Pengembangan Pariwisata untuk Destinasi Terpilih di Indonesia Flores Tanjung Puting Toraja Wakatobi



dokumen-dokumen yang mirip
RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

Profil. Yayasan Swiss untuk kerjasama Teknis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

Profil. Yayasan Swiss untuk Kerja Sama Teknis

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kita tentunya tidak ingin kota Jakarta menjadi sepi wisatawan hanya karena sulitnya mendapatkan informasi dan sedikitnya fasilitas yang membantu merek

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

LaporanPerancangan Gedung Convention Centre di Kawasan Wisata Pantai Senggigi Lombok

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan.

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I PENGANTAR. segenap potensi yang dimiliki daerah untuk membangun dan memajukan

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Wisata II Pengembangan Pariwisata untuk Destinasi Terpilih di Indonesia Flores Tanjung Puting Toraja Wakatobi

Daftar Isi Kawah danau Kelimutu, Flores Swisscontact dan SECO Kerjasama Pengembangan di Indonesia Apakah manfaat dari mendukung pengembangan pariwisata? 4 Destinasi sasaran WISATA II 5 Program Swisscontact WISATA II Manajemen & Pemasaran Destinasi Keterlibatan Masyarakat Pengembangan Bisnis Pendidikan & Pelatihan Pariwisata Dukungan Pemerintah Apa hasil yang telah dicapai? 15 4 8 9 10 12 13 14 02 03

Swisscontact dan SECO Kerjasama Pengembangan di Indonesia Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, yang membentang lebih dari 17.000 pulau, dengan keragaman budaya serta perbedaan ekonomi yang luar biasa. Perbedaan antara wilayah geografis terlihat dalam kondisi kehidupan dari hampir 250 juta orang. Terutama di daerah timur, terdapat kesenjangan besar antara mayoritas penduduk yang hidup dalam kemiskinan dengan sedikit pemilik usaha yang telah mencapai keberhasilan ekonomi. Apakah manfaat dari mendukung pengembangan pariwisata? Selain pertanian, perikanan dan pertambangan, pariwisata merupakan salah satu industri penting yang menghasilkan pendapatan di Indonesia. Interaksi dengan budaya dan masyarakat lokal telah menjadi hal yang lebih penting bagi wisatawan, mendorong minat yang lebih besar yang juga mendorong masyarakat untuk melestarikan nilai-nilai budaya lokal dan tradisi. Selain obyek wisata, destinasi juga membutuhkan pemasaran yang profesional, kualitas layanan yang tinggi, produk yang kompetitif serta infrastruktur yang memadai. Namun, hal ini sering tidak tersedia di daerah terpencil. Aspek tersebut diatasi melalui pekerjaan pengembangan di Indonesia: Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) mendukung proyek-proyek yang berbeda guna untuk meningkatkan daya saing serta integrasi negara ini ke dalam ekonomi dunia. Swisscontact adalah organisasi pengembangan dari Swiss dengan lebih dari 40 tahun pengalaman di daerah tersebut, yang telah berhasil melaksanakan berbagai proyek pada bidang yang berbeda-beda. Kedua organisasi mengejar sasaran untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup melalui kerja sama langsung dengan instansi pemerintah dan masyarakat setempat. Pariwisata adalah industri jasa yang padat karya dengan potensi yang besar untuk menciptakan lapangan kerja dan peluang bisnis baru. Penduduk lokal dapat menuai manfaat ekonomi jika aktif terlibat. Hal ini dimungkinkan dengan berbagai cara, misalnya sebagai karyawan dari usaha pariwisata, produsen menjual kerajinan sebagai suvenir, atau secara tidak langsung, dengan menjual produk pertanian lokal untuk hotel atau restoran. Melalui pengelolaan yang tepat dari destinasi, industri pariwisata dapat mendorong perekonomian dan lingkungan seiring dengan memfasilitasi kemajuan sosial yang lebih lanjut. Lokasi program Swisscontact WISATA di Indonesia Destinasi Sasaran WISATA II Lokasi-lokasi program dipilih secara bersamasama dan sesuai dengan program nasional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Indonesia. Keempat destinasi ini merupakan bagian dari rencana Kemenparekraf untuk mendukung pariwisata di 15 destinasi prioritas di Indonesia melalui pengembangan organisasi tata kelola destinasi (DMO). Destinasidestinasi dalam program dipandang memiliki potensi khusus untuk pengembangan pariwisata karena karakteristiknya unik serta prasyarat dalam penerimaan pengunjung. Selain keempat destinasi pariwisata, program ini juga mendukung tiga sekolah pariwisata di daerah resapan destinasi. Lokasi-lokasi dari Program ditunjukkan di dalam peta. Ukiran rumah tradisional Tongkonan, Toraja 04 05

