TEKNIS PEMENUHAN PELAYANAN DASAR SUB-URUSAN BENCANA

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 10,262,024, BELANJA LANGSUNG 9,414,335,000.00

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAN BPBD MELALUI PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL KEBENCANAAN

DAFTAR USULAN KEGIATAN PEMBANGUNAN MUSRENBANG KABUPATEN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR TETAP KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

MATRIKS SANDINGAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA 1 BNPB KEMENDAGRI KEMENSOS CATATAN. Pemerintahan Daerah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2013

Powered by TCPDF (

PENANGANAN KEDARURATAN BENCANA AKIBAT LIMBAH B3. Oleh : Yus Rizal (BNPB)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BENCANA NON ALAM DARI SUDUT PANDANG BNPB. Dibawakan Oleh: dr. Fuadi Darwis, MPH. MARS. Dewan Pengarah BNPB 21 Februari 2018, Nusa Dua Bali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DALAM PENGUATAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGANGGARAN BTT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PENJABARAN APBD TAHUN ANGGARAN , ,00

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

BUPATI BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015

PERKIRAAN BIAYA (RP,-) SUMBER DANA (APBN/ APBD/ PHLN) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PENGADAAN LANGSUNG LELANG / SELEKSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENANGGULANGAN BENCANA NON ALAM MENGHADAPI PENINGKATAN ANCAMAN EMERGING INFECTIOUS DISEASE

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dari penelitian ini

Transkripsi:

- 11 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS PELAYANAN DASAR PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL SUB-URUSAN BENCANA DAERAH KABUPATEN/KOTA TEKNIS PEMENUHAN PELAYANAN DASAR SUB-URUSAN BENCANA Standar teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) daerah kabupaten/kota disusun untuk memenuhi hak konstitusional Warga Negara, melalui tahapan 1) pengumpulan data secara empiris dengan tetap mengacu secara normatif standar teknis, 2) perhitungan pemenuhan Pelayanan Dasar, 3) penyusunan rencana pemenuhan Pelayanan Dasar, 4) pelaksanaan pemenuhan Pelayanan Dasar. Tahapan pencapaian dimaksud, dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan bukan oleh Kementerian terkait. Sesuai dengan Pasal 9 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal, pelayanan dasar terdiri dari: pelayanan informasi rawan bencana, pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana dan pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana. Berikut uraian Standar Teknis Pelayanan Dasar pada SPM Sub-Urusan bencana daerah kabupaten/kota. 1. Pelayanan Informasi Rawan Bencana a. Pengertian Pelayanan informasi rawan bencana adalah pelayanan informasi tentang bagian wilayah kabupaten/kota rawan bencana, kepada Warga Negara yang berada di kawasan rawan bencana dan yang berpotensi terpapar bencana. Cakupan kawasan rawan bencana adalah wilayah kabupaten/kota. Pelayanan informasi rawan bencana dibagi per jenis ancaman bencana

- 12 - antara lain sebagai berikut: Gempa bumi, Tsunami, Banjir, Tanah Longsor, Letusan Gunung Api, Gelombang Laut Ekstrim, Angin Topan (termasuk Siklon Tropis/Puting Beliung), Kekeringan, Kebakaran Hutan dan Lahan, dan Epidemi/Wabah Penyakit/Zoonosis Prioritas diantaranya: rabies, anthrax, leptospirosis, brucellosis dan avian influenza (flu burung). b. Dasar Pemikiran Informasi rawan bencana sangat penting diberikan kepada Warga Negara agar diketahui ancaman bencana dapat terjadi dan dapat membahayakan keselamatan manusia pada suatu wilayah dan waktu tertentu. c. Dasar Hukum/Rujukan 1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia; 2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013; 3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; 4) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; 5) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 7) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular; 8) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; 9) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan; 10) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Otoritas Veteriner; 11) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal; 12) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Penyakit Berpotensi Wabah; 13) Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

- 13 - d. Teknis pemenuhan jenis dan pencapaian mutu pelayanan informasi rawan bencana sebagai berikut: Kegiatan: Pelayanan Informasi Rawan Bencana SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN A. Penyusunan Sasaran: Rumus: Merupakan tahapan Kajian Risiko Tersedianya data/informasi X = Kemajuan pekerjaan penerapan SPM berupa Bencana (KRB) tentang jenis dan risiko dokumen yang disusun pengumpulan data, bencana dalam bentuk Y = Jumlah satu dokumen KRB perhitungan pemenuhan dokumen yang sah/legal lengkap dan sudah dasar dan disahkan penyusunan rencana untuk Indikator: Indikator Kinerja: menunjang pemenuhan Persentase (%) penyelesaian dokumen sampai dengan X Y x 100% pelayanan dasar. Bagi daerah yang telah dinyatakan sah/legal menetapkan dokumen KRB, maka kegiatannya dapat Target: 100% (seratus persen) berupa pemutakhiran paling lama satu tahun dokumen KRB.

