BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana

KONSEP IPS TERPADU KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

10. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

BAB III METODE PENELITIAN. Bulan Februari Maret April Mei

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV adalah mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dasar Berpikir melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif & menyenangkan (PAIKEM); menerapkan pendekatan ilmiah ( scientific

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Melynda Putri Ratnasari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang dianggap tepat adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Action

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Koballa dan Chiappetta (2010: 105), mendefinisikan IPA sebagai a way of

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Ogowele Pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Pada Hewan Melalui Penerapan LKS Bergambar

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

Oleh: Ali Banowo SMP Negeri 3 Panggul Kabupaten Tranggalek

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPS PADA KURIKULUM 2013 DI JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdispliner dari aspek dan cabangcabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya) (Trianto, 2010:17). IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena budaya yang mempelajari tentang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, budaya. Menceritakan tentang keadaan sosial di masyarakat. Menurut Soemantri (2001:92) IPS merupakan penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. IPS pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan harus sesuai dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik. IPS merupakan adaptasi dari ilmu-ilmu sosial berdasarkan kegiatan-kegiatan manusia dilingkungan sekitar. Agar manusia dapat berinteraksi dengan manusia yang lain yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Suwarso, (2007:10) mengemukakan bahwa dalam mengajar IPS siswa dihadapkan dalam berbagai hal antara lain: fakta, konsep, generalisasi, dan selanjutnya prinsip, penjelasan, dan teori. Fakta meliputi hal yang sangat luas meliputi obyek, peristiwa, proses, dan sebagainya. Konsep diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam menyampaikan apa yang dipikirkannya. Konsep dipakai untuk berkomunikasi antara sesama manusia secara intelektual. Konsep menghubungkan fakta-fakta yang sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu pola yang bermakna. Generalisasi menghubungkan suatu 6

7 pola yang bermakna, yang menggambarkan hal yang lebih tinggi. Generalisasi mengandung kepastian dan berlaku umum. Berdasarkan pendapat diatas IPS fakta, konsep, generalisasi, dan selanjutnya prinsip, penjelasan, dan teori. Manusia dihadapkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam menyampaikan apa yang dipikirkannya. IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, yang berikatan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai sikap dan keterampilan siswa, tentang masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia (Depdiknas 2004). Berdasarkan beberapa definisi yang sudah dipaparkan, maka kesimpulan Pembelajaran IPS adalah fakta, konsep, generalisasi, dan prinsip, penjelasan, dan teori meliputi hal yang sangat luas meliputi obyek, peristiwa, proses, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam menyampaikan apa yang dipikirkannya. Tujuan Pembelajaran IPS Richard C. Remy (dalam Winataputra, dkk, 1997), menyatakan bahwa tujuan mempelajari IPS adalah untuk menjadikan seseorang menjadi warga negara yang baik karena semakin sulit dan kompleks akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan tujuan ini, guru IPS berkewajiban sebagai pengembang kurikulum, semakin harus memperhatikan tujuan tersebut yang dituangkan dalam persiapan mengajar atau disebut tujuan pembelajaran. Tujuan mempelajari IPS menjadikan warga negara yang baik dan dapat mengikuti perkembangan zaman yang semakin sulit. Untuk itu warga negara harus mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dengan bijaksana. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, bahwa melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Lebih lanjut, dengan merujuk pada Permendiknas tersebut, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

8 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. IPS memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dalam masyarakat, dapat berpikir logis. Dan mempunyai rasa ingin tahu tentang keadaan masyarakat sekitar. Memiliki nilai kemanusian sosial yang tinggi. Adapun tujuan mempelajari IPS menurut Trianto (2009:4) adalah: 1. Supaya peserta didik dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna. 2. Supaya peserta didik dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab. 3. Supaya para peserta didik dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan dilingkungan sendiri dan antar manusia. Berdasarkan tujuan mempelajari IPS siswa dapat supaya peserta didik lebih tanggap terhadap permasalahan sekitar, saling tolong menolong antar individu. Berdasarkan tujuan yang sudah diuraikan, dengan mempelajari kondisi masyarakat seperti yang dimuat dalam pembelajaran IPS, maka siswa akan dapat bertoleransi di lingkungan, dan dapat tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara bertanggung jawab. Ruang Lingkup IPS Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD/MI tercantum dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1. Manusia, tempat dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya

