RISK BASED CAPITAL : Dari Basel I menuju Basel II. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan



dokumen-dokumen yang mirip
Sekilas Implementasi Basel II

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Singapore yang telah mengadopsi Kerangka Basel II tentang Risk Based Capital

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pendekatan Perhitungan Risiko Operasional

BAB 4 PEMBAHASAN PERSIAPAN IMPLEMENTASI BASEL II DI BANK MEGA

Sekilas Implementasi Basel II

Konsep Dasar Kegiatan Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. dengan sifat bank sebagai lembaga yang highly geared. berfungsi sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian.

No. 14/37/DPNP Jakarta, 27 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

PERLUNYA PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO. Disusun Oleh : Eko Dedi Rukminto

POKOK POKOK PENGATURAN TENTANG PERHITUNGAN AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK KREDIT USAHA KECIL (KUK)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO DAN PEMENUHAN CAPITAL EQUIVALENCY MAINTAINED ASSETS

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

Lampiran 1 : Ilustrasi Pengungkapan Kecukupan Modal-Metode Standar

Bab 1 Pendahuluan. 1 Prinsip adoption at all costs approach harus dihindari, khususnya negara berkembang deng an sistem

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

2 mengelola risiko; dan (iv) mengurangi ketidakpastian pasar (market uncertainty) serta kesenjangan informasi (asymmetric information). Di sisi lain,

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Operasional

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/10 /PBI/2003 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL GUBERNUR BANK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya

PEMENUHAN MODAL INTI MINIMUM (TIER

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 1 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kondisi industri bisnis di Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/13/PBI/2007 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM DENGAN MEMPERHITUNGKAN RISIKO PASAR

No. 10/ 19 /DPNP Jakarta, 30 April Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

Bank Danamon Laporan Tahunan Manajemen Risiko & Tata Kelola Perusahaan

a. Penilaian Faktor Profil Risiko

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

No.13/ 24 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2017 TENTANG

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/ 9 /PBI/2004 TENTANG TINDAK LANJUT PENGAWASAN DAN PENETAPAN STATUS BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian manajemen puncak lembaga-lembaga keuangan di dunia (Mc. Peningkatan perhatian tersebut dipicu oleh adanya

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesempatan (opportunity). Sedangkan ketidakpastian yang berdampak. merugikan dikenal dengan istilah resiko (risk).

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB III Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Manajemen resiko operasional masih relatif baru bagi bank-bank di

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

TANTANGAN BANK NASIONAL MENJALANKAN BISNIS KONGLOMERASI DI INDONESIA. Susy Liestiowaty

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14 /PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2018

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Bagian 1: Format Standar Pengungkapan Perhitungan Basel III

MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

ANALISIS PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK SETELAH DAN SEBELUM DIBERLAKUKAN PBI No:13/1/PBI/2011 (STUDI KASUS PT BANK X)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 3 /PBI/2011 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/1/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 8 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Consultative Paper: Pengungkapan Pilar 3

GUBERNUR BANK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak (Dalam Jutaan Rp)

Perspektif Pengawasan dan Regulasi Lembaga Keuangan Mikro

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2016 TAHUN 2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /SEOJK.03/2017

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN

No. 13/31/DPNP Jakarta, 22 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia

MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN

Transkripsi:

RISK BASED CAPITAL : Dari Basel I menuju Basel II Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan

Agenda 1.Pokok-Pokok Kerangka Basel II 2.Implementasi Basel II di Indonesia 2

Sejarah Basel Capital Adequacy Accord Rekomendasi dan Pedoman yang dikeluarkan Basel Committee on Banking Supervision ( BCBS ) dijadikan acuan Bank Sentral di lebih dari 100 negara G-10 dan non G-10 Juli 1988 Januari1996 Juni 2004 2007 Penerbitan Capital Accord (Basel I) Amandemen Basel I yang memasukkan Market Risk Publikasi New Capital Accord (Basel II) Implementasi oleh G-10 Diadopsi BI sejak 1993 Diadopsi BI sejak 2003 Akan diadopsi BI mulai 2008 3