- 14-1. Penyediaan a. Jenis tenaga ahli ((a*b*c)+d+e) tenaga ahli yang b. Jumlah orang Bencana Daerah kompeten dalam c. Jumlah bulan kerja (BPBD) atau Perangkat penyusunan d. Jumlah pertemuan Daerah yang dokumen KRB e. ATK, penggandaan, data dan menyelenggarakan laporan 2. Diskusi publik a. Penyediaan tempat dan meja, ((a+b+c)+((d+e)*f)+ Komponen terhadap kursi serta sound system ((d+g)*h)+i) Bencana Daerah biaya dapat dokumen KRB b. Penyediaan peralatan (BPBD) atau Perangkat yang sudah pendukung (proyektor, layar, Daerah yang disusun untuk computer set) menyelenggarakan disempurnakan c. Penggandaan materi/atk/ dan ditetapkan dokumentasi menjadi dokumen d. Akomodasi dan konsumsi yang sah/legal e. Transport peserta f. Jumlah peserta g. Honor tenaga ahli h. Jumlah tenaga ahli i. Laporan

- 15 - SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN B. Komunikasi, Sasaran: Rumus: Merupakan tahapan penerapan SPM Informasi dan Terselenggaranya X = Jumlah Penduduk berupa pelaksanaan pemenuhan Edukasi rawan komunikasi, informasi dan di kawasan rawan pelayanan dasar bencana edukasi rawan bencana bencana yang kepada masyarakat per jenis memperoleh ancaman bencana informasi rawan bencana Indikator: jenis ancaman Persentase jumlah penduduk bencana di kawasan rawan bencana Y = Seluruh penduduk yang memperoleh informasi di kawasan rawan rawan bencana jenis bencana ancaman bencana jenis ancaman bencana Target: 100% (seratus persen) Indikator Kinerja: selama satu tahun X Y x 100%

- 16-1. Sosialisasi a. Penyediaan tempat berikut ((a+b+c)+((d+e)*f)+ Komponen melalui tatap meja dan kursi ((d+g)*h)+i) Bencana Daerah biaya dapat muka dengan b. Penyediaan peralatan (BPBD) atau Perangkat penduduk pendukung (proyektor, Daerah yang di daerah rawan layar, computer set) menyelenggarakan bencana c. Pengadaan/materi/ATK/ dokumentasi d. Akomodasi dan konsumsi e. Transport peserta f. Jumlah peserta g. Honor nara sumber h. Jumlah nara sumber i. Laporan 2. Sosialisasi a. Penyediaan dan a+(b*c)+d Komponen melalui media pemeliharaan perangkat Bencana Daerah biaya dapat sosial dan keras dan lunak (BPBD) atau Perangkat wahana b. Jumlah tim teknis Daerah yang multimedia c. Honor tim teknis menyelenggarakan d. Pulsa data

- 17-3. Penyediaan dan a. Perencanaan dan perizinan a+b+c+d+g+h+(e*f) pemasangan titik penempatan Bencana Daerah rambu evakuasi b. Survei lokasi (BPBD) atau Perangkat dan papan c. Penyediaan lokasi Daerah yang informasi publik penempatan rambu menyelenggarakan evakuasi dan papan informasi publik d. Pengadaan rambu evakuasi dan informasi publik e. Jumlah tim teknis f. Honor tim teknis g. Transportasi pemasangan h. Akomodasi pemasangan

- 18-2. Pelayanan Pencegahan dan Kesiapsiagaan terhadap Bencana a. Pengertian Pelayanan Pencegahan dan Kesiapsiagaan terhadap Bencana adalah serangkaian kegiatan pra bencana melalui pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan pemerintah daerah dan Warga Negara dalam menghadapi bencana. Pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan dibagi per jenis ancaman bencana yang dirincikan antara lain: Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Tanah Longsor, Letusan Gunung Api, Gelombang Laut Ekstrim, Angin Topan (termasuk Siklon Tropis/Puting Beliung), Kekeringan, Kebakaran Hutan dan Lahan, dan Epidemi/Wabah Penyakit/Zoonosis Prioritas diantaranya: rabies, anthrax, leptospirosis, brucellosis dan avian influenza (flu burung). b. Dasar Pemikiran. Pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk mengurangi dampak bencana, terutama korban jiwa manusia pada suatu wilayah dan waktu tertentu. c. Dasar hukum/rujukan 1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia; 2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013; 3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; 4) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; 5) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 7) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular; 8) Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan;