9 4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan siswa yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci, standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS untuk SD/MI kelas 5 Semester 2 disajikan melalui tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas 5 Semester 2 Standar Kompetensi 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia Sumber : Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan SK dan KD yang terdapat dalam pembelajaran guru perlu membuat desain pembelajaran. Desain pembelajaran sering disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP diatur didalam standar psoses Permendiknas No 41 tahun 2007 merupakan salah satu acuan utama Pendidikan dalam keseluruhan proses penyelenggarakan pembelajaran, mulai dari perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Standar proses adalah pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dalam standar proses pendidikan berisi tentang

10 bagaimana seharusnya pembelajaran berlangsung. Sehingga pembelajaran itu dilaksanakan ditekankan pada Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi (EEK). Eksplorasi merupakan kegiatan-kegiatan memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru. Dalam kegiatan eksplorasi, guru melibatkan siswa dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan media untuk untuk mengolah informasi. Elaborasi merupakan guru mendorong siswa membaca, dan menuliskan hasil eksplorasi, mendiskusikan, mendengarkan pendapat untuk mendalami suatu argumen. Konfirmasi guru memberikan umpan balik terhadap apa yang dihasilkan siswa melalui pengalaman belajar, memberikan apresiasi terhadap kekuatan dan kelemahan hasil belajar. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan oleh para ahli ataupun yang telah tercantum dalam Permendiknas, maka mengenai Mata Pelajaran IPS di SD menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan potensi/kemampuan siswa serta agar menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sehingga dapat berpatisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga negara. 2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Scientific (Scientific Approach) Suherman dkk. (2003) dalam Wardani Naniek Sulistya (2012:2) menguraikan bahwa pendekatan adalah cara yang ditempuh oleh dosen dalam pelaksanaan pembelajaran agar ide aktif yang disajikan dapat diadaptasi untuk kemudian dipahami oleh mahasiswa. Menurut Drs Daryanto (2014:51) pendekatan pembelajaran scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip. Pendekatan pembelajaran scientific merupakan proses kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar pembelajaran berjalan dengan aktif. Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran aktif, yaitu: pendekatan bersifat metodologis dan pendekatan material. Pendekatan metodologis menyangkut cara mahasiswa mengadaptasi ide aktif yang disajikan ke dalam

11 struktur kognitifnya, yang sejalan dengan cara yang ditempuh oleh dosen dalam menyajikan bahan pembelajaran tersebut. Contoh pendekatan metodologis antara lain adalah pendekatan intuitif, analitik, sintetik, spiral, induktif, deduktif, tematik, realistik, dan heuristik. Sementara itu, pendekatan material yaitu menyajikan konsep aktif melalui konsep aktif lain yang telah dimiliki mahasiswa. Contohnya, menyajikan konsep penjumlahan dengan menggunakan pendekatan garis bilangan atau himpunan. Pendekatan pembelajaran scientific merupakan salah satu pendekatan metodologis. Pendekatan ini memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya (Wardani Naniek Sulistya dkk 2012:3) Berdasarkan definisi para ahli pendekatan pembelajaran scientific memiliki kriteria dapat menginspirasi siswa berpikir secara kritis, dapat memecahkan masalah dapat mengaplikasikan materi pembelajaran dengan baik. Siswa juga dapat mengembangkan pola pikir yang lebih rasional dari materi pelajaran yang telah dipelajari. Proses pembelajaran dengan pendekatan scientific menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan Sedangkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