The Old and the New Structure Capital Regulation Basel 1 Basel 2 Minimum Cap. Requirements Minimum Cap. Requirements Supervisory Review Process Market Discipline Weighted Risks Definition of Capital Weighted Risks Definition of Capital Credit Risk Market Risk Credit Risk Operational Risk Market Risk Standardised Approach Internal Rating-Based Approach Asset Securitisation Basic Indicator Approach Standardised Approach Advanced Measure. Approach Simplified Standardised Approach Foundation Approach Advanced Approach Standardised Approach Internal Rating-Based Approach Source: BIS, BCBS 4

Perbandingan BCA I dan BCA II Basel I Accord Fokus kepada suatu ukuran tunggal Memiliki pendekatan sederhana terhadap tingkat sensitivitas risiko Menggunakan pendekatan one single size fits all atas risiko dan modal Basel II Accord Fokus kepada metode internal Memiliki tingkat sensitivitas terhadap risiko yang tinggi Fleksibel untuk memenuhi kebutuhan beragam bankbank 5

Mengapa Basel II Perlu Diterapkan? 1. Mendorong industri perbankan untuk terus meningkatkan kemampuan manajemen risiko 2. Memperkenalkan teknik penilaian risiko secara lebih komprehensif 3. Mendorong market discipline melalui penyempurnaan aspek transparansi informasi keuangan 4. Konvergensi antara regulatory dan economic capital 5. Meningkatkan kualitas pengawasan 6. Memperluas kesetaraan dalam persaingan antar bank dengan menciptakan level playing field sesuai standar perbankan internasional 7. Adanya kelemahan dalam framework Basel I terdahulu, yaitu : Pendekatan one-size-fits-all sudah tidak relevan Belum mencakup seluruh risiko yang dihadapi bank (mis. risiko operasional, reputasi, strategik, likuiditas, dll.) Belum mengakui keberadaan agunan (collateral) dan bentuk mitigasi risiko lainnya yang dapat menciptakan insentif bagi perbaikan pengelolaan risiko 6

3 Pillar yang Mutually Reinforcing Basel II secara eksplisit menekankan bahwa modal hanya merupakan satu aspek dalam standar/pengaturan prudential. Hal ini terlihat melalui 3 Pillar yang direkomendasikan dalam Basel II. Minimum Capital Requirements (Pillar 1) Supervisory Review Process (Pillar 2) Market Discipline (Pillar 3) Bank harus memelihara modal yang cukup untuk mendukung aktivitas risk taking Bank harus dapat menilai risiko dari aktivitas yang dilakukan, dan pengawas harus dapat mengevaluasi kecukupan penilaian yang dilakukan bank Bank harus mengungkapkan berbagai informasi untuk mendorong mekamisme pasar sehingga dapat mendukung fungsi pengawasan bank 7

Prakondisi Menuju Penerapan Basel II Pillar 1 Pillar 2 Pillar 3 Industri perbankan mengembangkan budaya manajemen risiko Pengawasan yang efektif, mis. kepatuhan terhadap 25 BCP s Pengaturan yang jelas mengenai disclosure sehingga mendorong transparansi 8

Scope of Application Diversified Financial Group Holding Company Commercial Bank Finance Company Rural Bank Insurance Company Securities Company 9

Pillar 1 Minimum Capital Requirements Definisi Tier 1, Tier 2, dan Tier3 tidak berubah Minimum Capital Ratio = 8% = Modal (Tier 1 = Tier 2 + Tier 3) Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Hanya perhitungan ATMR yang berubah 10

Pillar 1 Minimum Capital Requirements Minimum Capital Ratio = 8% = Modal Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Risiko Pasar Risiko Kredit Risiko Operasional Risiko kerugian dari posisi dalam on dan off balance sheet yang timbul karena perubahan faktor psar (suku bunga dan nilai tukar) Risiko kerugian karena debitur/counterpar ty gagal memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian yang disepakati Risiko kerugian langsung maupun tidak langsung yang disebabkan faktor kelemahan atau kegagalan proses internal, SDM, sistem, dan kejadian eksternal Perubahan Tidak Signifikan Perubahan Signifikan Tambahan Risiko 11

Pillar 1 Minimum Capital Requirements Alternatif Pendekatan Perhitungan Beban Modal (Capital Charge) SIMPLE COMPLEX Credit Risk Standardized Approach Internal Ratings-Based Approaches Foundation IRB Advanced IRB Market Risk Standardized Approach Internal VaR Models Operational Risk Basic Indicator Standardized Approach Advanced Measurement Approaches 12