- 19-9) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan; 10) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Otoritas Veteriner; 11) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 12) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; 13) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal; 14) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Penyakit Berpotensi Wabah; 15) Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana; 16) Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana; 17) Peraturan Kepala BNPB Nomor 3 Tahun 2012 tentang Panduan Penilaian Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana.

- 20 - e. Teknis pemenuhan jenis dan pencapaian mutu pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan bencana sebagai berikut: Kegiatan: Pelayanan Pencegahan dan Kesiapsiagaan terhadap Bencana SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN A. Penyusunan Sasaran: Rumus: Merupakan tahapan penerapan SPM Rencana Tersedianya data/informasi X = Kemajuan berupa pengumpulan data, perhitungan Penanggulangan tentang rencana pekerjaan pemenuhan dasar dan Bencana (RPB) penanggulangan bencana dokumen yang penyusunan rencana untuk menunjang dalam bentuk dokumen disusun pemenuhan pelayanan dasar resmi Y = Jumlah satu Bagi daerah yang telah menetapkan dokumen RPB dokumen RPB, maka kegiatannya dapat Indikator: lengkap dan berupa pemutakhiran dokumen RPB. Persentase (%) penyelesaian sudah disahkan dokumen sampai dinyatakan Indikator Kinerja: sah/legal X Y x 100% Target: 100% (seratus persen) paling lama satu tahun

- 21-1. Penyediaan tenaga a. Jenis tenaga ahli ((a*b*c)+d+e) ahli yang kompeten b. Jumlah orang Bencana Daerah (BPBD) dalam penyusunan c. Jumlah bulan kerja atau Perangkat Daerah dokumen RPB d. Jumlah pertemuan yang menyelenggarakan e. ATK, penggandaan, data dan laporan 2. Diskusi publik a. Penyediaan tempat, meja, ((a+b+c)+((d+e)*f)+ Komponen terhadap dokumen kursi serta sound system ((d+g)*h)+i) Bencana Daerah (BPBD) biaya dapat RPB yang sudah b. Penyediaan peralatan atau Perangkat Daerah disusun untuk pendukung (proyektor, yang menyelenggarakan disempurnakan layar, computer set) dan ditetapkan c. Penggandaan menjadi dokumen materi/atk/ yang sah/legal dokumentasi d. Akomodasi dan konsumsi e. Transport peserta f. Jumlah peserta g. Honor tenaga ahli h. Jumlah tenaga ahli i. Laporan

- 22 - SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN B. Pembuatan Sasaran: Rumus: Merupakan tahapan penerapan SPM Rencana Tersedianya data/informasi X = Kemajuan berupa pengumpulan data, perhitungan Kontinjensi tentang rencana kontinjensi pekerjaan pemenuhan dasar dan (Renkon) dalam bentuk dokumen dokumen yang penyusunan rencana untuk menunjang resmi disusun pemenuhan pelayanan dasar. Y = Jumlah satu Bagi daerah yang telah menetapkan Indikator: dokumen dokumen Renkon, maka kegiatannya Persentase (%) penyelesaian Renkon lengkap dapat berupa pemutakhiran dokumen dokumen sampai dinyatakan dan sudah Renkon. sah/legal disahkan Indikator Kinerja: Target: 100% (seratus persen) paling lama satu X Y x 100% tahun

- 23-1. Penyediaan tenaga a. Jenis tenaga ahli ((a*b*c)+d+e) ahli yang kompeten b. Jumlah orang Bencana Daerah dalam penyusunan c. Jumlah bulan kerja (BPBD) atau Perangkat dokumen Rencana d. Jumlah pertemuan Daerah yang Kontinjensi e. ATK, penggandaan, data menyelenggarakan (Renkon) dan laporan 2. Diskusi publik a. Penyediaan tempat meja, ((a+b+c)+((d+e)*f)+ Komponen terhadap dokumen kursi serta sound system ((d+g)*h)+i) Bencana Daerah biaya dapat Rencana b. Penyediaan peralatan (BPBD) atau Perangkat Kontinjensi yang pendukung (proyektor, Daerah yang sudah disusun layar, computer set) menyelenggarakan untuk c. Penggandaan materi/atk/ disempurnakan dan dokumentasi ditetapkan menjadi d. Akomodasi dan konsumsi dokumen yang e. Transport peserta sah/legal f. Jumlah peserta g. Honor tenaga ahli h. Jumlah tenaga ahli i. Laporan