12 Berdasarkan para ahli dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik aktif mengkonstruksi konsep, dapat beradaptasi untuk aktif mengkonstruksi konsep. Langkah Langkah Pendekatan Pembelajaran Scientific Menurut Oemar Hamalik (2013:7) langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan scientific adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui, merumuskan pertanyaan, mengumpulkan informasi dengan berbagai teknik, mengolah informasi dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Berdasarkan para ahli langkah-langkah pendekatan pembelajaran scientific yaitu siswa dapat mengetahui atau mengamati hal-hal yang ingin diketahui secara mendalam, kemudian siswa mulai menyusun pertanyaan yang ingin diajukan, mengolah informasi tentang materi yang dipelajari, diakhir pembelajaran siswa menarik kesimpulan. Kemendikbud (2013:9-13) mengemukakan langkah-langkah pendekatan pembelajaran scientific adalah sebagai berikut : 1. Mengamati dalam kegiatan mengamati guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan : melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. 2. Menanya untuk mengembangkan rasa ingin tahu. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam. 3. Mengumpulkan informasi adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara, membaca buku memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti antara informasi satu dengan yang lain, untuk mengambil kesimpulan. 4. Mengolah informasi dikumpulkan dari hasil kegiatan eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati.

13 5. Mengkomunikasikan adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran mengemukakan langkah-langkah pendekatan pembelajaran scientific adalah sebagai berikut: 1. Mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi 2. Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. 3. Mengumpulkan informasi merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati, dan wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. 4. Mengolah informasi merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan maupun hasil dari kegiatan mengamati dan

14 kegiatan mengumpulkan informasi. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengolah informasi adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. 5. Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetesi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Dari langkah langkah ini dapat digambarkan sebagai berikut: Observing Questioning Associating Experimenting Networking (Mengamati) (Menanya) (Menalar) (Mencoba) (Membentuk jejaring) Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran Scientific Gambar 2.1 Berdasarkan uraian langkah-langkah pendekatan pembelajaran scientific menurut para tokoh diketahui indikator langkah-langkah pendekatan pembelajaran scientific sebagai berikut: 1. Mengamati 2. Menanya 3. Mengumpulkan informasi 4. Mengasosiasikan 5. Mengkomunikasikan 2.1.3 Sikap Belajar Sikap adalah suatu hal yang bisa dinilai dari diri seseorang, seseorang bisa dianggap baik atau buruk, dewasa atau kekanak-kanakan. Slameto mengemukakan (201:188), sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap

15 menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Pada umumnya rumusan-rumusan mengenai sikap mempunyai persamaan unsur, yaitu adanya kesediaan untuk merespon terhadap suatu situasi. Bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Azwar (2000:6) mengatakan bahwa sikap adalah cara individu berinteraksi yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu. Menurut Azwar contoh sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Zanna dan Rempel (dalam Voughn & Hoog, 2002) menjelaskan sikap merupakan reaksi evaluatif yang disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang (Sarwono, 2009). Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa sikap belajar adalah cara individu berinteraksi terhadap diri sendiri, orang lain, obyek atau isu. Sikap belajar dari David Krathwohl dapat diukur secara bertingkat. Menurut David Krathwohl (2012:114-115) tingkatan sikap belajar adalah : 1. Menerima yaitu kemampuan murid melihat fenomena atau stimuli: aktivitas kelas, textbook, musik, usaha menimbulkan, memelihara dan mengarahkan perhatian murid tingkat terendah. Tujuan umum pengajaran meliputi penuh perhatian, menunjukkan kesadaran belajar, menunjukkan sensitifitas terhadap kebutuhan manusia dan problem sosial. Kata kerja operasionalnya : bertanya, memilih menggambarkan, mengikuti, memberi, memegang, mengidentifikasi, menempatkan, merasakan, menunjuk, menjawab, menggunakan. 2. Menjawab yaitu partisipasi aktif dari murid. Tidak sekedar fenomena, tetapi mereaksinya termasuk disini interest mencari dan menyenangi sesuatu. Tujuan umum pengajaran meliputi mengerjakan pekerjaan rumah, menurut aturan sekolah, berpartisipasi dalam diskusi, menyelesaikan kerja laboratorium, melapori tugas tertentu, menunjukkan interes dalam pelajaran,