Pillar 1 Minimum Capital Requirements CREDIT RISK - Standardized Approach Dengan Standardized Approach, bobot risiko ditetapkan berdasarkan peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat yang diakui otoritas pengawas. Berikut adalah contoh penetapan bobot risiko. Credit AAA A+ BBB+ BB+ Below Unrated Assessment to AA- to A- to BBB- to B- B- Sovereigns 0% 20% 50% 100% 150% 100% PSEs 20% 50% 100% 100% 150% 100% Banks 20% 50% 100% 100% 150% 100% Credit AAA A+ BBB+ Below Unrated Assessment to AA- to A- to BB- BB- Corporates 20% 50% 100% 150% 100% Khusus untuk beberapa jenis portofolio, bobot risiko tidak berdasarkan hasil peringkat, misalnya portofolio ritel (75%), portofolio KPR (35%), past due loans (150%), dll. 13

Pillar 1 Minimum Capital Requirements CREDIT RISK Internal Ratings Based Approach Hanya bank yang memenuhi persyaratan tertentu yang dapat menerapkan IRB Bank harus memasukkan seluruh eksposur ke dalam kategori aset berdasarkan underlying risk characteristics, yaitu Corporate exposures, Sovereign exposures, Bank exposures, Retail exposures, Equity exposures, dan Eligible Purchased Receivables Bank harus menghitung komponen risiko (Probability of Default/PD, Loss Given Default/LGD, Exposure At Default/EAD) Pendekatan IRB : Foundation vs Advanced Approach Penetapan pendekatan yang akan digunakan sepenuhnya tergantung pada kemampuan bank Dalam foundation approach, bank menghitung sendiri PD, sementara komponen risiko lainnya ditetapkan otoritas pengawas Dalam advanced approach, bank menghitung seluruh komponen risiko 14

Pillar 1 Minimum Capital Requirements CREDIT RISK Internal Ratings Based Approach Parameter Penetapan Riskiness of a borrower, including aproximation of size Riskiness of a transaction Likely size of exposure Maturity Probability of Default (PD) Loss Given Default (LGD) Exposure at Default (EAD) Maturity (M) Risk Weighted Asset = EAD x ƒ(pd, LGD, M) 15

Pillar 1 Minimum Capital Requirements OPERATIONAL RISK Basic Indicator Approach Perhitungan beban modal didasarkan pada indikator rata-rata Gross Income selama 3 tahun terakhir dikalikan dengan (? ) K BIA = [ S ( GI 1 n x? ) ] / n K BIA = Beban Modal (Capital Charge) GI = Gross Income tahunan selama 3 tahun terakhir (hanya yang bernilai positif) n = Jumlah tahun dimana Gross Income bernilai positif? = 15%, sesuai rekomendasi Basel 16

Pillar 1 Minimum Capital Requirements OPERATIONAL RISK Standardized Approach Aktivitas bank dibagi dalam 8 lini usaha (business lines) BUSINESS LINES INDIKATOR BETA VALUE Corporate Finance Gross Income 18% Trading and Sales Gross Income 18% Retail Banking Gross Income 12% Commercial Banking Gross Income 15% Payment and Settlement Gross Income 18% Agency Services Gross Income 15% Retail Brokerage Gross Income 12% Asset Management Gross Income 12% 17

Pillar 1 Minimum Capital Requirements OPERATIONAL RISK Standardized Approach Perhitungan beban modal didasarkan pada indikator rata-rata Gross Income selama 3 tahun terakhir dikalikan dengan (?) untuk setiap lini usaha Total beban modal dihitung dengan menjumlahkan beban modal seluruh lini usaha K TSA = { Syears 1-3 max [ S(GI 1-8 x? 1-8 ), 0 ] } / 3 K TSA = Beban Modal (Capital Charge) GI 1-8 = Gross Income tahunan selama 3 tahun terakhir untuk 8 lini usaha? 1-8 = Persentase tertentu sesuai rekomendasi Basel 18