- 24 - SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN C. Pelatihan Sasaran: Rumus: Merupakan tahapan penerapan SPM pencegahan dan Terlatihnya aparatur yang X = Jumlah aparatur berupa pelaksanaan pemenuhan mitigasi menangani sub-urusan dan Warga pelayanan dasar bencana dan Warga Negara Negara yang ikut yang berada di kawasan pelatihan rawan bencana Y = Jumlah apatur dan Warga Indikator: Negara di Persentase (%) jumlah kawasan rawan aparatur dan Warga Negara bencana yang ikut pelatihan Indikator Kinerja: Target: 100% (seratus persen) X Y x 100% selama satu tahun

- 25-1. Pelatihan a. Penyediaan tempat a+b+c+d+((e+g)*f)+ Komponen penanggulangan lengkap dengan meja dan ((e+h)*i)+j Bencana Daerah biaya dapat bencana bagi kursi (BPBD) atau Perangkat aparatur b. Peralatan pendukung Daerah yang (proyektor, layar, computer menyelenggarakan set) c. Penyediaan sarpras pendukung pelatihan pencegahan dan mitigasi struktural d. Penggandaan/materi/ ATK/dokumentasi e. Akomodasi dan konsumsi f. Jumlah peserta g. Transport peserta h. Honor narasumber i. Jumlah narasumber j. Laporan

- 26-2. Pelatihan a. Penyediaan tempat a+b+c+d+((e+g)*f)+ Komponen penanggulangan lengkap dengan meja dan ((e+h)*i)+j Bencana Daerah biaya dapat bencana bagi Warga kursi (BPBD) atau Perangkat Negara b. Peralatan pendukung Daerah yang (proyektor, layar, computer menyelenggarakan set) c. Penyediaan sarpras pendukung pelatihan pencegahan dan mitigasi struktural d. Penggandaan/materi/ ATK/dokumentasi e. Akomodasi dan konsumsi f. Jumlah peserta g. Transport peserta h. Honor narasumber i. Jumlah narasumber j. Laporan

- 27 - SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN D. Gladi kesiapsiagaan Sasaran: Rumus : Merupakan tahapan penerapan SPM terhadap bencana Terlatihnya Warga Negara X = Jumlah Warga berupa pelaksanaan pemenuhan dalam rangka kesiapsiagaan Negara yang ikut pelayanan dasar terhadap bencana pelatihan Y = Jumlah Warga Indikator: Negara yang Persentase (%) jumlah Warga berada di Negara yang ikut pelatihan kawasan rawan bencana Target: 100% (seratus persen) Indikator Kinerja: selama satu tahun X Y x 100%

- 28-1. Simulasi dalam a. Penyediaan ruangan meja, a+b+c+i+((d+f)*e)+ Komponen ruang (table top kursi dan sound system ((d+g)*h) Bencana Daerah biaya dapat exercise) b. Peralatan pendukung (BPBD) atau Perangkat (proyektor, layar, papan Daerah yang data, computer set, alat menyelenggarakan komunikasi, manual TTX dan evaluasi) c. Penggandaan/materi/ ATK/dokumentasi d. Akomodasi dan konsumsi e. Jumlah peserta f. Transport peserta g. Honor pengarah/kelompok pengendali h. Jumlah pengarah/ kelompok pengendali i. Laporan

- 29-2. Gladi lapang a. Penyediaan ruang berikut a+b+c+d+((e+g)*f)+ Komponen meja, kursi, sound system ((e+h)*i+(j*k)+l Bencana Daerah biaya dapat b. Peralatan pendukung (BPBD) atau Perangkat (proyektor, layar, papan data, Daerah yang computer set, alat komunikasi menyelenggarakan dan manual gladi dan evaluasi) c. Penggandaan/ATK d. Penyediaan transportasi e. Akomodasi dan konsumsi f. Jumlah peserta g. Transport peserta h. Honor narasumber/fasilitator /komandan gladi i. Jumlah narasumber/ fasilitator/komandan gladi j. Honor observer k. Jumlah observer l. Laporan

