KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KUTA : STUDY TENTANG STRATEGI ETNIS TIONGHOA DALAM MENCIPTAKAN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KUTA 1969-2014



dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

Transkripsi:

KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KUTA : STUDY TENTANG STRATEGI ETNIS TIONGHOA DALAM MENCIPTAKAN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KUTA 1969-2014 Oleh: Ni Made Anggi Septiarana (1301505002) JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-nya karya tulis yang berjudul Ketahanan Sosial Budaya Masyarakat Kuta : Study Tentang Strategi Etnis Tionghoa Dalam Menciptakan Ketahanan Sosial Budaya Masyarakat Kuta 1969-2014 dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun material sehingga karya tulis ini dapat tersusun dengan baik, terutama kepada dosen pembimbing penulis yaitu, Dr. Nyoman Wijaya, M.Hum. yang selalu membimbing dan mengoreksi semua yang dilakukan penulis sehingga terwujudlah sebuah karya tulis ini. Penulis menyadari bahwa apa yang telah dipaparkan pada karya tulis ini masih jauh dari tingkat sempurna baik menyangkut isi, teknis, maupun bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan karya tulis ini. Walaupun banyaknya kekurangan itu, penilaian sepenuhnya diserahkan kepada para pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat sehingga dapat disimak dalam bentuk bahan bacaan. Denpasar, 4 Juni 2015 I Ni Made Anggi Septiarana

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI. ii RINGKASAN. iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Pertanyaan Penelitian... 5 1.3. Tujuan Penulisan 5 1.4. Manfaat Penulisan... 6 1.5 Tinjauan Pustaka.. 7 1.6 Metodologi sejarah.. 9 1.7 Kerangka Teoritis. 11 1.8 Kerangka Konseptual... 13 1.9 Metode penelitian dan sumber... 15 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Geografis Wilayah Kuta 19 2.2 Gambaran Umum Masyarakat Tionghoa di Kuta. 20 BAB III PERBEDAAN KEBERTAHANAN ETNIS TIONGHOA DI KUTA SEBELUM DAN SESUDAH TAHUN 1969 3.1. BERTAHANNYA ETNIS TIONGHOA DI KUTA 1950-1969 3.1.1 Dikeluarkannya peraturan pertama pemerintah tahun 1959... 25 3.1.2 Kerjasama Antara Pemerintah Indonesia Dengan Pemerintah Cina. 26 II

3.2 BERTAHANNYA ETNIS TIONGHOA DI KUTA TAHUN 2000-2014 3.2.1 Kebijakan Dalam Bidang Agama.. 27 BAB IV ETNIS TIONGHOA MASIH TETAP BERTAHAN UNTUK TINGGAL DI KUTA 4.1. ETNIS TIONGHOA MASIH TETAP BERTAHAN UNTUK TINGGAL DI KUTA 4.1.1 Sistem Kepercayaan... 29 4.1.2 Sistem kekerabatan. 30 4.1.3 Sistem ekonomi yang kuat. 31 BAB V BAB VI INTERAKSI YANG TERJALIN ANTARA ORANG TIONGHOA DENGAN ORANG BALI LOCAL DI KUTA 5.1 WUJUD INTERAKSI YANG TERJALIN ANTARA ORANG TIONGHOA DENGAN ORANG BALI LOCAL DI KUTA 5.1.1 Interaksi dalam bidang keagamaan 35 5.1.2 Interaksi dalam bidang kesenian. 36 PENUTUP 6.1 Kesimpulan. 38 DAFTAR PUSTAKA...... 39 LAMPIRAN.. 42 III

