelah makan 213

Kenaikan kadar glukosa darah setelah makan, mg/dl Kenaikan kadar glukosa darah setelah makan, mg/dl Hasil Penelitian Jurnal. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XIII, No. 3 Th. 2002 45 40 35 30 25 Roti tawar Kc Merah Kc Hijau Kc Tunggak 20 15 10 5 0-5 Puasa 30 SM 60 SM 90 SM 120 SM Waktu pengambilan sampel darah, menit setelah makan (SM) Gambar 1. Kenaikan kadar glukosa darah relawan setelah mengkonsumsi kacang merah, kacang hijau, kacang tunggak dan roti tawar (sebagai standar) 45 40 35 30 Roti tawar Kc Gude Kc Kapri Kedelai 25 20 15 10 5 0 Puasa 30 SM 60 SM 90 SM 120 SM Waktu pengambilan sampel darah, menit setelah makan (SM) Gambar 2. Kenaikan kadar glukosa darah relawan setelah mengkonsumsi kacang gude, kacang kapri, kedelai dan roti tawar (sebagai standar) 214

Dari gambar 1 dan 2 dapat dihitung luas kurva kenaikkan glukosa serum dan dihitung indeks glisemiknya. Dengan roti tawar sebagai standar, diperoleh nilai indeks glisemik kacang-kacangan seperti tercantum pada tabel 4. Kacang kedelai diuji IG-nya dalam penelitian ini sebagai referensi, karena kedelai sudah banyak diteliti bersifat hipoglisemik (Zuheid Noor et al., 2000, Wisaniyasa, et al., 2002). Tabel 4. Indek Glisemik kacang-kacangan dan roti tawar (sebagai standar) Makanan Indeks Glisemik Roti tawar 100 Kacang merah 26 Kacang hijau 76 Kacang tunggak 51 Gude 35 Kacang kapri 30 Kedelai 31 Berdasarkan data ini, kacang merah ternyata memiliki nilai IG paling rendah yaitu 26, kacang kapri sedikit lebih kecil dari kacang kedelai yaitu masing-masing 30 dan 31. IG yang paling tinggi adalah kacang hijau yaitu 76 sedangkan kacang tunggak memiliki IG 51. Hasil ini sesuai dengan yang diduga semula bahwa kacang-kacangan memiliki IG yang relatip rendah. Kacang kedelai yang pernah diteliti oleh Jenkins et al., 1981 memiliki IG 15, sekilas jauh lebih kecil dari hasil dalam penelitian ini. Namun harus diingat bahwa dalam penelitian tersebut sebagai standard adalah glukosa (glukosa = 100) dan roti tawar memiliki IG 69. Bila faktor makanan standar dikoreksi maka IG kacang kedelai pada penelitian ini adalah 21, tidak terlalu jauh dari yang dilaporkan oleh Jenkins et al., 1981. Nampaknya data pada penelitian ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Brand et al., (1990). Mereka mendapatkan bahwa legumes memiliki IG antara 25-45. Rendahnya IG kacang-kacangan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, kemungkinan karena kandungan pati resisten atau availabilitas patinya, ratio amilose dan amilo pektin, adanya serat pangan yang viskus atau zat anti gizi misalnya inhibitor amilase dan fitat (British Nutrition Foundation, 1990). Analisis komponen tersebut dapat memberi gambaran faktor mana yang dominan berpengaruh. KESIMPULAN DAN SARAN Dengan melibatkan 11 relawan, penelitian ini menunjukkan bahwa dari enam jenis kacang yang diteliti, kacang merah memiliki IG yang paling rendah (26) sedangkan kacang hijau IG-nya paling tinggi (76). Kacang 216 kapri dan kedelai memiliki IG yang hampir sama yaitu 30 dan 31, sedangkan kacang gude sedikit diatas kedelai (35) sementara IG kacang tunggak sebesar 51. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor penentu rendahnya IG kacang merah, serta uji bioassynya pada hewan coba dan manusia untuk melihat efek hipoglisemik kacang merah secara langsung pada hewan coba maupun manusia. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Proyek Hibah Bersaing, Ditjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, atas biaya penelitiannya. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para relawan atas kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Tidak lupa juga diucapkan terima kasih kepada Fitri Rahmawati, bapak Sukardjo, Ni Wayan Wisaniyasa, dan Wahyu Priyo Darmanto masing-masing atas bantuannya dalam penyiapan makanan uji, pengambilan sample darah dan analisis darah serta analisis bahan. DAFTAR PUSTAKA Association of Official Analytical Chemist, 1970. Official methods of analysis, AOAC, Washington. Barham D. and P. Trinder, 1972. An improved color reagent for the determination of blood glucose by the oxidase system. Analyst 97: 142-145 Brand J.C., Nicholson P.L., Thorburn A.W. and Truswell A.S., 1985. Food processing and the glycemic index. Am. J. Clin. Nutr. 42: 1192-1196. Brand, JC., Crossman, S., Pang E., Colagiuri S and Truswell AS., 1990. Low glycaemic recipes and table of glycaemic indices of foods. Sydney: University of Sydney Nutrition research Foundation. British Nutrition Foundation, 1990. Complex Carbohydrates in Foods. The report of the British Nutrition Foundation s Task Force. Chapman and Hall, Bristol, England. Gunawan, A. dan H. Tandra. 1998. Patogenesis Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTII). Pusat Diabetisi dan Nutrisi RSUD. Dr. Soetomo-FK. Unair. Majalah Diabetes. Vol.4 No.1. Surabaya. Jenkins, D.J.A., Wolever, T.M.S., Taylor, R.H., Barker, H., Fielden, H., Baldwin, J.M., Bowling A.C., Newman, H.C. Jenkins, A.L. and Goff, D.V. 1981. Glicemic index of foods : a physiological

basis for carbohydrate exchange. Am. J. Clin. Nutr. 34: 362-366. Marsono, Y., 2001. Glycemic Index of selected Indonesian starchy foods. Indonesian Food and Nutrition Progress: 8:15-20. Marsono, Y., 2002. Indek glisemik umbi-umbian. Agritech 22: 13-16 Miller, JB., Pang, E. and Bramall L., 1992. Rice: a high or low glycemic index food?. Am. J. Clin. Nutr. 56: 1034-36. Osborne, D.R. and Voogt, P., 1978. The analysis of nutrients in food. Academic Press, London. Sudarmadji, S, Haryono B, dan Suhardi, 1997. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta. Thorbun AW., Brand J.C., and Truswell A.S., 1986. The glycaemic index of foods. Med. J. Aust. 144: 580-582. Truswell, A.S. (1992) Glycaemic index of foods. Eur. J. Clin. Nutr. 46 (Suppl;. 2): S91-S101. Wisaniyasa, N.W., Marsono Y, dan Zuheid-Noor, 2002. Pengaruh diet ekstrak protein kedelai terhadap glukosa serum pada tikus diabetes induksi allloxan. Agritech 22: 22-25. Zuheid-Noor, Marsono Y dan Mary Astuti, 2000. Sifat hipoglisemik komponen kedele. Seminar Nasional Industri Pangan 2000, Surabaya 10-11 Oktober. 216