16 suka menolong orang lain. Kata kerja operasionalnya: menjawab, menolong, bertindak, menyesuaikan, mendiskusikan, menghormati, membantu, menamai, membentuk, melakukan memberikan, membaca, mencatat, melaporkan, membagi, mempelajari, mengerjakan. 3. Menilai yaitu kemampuan meletakkan nilai terhadap obyek, fenomena atau tingkah laku. Penilaian dari hal sederhana sampai yang kompleks. Penilaian berdasarkan internalisasi, juga sikap dan appresiasi. Tujuan umum pengajaran meliputi kepercayaan dalam satu proses yang demokratis, appresiasi terhadap literatur, appresiasi peranan science dalam hidup kita, memperhatikan kesejahteraan orang lain, menunjukkan sikap mampu memecahkan soal, partisipasi dalam pekerjaan sosial. Kata kerja operasionalnya: menyelesaikan, menggambarkan, membedakan, menjelaskan, membentuk, memakai, mengundang, menyatakan, mempertimbangkan, merencanakan, membaca, memilih, melaporkan membagi, mempelajari, melakukan. 4. Organisasi yaitu menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan pertentangan, pembangunan sistem nilai yang konsisten. Tekanan pada perbandingan hubungan dan sintesa nilai-nilai meliputi juga konsep nilai filsafat hidup. Tujuan umum pengajaran meliputi mengenal batasan antara kemerdekaan diri dan tanggung jawab, mengenal peranan perencanaan yang sistematis dan problem solving, mempertanggung jawabkan tingkah lakunya, menyadari kekuatan dan kelemahannya, menyelaraskan hidupnya. Kata kerja operasionalnya: mendekatkan, mengubah, menyusun, menyatukan membandingkan, mengidentifikasi, mengintegrasikan, mengatur, menyiapkan, menghubungkan, mensistesakan. 5. Karakterisasi yaitu dari nilai atau kelompok nilai: individu mengontrol tingkah lakunya hingga tercermin corak hidup tertentu. Tingkah lakunya menjadi konsisten dan prediktabel. Disini meliputi pola umum dari penyesuaian pribadi, sosial dan emosi. Tujuan umum pengajaran meliputi menunjukkan kesadaran akan keselamatannya, menunjukkan kepercayaan diri, mempraktekkan kerjasama, menunjukkan disiplin diri, membiasakan

17 hidup yang sehat. Kata operasionalnya: melakukan, membedakan, menunjukkan, mempengaruhi, mendengarkan, mengubah, membentuk, mempraktekkan, mengkualifikasikan, menyatakan, memperbaiki, memecahkan, menggunakan, memverifikasikan. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Nita Idmeiawati Setyaningsih (2011) berjudul Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, And Society) Pada Mata Pelajaran IPS Kelas 4 di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, And Society) pada materi pokok perkembangan teknologi produksi, komunkikasi, dan transportasi di kelas 4 MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ini berjalan dengan cukup baik dari kegiatan pendahuluan sampai dengan kegiatan penutup. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode ceramah, diskusi, observasi (pengamatan secara langsung), tanya jawab serta penugasan. Metode ceramah digunakan pendidik untuk menjelaskan konsep SETS (Science, Environment, Technology, And Society) dan penjabarannya melalui salah satu tema dari materi ajar. Sedangkan metode diskusi digunakan agar peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, mereka mencoba untuk belajar mengungkapkan pendapat mereka dan menyelesaikan pekerjaan yang telah. Dan pada pertemuan kedua pendidik menggunakan metode observasi (pengamatan langsung) mengenai tempat-tempat yang berhubungan dengan materi yang dipelajari agar memperkuat pemahaman peserta didik. Adapun alat atau bahan pembelajarannya seperti halnya pendidik mengajarkan materi yang lain yaitu dengan buku yaitu dengan buku panduan dan LKS, serta HVS yang digunakan sebagai alat mencatat hasil dari kegiatan berdiskusi. Dalam hal kegiatan mengevaluasi hasil belajar pendidik menggunakan beberapa tahap penilaian, yaitu tes awal, yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal, yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal sebelum materi diajarkan, dan tes akhir yang terdidri dari dua tahap evaluasi yaitu evaluasi formatif, adalah penilaian yang