Ringkasan Interaksi merupakan salah satu yang terpenting didalam kehidupan individu. Tanpa adanya interaksi kehidupan tidak akan harmonis bahkan memicu konflik sosial. Interaksi yang terjalin selama berpuluh-puluh tahun lamanya antara etnis tionghoa dengan masyarakat lokal bali di kuta mengakibatkan terjadinya akulkturasi kebudayaan. Awal kedatangan etnis tionghoa yaitu sebagai pedagang, menyebar ke suluruh wilayah yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah Bali. Wilayah kuta merupakan salah satu wilayah pelabuhan yang dalam sejarah banyak di masuki oleh kapal-kapal asing. Arus perdagangan yang bebas mengakibatkan banyak masuknya etnis cina pelarian yang berdagang di kuta. Awal kebertahanan etnis tionghoa di kuta yang tidak bertahan lama oleh karena goncangan yang berasal dari dalam Negara saat itu mengakibatkan berkurangnya etnis tionghoa di indoensia. Khususnya di bali kebertahanan etnis tionghoa awal tahun 1959 mulai menurun dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah yang melarang selain orang pribumi untuk tinggal di Indonesia. Namun awal tahun 1999 oleh karena adanya ketetapan oleh presiden yang mencabut peraturan pemerintah yang melarang komunisme untuk tinggal di Indonesia memberikan nafas baru bagi etnis cina yang saat itu memilih menjadi warga Negara Indonesia. Di bali khususnya di wilayah kuta yang terkenal banyak etnis tionghoa menjadi bagian desa pekraman. Dibangunnya banjar dharma semadi sebagai wadah sosial untuk masyarakat etnis tionghoa dikuta awal pembangunananya yaitu tahun 1970. IV

Kebertahanan etnis tionghoa di kuta saat ini tidak lepas dari adanya pengaruh dari dalam, yaitu faktor kekerabatan, faktor ekonomi dan faktor keagamaan. Selain dari interaksi yang terjalin dalam bentuk sosial dan budaya serta kesenian menyebabkan hubungan ini seakan tidak akan pernah lekang oleh waktu. Kata kunci : interaksi sosial sosial, kebertahanan, monoritas. V

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi dengan umat beragama lain adalah sesuatu yang tidak dapat di hindari, demikian halnya yang terjadi di kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Masyarakat Kuta dapat dikatakan bersifat Plural, terutama di era globalisasi sekarang ini. dikatakan demikian karena masyarakat kuta saat ini senantiasa masih terlihat berinteraksi dengan komunitas atau etnis lain. Penelitian ini menyoroti kebertahanan masyarakat Tionghoa dalam interaksinya dengan masyarakat bali local di kuta. Sebagian besar masyarakat tionghoa menganut kepercayaan Buddha. Agama Budha telah memperlihatkan tingkat toleransi dan keluesan yang luar biasa dalam sejarah penyebarannya. Tidak seperti penyebaran agama-agama lain, penyebaran agama budha di capai lebih melalui penyebaran gagasan dari pada migrasi orang. Arnold Toynbee yakin bahwa konteks Hindu yang di dalamnya agama Budha muncul sekurang-kurang ikut menyebabkan adanya (toleransi kaum budha). Toynbee memuji toleransi kaum hindu dan kaum budha ini sebagai prototip dari sikap keagamaan yang diperlukan untuk perdamaian dalam dunia yang pluralistic seperti dewasa ini. 1 Sekalipun Kawasan lainnya yaitu kuta selatan yang merupakan daerah pariwisata tidak mampu untuk menggeser kehidupan masyarakat tionghoa saat ini Dengan berkembangnya perekonomian di kuta. Sebagian besar masyarakat tionghoa bekerja di kuta saat ini seperti membuka usaha ketering, bekerja di hotel dan beberapa usaha lainnya. Beberapa bentuk system perdagangan ini merupakan salah satu sifat yang di wariskan oleh para leluhur mereka. Dan 1 Harold Coward, Pluralisme tantangan agama-agama (Kanisius : Yogyakarta, 1989), p. 147-148

