PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG TIM PERTIMBANGAN PERIZINAN PENGANGKATAN ANAK PUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA



dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110 / HUK /2009 TENTANG PERSYARATAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42 / HUK / 2011 TENTANG

Yth Menteri Sosial RI

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 57 / HUK / 2010 TENTANG PENDIRIAN TAMAN ANAK SEJAHTERA

2015, No IndonesiaTahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tent

PENGANGKATAN ANAK MELALUI LEMBAGA PENGASUHAN ANAK (Peraturan Menteri Sosial RI Nomor : 110 Tahun 2009 tentang Persyaratan Pengangkatan Anak)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

BUPATI PURWAKARTA PROPINSI JAWA BARAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2003 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG (Peraturan Menteri Sosial RI Nomor : 110 Tahun 2009 tentang Persyaratan Pengangkatan Anak)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 / HUK / 2012 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-310.IZ TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA ALIH STATUS IZIN KEIMIGRASIAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG KOORDINASI PEMULANGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGUSULAN GELAR PAHLAWAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN ZOONOSIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG KOORDINASI PEMULANGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Organi

7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Re

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK / 2010 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pendaftaran Jamaah Haji. Tata Cara.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemeri

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN IZIN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSPLANTASI ORGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENGHARGAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN TINGGAL BAGI ORANG ASING DI WILAYAH INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN BERSAMA WALIKOTA DEPOK DAN KETUA PENGADILAN NEGERI DEPOK NOMOR : 32 TAHUN 2012 NOMOR : W11.U21/2238/UM.01.10/IX/2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pengelolaan. Kantor Wilayah.

2018, No Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perubahan organis

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SIDOARJO

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan pr

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.04-PW TAHUN 1995 TENTANG PENDAFTARAN ORANG ASING MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010

Kata Pengantar. Pacitan, Januari 2015 KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN PACITAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Organisasi. Tata Kerja. Tim Ahli. Hukum Perseroan.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.02-HL TAHUN 2006

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No penyelesaian sengketa di luar pengadilan, perlu mengatur mengenai mekanisme pemblokiran dan pembukaan pemblokiran akses sistem admini

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR : 161 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Transkripsi:

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37 / HUK / 2010 TENTANG TIM PERTIMBANGAN PERIZINAN PENGANGKATAN ANAK PUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Menging at : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial RI tentang Tim Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak Pusat; 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4235); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4634); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4768); 5. Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 6. Peraturan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

7. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13/HUK/1981 tentang Organisasi Sosial Yang Dapat Menyelenggarakan Usaha Penyantunan Anak Terlantar; 8. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial; 9. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 110/HUK/2009 tentang Persyaratan Pengangkatan Anak; MEMUTUSKAN : Menetapka n : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG TIM PERTIMBANGAN PERIZINAN PENGANGKATAN ANAK PUSAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Tim Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak yang selanjutnya disebut Tim PIPA adalah suatu wadah pertemuan koordinasi lintas instansi secara komprehensif dan terpadu guna memberikan pertimbangan pemberian izin pengangkatan anak; 2. Tim Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak Pusat yang selanjutnya disebut Tim PIPA Pusat adalah Tim yang memberikan pertimbangan kepada Menteri dalam memberikan izin pengangkatan anak yang dilaksanakan antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing atau pengangkatan anak yang salah satu Calon Orang Tua Angkat Warga Negara Asing atau pengangkatan anak oleh orang tua tunggal. 3. Tim Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak Daerah yang selanjutnya disebut Tim PIPA Daerah adalah Tim yang memberikan pertimbangan kepada gubernur c.q. kepala instansi sosial dalam memberikan izin pengangkatan anak yang dilaksanakan antar Warga Negara Indonesia; 4. Pengangkatan Anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga 2

orang tua angkat. BAB II KEDUDUKAN,TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA Pasal 2 Kedudukan, tugas, fungsi dan tata kerja TIM PIPA didasarkan pada prinsip pemberdayaan, kemitraan, akuntabilitas, kredibilitas, transparansi, efektifitas, dan efisiensi. Pasal 3 (1)Tim PIPA Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2)Tim PIPA Daerah berkedudukan di ibukota provinsi dan bertanggung jawab kepada gubernur c.q. kepala instansi sosial. Pasal 4 (1) TIM PIPA Pusat mempunyai tugas membantu Menteri memberikan pertimbangan dalam pemberian izin pengangkatan anak yang dilaksanakan antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing, pengangkatan anak oleh orang tua tunggal atau pengangkatan anak yang salah satu Calon Orang Tua Angkat Warga Negara Asing. (2) TIM PIPA Daerah mempunyai tugas membantu gubernur c.q. kepala instansi sosial memberikan pertimbangan dalam pemberian izin pengangkatan anak yang dilaksanakan antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Indonesia atau pemberian rekomendasi untuk pengangkatan anak yang salah satu Calon Orang Tua Angkat Warga Negara Asing. Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, TIM PIPA menyelenggarakan fungsi : a. mengadakan penelitian dan penelaahan serta memberikan pertimbangan atas permohonan izin pengangkatan anak; 3