Flores Tanjung Puting Toraja Wakatobi Saat ini terdapat ketimpangan besar dalam industri pariwisata Indonesia. Pulau ternama internasional, Bali, menarik hampir 3 juta pengunjung setiap tahun sedangkan provinsi timur Nusa Tenggara Timur, yang juga dikenal sebagai Kepulauan Sunda kecil, jarang dikunjungi. Salah satu pulau yang lebih besar dari wilayah ini adalah Flores: terletak di sebelah timur kepulauan, pulau ini menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan di darat dan di bawah air termasuk hutan, gunung berapi, danau, air terjun, pantai yang unik dan kehidupan laut yang mempesona. Kekayaan budaya dari pulau ini serta ragam etnis minoritasnya sangat luar biasa. Sawah berbentuk jaring laba-laba, rumah keluarga tradisional, Caci seni bela diri dengan cambuk dan ritual spiritual merupakan semua elemen yang berakar dalam budaya. Atraksi lain yang unik adalah komodo: kadal hidup terbesar, di habitatnya di pulau Komodo dan Rinca, di lepas pantai barat Flores. Rute dan atraksi lain membuatnya menjadi destinasi yang ideal untuk petualang, pecinta alam, penyelam dan mereka yang tertarik dalam memperkaya budaya. Tanjung Puting adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Kalimantan Tengah, yang merupakan bagian dari Borneo Indonesia. Daerah yang dicakup oleh Tanjung Puting adalah sekitar 400 000 hektar dan telah diklasifikasikan sebagai Cagar Biosfer UNESCO. Yang terdiri dari padang rumput tropis dan rawa gambut serta jaringan kanal sungai yang khas dan karenanya hanya dapat diakses dengan perahu. Taman nasional ini terkenal dengan populasi orangutannya. Tanjung Puting adalah destinasi yang sempurna bagi wisatawan yang ingin melihat alam dan satwa liar, terutama orangutan. Orangutan tidak hanya dapat dilihat di kamp-kamp rehabilitasi tetapi juga di alam liar selama perjalanan di sungai dengan perahu tradisional lokal atau perahu cepat (speedboat). Selain unsur alam, daerah ini juga menawarkan beberapa atraksi budaya, seperti budaya tradisional Dayak, yang merupakan elemen menarik di luar wilayah taman nasional. Wilayah Toraja terletak di Sulawesi Selatan dan mencakup dua kabupaten, yaitu Tana Toraja dan Toraja Utara. Hal utama yang menarik bagi wisatawan di Toraja adalah budaya yang unik. Desa-desa tradisional dengan arsitektur unik mereka, upacara budaya (pada umumnya upacara pemakaman) dan kuburan unik (peti mati di guagua dan tergantung di dinding batu kapur) adalah salah satu atraksi yang paling banyak dikunjungi. Berjalan di sekitar kuburan terasa menakutkan namun juga menarik pada saat yang bersamaan dan pengunjung adalah tamu yang disambut dengan upacara adat. Kerajinan tradisional, seperti tenun masih dipraktekkan oleh banyak desa. Rumah-rumah kaya dekorasi juga menunjukkan tradisi yang bertahan lama dalam hal ukiran kayu. Produk lokal yang paling terkenal adalah kopi Toraja, yang terkenal di seluruh Indonesia. Lanskap batu kapur dengan banyak bukit dan vegetasi hijau subur memberikan pemandangan yang menakjubkan. Daerah ini memiliki banyak potensi untuk menggabungkan elemen petualangan lainnya dalam penawaran wisata, memberikan wisatawan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang baru dan unik. Mendaki dan bersepeda adalah kegiatan yang dapat dieksplorasi di daerah ini. Pulau-pulau Wakatobi terletak di lepas pantai Sulawesi Tenggara. Wilayah ini mendapatkan namanya dari empat pulau utamanya, yaitu Wangiwangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Taman nasional laut adalah bagian dari Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) di Asia Tenggara yang mengisyaratkan pemandangan laut yang unik dapat ditemukan di sekitar pulau-pulau tersebut. Selain menjadi taman nasional laut, wilayah tersebut juga dinyatakan sebagai Cagar Biosfer UNESCO pada awal tahun 2012. Wakatobi merupakan destinasi muda, terutama dikenal untuk atraksi bawah lautnya, yang membuatnya menjadi tempat yang sempurna untuk menyelam dan snorkeling. Selain daya tarik utama tersebut, pulau ini juga menawarkan banyak kesempatan untuk eksplorasi di darat. Bahkan dengan melihat penduduk setempat, banyak yang tinggal di rumah-rumah kayu yang berdiri di atas tiang beberapa meter dari pantai, bepergian ke dan dari rumah mereka dengan menggunakan perahu-perahu kecil adalah hal yang lumrah. Selain itu, banyak perempuan di pulau masih mempraktekkan tradisi mereka dalam menenun, terutama perempuan yang lebih tua, dengan masih menggunakan metode pewarnaan dan menenun tradisional untuk membuat kain lokal yang natural. Komodo, Flores Orangutan, Tanjung Puting Ketekesu, Toraja Panorama bawah laut, Wakatobi 06 07