2 adanya system kepercayaan yang kuat membuat masyarakat tionghoa untuk tetap bertahan di kuta. Suatu bentuk kepercayaan masyarakat Buddha yaitu Fengshui merupakan alat bantu untuk dapat membuat keputusan yang memiliki argumentasi pembenaran yang mendekati pasti, dalam lingkungan kehidupan nyata yang hanya terdiri dari variable ketidak pastian. Dalam hal ini feng-shui merupakan suatu kepercayaan kuno yang digunakan dan dipercaya oleh orang Tionghoa dalam menentukan arah pembangunan dalam hal ini terkait dengan pola arsitektur rumah. Namun kepercayaan feng-shui ini menjadi salah satu alasan utama orang tionghoa masih bertahan di suatu daerah. Karena orang tionghoa percaya jika leluhurnya telah menentukan tempat untuk mereka hidup dan berkembang dan membawa keberuntungan bagi mereka semua. 2 Selain kepercayaan tersebut beberapa bentuk komunikasi yang terjalin harmonis dengan masyarakat bali local juga sangat berpengaruh. Menurut buku karangan Alo Liliweri, Komunikasi dan Kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat kebertahanan suatu kebudayaan di wilayah tertentu terletak pada langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal maupun nonverbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. Dengan demikian, komunikasi lintas budaya sangat penting artinya dalam meningkatkan pemahaman makna kebudayaan masing-masing daerah untuk meningkatkan kebertahanan suatu kebudayaan yang hidup dan berkembang di suatu wilayah di Indonesia. 3 2 Sugiri Kustedja, Antariksa Sudikno., et. al. Feng-shui : Elemen Budaya Tionghoa Tradisional (Melintas : Yogyakarta, 2012), p. 61-89 3 Alo Liliweri. Prasangka dan konflik : komunikasi lintas budaya masyarakat multicultural (LKiS : Yogyakarta, 2005), p. 62-67

3 Sesuai dengan adanya pemekaran wilayah Kuta menjadi beberapa lingkungan. Pemekaran ini tentu berdasarkan dari segi jumlah penduduk, luas wilayah serta sarana dan prasarana yang ada di Kuta. Pemekaran yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan pariwisata di kuta. Kaitannya dengan tionghoa yang sudah lama tinggal di kuta yang sebelumnya ada di setiap lingkungan desa kuta, hingga akhirnya di lakukan pemekaran lingkungan oleh kelurahan memutuskan masyarakat tionghoa untuk di tempatkan di satu lingkungan banjar yang ada di kuta. Keputusan yang di keluarkan oleh kelurahan kuta ini merupakan salah satu upaya untuk dapat mengumpulkan masyarakat Tionghoa yang tinggal menyebar di setiap lingkungan desa di kuta dan. Akhirnya pada saat acara kuta carnival yaitu pada tahun 2007 diresmikannya banjar dharma semadi sebagai salah satu banjar yang masuk di dalam lingkungan desa adat kuta. Salah satu bukti perkembangan agama budha di kuta yaitu adanya suatu bangunan vihara dharmayana, keberadaan vihara dharmayana sebagai vihara orang cina atau Tionghoa dapat dijadikan bukti sejarah bahwa daerah kuta yang mayoritas beragama Hindu mampu disentuh oleh agama budha. Ajaran atau aliran budha di vihara dharamayana yang menganut aliran dharamayana. Interaksi tidak hanya terbatas pada suatu ikatan ekonomi dan sosial, namun interaksi menyangkut berbagai aspek kerukunan umat manusia seperti agama, suku bangsa dan adat istiadat. Budha lahir dalam sebuah masyarakat Hindu, budha hidup pada masa agama hindu yang ditandai oleh pluralisme filsafat dan praktek keagamaan. Bentuk interaksi organisasi yang sudah lama terbentuk dalam etnis tionghoa yang saat ini ada di kuta, yang ditunjukkan dalam kegiatan desa pakraman yang khususnya menangani di bidang adat dan agama. Tindakan ini merupakan salah satu bentuk kontribusi orang tionghoa terhadap desa pakraman tidak lepas dari upaya mereka untuk mempertahankan identitas mereka yang berbasis symbol keagamaan berupa tempat ibadah dan pemakaman mereka yang ada di wilayah desa pakraman. Banjar dharma semadi