18 dilakukan pendidik setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik. Dan evalusi sumatif, yaitu penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik setelah jangka waktu tertentu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan mosel pembelajaran scientific dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus sebesar 46,87% dengan nilai rata-rata 62,51, kemudian meningkatkan menjadi 68,75% dengan nilai rata-rata 72,34% dan pada siklus III meningkat menjadi 93,75% dengan nilai rata-rata 81,05. Keunggulan dari strategi pembelajaran scientific adalah siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Keaktifan tersebut akan membawa dampak pada pengasahan konsep oleh siswa. Dengan adanya penguasaan konsep yang baik maka hasil belajar juga akan baik. Sedangkan kelemahannya adalah guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan baik karena dalam pembelajaran dibutuhkan alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Rakhmandona, 2013, dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Pembelajaran Scientific Siswa Kelas 4 SDN Pasucen 02 Trangkil Pati Semester 1 Tahun 2013/2014. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas 4 SDN Pasucen 02 Pati Semester 1 tahun 2013/2014 pada mata pelajaran IPS pada KD 3.1 Mengenal manusia, apek keruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi dan pendidikan menunjukkan hasil yang kurang optimal. Dari 27 siswa, yang mencapai skor KKM lebih atau sama dengan 80 baru 10 siswa (37,04%), sedangkan siswa yang belum mencapai skor KKM = 80 berjumlah 17 siswa (62,96%). Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menjawab permasalahan di atas adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran scientific (scientific approach) dengan langkah-langkah observing (mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba), networking (membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran).tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pendekatan pembelajaran scientific dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN Pasucen 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati semester 1 tahun

19 2013/2014.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek yang diteliti adalah siswa kelas 4 SDN Pasucen 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. PTK dilakukan dengan dua siklus mengikuti model spiral dari C. Kemmis & Mc Taggart. Teknik pengumpulan data meliputi teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes berupa tes tertulis sedangkan teknik non tes berupa observasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPS dengan pendekatan pembelajaran scientific. Hal ini terlihat pada: (1) Adanya peningkatan ketuntasan belajar; pra siklus sebesar 37,04%, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 70,37%, dan siklus II meningkat menjadi 92,59%. (2) Adanya peningkatan nilai rata-rata kelas; pada pra siklus sebesar 68,15, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 78,52,dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 82,96. (3) Adanya peningkatan skor minimal; pra siklus sebesar 40, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 60, dan siklus II menjadi 70. (4) Adanya peningkatan skor maksimal; pada pra siklus sebesar 90, kemudian pada siklus I menjadi 100, dan siklus II menjadi 100. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran scientific dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN Pasucen 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati semester 1 tahun 2013/2014. Berdasarkan dari hasil penelitian ini disarankan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa, guru dapat menggunakan pendekatan scientific untuk menyajikan materi pelajaran tertentu, yang disesuaikan dengan kondisi siswa, ketersediaan media pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar dan kemampuan guru itu sendiri. Keunggulan dari strategi pembelajaran scientific adalah siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Keaktifan tersebut akan membawa dampak pada pengasahan konsep oleh siswa. Dengan adanya penguasaan konsep yang baik maka hasil belajar juga akan baik. Sedangkan kelemahannya adalah guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan baik karena dalam pembelajaran dibutuhkan alat peraga yang sesuai dengan materi. Penelitian yang dialakukan oleh Beata Sebastiana (2014) berjudul Peningkatan Hasil Belajar Tematik Melalui Pendekatan Pembelajaran Problem Solving Siswa Kelas 2 SD Negeri 25 Moko Distrik Waisai Kota Raja Ampat

