BAB I PENDAHULUAN. Kota Timur, Kota Barat, Sipatana, Dumbo Raya, Dungingi dan Hulonthalangi.

dokumen-dokumen yang mirip
LUMUT KERAK SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN UDARA (Studi Kasus Di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Pencemaran Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM :

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN 1 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas XI Ap/Ak SMK Hang Tuah 2

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii. ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL...viii. DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah alat transportasi. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan alat

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi (Chandra, 2007). Permasalahan utama yang dihadapi kota-kota di dunia yaitu semakin

PENDAHULUAN Latar Belakang

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber polusi utama yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

Ana Wahyuningtyas. Untuk SD Kelas iii semester 1. Universitas Sanata Dharma

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Gorontalo memiliki jumlah penduduk sebesar 184.062 jiwa (BPS Kota, 2011) yang tersebar di 9 kecamatan yakni Kota Utara, Kota Tengah, Kota Selatan, Kota Timur, Kota Barat, Sipatana, Dumbo Raya, Dungingi dan Hulonthalangi. Salah satu kecamatan yang ada di Kota Gorontalo adalah Kecamatan Kota Tengah. Kota Tengah merupakan kawasan padat penduduk yang memiliki luas 0,33 km 2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 sebesar 3456 jiwa (DDA BPS Kota Tengah, 2012), kemudian meningkat menjadi 3480 jiwa hingga bulan Maret 2013. Peningkatan pertumbuhan penduduk cenderung menyebabkan tingginya tingkat pencemaran yang bersumber dari sektor industri, transportasi dan rumah tangga serta berkurangnya ruang terbuka hijau. Meningkatnya jumlah penduduk di Kota Gorontalo mengakibatkan peningkatan volume kenderaan yang lalu lalang setiap harinya. Jumlah kenderaan bermotor di Kota Gorontalo pada tahun 2010 naik 15,26% dibanding tahun sebelumnya. Sepeda motor mengalami kenaikan tertinggi yaitu sebesar 15,36% (DDA BPS Kota Gorontalo, 2012). Hal ini diduga dapat meningkatkan kadar pencemaran udara di wilayah tersebut, khususnya di Jalan H.B. Jasin yang setiap harinya dari pagi sampai malam hari selalu ramai dilewati oleh kenderaan bermotor. 1

Menurut Permen Lingkungan Hidup No 12 Tahun 2010, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu udara yang telah ditetapkan. Zat, energi dan/atau komponen lain tersebut disebut polutan. Polutan dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan akhirnya berbahaya bagi manusia, hewan, tumbuhan, atau benda-benda lainnya. Polutan yang masuk ke udara bersumber dari gas dan asap hasil pembuangan pabrik-pabrik besar, pembangkit listrik, dan kenderaan bermotor. Polutan yang dihasilkan oleh kenderaan bermotor yang dapat menyebabkan pencemaran udara antara lain karbonmonoksida (CO), nitrogendioksida (NO 2 ), sulfurdioksida (SO 2 ), timbal dan karbondioksida (CO 2 ). Polutan tersebut jika terlalu banyak di lingkungan akan merusak lingkungan yang ada di sekitarnya baik itu manusia, hewan, dan tumbuhan. Beberapa tumbuhan dapat memberikan respon yang kurang baik terhadap adanya pencemaran di udara diantaranya lumut, lumut kerak, anggrek, kapas dan tembakau. Respon tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan yang kurang maksimal, perubahan bentuk dan kondisi morfologi, serta kerusakan daun dan talus tumbuhan tersebut. Rinawati (1991, dalam Wijaya, 2010) menyebutkan bahwa setiap pohon memiliki respon-respon yang berbeda terhadap masing-masing pencemar udara baik itu dalam bentuk gas ataupun partikel. Perbedaan tersebut tergantung dari jenis pohon dan susunan genetiknya. Faktor-faktor lain yang ikut berperan diantaranya adalah tingkat pertumbuhan pohon, jarak terhadap sumber pencemar, konsentrasi bahan pencemar, dan durasi paparan pencemar. Salah satu 2

tumbuhan yang memberikan respon terhadap pencemaran udara dan dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran udara adalah lumut kerak. Lumut kerak dapat digunakan sebagai bioindikator adanya pencemaran udara karena mudah menyerap zat-zat kimia yang ada di udara dan dari air hujan. Hardini (2010) menyatakan bahwa lumut kerak adalah spesies indikator terbaik yang menyerap sejumlah besar kimia dari air hujan dan polusi udara. Adanya kemampuan ini menjadikan lumut kerak sebagai bioindikator yang baik untuk melihat adanya suatu kondisi udara pada suatu daerah yang tercemar atau sebaliknya. Hadiyati, dkk (2013) menyatakan bahwa talus lumut kerak tidak memiliki kutikula sehingga mendukung lumut kerak dalam menyerap semua unsur senyawa di udara termasuk SO 2 yang akan diakumulasikan dalam talusnya. Kemampuan tersebut yang menjadi dasar penggunaan lumut kerak untuk pemantauan pencemaran udara. Sedangkan menurut Richardson (1988, dalam Wijaya, 2010), lumut kerak sangat berguna dalam menunjukkan beban polusi yang terjadi dalam waktu yang lama. Untuk melihat apakah udara pada suatu daerah telah tercemar atau tidak, dapat di lihat dari pertumbuhan lumut kerak yang menempel di pohonpohon atau batu. Lumut kerak yang berada pada suatu daerah yang telah tercemar akan menunjukkan respon pertumbuhan yang kurang baik dibandingkan dengan lumut kerak yang tumbuh subur di daerah yang tidak tercemar. Adanya bahan-bahan pencemar atau polutan tersebut di atas dapat menghambat pula pertumbuhan lumut kerak. Kondisi ini diperkuat dengan hasil penelitian Hardini (2010) bahwa pertumbuhan dan kesuburan lumut kerak kurang 3

baik bila daerahnya telah mengalami perubahan kondisi lingkungan akibat pencemaran udara, yang secara langsung atau tidak langsung, dapat menyebabkan beberapa hal yang dapat menghambat pertumbuhan atau keberadaan suatu jenis lumut kerak. Lumut kerak adalah suatu kombinasi dari alga atau cyanobacterium dan suatu jamur dimana kedua komponen bersatu atau bergabung membentuk apa yang terlihat sebagai suatu individu (Nurhayati, 2010). Alga dan jamur bersimbiosis membentuk lumut kerak yang baru jika menemukan jenis yang tepat. Lumut kerak termasuk tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah, dan hidup epifit pada batang-batang pohon. Tumbuhan ini tidak memerlukan syarat hidup yang banyak dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Ketahanan lumut kerak terhadap kondisi ekstrim sangat tinggi dimana lumut kerak yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati dan jika turun hujan bisa hidup kembali. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis melakukan suatu penelitian yang berjudul Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara (Studi Kasus di Jalan H.B Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo). 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Jenis-jenis lumut kerak apa saja sebagai bioindikator pencemaran udara di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo? 4

2. Bagaimanakah keanekaan dan pertumbuhan lumut kerak sebagai bioindikator pencemaran udara di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui jenis-jenis lumut kerak apa saja sebagai bioindikator pencemaran udara di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo? 2. Untuk mengetahui keanekaan dan pertumbuhan lumut kerak sebagai bioindikator pencemaran udara di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Dibidang keilmuan, penelitian ini merupakan penyebarluasan informasi akan pentingnya lumut kerak yang dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran udara. 2. Menambah pengetahuan kepada peneliti tentang jenis-jenis lumut kerak yang ada pada lingkungan tercemar dan tidak tercemar. 5