BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berlandaskan Pancasila

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. selaku pejabat publik dengan masyarakat. Dan komunikasi tersebut akan berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang secara tegas dinyatakan pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. governance) melalui upaya penegakan asas-asas pemerintahan yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. struktur organisasi negara, termasuk bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dibentuklah suatu lembaga yang dikenal dengan nama Lembaga Ombudsman

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 06. PR. 07.

PROSES PELAKSANAAN GUGATAN INTERVENSI DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

PUTUSAN. Nomor : 09/PTS/KIP-SU/X/2014 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

TAMBAHAN BERITA NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara kesatuan ini maka penyelenggaraan pemerintahan pada prinsipnya

5. Kosmas Mus Guntur, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon V; 7. Elfriddus Petrus Muga, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon VII;

PROVINSI JAWA TENGAH

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

FGD Analisa dan Evaluasi Hukum Dalam rangka Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pengambilan Kebijakan Publik. Oleh : Nevey Varida Ariani SH.,M.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

SKRIPSI PROSES BERPERKARA PERDATA SECARA PRODEO DALAM PRAKTEK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PURWODADI )

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG KOMISI INFORMASI PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun evaluasi.

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB II PENGADILAN NEGERI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA TOR & RAB. : Optimalisasi Peran Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Sekretariat Komisi Informasi

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Fokus Media UUD 1945 dan Amandemennya. Bandung: Fokus Media

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

Pasal 4. (1) Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang Undang ini.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sebagaimana penegasannya dalam penjelasan umum Undang-Undang

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional di Indonesia dilaksanakan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebaik-baiknya dan merupakan tunas-tunas bangsa yang akan meneruskan cita-cita

PUTUSAN. Nomor : 13/PTS/KIP-SU/XI/2014 KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA UTARA 1. IDENTITAS

R U J U K A N UNDANG UNDANG DASAR 1945 DALAM PUTUSAN-PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

2011, No Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berlandaskan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum ( sumber tertib hukum ) yang terdapat di dalam pembukaan UUD 1945 1 yang merupakan idiologi berbangsa dan bernegara, sebagai suatu ideologi bangsa dan negara maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran seseorang atau kelompok, namun Pancasila diangkat dari nilai nilai adat dan kebudayaan serta nilai religius yang ada di dalam bangsa Indonesia itu sendiri 2, yang mana ini merupakan patokan dalam berkehidupan dan juga sebagai pandangan hidup agar cita -cita luhur dari para pendiri bangsa Indonesia dapat terwujud dengan baik dan damai serta menuju ke arah yang lebih baik lagi kedepannya, adapun Pancasila sebagai pandangan hidup bermakna bahwa semua aktifitas hidup masyarakat Indonesia harus sesuai dengan nilai nilai Pancasila 3. Sila-sila yang terkandung di dalam Pancasila tersebut telah memenuhi segala aspek bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai negara yang berbasis hukum Indonesia telah berupaya meletakkan dan memasukkan unsur unsur hukum kedalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. 1. Firdaus, Pancasila, ( Riau : Suska Press, 2010 ), h.5 2. Asril, Pendidikan Pancasila, ( Riau : CV. Berkah Maju Jaya, 2012 ), h. 129 3. M. Ihsan, Falsafah Pancasila, ( Riau : Suska Press, 2008 ), h. 3 1