20 Semester 1 Tahun 2014-2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar tematik dapat diupayakan melalui pendekatan pembelajaran problem solving siswa kelas 2 SD Negeri 25 Moko Distrik Waisai Kota Distrik Waisai Kota Raja Ampat semester 1 tahun 2014-2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Model yang digunakan adalah model spiral dari C. Kemmis & Mc Taggart dengan menggunakan 2 siklus, masing-masing siklus tediri dari 3 tahap yakni 1) perencanaan tindakan 2) pelaksanaan tindakan dan observasi dan 3) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 2 SD Negeri 25 Moko Distrik Waisai Kota Distrik Waisai Kota Raja Ampat sebanyak 16 siswa. Teknik pengumpulan data adalah teknik observasi dan teknik tes. Instrumen penelitian dengan menggunakan lembar observasi dan butir soal. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik deskrptif komparatif dengan membandingankan persentase hasil belajar masing-masing siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar tentang hidup rukun dapat diupayakan melalui pendekatan problem solving Siswa Kelas 2 SD Negeri 25 Moko Distrik Waisai Kota Raja Ampat semester 1 tahun 2014-2015 terbukti. Hal ini nampak bahwa pada pra siklus tidak ada yang tuntas dari KKM 70, siklus 1 ketuntasan belajar mencapai 62,50%, dan siklus 2 naik menjadi 93,75%. Peningkatan hasil belajar juga nampak pada skor minimal pra siklus sebesar 15, pada siklus 1 naik menjadi menjadi sebesar 50, dan siklus 2 naik menjadi 60. Skor maksimal yang diperoleh pada pra siklus sebesar 40, pada siklus 1 sebesar 80, pada siklus 2 sebesar 100. Rata-rata yang dicapai pada pra siklus sebesar 29,69 pada siklus 1 naik menjadi sebesar 66,72 dan pada siklus 2 naik menjadi sebesar 88,13. Siswa yang tuntas sebesar 93,75% indikator kinerja yang ditetapkan sebesar 80%. Maka penelitian ini telah berhasil. Keunggulan dari strategi pembelajaran scientific adalah siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Sedangkan kelemahannya adalah guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan baik karena dalam pembelajaran dibutuhkan alat peraga yang sesuai dengan materi. Saran yang diberikan agar guru mendesain pembelajaran terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran tematik dengan menggunakan pendekatan

21 pembelajaran problem solving, sehingga hasil belajar siswa meningkat dan mencapai ketuntasan. No Nama Peneliti 1 Nita Idmeiaw ati Setyanin gsih 2 Indah Rakhma ndona Tabel 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Tahun Variabel Hasil Penelitian Pengaruh 2011 Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, And Society).Pada mata pelajaran IPS. 2013 Pendekatan Pembelajaran scientific pada mata pelajaran IPS. Terpengaruh Hasil IPS. Hasil IPS. belajar belajar Penelitian hasil belajar IPS melalui pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, And Society nampak pada skor rata-rata pada pra siklus sebesar 46,87% dengan nilai rata-rata 62,51, kemudian siklus II meningkatkan menjadi 68,75% dengan nilai rata-rata 72,34% dan pada siklus III meningkat menjadi 93,75% dengan nilai rata-rata 81,05. Penelitian hasil belajar IPS melalui Penelitian hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran scientific pendekatan pra siklus sebesar 37,04%, pada siklus I menjadi 70,37%, dan siklus II meningkat menjadi 92,59%. kemudian pada siklus I meningkat menjadi 78,52,dan meningkat lagi pada siklus II

22 3 Beata Sebastia na 2014 Melalui pendekatan pembelajaran Problem Solving Hasil tematik. belajar menjadi 82,96. Penelitian hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran Problem Solving pada siklus 1 sebesar 80, pada siklus 2 sebesar 100. Rata-rata yang dicapai pada pra siklus sebesar 29,69 pada siklus 1 naik menjadi sebesar 66,72 dan pada siklus 2 naik menjadi sebesar 88,13. 2.3 Kerangka Berfikir Pembelajaran IPS yang berlangsung selama ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi pelajaran IPS melalui ceramah dan siswa mendengarkan.. Kondisi ini membuat siswa menjadi cepat bosan untuk menerima pelajaran. Siswa tidak begitu suka dengan mata pelajaran IPS yang materinya adalah hafalan. Sikap belajar siswa terhadap mata pelajaran perlu ditingkatkan guna memperoleh pemahaman mendalam mengenai pembelajaran IPS. Sikap belajar siswa kelas 5 SD Negeri 5 Ngraji Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan dalam pembelajaran IPS tidak optimal. Pembelajarn yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvesional. Guru menerangkan materi dan siswa terbatas pada mendengarkan guru dan diskusi. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap belajar IPS adalah pendekatan pembelajaran scientific. Pendekatan pembelajaran scientific merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran aktif. Pendekatan pembelajaran scientific terdiri dari enam langkah sebagai berikut :