Pillar 1 Minimum Capital Requirements ECONOMIC VS REGULATORY CAPITAL % 35 30 Economic % 35 30 25 20 Basel I 8% 25 20 15 15 10 10 5 5 0 AAA AA A BAA BB B CCC-C 0 Current Proposed Economic Capital (High Side) Economic Capital (Low Side) 19

Pillar 2 Supervisory Review Process PHILOSOPHY Pillar 1 (capital framework) hanya merupakan approximation dan tidak sepenuhnya bersifat komprehensif Modal merupakan aspek critical untuk mengantisipasi risiko, namun bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang relevan. Bank harus memiliki prosedur dan proses pengukuran, pemantauan dan pengelolaan risiko yang baik. Untuk itu, Pillar 2 merekomendasikan penerapan 4 prinsip supervisory review process 20

Pillar 2 Supervisory Review Process PRINSIP 1 Bank harus memiliki proses penilaian kecukupan modal dengan senantiasa memperhatikan profil risiko secara menyeluruh, serta strategi untuk memelihara tingkat permodalan tersebut (Internal Capital Adequacy Assessment Process - ICAAP) ICAAP merupakan tanggung jawab internal bank yang harus terintegrasi ke dalam proses manajemen dan budaya pengambilan keputusan ICAAP harus bersifat risk based & forward looking ICAAP harus memperhatikan 5 faktor berikut : pengawasan direksi dan manajemen senior (board and senior management oversight) pengukuran modal yang baik (sound capital assessment) pengukuran risiko yang komprehensif (comprehensive assessment of risks) yang mencakup seluruh risiko material yang belum tercakup dalam Pillar 1 pemantauan dan pelaporan (monitoring and reporting) review kontrol internal (internal control review) 21

Pillar 2 Supervisory Review Process PRINSIP 2 Pengawas harus mereview dan mengevaluasi: (i) penilaian internal bank dan strategi kecukupan modal; dan (ii) kemampuan bank untuk memantau serta memastikan kepatuhan terhadap kewajiban pemeliharaan rasio permodalan (Supervisory Review and Evaluation Process SREP) SREP harus terintegrasi ke dalam praktek risk-based supervision dan diterapkan pada seluruh bank SREP mencakup seluruh aktivitas bank, seluruh risiko yang bersifat material serta internal governance SREP antara lain mencakup identifikasi masalah, risiko dan penyimpangan dalam pengendalian internal serta manajemen risiko, penetapan sejauhmana hasil dari ICAAP dapat diandalkan pengawas, review terhadap ICAAP yang dilakukan bank, serta penilaian kepatuhan terhadap pengaturan SREP menghasilkan output yang akan digunakan pengawas untuk menetapkan prudential measures serta action plan. 22

Pillar 2 Supervisory Review Process PRINSIP 3 Pengawas harus memiliki kewenangan untuk meminta bank memelihara permodalan diatas rasio modal minimum yang dipersyaratkan Pillar 1 mencakup minimum capital requirement yang merupakan buffer untuk mengantisipasi ketidakpastian. Buffers tersebut dapat memberikan keyakinan bahwa bank - dengan internal control yang baik, profil risiko yang terdiversifikasi dengan baik, serta permodalan yang memenuhi persyaratan Pillar 1 - akan dapat memenuhi tujuan dari Pillar 1, yaitu bank yang sehat. Disamping capital buffer pada Pillar 1, buffer juga dipersyaratkan dalam Pillar 2 untuk mengantisipasi specific uncertainties. Untuk itu, pengawas akan meminta bank untuk beroperasi dengan modal diatas persyaratan Pillar 1. 23

Pillar 2 Supervisory Review Process PRINSIP 4 Pengawas harus melakukan intervensi dini untuk mencegah permodalan bank turun dibawah tingkat minimum yang dipersyaratkan, serta menetapkan remedial action jika bank tidak dapat memelihara ataupun memperbaiki tingkat permodalan Pengawas harus mempertimbangkan rangkaian tindakan jika bank tidak memenuhi supervisory principles, antara lain : pemantauan yang lebih intensif, pembatasan dividen, kewajiban mempersiapkan capital restoration plan, kewajiban penambahan modal, dll General principles dalam menetapkan corrective actions antara lain : (i) harus memperhatikan aspek financial stablity dan depositor protection, (ii) harus dilakukan secara tepat waktu, (iii) manajemen bank harus berkomitmen terhadap langkah perbaikan, (iv) harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, dan (v) harus mengarah pada penyebab dan symptoms dari permasalahan bank (bukan hanya semata aspek permodalan). 24