2 Julis Stahl dalam pandangannya, ciri ciri negara hukum adalah : 1. Adanya jaminan atas hak asasi manusia ( Grondrechten ) 2. Adanya pembagian kekuasaan ( Scbeiding van machten ) 3. Adanya peradilan administrasi ( Administratief rechtspraak ) 4. Disamping itu ada juga prinsip prinsip negara hukum yaitu : 1. Asas legalistas 2. Perlindungan hak hak asasi 3. Pemerintahan terikat pada hukum 4. Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum 5. Pengawasan oleh hakim yang Merdeka. 5 Dan juga maju tidaknya suatu negara ditentukan juga dengan tingkat kesadaran rakyanya mengenai hak dan kewajibannya 6 Penjaminan hak asasi manusia dan hak lainnya warga negara serta dalam rangka untuk memajukan berkehidupan berbangsa dan bernegara yang bermartabat adil dan makmur dan juga menjunjung hak hak demokrasi dan asasi manusia dan berlandaskan hukum yang baik, maka berkehidupan bernegara dan berbangsa harus sesuai dengan apa yang di dalam peraturan dasar negara Indonesia ini / Undang Undang Dasar (UUD) tahun 1945, pasca amandemen, yaitu termaktub di dalam pasal 1 ayat 3 yang berbunyi : Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum. 7 4. Disarikan dari buku SF Mabun dkk, Dimensi Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, ( Yogyakarta : UUI Press, 2002 ), h. 7 5. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2011 ), h. 9 6. M. Ihsan, Pendidikan Pancasia & Kewarganegaraan, ( Riau : Suska Press, 2013 ), h. 85 7. Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, ( Jakarta : Prenada Media Group, 2010 ), h. 5

3 Fungsi hukum secara universal adalah bertujuan untuk : 1. Ketertiban 2. Ketentraman 3. Kesejahteraan 4. Kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat 8 Adapun salah satu fungsi hukum adalah menurut Lawrence M. Friedman, yaitu : 1. Pengawasan / pengendalian sosial ( Social control ), 2. Penyelesaian sengketa ( Dispute settlement ) 3. Rekayasa sosial ( Social engineering ) 9. Indonesia sebagai negara hukum sepatutnya berkehidupan harus berlandaskan kepada hukum dan menaatinya, dengan berjalannya hukum pada rel nya dengan baik, maka berkehidupan berbangsa dan bernegara pun akan tercipta dengan baik, tentunya dengan perangkat hukum dan didukung dengan instrumen hukum, serta yang tak kalah pentingnnya adalah para penegak hukum itu sendiri / para aparat penegak hukum yang berwenang dalam penegakan hukum yang harus dan wajib menciptakan serta mengkondisikan penegakan hukum yang seadil adlinya yang tidak tumpul keatas dan tajam kebawah, tetapi memandang sama derajatnya semua anggota masyarakat di depan mata hukum, menjunjung hak asasi manusia dan berorientasi pada keadilan yang sesungguhnya dan sebenar 24 h. 10 8. Zainal Asikin, Pengantar Ilmu Hukum, ( Depok : PT. RajaGrafindo Persada, 2012 ), h. 9. Disarikan dari buku Ishaq, Dasar Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta : Sinar Garafika, 2012),

4 benarnya dan seadil adilnya, sebagai mana yang Indonesia ketahui bahwasanya tujuan hukum sendiri adalah untuk: 1. Keadilan, 2. Kepastian hukum, 3. Kemanfaatan 10 Seiring dengan perkembangan zaman yang terus berjalan secara dinamis, maka hukum pun tak luput pula dari arus perkembangannya, karena dengan perkembangan zaman dibutuhkan pula hukum yang mengatur dalam perkembangan zaman itu agar tercipta berkehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan hukum yang berlaku untuk menciptkan kemajuan dalam berkehidupan berbangsa bernegara, juga yang tak kalah pentingnya agar hukum itu tidak selalu tertinggal dengan perkembangan dan arus zaman yang terus bergerak, terkadang memang tidak bisa diprediksi akan kedinamisannya serta perubahannya, maka diperlukan instumen hukum untuk menjawab itu semua, tentunya instrumen hukum yang berlandaskan kepada kepentingan hukum masyarakat serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dan demokrasi. Informasi merupakan salah satu hal yang harus dijamin oleh pemerintah, atau lebih tepatnya yaitu tentang keterbukaan informasi publik, yang mana negara memang dan harus menjamin tentang keterbukaan infromasi publik yang harus dan wajib disampaikan kepada masyarakat, dalam era reformasi pada saat sekarang ini, keterbukaan informasi publik memanglah bukan hal yang harus terus dijaga kerahasiannya, dan bahkan dalam hal ini merupakan keharusan bagi 10. Lysa Angrayni, Diktat Pengantar Ilmu Hukum, ( Riau : Suska Press, 2014 ), h. 22-24