4 merupakan sebuah banjar yang dibangun sebagai bentuk upaya pelestarian tradisi leluhur mereka sebagai mana mereka telah memakai kebersamaan mereka dalam desa pakraman sehingga karakteristik dan acuannya menjadi stabil. Orang tionghoa dalam hal ini bukan hanya mereka yang telah tercatat menjadi warga desa pakraman, melainkan juga mereka yang juga tidak menjadi anggota desa pakraman. Interaksi lainnya yaitu terlihat saat adanya upacaraupacara keagamaan umat hindu begitu pula sebaliknya dilakukan oleh umat hindu untuk orang-orang tionghoa yang tercermin saat adanya upacara keagamaan. Interaksi ini akan terus terjalin harmonis jika kedua bentuk kebudayaan yang berbeda ini bisa saling duduk berdampingan tanpa adanya unsur saling mendominasi yang dapat menimbulkan kehancuran. Konflik dan integrasi merupakan dua hal yang esensial dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih dalam masyarakat yang plural. Oleh sebab itu acuan motifasi orang tionghoa dan orang bali di atur oleh awig-awig (peraturan) desa pakraman. Berdasarkan data maupun pengamatan peneliti maka tampak bahwa sekalipun adanya peluang untuk tinggal di tempat lain namun kebertahanan masyarakat tionghoa masih tetap terjaga dengan orang bali local lainnya. Namun yang menjadi penekanan disini yaitu adanya bentuk system kepercayaan dan kekerabatan yang terkait dengan upaya kebertahanan orang tionghoa dengan orang bali local di kuta. Adanya upaya-upaya atau bentuk interaksi yang dapat dilihat akibat adanya akulturasi di antara dua kebudayaan tersebut dan terbentuknya banjar dharma semadi sebagai bentuk untuk memaknai kebersamaan mereka dalam desa pakraman.

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diangkat sebuah rumusan permasalaha yakni, adanya korelasi sebab akibat antara kuatnya hubungan sistem kepercayaan dan system kekerabatan yang baik menyebabkan masyarakat Tionghoa bertahan di Kuta. Oleh karena itu formulasi permasalah tersebut di atas dijabarkan melalui 3 buah pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana perbedaan kebertahanan etnis tionghoa di Kuta sebelum dan sesudah tahun 1969? 2. Mengapa Etnis tionghoa masih tetap bertahan untuk tinggal di Kuta? 3. Apakah wujud interaksi yang terjalin antara orang Tionghoa dengan orang Bali local di Kuta saat ini? 1.3 Tujuan Penelitian Pemikir Yahudi Amerika modern yaitu Jacob Agus mengartikan pluralisme sebagai pemahaman akan kesatuan dan perbedaan yaitu kesadaran mengenai suatu ikatan kesatuan dalam arti tertentu bersama-sama dengan kesadaran akan keterpisahan dan perpecahan kategori. Keunikan setiap agama memberikan kesaksian tentang keanekaragaman tanggapan yang mungkin terhadap Yang Kuasa. Keanekaragaman di anggap bernilai karena memperkuat seluruh komunitas rohani yang pluralistic. Oleh sebab itu suatu yang dianggap memperkuat akan menjadikan suatu agama bertahan di suatu wilayah yang dianggapnya memiliki suatu kekuatan atau keberuntungan. Inilah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tionghoa yang ada di Kuta saat ini. kebertahanan mereka membawa penelitian ini untuk menguak suatu peristiwa sejarah budaya yang perlu untuk di lestarikan. Oleh sebab itu atas dasar pemahaman diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

6 1.3.1. Mengetahui alasan orang tionghoa masih tetap bertahan untuk tinggal di Kuta 1.3.2. Mengetahui wujud integrasi kebudayaan masyarakat tionghoa di Kuta 1.3.3. Mengetahui wujud interaksi yang terjalin antara orang Tionghoa dengan orang Bali local di Kuta saat ini 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1. Secara akademis menambah substansi sejarah local khususnya sejarah kebudayaan 1.4.2.Memberikan sumbangan kepada para sejarawan mengenai tulisan sejarah yang menggunakan pendekatan ilmu budaya dalam penulisan sejarah kebudayaan 1.4.3. Membuktikan penggunaaan pendekatan ilmu budaya mampu membuka lebih jauh tema-tema sejarah kebudayaan yang masih tersembunyi di masyarakat