Program Swisscontact WISATA II Manajemen & Pemasaran Destinasi Organisasi Tata Kelola Destinasi Pemasaran Program WISATA yang didanai oleh Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO) awalnya dimulai pada tahun 2009 dan hanya mencakup pulau Flores. Karena keberhasilannya di tahap pertama, diputuskan bahwa tahap kedua dari program harus dimulai pada bulan Juni 2014, yang meliputi tiga destinasi tambahan. Melalui tahap kedua ini, pendekatan yang berhasil dikembangkan dan diterapkan di Flores disebarluaskan. WISATA, sebagai tonggak program, dilaksanakan dalam kerjasama yang erat dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Tujuan utama dari program ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi melalui pariwisata yang berkelanjutan, yang menciptakan lapangan kerja dan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Untuk mencapai tujuannya, program bekerja pada beberapa bidang utama, seperti yang dijelaskan di bawah ini: Tata Kelola, Pemasaran, dan Jejaring Destinasi Keterlibatan Masyarakat Pengembangan Bisnis Pendidikan & Pelatihan Pariwisata Dukungan Pemerintah Pusat Informasi Turis di Labuan Bajo, Flores Area intervensi utama dari program adalah untuk mendukung pembentukan Organisasi Tata Kelola Destinasi (DMO). Hal ini dilakukan sejalan dengan program nasional Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. DMO adalah badan independen yang anggotanya terdiri dari berbagai lembaga, tergantung pada destinasi-nya. Dapat terdiri dari bisnis, asosiasi, serta individu sebagai anggotanya. DMO dapat mengambil berbagai bentuk, mulai dari badan hukum hingga forum diskusi pemangku kepentingan. Selain fungsinya sebagai pelaku yang memayungi serta platform untuk diskusi, DMO juga dapat mengambil peran mediasi antara mitra dan pemerintah serta mempromosikan destinasi di pasar pariwisata nasional dan internasional. Salah satu fokus utama DMO adalah meningkatkan kesadaran mengenai destinasi melalui pemasaran. Dengan mengembangkan citra yang unik, hal ini tidak hanya dapat membantu menyatukan para pemangku kepentingan, tetapi juga mencitrakan destinasi agar dapat dikenali di pasar pariwisata. Sebagai penyokong DMO, terdapat satu kantor penghubung di Bali untuk membangun jaringan bisnis dengan operator tur. Untuk memperkuat hubungan ke pasar, DMO juga menghadiri pameran perdagangan nasional dan internasional. Selain itu, program juga mendukung DMO mengembangkan materi promosi yang menarik serta alat-alat penting untuk menarik konsumen yang potensial. Untuk mendukung kegiatan promosi, pencitraan Flores dikembangkan dengan memberikan tampilan yang kuat dan dikenali pasar. Ini digunakan pada semua materi promosi yang disajikan pada pameran perdagangan. Selain alat-alat promosi, tiga buku panduan dengan tema tertentu (people & culture, diving, trekking) serta peta pariwisata mendukung promosi yang menarik. Hubungan Flores DMO mempromosikan destinasi DMO Flores terdiri dari anggota dari sektor swasta dan berlokasi di pusat pulau, yaitu di kota Ende. Selain DMO regional, dikarenakan penyebaran wilayahnya yang luas di Flores, Organisasi Tata Kelola Pariwisata lokal (TMO) ada di masingmasing delapan kabupaten di Flores. TMO bertanggung jawab untuk mewakili kepentingan para pemangku kepentingan lokal di kabupaten terhadap DMO dan pemerintah daerah. Pada tingkat destinasi, DMO bekerja sama dengan pemerintah daerah. Tujuannya untuk menciptakan kondisi yang lebih baik bagi sektor pariwisata melalui kolaborasi di antara para pemangku kepentingan. Contohnya adalah dengan konsultasi para pelaku untuk perbaikan infrastruktur. Melalui keterlibatan DMO, perubahan positif dapat dicapai dengan cepat. Hal ini menyebabkan penerimaan yang lebih luas di antara para pemangku kepentingan industri yang menyadari manfaat memiliki organisasi semacam itu, yang secara langsung berdampak peningkatan pariwisata. Keberadaan DMO membantu sektor swasta dan publik untuk membentuk platform diskusi dan kerja sama umum, sehingga meningkatkan kerjasama yang lebih kongruen dan berkelanjutan. 08 09