- 30 - SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN E. Pengendalian Sasaran: Rumus : Merupakan tahapan penerapan SPM operasi dan Tersedianya layanan pusdalops X = Jumlah Warga berupa pelaksanaan pemenuhan penyediaan penanggulangan bencana dan Negara yang pelayanan dasar sarana sarana prasarana kesiapsiagaan mendapat prasarana terhadap bencana layanan kesiapsiagaan pusdalops terhadap Indikator: Y = Jumlah Warga bencana Persentase (%) jumlah Warga Negara yang Negara yang mendapat layanan berada di pusdalops penanggulangan kawasan rawan bencana dan sarana prasarana bencana penanggulangan bencana Indikator Kinerja: Target: 100% (seratus persen) X Y x 100% selama satu tahun

- 31-1. Koordinasi teknis pemantapan kesiapsiagaan terhadap bencana a. Pencetakan/penggandaan/ ATK/dokumentasi b. Akomodasi dan Konsumsi c. Jumlah petugas d. Honor petugas e. Jumlah narasumber a+g+((b+d)*c)+((b+f)*e) Bencana Daerah (BPBD) atau Perangkat Daerah yang menyelenggarakan Komponen biaya dapat f. Honor narasumber g. Laporan 2. Penyediaan a. Penyiapan gedung a+b+c+d Komponen sarana prasana b. Penyiapan perangkat Bencana Daerah (BPBD) biaya dapat operasional dan kesiapsiagaan bencana Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) c. Peralatan pendukung operasional atau Perangkat Daerah yang menyelenggarakan d. Operasional pusdalops 3. Penyediaan layanan pesan singkat secara broadcast a. Penyiapan alat komunikasi/ handphone b. Operasional a+b Bencana Daerah (BPBD) atau Perangkat Daerah yang menyelenggarakan Komponen biaya dapat

- 32-4. Penyediaan obat- a. Penyediaan obat dan vaksin (a*n1)+b+(c*n2) Perangkat Daerah yang n1=jumlah obatan dan b. Pemeliharaan membidangi kesehatan obat/vaksin vaksin c. Sosialisasi dan manusia dan kesehatan pendistribusian hewan untuk pemutusan rantai penularan; n2=jumlah kegiatan 5. Tatalaksana/ a. Operasional (a*n1)+(b*n1)+ Perangkat Daerah yang n1=frekuensi pengobatan dan b. Perjalanan (c*n2)+(d*n3 membidangi kesehatan kegiatan; vaksinasi c. Belanja bahan dan alat manusia dan kesehatan n2=jumlah pendukung hewan paket yang d. Pelatihan SDM aparat/ diperlukan; petugas pelaksana n3=jumlah petugas

- 33-6. Penyediaan a. Penyediaan peralatan (a*n1)+(b*n1)+(c*n2) Perangkat Daerah yang n1=frekuensi peralatan keadaan darurat membidangi kesehatan kegiatan; kesehatan b. Penyediaan alat pelindung manusia dan kesehatan n2=jumlah diri petugas hewan petugas c. Pelatihan penggunaan alat 7. Penyediaaan a. Pengambilan, pengepakan, (a*n1)+(b*n2) Perangkat Daerah yang n1=frekuensi peralatan pengiriman spesimen membidangi kesehatan paket laboratorium b. Pemeriksaan spesimen manusia dan kesehatan kegiatan; hewan n2= jumlah spesimen per spesifik pemeriksaan 8. Penyediaan a. Penyediaan alat dan bahan (a*n1)+(b*n2) Perangkat Daerah yang n1=frekuensi layanan pengendalian faktor risiko membidangi kesehatan paket biosekuriti (sprayer, kaporit, manusia dan kesehatan kegiatan; disinfektan) hewan n2=jumlah b. Pelatihan aparat/petugas petugas pelaksana

- 34-9. Penyediaan a. Perencanaan dan perizinan a+b+c+d+g+h+(e*f) Komponen sarana prasarana titik penempatan alat Bencana Daerah (BPBD) biaya dapat berupa alat komunikasi dan sistem atau Perangkat Daerah komunikasi dan peringatan dini yang menyelenggarakan sistem peringatan b. Penyediaan sirene, radio HT dini kebencanaan dan repeater berbasis c. Survei lokasi masyarakat d. Penyediaan sistem peringatan dini untuk jenis ancaman bencana meliputi: banjir dan tanah longsor e. Jumlah tim teknis f. Honor tim teknis g. Transportasi pemasangan/ pembangunan h. Akomodasi pemasangan