23 1. Mengamati menyimak materi perjuangan dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan. 2. Menanya bagaimana perlunya perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan. 3. Mencari referensi berkaitan dengan jas jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan Indonesia. 4. Mengolah informasi perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 5. Mempresentasikan tentang jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 6. Menarik kesimpulan. Masing-masing langkah pendekatan pembelajaran scientific menekankan pada sikap belajar siswa dalam solusi pemecahan masalah. Dari 6 langkah pendekatan pembelajaran scientific yang menjadi fokus dalam pembelajaran mengamati, menanya, mencari referensi. Pengukuran sikap belajar IPS menggunakan pendekatan pembelajaran scientific diklasifikasikan kedalam 5 indikator sikap yaitu menerima, menjawab, mengorganisasikan, karakterisasi, menilai hasil kesimpulan. Langkah pertama pendekatan pembelajaran scientific akan diukur berdasarkan indikator menerima yaitu mengamati. Pada tahap mengamati menyimak materi perjuangan dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan kemerdekaan akan diukur pada indikator sikap menerima tugas dengan menyimak materi perjuangan materi perjuangan dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan. Pada tahap menanya termasuk dalam indikator sikap menjawab, sikap menanya akan nampak setelah siswa menjawab pertanyaan dengan menanya perumusan dasar negara sebelum kemerdekaan. Pada tahap mencari referensi termasuk dalam indikator mengorganisasikan, sikap mencari referensi akan nampak pada saat siswa mengorganisasikan referensi yang berkaitan dengan jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan Indonesia. Pada tahap mengolah informasi termasuk dalam indikator menjawab, sikap mengolah informasi akan nampak pada saat siswa menjawab permasalahan

24 dengan mengolah informasi. Pada tahap mempresentasikan termasuk dalam indikator karakterisasi, sikap mempresentasikan akan nampak pada saat siswa karakterisasi dari para tokoh perjuangan. Pada tahap menarik kesimpulan termasuk indikator menilai hasil kesimpulan, sikap menarik kesimpulan akan nampak pada saat siswa menilai hasil kesimpulan. Kelima indikator tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengukur sikap belajar yang dilakukan siswa pada pembelajaran IPS menggunakan pendekatan pembelajaran scientific hasil pengukuran tersebut merupakan jumlah sikap belajar IPS, dan berdasarkan jumlah tersebut diketahui sikap belajar IPS siswa kelas 5 SD Negeri Ngraji Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan pada pembelajaran IPS melalui pendekatan pembelajaran scientific.

25 Pembelajaran IPS KD 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemekemerdekaan Pembelajaran konvensional metode ceramah dan siswa hanya mengikuti alur/kemauan guru sendiri dalam mengajar Sikap belajar IPS siswa tidak nampak Pendekatan Pembelajaran Scientific Indikator Sikap Mengamati : menyimak materi perjuangan dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan Menerima tugas dengan menyimak materi perjuangan dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan Menanya: bagaimana perlunya perumusan dasar Negara sebelum kemerdekaan Menjawab pertanyaan dengan menanya perumusan dasar Negara sebelum kemerdekaan Mencari referensi berkaitan dengan jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan Indonesia Mengolah informasi: perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia Mengorganisasikan referensi yang berkaitan dengan jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan Indonesia Menjawab permasalahan dengan mengolah informasi Lembar Observasi Mempresentasikan tentang jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia Karakterisasi dari para tokoh perjuangan SKOR SIKAP Menarik kesimpulan Menilai hasil kesimpulan Gambar 2.2 Skema Peningkatan Sikap Belajar IPS Melalui Pendekatan Pembelajaran Scientific

26 2.4 Hipotesis Tindakan Peningkatan sikap belajar IPS yang diduga dapat diupayakan melalui pendekatan pembelajaran scientific siswa kelas 5 SD Negeri 5 Ngraji Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.