Pillar 3 Market Discipline Pillar 3 yang dimaksudkan untuk melengkapi Pillar 1 dan Pillar 2, pada prinsipnya bertujuan : mendorong terciptanya lingkungan usaha perbankan yang sehat agar pengawas memiliki kewenangan untuk mengharuskan perbankan beroperasi secara sehat, antara lain dengan mengharuskan perbankan mengungkapkan seluruh informasi (disclosure) Melalui disklosur, diharapkan pelaku pasar dapat menilai informasi mengenai ruang lingkup laporan keuangan, permodalan, eksposur risiko, prosedur pengukuran risiko, serta kecukupan modal. Bank harus dapat menetapkan informasi yang dipandang material dan memilah antara informasi yang perlu diungkapkan dan informasi yang dipandang bersifat proprietary and confidential Frekuensi disklosur sesuai Pillar 3 adalah semesteran, kecuali untuk pengungkapan kualitatif atas kebijakan manajemen risiko bank (tahunan) atau pengungkapan modal inti, CAR dan komponennya (triwulanan) 25

Agenda 1.Pokok-Pokok Kerangka Basel II 2.Implementasi Basel II di Indonesia 26

Pedoman Implementasi dari BCBS Basel II bukanlah merupakan suatu tujuan, melainkan cara menuju pengembangan suatu sistem perbankan/ keuangan yang lebih sehat Perlunya kerjasama yang lebih erat diantara regulator, serta antara regulator dan industri high-level principles on crossborder implementation perlu diterjemahkan dalam standar yang applicable Keputusan mengenai waktu penerapan Basel II harus memperhatikan prioritas pengawasan, potential trade-offs dan dampak yang diinginkan Own objectives vs market expectations Perlu dilakukan dampak penerapan Penetapan terhadap penerapan seluruh pendekatan dan proses transisi Sejauh mana fleksibilitas waktu penerapan (roll out plan) 27

Pertimbangan Praktis dari BCBS Penilaian terhadap prioritas masing-masing otoritas Pemenuhan BCP merupakan indikasi yang baik terhadap keberlangsungan sistem pengawasan yang sehat Penentuan scope of application Practical steps untuk penerapan 3 Pillar Review dan penyesuaian terhadap legal & regulatory framework. Beberapa isu yang perlu diperhatikan : apakah otoritas pengawas memiliki kewenangan untuk mewajibkan persyaratan modal yang berbeda atau melebihi level minimum yang ditetapkan? pre-emptive dan corrective measures apa saja yang dapat dilakukan otoritas pengawas? Apakah otoritas pengawas memiliki kewenangan dan akses yang cukup atas seluruh informasi secara konsolidasi? Penilaian resources & kebutuhan training 28

Pilar 1 Langkah-langkah yang harus dilakukan National Discretion Dampak Kuantitatif Basel II Penilaian Praktek dan Kesiapan Bank Menyiapkan Perbankan untuk Implementasi Menyusun Pedoman Pengawasn/Pemeriksaan Proses Approval Pertukaran informasi diantara otoritas pengawas Otoritas oengawas harus menetapkan definisi, pendekatan & thresholds implementasi Menetapkan prudential standards & rules for compliance Memberikan operational framework bagi bank Mengukur dampak potensial terhadap permodalan Menilai kesiapan, gaps dan implementation challenges Melakukan dialog secara bilateral Mendorong bank melakukan perbaikan untuk menerapan pendekatan yang lebih sophisticated Menyusun pedoman kualifikasi untuk advanced approaches Menyusun pedoman bagi pemeriksa melakukan evaluasi atas kepatuhan bank terhadap standar Mengkomunikasikan proses transisi pendekatan Memfasilitasi progress dalam rencana implementasi Memfasilitasi cross-border supervision Melakukan dialogue mengenai tantangan dan hambatan implementasi 29