Keterlibatan Masyarakat Rantai Pasokan Pertanian Produksi Kerajinan Tangan Sebuah aspek penting untuk Swisscontact adalah pendekatan inklusif untuk pengelolaan pariwisata yang melibatkan masyarakat setempat. Melalui partisipasi langsung masyarakat dalam setiap inisiatif, memungkinkan penduduk setempat untuk membentuk pengembangan pariwisata dan mendapatkan keuntungan. Di masa depan, semakin banyak masyarakat yang bisa saling belajar dan meningkatkan produk dan proses mereka untuk menghasilkan pendapatan yang memadai. Tata Kelola Atraksi Salah satu contoh keterlibatan masyarakat adalah jika mereka didorong untuk mengelola obyek pariwisata. Adalah penting bahwa hal ini dilakukan dengan cara yang dapat memenuhi harapan tamu internasional, sementara pada saat yang sama juga dapat melestarikan alam dan budaya dari destinasi. Hal ini di satu sisi dapat menjadi atraksi pariwisata berbasis masyarakat, seperti desa-desa tradisional yang menawarkan homestay atau pertunjukan budaya. Di sisi lain masyarakat lokal dapat didorong untuk mengelola wisata alam dengan menjaganya agar bersih dan terawat dengan mendapatkan ganti berupa tiket masuk yang terjangkau. Fokusnya dengan menempatkan cara yang tepat untuk berhubungan dengan wisatawan, serta meningkatkan kualitas produk dan jasa secara berkelanjutan. Kursus Bahasa Inggris Dasar menjadi penting bagi warga desa agar dapat mengelola kunjungan wisatawan dengan lebih mudah. Bena adalah sebuah desa tradisional yang sering dikunjungi, terkenal karena arsitektur, budaya dan gaya hidupnya. Masyarakat didukung berkaitan dengan pengelolaan yang tepat dari pariwisata, termasuk dampak positif serta negatifnya. Fokus lain adalah untuk membuat masyarakat sadar bahwa melestarikan adat istiadat setempat, seperti kerajinan tangan tradisional, dapat lebih berkontribusi untuk mata pencaharian mereka. Masyarakat sekarang memiliki pengetahuan yang cukup untuk terus mempertahankan dan merancang tawaran pariwisata mereka sendiri. Hortikultura sering menjadi cara untuk menghubungkan masyarakat lokal secara tidak langsung dengan pariwisata. Biasanya prasyarat untuk pertanian ada tetapi petani lokal kurang pengetahuan untuk menjangkau pasar pariwisata. Mereka dapat difasilitasi dengan pelatihan di bidang pertanian. Beberapa topik sentral misalnya produksi bahan organik dan identifikasi klien. Sebuah elemen penting adalah mendukung produsen agar terhubung dengan perusahaan untuk menjamin akses ke pasar baru. Bergantung pada produk, kemasan dan desain yang sesuai merupakan unsur yang dapat dimasukkan dalam pelatihan. Untuk mengeksploitasi sinergi, petani dihubungkan ke desa-desa masyarakat pariwisata yang tidak dapat menghasilkan cukup pangan untuk melayani pelanggan yang menginap. Dua tahun lalu sebagian besar produk pertanian di Labuan Bajo diimpor dari luar pulau. Sekarang, kelompok tani lokal menghasilkan lebih dari 10 jenis sayuran organik, yang dijual langsung ke bisnis pariwisata lokal. Program lain yang didukung adalah petani kopi di Ngada dengan meningkatkan desain kemasan serta membangun jaringan pasar di Labuan Bajo. Petani mampu memperluas jalur penjualan dan mengamankan pembelian bulanan. Di Indonesia, seni memproduksi kerajinan berakar mendalam ke dalam tradisi lokal. Oleh karena itu, ini adalah cara lain untuk menghubungkan masyarakat ke pasar pariwisata, sekaligus menjaga tradisi lokal tetap hidup. Sebagai salah satu contoh, tenun dipraktekkan di banyak daerah. Wisatawan sangat senang untuk membeli produk lokal tenun sebagai suvenir, jika sesuai dengan harapan mereka. Oleh karena itu, Program mendukung kelompok penenun lokal di desa-desa dengan memfasilitasi pelatihan. Topiknya meliputi pengembangan produk, pengelolaan keuangan dan fokus untuk terus menggunakan metode menenun dan pencelupan tradisional. Melalui hal ini, produk dapat dibuat menjadi lebih kompetitif dan produsen kerajinan terhubung dengan lebih erat dengan perdagangan pariwisata. Tenun ikat oleh Biliran Sina, Flores Desa Bena, Flores Petani sayuran organik Tekstil tenun yang terkenal di Flores disebut Ikat. Setelah mengikuti pelatihan, kelompok tenun Sanggar Bliran Sina di Kabupaten Sikka telah menjadi pelatih lokal mandiri dan karenanya mampu menyebarkan pengetahuan mereka kepada kelompok tenun lainnya di Flores, meningkatkan kualitas dan berbagai produk Ikat keseluruhan. 10 11