5 pemerintah untuk membuka informassi seluas luasnya dan selebar lebarnya dalam keterbukaan informasi tentunya informasi yang dapat diperoleh oleh masyarakat dan tentunya ada pula hal hal yang tidak dapat diketahui oleh masyarakat secara rinci dan jelas yang menyangkut tenang rahasia negara. Perjalanan bangsa Indonesia telah mengalami beberapa fase mulai dari fase awal kemerdekaan, pada masa itu memang pemerintahan Indonesia belum terlalu stabil terus saja mendapat gronggongan dari pihak dalam maupun pihak luar, lebih dari pada masa itu bagaimana memulihkan stabilitas pemerintahan. Perjalanan bangsa Indonesia beralih kepada zaman orde baru yang mana pada zaman ini lebih terkenal dengan sikap dan sifat kediktatoral kemiliteran yang mana pemerintahan saat itu anti kritik dan tidak mencerminkan dalam pemenuhan hak asasi manusia, apalagi menjamin tentang hal ketebukaan informasi publik, dalam priode ini memang amat sangat tertutup sekali tentang hal yang berbau informasi, barulah semenjak zaman reformasi ini perlahan lahan mulai menjamin hak asasi manusia dan demokrasi, dalam hal lain juga harus terbuka dan juga hal yang menyangkut hak warga negara perlahan lahan berangsur angsur mulai diperhatikan dan menjadi tanggung jawab negara yang mana ini merupakan imbas dari reformasi pasca tragedi 21 Mei 1998 juga memberikan angin segar penerapan konsep demokrasi. 11 11. Abdul Aziz Hakim, NegaraHukum dan Demokrasi di Indonesia, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011 ), h. 192

6 Pancasila yang merupakan dasar utama kesepakatan berdirinya bangsa dan merupakan bagian dari pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945, konstitusi Indonesia telah mengalami amandemen 4 ( empat ) kali, tetapi pembukaannya tidak ikut dirubah, karena merupakan daya ikat bagi seluruh komponen bangsa dan untuk menjamin integrasi bangsa 12, namun dari pada itu, sistem bernegara harus turut menjamin kesejahteraan masyarakat dan rakyat Indonesia secara keseluruhan, dengan demikian tujuan dari bernegara akan terwujud kedepannya. Hal ini dimulai dengan direalisasikan pelaksanaannya, baik dengan berbagai cara dan tekhnik mewujudkannya, mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah dan mulai dari tingkat peraturan yang tertinggi hingga tingkat peraturan terendah semua mulai untuk disesuaikan, salah satunya dengan cara melakukan amandemen Undang Undang Dasar (UUD) 1945 yang memuat dan memasukkan hak warga negara dan lain sebgainya, dan tak luput pula tentang penjaminan hak asasi manusia dan khususnya tentang penjaminan keterbukaan informasi publik. Usaha ini telah dilakukan oleh pemerintah dan legislatif, yang lebih tepatnya telah diupayakan oleh Majelis Permusyawaratan Rakayat (MPR) dengan cara melakukan amandemen terhadap peraturan dasar negara Indonesia, telah mencantumkan tepatnya di dalam Undang Undang Dasar (UUD) tahun 1945 pasca amandemen yang tercantum di dalam pasal 28 F yang menyangkut tentang negara menjamin tentang keterbukaan informasi kepada publik, yang berbunyi : 12. Mahfud MD, Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2009 ), h. 37