Pillar 2 Supervisory Issues Beberapa isu pokok yang perlu dipersiapkan : Apakah bank telah memiliki kerangka proses penilaian kecukupan modal (internal capital adequacy assessment process - ICAAP) yang baik? Bagaimana mendefinisikan sound framework? Bagaimana pengawas menerapkan supervisory minimum standards pada saat melakukan penilaian kualitas ICAAP bank? Apakah terdapat standar pengukuran other material risks? Bagaimana pengawas memastikan obyektivitas dan transparasi dari proses Pillar 2? 30

Pillar 3 Langkah-langkah yang harus dilakukan Beberapa langkah yang perlu dilakukan : Menilai gap antara currect vs Basel II disclosure requirements Meningkatkan infrastruktur yang mendukung transparansi Mereview kembali overlap antara accounting vs Basel II requirements Mengidentifikasi berbagai prekondisi yang diperlukan sehingga peningkatan cakupan dan kualitas disclosures dapat mendorong market disciplines Menformulasi cara untuk menilai efektivitas Pillar 3 31

Kemajuan Inisiatif Basel II Penyusunan Roadmap Implementasi Basel II, yang bertujuan untuk : Pelaksanaan studi kuantitatif (QIS 5) terhadap 40 bank Pembentukan Working Group dengan industri perbankan Pembentukan Tim Implementasi Basel II di masing-masing bank Penyelesaian template gap analysis sebagai acuan bagi perbankan dalam menyusun gap analysis dan action plan Penyusunan revisi standar akuntansi perbankan yang mengacu pada IAS Pelaksanaan berbagai studi terkait dengan national discretion Simulasi/diseminasi substansi Basel II 32

Beberapa Isu Strategis dan Tantangan Agar efektivitas, implementasi Basel II mensyaratkan perubahan yang mendasar dan komprehensif (total) dalam organisasi pengawasan bank: Perubahan paradigma : dari kepatuhan menuju pengawasan berbasis risiko. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia Penyempurnaan sistem dan alat-alat pengawasan termasuk penyempurnaan sistem pelaporan bank dan sistem informasi manajemen untuk pengawasan bank Komitmen dari pimpinan dan dukungan pihak terkait 33

Rencana (Roadmap) Implementasi P I L L A R 1 P I L L A R 2 PILLAR 3 Penerapan Pendekatan Perhitungan Risiko Penerbitan PBI Parallel Run (Standardized) 1) atau Proses Validasi (Internal Model) Efektif Perhit. CAR Penyempurnaan LBU On line System Risiko Lainnya 4) Penerbitan PBI Efektif Perhit. CAR Transparansi Penerbitan PBI Market Risk Standardized 2) Q3 2007 Q1 2008 - Q4 2008 Q1 2009 Q4 2008 Q1 2009 Internal Model 3) Q3 2007 dimulai Q3 2007 Q2 2008 Q2 2008 Q1 2009 Credit Risk Standardized Q3 2007 Q1 2008 - Q1 2009 Q1 2009 Q4 2008 Q1 2009 IRBA 3) Q4 2009 dimulai Q1 2010 Q4 2010 Q4 2010 Q2 2011 Operational Risk Basic Indicator Q3 2007 Q1 2008 - Q1 2009 Q1 2009 Q4 2008 Q1 2009 Standardized 3) Q4 2009 dimulai Q1 2010 Q4 2010 Q4 2010 Q2 2011 AMA 3) Q4 2009 dimulai Q2 2010 Q2 2011 Q4 2010 Q2 2011 Q 3 2 0 0 7 Q 1 2 0 0 9 Keterangan : 1) Selama periode paralel run, bank menyampaikan laporan secara off line 2) Penyempurnaan perhitungan risiko pasar sesuai Basel II 3) Pendekatan ini dapat digunakan oleh bank yang telah memenuhi persyaratan dan mendapat persetujuan BI 4) Termasuk risiko suku bunga di banking book, risiko reputasi, risiko strategik, dll Seluruh target waktu diatas merupakan target waktu penyelesaian 34

TERIMA KASIH Informasi lebih lanjut : Tim Inisiatif Basel II Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BANK INDONESIA Menara Radius Prawiro Lantai 9-10 Jl. MH Thamrin No.2 Jakarta Pusat Telp.3817471 Fax. 3518946 wimboh@bi.go.id imansyah@bi.go.id batunanggar#@bi.go.id indira@bi.go.id antop@bi.go.id