b. memberikan saran sesuai dengan ketentuan, tugas pokok dan fungsi tiap-tiap anggota berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan; c. menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas untuk Tim PIPA Pusat kepada Menteri dan untuk Tim PIPA Daerah kepada gubernur c.q. kepala instansi sosial; dan d. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan perizinan pengangkatan anak sesuai dengan bidang tugasnya. BAB III ORGANISASI Bagian Pertama Keanggotaan Pasal 6 (1) Susunan keanggotaan TIM PIPA Pusat terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; dan c. Anggota. (2) Ketua TIM PIPA Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabat oleh Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial dan Sekretaris Tim PIPA Pusat oleh Direktur Pelayanan Sosial Anak Kementerian Sosial. Pasal 7 (1) Keanggotaan TIM PIPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) pada huruf c terdiri atas unsur Instansi/Lembaga terkait yang meliputi wakil-wakil dari : a. Kementerian Sosial; b. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; c. Kementerian Luar Negeri; d. Kementerian Hukum dan HAM; e. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; f. Kementerian Kesehatan; g. Markas Besar Polri; 4

h. Kementerian Dalam Negeri; i. Kementerian Agama; j. Komisi Perlindungan Anak Indonesia; k. Komisi Nasional Perlindungan Anak; dan l. Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia. (2) Anggota Tim PIPA Pusat sebagaimana dimaksud ayat (1) melaksanakan tugas dan peran sebagai anggota Tim PIPA sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing. Pasal 8 (1) Keanggotaan Tim PIPA Daerah ditetapkan oleh gubernur sesuai kebutuhan dengan mengacu kepada susunan keanggotaan Tim PIPA Pusat. (2) Keanggotaan Tim PIPA Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan penunjukan dari instansi/lembaga terkait yang diwakilinya. Pasal 9 (1) Tugas anggota TIM PIPA Pusat: a. Wakil dari Kementerian Sosial: 1) mengkoordinasikan pelaksanaan pengangkatan anak; 2) meneliti dan memeriksa keabsahan serta kelengkapan dokumen persyaratan pengangkatan anak yang diajukan oleh COTA; 3) menelaah permohonan izin pengangkatan anak oleh COTA; 4) memeriksa hasil kunjungan rumah I (pertama) keluarga COTA; 5) meneliti keabsahan Surat Keputusan Izin Asuhan yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon II yang menangani bidang pengangkatan anak; 6) memeriksa hasil kunjungan rumah II (kedua) keluarga COTA setelah 6 (enam) bulan dalam asuhan keluarga COTA; 7) menyelenggarakan sidang TIM PIPA; dan 8) meneruskan rekomendasi hasil sidang Tim PIPA kepada Menteri. b. Wakil dari Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat: meneliti dan memeriksa keabsahan serta kelengkapan 5

dokumen persyaratan pengangkatan anak yang diajukan oleh COTA sesuai dengan lingkup tugasnya, antara lain : meneliti dan memeriksa surat pernyataan bahwa COTA akan memperlakukan anak angkat dan anak kandung tanpa diskriminasi sesuai dengan hakhak dan kebutuhan anak. c. Wakil dari Kementerian Hukum dan HAM : 1) meneliti dan memeriksa keabsahan dokumen COTA antara lain : a) Paspor suami dan/atau istri; b) izin tinggal suami dan/atau istri pemegang KITAS/KITAP; c) dokumen status kewarganegaraan; 2) merekomendasikan kepada Kementerian Sosial untuk mengajukan permohonan ke Direktur Jenderal Imigrasi, agar anak yang sedang dalam proses pengangkatan anak tidak diterbitkan paspornya; 3) meneliti legalisasi tanda tangan : a) pejabat pemerintah dan pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah, terhadap dokumen yang akan dipergunakan di Negara lain; dan b) pejabat Kementerian Luar Negeri terhadap dokumen asing yang akan dipergunakan di Indonesia. d. Wakil dari Kementerian Luar Negeri : 1) meneliti dan memeriksa keabsahan dokumen COTA, antara lain : a) surat pernyataan kesamaan status dan hak anak angkat dengan anak kandung; b) surat pernyataan motivasi pengangkatan anak yang diketahui oleh perwakilan asing asal COTA; c) copy akte kelahiran suami dan isteri yang disahkan oleh Notaris dan Perwakilan Republik Indonesia dinegara COTA berasal; d) paspor dan keterangan izin tinggal suami dan/atau isteri; e) surat keterangan penghasilan suami dan isteri yang disahkan oleh perwakilan Republik Indonesia di negara COTA berasal; f) surat pernyataan persetujuan adopsi dari pihak keluarga isteri yang disahkan oleh Notaris dan perwakilan Republik Indonesia di negara COTA berasal; g) surat kelayakan untuk mengangkat anak dari 6