7 Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. 13 Pemerintah dalam hal membuat suatu peraturan agar hak dari warga negara dapat diperoleh khususnya dalam hal memperoleh informasi maka pemerintah bersama lagislatif telah membuat peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan hal ini sebagai tindak lanjut dari Undang Undang Dasar (UUD) 1945 yang hanya menjelsakan hal hal dasar tentang informasi, yaitu peraturan perundang undangan no. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik, yang mana undang undang ini memang mengatur / tindak lanjut dari Undang Undang Dasar (UUD) 1945 yang hanya mengatur garis garis besar saja, dan belum terlalu mendetail dan undang undang ini menjawab tentang hal ini, ditambah dengan peraturan komisi informasi nomor 1 tahun 2013 tentang proses penyelesaian sengketa keterbukaan informasi publik, yang mana peraturan ini dibuat untuk menjadi acuan hukum yang lebih teknis dalam proses penyelesaian sengketa informasi publik. Undang undang nomor 13 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik, didalamnya dicantumkan informasi apa saja yang dapat diakses oleh masyarakat, dan pemerintah / negara memang harus memberikan informasi tersebut kepada publik / masyarakat, karena itu merupakan amanah dari undang undang keterbukaan informasi publik, seperti tentang : kebijakan suatu badan Agency ), h. 78 13. UUD 45 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia, (Surabaya :CV. Cahaya

8 publik, laporan keuangan badan publik, struktur organisasi badan publik, rencana serta kegiatan badan publik, yang mana sumber keuangannnya baik sebagian maupun seluruhnya menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dapat dimintai informasi kepadanya. Komisi informasi ini merupakan komisi yang independen dan bebas dari intrvensi dari pihak manapun dan seluruh kegiatannya menggunakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sesuai dengan tingkatan masing masing, komisi ini berkedudukan di ibukota negara yang mana jumlah komisionernya berjumlah 7 ( tujuh ) orang yang mencerminkan dari unsur pemerintah dan masyarakat ditunjang dengan sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris komisi yang berasal dari menteri yang membidangi tentang infomasi, sedangkan komisi informasi Provinsi yang berada di ibukota Provinsi, yang beranggotakan 5 ( lima ) orang yang mencerminkan unsur pemerintah dan tokoh masyarakat, dan dapat pula dibentuk komisi informasi pubik Kabupaten / Kota yang jumlah anggotanya 5 ( Lima ) orang yang menceminkan pula unsur penerintah dan masyarakat. Undang undang tentang keterbukaan informasi publik mengisyaraktkan dan mewajibkan kepada setiap badan publik, untuk membuka dan memberikan informasi, namun terdapat pula informasi yang tidak dapat diakses / diberikan, dikarenakan dapat mengakibatkan merugikan seseorang, atau keluarga / kelompoknya / jerih pikirnya, seperti tentang rahasia dagang, hak cipta dan juga seperti tentang strategis peperangan dan persandian negara serta data data

9 intelejen, ini dikarenakan akan dapat membahayakan stabilitas dan keamanan negara, dan juga seperti rencana pembentukan mata uang dan kebijakan fiskal, ini dikhawatirkan dapat membahayakan perekonomian negara dan dapat mengancam stabilitas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk menjamin keterbukaan informasi publik, maka dari pada itu lebih lanjut dalam penelitian ini akan dibahas mengenai tentang fungsi dari komisi informasi dalam penanganan dan penyelesian sengketa informasi dalam hal ini dijelaskan pada bab iv tentang proses penyelesaian sengketa yang dihadapi melaui mediasi dan / ajudikasi non litigasi, dalam hal ini bagaimana kewenangan dari komisi informasi Provinsi Sumatera Barat. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia komisi informasi memang belum sepopuler komisi komisi yang lainnya, yang lebih dahulu hadir, seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan juga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tetapi komisi ini hadir untuk menjawab tantangan keterbukaan informasi publik, oleh karena itu masyarakat memang dituntut untuk lebih aktif lagi dalam menggunakan haknya khususnya dalam memperoleh informasi publik, oleh karena itu komisi informasi hadir guna untuk menjawab tantangan tersebut, baik komisi yang berada di tingkat pusat, yang bernama komisi informasi pusat, maupun komisi informasi yang berada di daerah, baik di tingkat Provinsi, yang bernama komisi Informasi Provinsi, dan juga apabila dibutuhkan dapat pula dibentuk komisi informasi di tingkat Kabupaten / Kota