7 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan beberapa sumber pustaka yaitu pertama dalam buku Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia : sebuah bunga rampai, 1965-2008 yang ditulis oleh Leo Suryadinata, dalam buku tersebut Leo menjelaskan Keragaman multietnis di Indonesia yang adalah aset kekayaan bangsa Indonesia. Salah satunya Etnis Tinghoa adalah salah satu ras yang menghiasi keberagaman etnis di Indonesia. Selai itu dalam buku ini juga menjelaskan Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesiamenyajikan potret dinamika kehidupan orang Tionghoa dari awal abad ke-20 di Indonesia. Disamping menyajikan dinamika kehidupan kaum Tionghoa di Indonesia, buku ini juga memaparkan pendapat penulisnya mengenai kemerdekaan Indonesia. Lahirnya bangsa Indonesia merupakan suatu kebetulan sejarah, yakni akibat dari penjajahan Belanda dan pergerakan nasional merupakan buah dari hasil didikan Belanda pada pemuda-pemuda Indonesia. Ciri khas pergerakan itu terbagi menjadi bersifat sekuler (duniawi) dan juga bersifat Islam. Kedua, di dalam buku Negara Dan Etnis Tionghoa Kasus Indonesia yang dikarang oleh Leo Suryadinata Buku ini menjelaskan mengenai masalah etnis Tionghoa yang ada di Indonesia dan perkembangannya dari Jaman kolonialisme sampai dengan era reformasi. Buku ini menggambarkan tentang perjalanan etnis Tionghoa dari segi ekonomi, politik dan kebudayaan dalam konsep nasional. Dalam buku ini juga membahas tentang etnis Tionghoa di Asia Tenggara, yang mengkaji berbagai Konsep nation atau bangsa yang dianut Negara serta kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Dalam hal ini, bisa dilihat bahwa banyak Negara memiliki Konsep bangsa yang sempit, sering menimbulkan masalah terhadap etnis Tionghoa. Terbaur atau tidaknya etnis Tionghoa di Asia Tenggara

8 sebagian tergantung pada Konsep bangsa yang dianut oleh Negara tersebut Ketiga, di dalam buku Integrasi Budaya Tionghoa ke Dalam Budaya Bali dan Indonesia (Sebuah Bunga Rampai) yang di karang oleh Tim penulis Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan (KDT), bahwa dalam buku ini Terbentuknya kelompok multikultural di Bali tidak dapat dilepaskan dari adanya migrasi kelompok pendatang yang berasal dari berbagai daerah. Tantangan terbesar untuk menciptakan masyarakat multikultural yang harmonis memerlukan upaya keras, kesulitan yang paling besar adalah menciptakan harmonisasi masyarakat multikultural di daerah seperti Kota. Warga kota cenderung memiliki sifat individualisme dan sukar menjalin komunikasi. Hal ini hanya dapat dilaksanakan apabila terdapat pemberdayaan kelompokkelompok adat untuk ikut membantu terciptanya sebuah ruang komunikasi, sehingga para pendatang akan memahami bagaimana budaya Bali dan bagaimana masyarakat Bali selama ini hidup. Pembangunan berkebudayaan juga menghendaki terciptanya masyarakat multikultural yang harmonis antara masyarakat Bali dengan kaum pendatang. kaum pendatang tersebut salah satunya Komunitas Tionghoa yang ada di bali Keempat, di dalam buku Dari Tatapan Mata Ke Pelaminan Sampai di Desa Pakraman yang di karang oleh Ni Luh Sutjiati Beratha, I Wayan Ardika dan I Nyoman Dhana menjelaskan bagaimana Keberadaan orang Cina di Bali ternyata tidak mengalami pertentangan. Hubungan orang Cina dan orang Bali cukup harmonis. Terlebih lagi, ada banyak pasangan dari kedua etnis ini yang akhirnya menikah. Perkawinan antar etnis ini bukan sesuatu yang mudah, karena pada dasarnya masing-masing etnis telah menetapkan aturan untuk memilih pasangan dari etnis yang sama. Namun, pasangan-pasangan ini mampu menjalani perkawinan antar etnis dengan mencapai integrasi sosial yang kuat di Desa Pakraman. Namun,