perwakilan asing asal COTA atau instansi yang berwenang dari negara yang bersangkutan; dan h) surat pernyataan akan menghubungi perwakilan Republik Indonesia dimana COTA tinggal. 2) melegalisasi pengesahan tanda tangan pejabat Kementerian Hukum dan HAM; 3) melegalisasi pengesahan dokumen yang berasal dari luar negeri oleh KBRI dan KJRI untuk kemudian dibawa ke Indonesia; 4) dokumen disahkan oleh Direktorat Konsuler Kementerian Luar Negeri; 5) merekomendasikan kepada Kementerian Sosial untuk melakukan koordinasi dengan perwakilan Republik Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri untuk kunjungan rumah kepada keluarga COTA di negara asal COTA yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang pada perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. e. Wakil dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: meneliti dan memeriksa keabsahan serta kelengkapan dokumen persyaratan pengangkatan anak yang diajukan oleh COTA sesuai dengan lingkup tugasnya. f. Wakil dari Kementerian Kesehatan: meneliti dan memeriksa keabsahan surat keterangan kesehatan COTA, yaitu lampiran yang berupa: 1) hasil pemeriksaan laboratorium; 2) pemeriksaan kebidanan dan kandungan; dan 3) pemeriksaan kesehatan jiwa. g. Wakil dari Markas Besar Polri: meneliti dan memeriksa keabsahan dokumen COTA, yang berkaitan dengan persyaratan administrasi penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. h.wakil dari Kementerian Dalam Negeri: meneliti dan memeriksa keabsahan dokumen COTA sesuai dengan tugas dan perannya, yang meliputi : 7

1) Kartu Keluarga; 2) Kartu Tanda Penduduk (KTP); 3) Surat keterangan tenpat tinggal (SKTT) bagi orang asing pemegang KITAS; 4) Akta pencatatan sipil; 5) Surat Keterangan kependudukan lainnya; i. Wakil Kementerian Agama : meneliti dan memeriksa keabsahan serta kelengkapan dokumen persyaratan pengangkatan anak yang diajukan oleh COTA, yang meliputi: 1) Surat Nikah atau Akta Nikah; 2) Surat Keterangan mengenai hibah harta untuk anak serta tidak akan menikahi anak angkat perempuan; dan 3) kesamaan agama COTA dan CAA. j. Wakil Komisi Nasional Perlindungan Anak : meneliti dan memeriksa keabsahan serta kelengkapan dokumen persyaratan pengangkatan anak yang diajukan oleh COTA, yang meliputi: 1) memeriksa kepatuhan pemohon dalam memenuhi setiap persyaratan materil dan formil COTA dan CAA; 2) memeriksa keabsahan surat pernyataan kesediaan anak untuk diangkat oleh COTA; 3) memeriksa keabsahan dan isi surat pernyataan COTA untuk mengangkat anak demi kepentingan terbaik bagi anak; dan 4) memeriksa surat putusan pengadilan dan atau instansi terkait mengenai status anak. k. Wakil Komisi Perlindungan Anak Indonesia : meneliti dan memeriksa keabsahan serta kelengkapan dokumen persyaratan pengangkatan anak yang diajukan oleh COTA, yang meliputi: 1) menelaah kelengkapan berkas dan dokumen permohonan pengangkatan anak; 2) memberikan saran, masukan, dan pertimbangan; dan 3) memantau dan melakukan pengawasan seluruh proses pengangkatan anak. l. Wakil Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia: meneliti dan memeriksa keabsahan serta kelengkapan dokumen persyaratan pengangkatan anak yang diajukan oleh COTA, yang meliputi: 1) menelaah kelengkapan, ketepatan, dan konsistensi 8