Pengembangan Bisnis Meningkatkan Kualitas Layanan Pendidikan & Pelatihan Pariwisata Pendidikan Tinggi Kualitas tinggi dari layanan yang ditawarkan oleh usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan faktor kunci untuk destinasi yang sukses. Hal ini adalah aspek, yang sering masih kurang pada destinasi yang lebih kecil, kurang berkembang. Melalui pengembangan pelatihan lokal dan jasa konsultasi serta masukan untuk asosiasi bisnis, perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan profesionalisme mereka. Ketika usaha kecil dapat menyediakan layanan berkualitas tinggi, daya saing destinasi secara keseluruhan akan sangat meningkat. Asosiasi Bisnis & Perusahaan Swisscontact memiliki tujuan untuk mendukung berbagai usaha pariwisata dan individu terkait, seperti pemandu wisata, hotel, restoran, serta operator selam dan tur, dalam meningkatkan kualitas layanan mereka. Hal ini dilakukan melalui dukungan secara sistematis kepada asosiasi terkait dalam membangun kapasitas mereka untuk memberikan layanan kepada anggotanya. Dikarenakan oleh karakteristik dan keberadaannya pada destinasi, asosiasi-asosiasi yang paling utama didukung adalah asosiasi pemandu wisata, hotel & restoran. Kegiatan khusus dari program berfokus pada penciptaaan struktur yang layak serta tugas-tugas yang berorientasi hasil yang memungkinkan asosiasi untuk menjadi titik fokus yang kuat sebagai tempat rekomendasi yang kompeten untuk anggota saat ini dan masa depan. Sebuah asosiasi pemandu wisata di Flores meminta dukungan dari proyek untuk menghasilkan sebuah buku saku. Hal ini untuk disebarluaskan di antara pemandu wisata untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang destinasi, tetapi juga kemampuan bahasa, karena informasi yang diberikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Agar usaha kecil lokal paham mengenai pentingnya kualitas yang memadai serta keberadaan dan pentingnya meningkatkan kualitas layanan, asosiasi didukung untuk mengembangkan piranti kerja (toolkit) untuk berbagai bidang kerja pada hotel dan restoran serta untuk pemandu wisata. Toolkit didasarkan pada standar kerja nasional saat ini (SKKNI) dan disesuaikan dengan kebutuhan kontekstual tertentu pada destinasi. Seperangkat instrumen berisi alat-alat seperti petunjuk praktis, contoh-contoh, daftar periksa dan formulir evaluasi, membuat informasi tersebut mudah diakses oleh pengguna akhir. Masalah mengenai kualitas layanan terdapat di semua lokasi Program dan oleh karena itu inisiatif mengenai toolkit dapat direplikasi pada tiga destinasi baru untuk mendorong kualitas pelayanan yang lebih tinggi. Pelatihan penggunaan Toolkit, Flores Di Flores, delapan toolkit dikembangkan, untuk tingkat manajemen bisnis (manajemen keuangan, pemasaran & penjualan, sumber daya manusia), housekeeper, resepsionis, pramusaji, juru masak dan pemandu wisata. Beberapa bisnis mendapatkan toolkit dan menggunakan-nya untuk secara internal mengadaptasi prosedur operasi untuk