10 Seperti yang telah paparan diatas, dan pada realita yang ada, dan ditambah dengan observasi penulis, acap kali terjadi hal yang mengurangi atau mencederaihak hak mayarakat khusunya dalam keterbukaan informasi publik yang memang haarus diberikan, seperti susahnya mendaptkan akses keterbukaan informasi publik, dan tidak transparannya badan publik dalam memberikan informasi yang akan diminta, oleh karena itu komisi informasi hadir untuk menjawab persoalan persoalan diatas, serta sebagai juga amanat dari undang undang tentang keterbukaan informasi publik, yang mana salah satu tugas dan fungsinya yaitu, menyelesaikan sengketa tentang keterbukaan infomasi pubik melalaui mediasi dan / atau ajudikasi non litigasi, Khusunya yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat ini, dalam penanganan kasus, tak jarang komisi informasi menghadapi permasalahan seperti tidak pahamnya para pihak yang bersengketa di komisi informasi, baik pihak pemohon mupun pihak termohon, tidak hadirnya para termohon, terlebih banyak sekali pihak termohon tidak menjalankan tugas dan fungsinya yang diamnahkan oleh undang undang keterbukaan informasi publik tentang hal uji eksaminasi / uji konsekuensi tentang data informasi publik, dan dalam hal ini dapat menimbulkan hambatan yang dihadapi komisi informasi, dan juga seperti para pihak pihak yang terkait kurang maskimal dalam menjalani proses sengketa, hal ini akan menghambat proses penyelesaian sengketa di Komisi Informasi, terlebih lagi komisi informasi tidak mempunyai hak dalam rangka eksekusi dalam hal putusan yang dikeluarkannya, dan ini sangat menghambat dalam hal output kedepannya, khusunya di komisi informasi Provinsi Sumatera Barat.

11 Dari paparan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti sebuah penelitian yang berjudul : PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK OLEH KOMISI INFORMASI PROVINSI SUMATERA BARAT MENURUT PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK. B. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik yang dipersoalkan maka penulis membatasi permasalahan yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa informasi oleh komisi informasi Provinsi Sumatera Barat menurut peraturan komisi informasi nomor 1 tahun 2013 tentang prosedur penyelesaian sengketa informasi publik. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaiama penyelesaian sengketa informasi publik di komisi informasi Provinsi Sumtera Barat? 2. Apa saja hambatan dan kendala komisi informasi Provinsi Sumatera Barat dalam penyelesaian sengketa informasi? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diatas, maka maksud dari tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

12 1. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa informasi di komisi informasi Provinsi Sumtera Barat 2. Untuk mengetahui hambatan dan kendala komisi informasi Provinsi Sumatera Barat dalam penyelesaian sengketa informasi Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat didapat dan diperoleh dari kegiatan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi, guna melengkapi persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana hukum di jurusan ilmu hukum fakultas syari ah dan hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau b. Untuk memberikan pemikiran dan sumbangsih dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan Ilmu Hukum pada khususnya 2. Manfaat Praktis a. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum dan dapat mendapatkan gerar sarjana hukum b. Hasil dari penelitian yang akan penulis teliti diharapkan dapat membantu pihak pihak yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti nantinya

13 E. Metode Penelitian Berdasarkan paparan diatas, maka metode penelitian yang dipakai sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis sosiologis, adalah penelitian ilmiah merupakan investigasi fenomenal secara sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis dipandu oleh teori dan hipotesis tentang hubungan antar fenomena 14 yaitu penelitian yang dilakukan langsung ke lapangan dan studi kepustakaan dengan melakukan observasi atau pengamatan dan dilanjutkan dengan wawancara 2. Lokasi Penelitian Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini bertempat di kantor komisi informasi Provinsi Sumatera Barat yang beralamat di jalan sawo nomor.5 purus V, Kota Padang Provinsi Sumatera Barat 3. Populasi dan Sampel Populasi adalah, yaitu keseluruhan dari objek pengamatan atau objek penelitian 15 Adapun yang menjadi populasi adalah 5 ( lima ) orang komsioner komisi informasi Provinsi Sumatera Barat, dan 1 ( satu ) orang kepala sekretariat komisi informasi Provinsi Sumatera Barat, 1 ( satu ) orang panitera pengganti. 14. J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003 ), h. 1 15. Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010 ), h. 79