9 sayang judul buku yang baik tidak sejalan dengan penataan sampul dan isi bukunya. Sampul buku yang didominasi warna merah dan gambar Klenteng memang mencirikan orang Cina sebagai salah satu informan. Namun, tampilan kedua orang dalam buku ini tidak akan cukup mencerminkan adanya hubungan orang Bali dan orang Cina. Kelima, di dalam buku Pluralisme tantangan bagi agama-agama, karangan Harold Coward bahwa agamaagama di dunia saling bertemu dan jika suatu agama menolak keberadaan masyarakat yang pluralism aka telah menghukum diri masuk ke dalam isolasi yang kecil sebab dengan adanya masyarakat yang manusiawi dengan menyeluruh maka di tuntut pula adanya pluralitas tingkat pemikiran, pilihan etika, kreativitas budaya dan perseptif agama. Dari sejumlah bahan pustaka tersebut di atas, maka pada penulisan penelitian ini akan dibahas mengenai kepercayaan Tionghoa yang berpengaruh kepada kebertahanan dengan masyarakat local di kuta dan adanya bentuk komunikasi lintas budaya yang baik menyebabkan terciptanya interaksi yang baik. 1.6 Metodologi sejarah Metodologi sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi sejarah Lisan. Hal terpenting dari sejarah lisan adalah untuk mencari informasi-informasi yang luput atau lolos dari sumber tertulis. Banyak pembicaraan yang tidak terekam dalam sumber tertulis. Thompson memulai bukunya dengan mengkaitkan sejarah dengan masyarakat, dan kaitan sejarah lisan dalam mendorong proses pembentukan sejarah yang tidak terbatas pada peristiwa dan tokoh besar. Sejarah lisan adalah sejarah pertama sebelum tulisan ditemukan. Kenyataan historis menujukkan masih banyak masyarakat yang menyimpan informasi tentang peristiwa sejarah

10 dalam ingatan. Oleh sebab itu untuk menutupi kekurangan dokumen tertulis yang tidak mengarsipkan keseluruhan kejadian, dibutuhkan sumber lisan yang tersimpan dalam memori manusia. 4 Perkembangan teknologi sangat menunjang terhadap perkembangan sejarah lisan. Penemuan teknologi tersebut seperti ditemukannya alat perekam (phonograph) pada tahun 1877. Perkembangan alat perekam pada tahun 1960, dengan ditemukannya tape recorder, semakin memudahkan untuk menyimpan data atau sumber lisan. 5 Sejarah lisan tidak didapatkan tetapi dicari dengan kesengajaan melalui teknik wawancara. Sebagai sebuah metode terhadap pengumpulan dokumen sejarah lisan sudah lama dilakukan. Ada beberapa hal atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian sejarah lisan sebagai metode. Perencanaan wawancara yang baik akan menghasilkan pengumpulan sumber lisan yang sangat baik. Oleh sebab itu, perencanaan wawancara harus benar-benar diperhatikan oleh orang-orang yang akan melaksanakan wawancara lisan. Langkah pertama dalam perencanaan adalah menetapkan orang yang akan kita wawancarai. Agar wawancara itu berjalan dengan lancar sebaiknya sebelum wawancara mempelajari latar belakang dari orang tersebut. Selain itu seorang pewancara harus menguasai materi yang akan ditanyakan. Untuk menguasai materi yang akan ditanyakan, sebaiknya pewancara terlebih dahulu membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan materi pembicaraan. Kedua, sebelum kita melakukan wawancara langsung, sebaiknya orang yang akan kita wawancarai dihubungi terlebih dahulu dan mengadakan perjanjian kapan wawancara itu dilakukan. Langkah ketiga ialah menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan kita 4 Paul Thompson, Suara Dari Masa Silam: Teori dan metode sejarah lisan (Ombak : Yogyakarta, 2012), p. 1-24 5 Ibid., hal. 25-84