informasi pada laporan sosial yang dibuat pekerja sosial; 2) memastikan bahwa informasi yang telah ditelaah tersebut menunjukkan kelayakan COTA untuk mengangkat anak demi kepentingan terbaik bagi anak; 3) memantau dan memastikan bahwa rekomendasi dari laporan sosial dari pekerja sosial dapat dipenuhi. (2)Tugas anggota Tim PIPA Daerah mengacu pada tugas Tim PIPA Pusat dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah setempat. Pasal 10 Keanggotaan Tim PIPA Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, ditetapkan dengan Keputusan Menteri Sosial. Bagian Kedua Sekretariat Pasal 11 (1) Sekretariat Tim PIPA Pusat dipimpin oleh seorang sekretaris. (2) Sekretaris Tim PIPA Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabat oleh Direktur Pelayanan Sosial Anak. Pasal 12 (1) Sekretariat Tim PIPA Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris. (2) Sekretaris TIM PIPA Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabat oleh Kepala Instansi Sosial Provinsi. Bagian Ketiga Mekanisme Kerja 9

Paragraf Satu Tim PIPA Pusat Pasal 13 (1) Tim PIPA Pusat mengadakan rapat koordinasi untuk melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kelengkapan persyaratan pengangkatan anak, diselenggarakan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun. (2) Penelitian dan pengkajian oleh Tim PIPA Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh anggota Tim dimaksud sesuai dengan tugas dan perannya masing-masing. Pasal 14 (1) Tim PIPA Pusat menyampaikan laporan dan pertimbangan izin pengangkatan anak kepada Menteri Sosial. (2)Menteri Sosial dapat memberikan atau menolak izin permohonan pengangkatan anak berdasarkan laporan dan pertimbangan dari Tim PIPA Pusat. Pasal 15 (1) Tim PIPA Pusat dapat melakukan kerjasama dengan instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah melalui tim koordinasi Program Kesejahteraan Sosial Anak pusat dan daerah, organisasi masyarakat, para ahli, dan pihak-pihak lain yang dipandang perlu. (2) Dalam melaksanakan tugasnya Tim PIPA mempertimbangkan pendapat dari Lembaga Pengasuhan Anak yang memfasilitasi/membantu Calon Orang Tua Angkat dalam mengajukan permohonan pengangkatan anak. Paragraf Kedua Tim PIPA Daerah 10 Pasal 16

(1) Tim PIPA Daerah mengadakan rapat koordinasi untuk melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kelengkapan persyaratan pengangkatan anak, diselenggarakan lebih kurang 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun. (2) Penelitian dan pengkajian oleh Tim PIPA Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh anggota sesuai dengan tugas dan perannya masingmasing. (3) Dalam melaksanakan tugasnya Tim PIPA Daerah dapat berkoordinasi dengan Tim PIPA Pusat. Pasal 17 (1) Tim PIPA Daerah menyampaikan laporan dan pertimbangan kepada gubernur c.q. kepala instansi sosial. (2) Gubernur dapat memberikan dan menolak izin permohonan pengangkatan anak berdasarkan laporan dan pertimbangan dari Tim PIPA Daerah. Pasal 18 (1) Tim PIPA Daerah dapat melakukan kerjasama dengan instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, organisasi masyarakat, para ahli, dan pihak-pihak lain yang dipandang perlu. (2) Dalam melaksanakan tugasnya Tim PIPA mempertimbangkan pendapat dari Lembaga Pengasuhan Anak yang memfasilitasi/membantu COTA dalam mengajukan permohonan pengangkatan anak. BAB IV PEMBIAYAAN Pasal 19 (1) Biaya penyelenggaraan kegiatan Tim PIPA Pusat dibebankan pada anggaran DIPA Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. (2) Biaya penyelenggaraan kegiatan Tim PIPA Daerah dibebankan pada anggaran APBD instansi sosial provinsi. 11 BAB V

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka Keputusan Menteri Sosial Nomor 84/HUK/2008 tentang Tim Pertimbangan Perizinan Pengangkatan Anak Antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing (Inter Country Adoption) dinyatakan masih tetap berlaku sebelum ditetapkan susunan keanggotaan TIM PIPA yang baru, sesuai dengan ketentuan Peraturan ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Peraturan Menteri Sosial ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Mei 2010 INDONESIA, MENTERI SOSIAL REPUBLIK TTD MA DR. SALIM SEGAF AL JUFRI, 12