14 populasinya 16 Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili Dari jumlah populasi yang ada diatas, maka penulis mengambil sampel peneitian sebagai berikut : 5 ( lima ) komisoner komisi informasi Provinsi Sumatera Barat, dan 1 ( satu ) orang kepala sekretariat komisi informasi, dan 1 ( satu ) orang panitera pengganti, menggunakan teknik total sampling. TABEL I.1 DAFTAR TABEL POPULASI DAN SAMPEL JENIS POPULASI SAMPEL PRESENTASE Komisioner 5 orang 5 orang 100 % Panitera / kepala sekretaris 1 orang 1 orang 100% Panitera pengganti 1 orang 1 orang 100 % Jumlah : 7 orang 7 orang 100 % 4. Sumber Data a. Data Primer Data yang dihumpun secara langsung dari sumbernya dan diolah sendiri oleh lembaga yang bersangkutan untuk dimanfaatkan. Adapun data tersebut diperoleh dari kantor komisi informasi Provinsi Sumatera Barat b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari peraturan perundang undangan maupun peraturan turunannya, serta pendapat para ahli dan sumber hukum lainnya 16. Ibid, h. 79

15 c. Data Tersier Data yang diperoleh dari kamus kamus yang relevan serta dari ensklopedia yang mendukung untuk penulisan ini 5. Teknik Pengumpulan Data Adapun data yang dikumpulkan sesuai dengan sifat penelitian, yaitu lapangan dan pustaka, maka dengan landasan tersebut pengumpulan data dilakukan dengan cara : a. Observasi Yaitu penulis langsung turun ke lokasi penelitian untuk melihat langsung mengenai permasalahan yang akan diteliti b. Wawancara Yaitu mengemukakan pertanyaan pertanyaan secara lisan mengenai masalah yang diteliti c. Dokumentasi Yaitu data data yang akan diambil dari kantor komisi informasi Provinsi Sumatera Barat, yang dapat berupa gambar, photo, tulisan, dan lain sebagainya yang mendukung penelitian ini d. Sutdi Kepustakaan Yaitu mengkaji literatur literatur yang tersedia yang berkaitan dan berkenaan dengan permasalahan yang akan diteliti.

16 F. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini penulis yang digunakan adalah analisa secara deskriptif kualitatif, yaitu setelah semua sumber data berhasil dikumpulkan, maka penulis akan menjelaskan secara rinci dan sistematis sehingga dapat tergambar secara utuh dan dapat dipahami secara jelas pada kesimpulan akhirnya G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembaca dan memahami isi dari penelitian ini maka penulis menyusun sistematika penulisannya kedalam lima bab dan dibagi bagi ke dalam sub sub bagian sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Batasan Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Metodologi Penelitian G. Metode Analisis Data H. Sistematika Penulisan BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Komisi Informasi B. Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat

17 BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik B. Tinjauan Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Keterbukaan Informasi Publik C. Pengertian Sengketa Informasi Publik D. Pengertian Mediasi E. Pengertian Ajudikasi Non Litigasi F. Arbitrase G. Pengertian Keterbukaan Informasi Publik H. Pengertian Informasi Publik I. Jenis Informasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyelesaian sengketa informasi oleh komisi informasi Provinsi Sumatera Barat Menurut peraturan komisi Informasi nomor 1 tahun 2013 tentang prosedur penyelesaian sengketa informasi publik B. Kendala dan hambatan yang dihadapi komisi informasi Provinsi Sumatera Barat dalam menangani sengketa informasi

18 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran LAMPIRAN LAMPIRAN