11 tanyakan dan yang terakhir Menyiapkan alat perekam atau tape recorder. Pelaksanaan wawancara, dalam melaksanakan wawancara sebaiknya pewawancara mampu menciptakan situasi yang kondusif. Wawancara yang dilakukan bukanlah suatu dialog. Dalam dialog biasanya terjadi interpretasi terhadap fakta, baik yang dilakukan oleh pewancara maupun informan. Hal yang harus diperhatikan dalam wawancara adalah mendapatkan kisah pengalaman dari orang yang sedang diwawancarai. Pewancara berbicara hanya sebatas mengarahkan pertanyaan yang diajukan kepada informan. Jangan sampai pewancara banyak berbicara dan menggurui informan. Dalam rekaman sebaiknya suara yang banyak terekam adalah suara informan, bukan pewancara. Apabila suara informan banyak terekam, maka akan memberikan fakta sejarah yang cukup banyak. Orang yang diwawancarai, Orang yang kita wawancarai seharusnya orang yang langsung menyaksikan peristiwa yang diteliti. Hal ini perlu dilakukan agar informasi yang diberikan lebih akurat. Banyak orang yang di wawancarai akan tergantung pada kebutuhan informasi yang di perlukan, bisa individu maupun kelompok. Jika menulis sebuah peristiwa mewawancari orang yang lebih banyak. Serta Materi Wawancara sangat penting dalam sebelum wawancara di mulai.tema penelitian menjadi hal penting dalam menetapkan materi yang akan kita tanyakan kepada informan. Oleh sebab itu, materi harus disesuaikan dengan informan, artinya informan yang kita cari adalah orang yang mengetahui materi yang akan kita tanyakan. 1.7 Kerangka Teoritis Adapun teori-teori yang digunakan adalah Fungsional Structural Talcott Parson. Fungsional Structural Parson merupakan fase kedua dalam perkembangan intelektualnya. Struktur dalam pandangan Parson bersifat

12 fungsional. Teori ini ada hubungannnya dengan proses integrasi yang terjadi di antara dua kebudayaan yang berbeda. Hal inilah yang dijelaskan pada teori Agil (adaptation, goal attainment, integration, laten pattern maintenance) yang meliputi system budaya yaitu melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan actor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak,system sosial yaitu menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya, system kepribadian yaitu melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan system dam mobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya, dan system organisasi yaitu system tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan megubah lingkungan eksternal. Dalam penelitian ini menggunakan teori adaptasi Tacott Parson, yang dalam hal ini fungsi dari adaptasi adalah menanggulangi situasi ekternal yang gawat. Sistem harus menyelesaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. 6 Adanya masalah interaksi sosial antara etnis tionghoa dengan masyarakat lokal Bali. Etnis tionghoa sebagai minoritas memiliki hubungan interaksi yang baik dengan masyarakat bali lokal yang ada di kuta. Di bentuknya banjar dharma semadhi sebagai wadah sosial masyarakat di kuta saat ini. kegiatan banjar dharma semadhi akan selalu turut serta dalam aktivitas di kuta. Khususnya turus serta dalam aktivitas keagamaan. Berikut ini beberapa teori yang berhubungan dengan proses interaksi sosial, diantaranya teori orang asing, teori dominasi dan sub-ordinasi. Untuk menjelaskan proses interaksi sosial yang berjalan dan juga mengetahui sejumlah nama perubahan-perubahan sosial yang terjadi. 6 George Ritzer, Douglas J. Goodman. Teori sosiologi modern (KENCANA Prenada media group: Jakarta, 2004), p. 124

13 Menurut G. Simmel, tentang pengertian orang asing dalam sosiologi tidak hanya di artikan sebagai orang yang mengembara, bebas datang dan pergi dari satu tempat ketempat lainnya. Akan tetapi di pandang dari dua segi, yaitu pertama berkaitan dengan tempat dan kondisi. Kedua, berkaitan dengan symbol atau makna dari hubungan-hubungan yang terjadi Perubahan-perubahan sosial-budaya dan konflik sosial merupakan kosekuensi dari interaksi sosial. G.W. Skinner yang menyatakan sebagian besar suku-suku bangsa di Indonesia bersifat riggrid dan tertutup, sedangkan di sisi lain migran Tionghoa merupakan orang lain yang tidak dapat dimasukan dalam pribumi. 7 1.8 Kerangka konseptual Konsep awal yang perlu di pahami adalah interaksi Menurut Shaw, Interaksi ialah suatu pertukaran antarpribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing-masing perilaku memengaruhi satu sama lain. Shaw mengumukan bentuk-bentuk interaksi sebagai berikut.interaksi verbal merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi. Proses tersebut terjadi dalam bentuk percakapan satu sama lain. Interaksi emosional adalah salah satu bentuk interaksi yang terjadi jika individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan. 8 7 Alex Dinuth,langkah-langkah strategi penanganan pembaruan etnik cina (WNI) di Indonesia (CSIS : Jakarta,1988), p.48 8 Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Dididik), PT Bumi Aksara, Jakarta, 2010.