meningkatkan kualitas layanan-nya. Jika mereka memerlukan bantuan lebih lanjut untuk melakukan hal ini, mereka dapat meminta dukungan dari kelompok ahli DMO - sekelompok profesional dari industri pariwisata Flores yang bertindak sebagai pelatih resmi untuk bisnis. Sebuah pendidikan pariwisata yang berorientasi formal dan industri sangat penting bagi kompetensi tenaga kerja dalam memberikan kualitas pelayanan yang optimal. Dengan demikian, perbaikan pada peningkatan standar pelayanan adalah penting untuk memulai intervensi yang berfokus pada peningkatan kapasitas baik pada sekolah kejuruan maupun lembaga pendidikan tinggi. Sekolah Menengah Kejuruan Di Indonesia, sekolah kejuruan untuk pariwisata disebut SMK Pariwisata (Sekolah Menengah Kejuruan). Program SMK, seperti perhotelan atau tur dan perjalanan wisata (tour dan travel), berfokus pada pendidikan yang berorientasi praktik kepada siswa. Namun, beberapa isu penting umum terjadi di SMK di daerah terpencil, seperti kurangnya kompetensi guru atau fasilitas yang sesuai serta kurikulum yang memadai sesuai dengan kebutuhan industri. Hal ini berakibat pada lulusan SMK yang sulit diserap oleh pasar pariwisata, dengan banyak yang menganggur atau membutuhkan pelatihan ulang secara menyeluruh oleh pelaku bisnis pariwisata. Program memiliki tujuan untuk mendukung SMK terpilih pada destinasi untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Fokus utama adalah pada kapasitas guru, termasuk pengembangan bersama bahan ajar, dan perbaikan dan pemeliharaan sarana yang berkaitan dengan pariwisata. Penekanan khusus ditujukan pada pembentukan hubungan yang kuat antara SMK dan industri pariwisata guna meningkatkan kualitas dan relevansi dari pengalaman praktis yang siswa bisa dapatkan tidak hanya melalui sekolah tetapi juga melalui program magang. Di bidang peningkatan kapasitas lembaga pendidikan tinggi, program memilih tiga universitas pariwisata publik, yaitu STP Bali, STP Bandung dan AKPAR Makassar. Universitas-universitas tersebut menawarkan program diploma dalam manajemen destinasi atau program yang terkait dengan bidang tersebut. Fokus dukungan terletak pada keahlian dalam kurikulum dan pengajar, sebagaimana manajemen destinasi adalah bidang studi yang relatif baru. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk menghubungkan universitas terpilih dengan universitas mitra nasional maupun internasional Swiss atau lainnya untuk merangsang pertukaran pengetahuan dan membangun keahlian. Program dapat berkisar mulai dari saling memberikan kuliah tamu hingga berpartisipasi dalam acara dan seminar nasional dan internasional. Dengan mendorong aspek-aspek ini, program memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas keseluruhan dari program studi yang berkaitan dengan manajemen destinasi, yang mengarah kepada lulusan yang kompeten dengan keterampilan manajemen yang meningkat untuk destinasi wisata di Indonesia. Siswa SMK mempraktekkan penyajian makanan dan minuman 12 13

Dukungan Pemerintah Pemerintah daerah memainkan peranan penting untuk pengembangan pariwisata di daerah mereka. Terutama terkait dengan lingkungan bisnis yang memadai, yang disajikan dalam rencana dan peraturan yang berlaku. Aspek penting lainnya yang terhubung ke topik bahasan ini adalah untuk melestarikan daya tarik alami dari destinasi, yang sangat penting untuk mempertahankan minat wisatawan yang mencari destinasi tanpa cela. Perencanaan Daerah Untuk memastikan lingkungan yang dikelola dengan baik untuk industri pariwisata dengan juga memperhitungkan konteks lokal, sangatlah penting bahwa pemerintah secara tepat membuat rencana pengembangan destinasi. Adalah penting bahwa aspek keberlanjutan, misalnya mengenai daya dukung atau dampak sosial diperhitungkan ketika mengembangkan rencana induk pariwisata. Seringkali, terutama pada destinasi kecil, otoritas pariwisata tidak memiliki pengetahuan tentang perencanaan pariwisata serta sumber daya untuk mendapatkan keahlian yang dibutuhkan. Oleh karena itu, Program menawarkan dukungan kepada pejabat pada bidang ini dengan menyediakan konsultan lokal dan internasional. Proyek mendukung penyusunan Rencana Induk Pariwisata Flores, untuk memastikan bahwa arah pengembangan pariwisata di pulau dikonseptualisasikan. Berdasarkan permintaan dari otoritas lokal, proyek juga bekerja pada tingkat yang lebih rendah untuk membantu penyusunan rencana yang lebih rinci untuk tingkat kabupaten. Pengelolaan Limbah Padat Program tidak akan bekerja dengan lingkup dan kegiatan yang sama dalam hal pengelolaan sampah pada semua destinasi, sehingga kegiatan akan beragam. Contoh untuk intervensi adalah: mendukung pemerintah dengan pengelolaan limbah padat, inisiatif untuk pengurangan plastik, serta pendidikan masyarakat setempat dan wisatawan mengenai penggunaan sumber daya. Banyak isu mengenai sampah di lingkungan berasal dari plastik yang tertinggal selama kunjungan ke situs wisata. Salah satu bidang di mana program memiliki maksud untuk lebih ditekankan adalah untuk memperkenalkan kode etik di mana misalnya turis membawa sampahnya kembali ke akomodasi mereka setelah kunjungan harian mereka ke situs alam atau desa. Hal ini dapat sangat mengurangi limbah yang tertinggal di sepanjang jalan atau di lokasi dan karenanya dapat meningkatkan baik pengalaman wisata maupun kebersihan dari destinasi. Apa hasil yang telah dicapai? Prestasi yang dapat dilaporkan sampai saat ini adalah dari tahap pertama program Swisscontact di Flores. DMO berhasil dibentuk dan telah berfungsi dengan baik. Meskipun sebagai organisasi muda, pemangku kepentingan mengenali DMO sebagai organisasi yang memiliki dampak positif pada industri pariwisata di Flores. Tahap pertama dari program mampu mendongkrak sektor pariwisata Flores yang mengarah pada peningkatan yang signifikan dari pendapatan bagi ratusan keluarga. Saat ini, lebih banyak orang mengunjungi pulau indah ini dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Sejak awal program, jumlah pengunjung internasional telah meningkat dengan angka