14 Homans mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Sementara menurut Thibaut dan Kelley mengemukakan pengertian interaksi, Interaksi adalah suatu peristiwa saling memengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, yang kemudian mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi, tindakan setiap orang bertujuan untuk memengaruhi individu lain terjadi dalam setiap kasus interaksi. Jadi dapat disimpulkan Bahwa interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam proses interaksi tidak saja terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat, melainkan terjadi saling memengaruhi satu sama lainnya. Selain konsep interaksi, perlu juga di berikan penjelasan akulturasi. Oleh sebab akulturasi merupakan bentuk dari interaksi sosial bersifat asosiatif yang akan mengarah pada bentuk penyatuan. Menurut Koentjaraningrat Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa

15 menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri. 9 Maka akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian atau sifat kebudayaan aslinya. Akulturasi dapat menimbulkan dua efek, yang pertama yaitu efek yang dapat dikatakan menguntungkan dan bernilai positif, dapat dikatakan seperti itu karena dari proses akulturasi tersebut dapat menghasilkan kebudayaan baru yang tinggi nilainya, dan memiliki manfaat. Sedangkan efek yang kedua adalah efek yang negatif, dikatakan begitu sebab hasil dari akulturasi tersebut juga dapat memberikan efek tidak baik atau negatif terhadap masyarakat. Sehingga dalam konsep penelitian jelas bahwa interaksi sangat berpengaruh kepada terciptanya suatu unsur pembentuk suatu kebudayaan di wilayah lain dan hidup saling berdampingan. 1.9 Metode penelitian dan sumber Metode dapat diartikan sebagai langkah-langkah atau cara-cara yang harus ditempuh untuk menjelaskan objek yang dikajinya. Untuk memperoleh suatu karya tulis yang di inginkan tentunya diperlukan suatu metodelogi yang tepat dan memadai. Dalam proses penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penulisan yang di ajarkan oleh louis gottschalk dalam bukunya yang berjudul Understanding History : a Primer of Historical Method yang mengemukakan bahwa cara menulis sejarah. Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian, pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan (5 W dan 1 H) yang merupakan elemen dasar penulisan sejarah, yaitu what (apa), when (kapan), where (dimana), who 9 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Sosiologi, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.

16 (siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana). Pertanyaanpertanyaan itu konkretnya adalah: Apa (peristiwa apa) yang terjadi? Kapan terjadinya? Di mana terjadinya? Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu? Mengapa peristiwa itu terjadi? Bagaimana proses terjadinya peristiwa itu? 10 Dalam proses penulisan sejarah sebagai kisah, pertanyaan-pertanyaan dasar itu dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang perlu diungkap dan dibahas. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itulah yang harus menjadi sasaran penelitian sejarah, karena penulisan sejarah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi (kejelasan) mengenai signifikansi (arti penting) dan makna peristiwa. Oleh sebab itu Suatu penelitian ilmiah tentu berawal dari pemilihan topik yang akan diteliti. Meskipun topik sangat menarik dan memiliki arti penting, namun bila sumber-sumbernya, khususnya sumber utama tidak diperoleh, masalah dalam topik tidak akan dapat diteliti. Oleh karena itu calon peneliti harus memiliki wawasan luas mengenai sumber, khususnya sumber tertulis. Dalam pengumpulan Obyek (sumber), penulis menggunakan kesaksian yang terkandung di dalam dokumendokumen tertulis, Dokumen-dokumen tertulis itu dapat dibagi atas kategori-kategori pokok seperti autobiografi, surat kabar, serta arsip-arsip dari instansi-instansi niaga, pemerintah dan sosial. Peneliti harus mengetahui benar, mana sumber primer dan mana sumber sekunder. Dalam pencarian sumber sejarah, sumber primer penulis berupa hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada beberapa tokoh yang terlibat langsung di dalam peristiwa tersebut, yaitu I Ketut Saskara (65 tahun) yang merupakan seorang warga kuta keturan asli cina dan menganut kepercayaan hindhu buddha, dan wawancara dengan Hindra Suarlim, yang merupakan ketua yayasan dharma semadi yang bertanggung jawab pada vihara dharma 10 Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, (UI Press :Jakarta,2008), hal.41