sekitar 20% dan domestik dengan 85%. Pengunjung tinggal lebih lama dan penghasilan yang dihitung dari pengunjung telah meningkat hampir 50%. Flores berfungsi sebagai contoh positif bagi daerah lain di Indonesia. Pengalaman berharga yang dipelajari di sana sekarang dapat diteruskan ke daerah lain, di satu sisi melalui fase kedua dari program ini, di sisi lain melalui pertukaran pengetahuan dengan destinasi lain. Keberhasilan program di Flores menunjukkan bahwa dampak positif yang sama dapat dicapai pada tiga destinasi tambahan yang ditargetkan. Pada masing-masing destinasi, program akan mengadaptasi pendekatan dan desain kegiatan sebelumnya disesuaikan dengan konteks lokal untuk memastikan manfaat tertinggi di setiap destinasi. Cara pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam dan budaya sementara juga berkelanjutan secara ekonomi - ini adalah visi yang SECO dan Swisscontact niatkan untuk dikejar bersama dengan para pemangku kepentingan lokal. Banyak masyarakat di daerah sasaran, hidup dalam kemiskinan, namun kesempatan mereka untuk memperoleh pendapatan yang cukup dapat ditiingkatkan secara substansial melalui inisiatif ini. Di Labuan Bajo, inisiatif untuk mengurangi sampah plastik termasuk di antaranya produksi tas belanja yang dapat digunakan kembali, botol air yang dapat digunakan kembali (terbuat dari stainless steel) dan stasiun air isi ulang. Ini dilaksanakan oleh perusahaan yang menyediakan dan menjual produk-produk ini. Terutama operator selam yang bersemangat untuk berpartisipasi dan menggunakan botol yang dapat digunakan kembali dan stasiun isi ulang. Inisiatif pengelolaan sampah di Labuan Bajo, Flores Penduduk lokal dan tamu di puncak Kelimutu, Flores 14 15

We Create Opportunities Swisscontact WISATA Jl. Batur Sari 20SB Sanur Denpasar, Bali Indonesia 80227 Tel. +62 361 283 221 www.swisscontact.org Publishing Information: Layout and texts: Swisscontact WISATA Photos: Swisscontact WISATA, Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi Swiss NPO-Code: The structure and management of Swisscontact conforms to the Corporate Governance Regulations for Non-Profit Organisations in Switzerland (Swiss NPO-Code) issued by the presidents of large relief organisations. An audit conducted on behalf of this organisation showed that the principles of the Swiss NPO-Code are adhered to. ZEWO-Seal of Approval: Swisscontact was awarded the Seal of Approval from ZEWO. It is awarded to non-profit organisations for the conscientious handling of money entrusted to them, proves appropriate, economical and effective allocation of donations and stands for transparent and trustworthy organisations with functioning control structures that uphold ethics in the procurement of funds and communication. Swisscontact is regularly audited on the adherence to these criteria. (Source: ZEWO) Société Général de Surveillance (SGS): Swisscontact has been awarded the Certificate of the International Inspection Agency Société Générale de Surveillance (SGS) within the NGO Benchmarking Program. Agustus 2014