- 35 - SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN F. Penyediaan Sasaran: Rumus : Merupakan tahapan penerapan SPM peralatan Tersedianya peralatan X = Jumlah Warga berupa pelaksanaan pemenuhan perlindungan dan perlindungan terhadap Negara mendapat pelayanan dasar kesiapsiagaan bencana peralatan terhadap bencana Indikator: Persentase (%) jumlah Warga Negara yang mendapat peralatan perlindungan perlindungan Y = Jumlah Warga Negara di Kawasan rawan bencana Target: 100% (seratus persen) selama satu tahun Indikator Kinerja: X x 100% Y 1. Penyediaan a. Penyediaan peralatan a*b Komponen peralatan perlindungan diri Bencana Daerah (BPBD) biaya dapat penyelamatan diri jenis ancaman bencana atau Perangkat Daerah b. Jumlah Warga Negara yang yang menyelenggarakan berada di kawasan rawan bencana

- 36-3. Pelayanan Penyelamatan dan Evakuasi Korban Bencana a. Pengertian Pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dan menyelamatkan korban bencana. Pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan dibagi per jenis ancaman bencana antara lain: Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Tanah Longsor, Letusan Gunung Api, Gelombang Laut Ekstrim, Angin Topan (termasuk Siklon Tropis/Puting Beliung), Kekeringan, Kebakaran Hutan dan Lahan, dan Epidemi/Wabah Penyakit/Zoonosis Prioritas. Khusus untuk penanganan Epidemi/Wabah Penyakit/Zoonosis Prioritas diantaranya: rabies, anthrax, leptospirosis, brucellosis dan avian influenza (flu burung). b. Dasar Pemikiran. Keselamatan jiwa manusia sangat penting dalam proses penanganan darurat bencana maka untuk itu dibutuhkan upaya penyelamatan dan evakuasi korban bencana sesegera mungkin. c. Dasar hukum/rujukan 1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia; 2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013; 3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 jo Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; 4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 6) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular; 7) Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan; 8) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan;

- 37-9) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Otoritas Veteriner; 10) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; 11) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; 12) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana; 13) Peraturan Kepala BNPB Nomor 9 Tahun 2008 tentang Protap Tim Reaksi Cepat BNPB; 14) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Penyakit Berpotensi Wabah; 15) Peraturan Kepala BNPB Nomor 6a Tahun 2011 tentang Pedoman Dana Siap Pakai pada Status Keadaan Darurat Bencana; 16) Peraturan Kepala BNPB Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi; 17) Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2016 tentang Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana; 18) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 360/2903/SJ tanggal 3 Juni 2015 tentang Pedoman Pendanaan Tanggap Darurat Bencana yang Bersumber dari Belanja Tidak Terduga.

- 38 - d. Pemenuhan jenis dan pencapaian mutu pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana sebagai berikut: Kegiatan: Pelayanan Penyelamatan dan Evakuasi Korban Bencana SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN A. Respon cepat Kejadian Sasaran: Rumus : Merupakan tahapan penerapan SPM Luar Biasa (KLB) Terrespon secara cepat X = Jumlah berupa pelaksanaan pemenuhan penyakit/wabah setiap hasil penetapan kecepatan pelayanan dasar zoonosis prioritas status KLB kurang dari respon kurang 24 jam dari 24 jam untuk setiap Indikator: penetapan KLB Persentase kecepatan Y = Jumlah seluruh respon kurang dari 24 penetapan status jam untuk setiap status KLB KLB (%) Indikator Kinerja: Target: 100% (seratus X Y x 100% persen) selama satu tahun

- 39-1. Investigasi/penyelidikan a. Kuesioner b+c+(a*n1)+(d*e*n2)+ Dinas Kesehatan dan n1=jumlah epidemiologi terpadu/ b. Alat perekam (f*g*n3)+(h*n)+i Perangkat Daerah kuisioner yang wabah (zoonosis c. Alat dokumentasi yang membidangi diperlukan; prioritas) untuk (foto/video) kesehatan hewan n2=jumlah penemuan faktor risik, d. Alat dan bahan spesimen yang penemuan kasus baru, pengambilan diambil dan diuji; penemuan kontak, spesimen n3=frekuensi pengambilan, e. Pengujian pelaksanaan pengepakan, pengiriman laboratorium dan pengujian spesimen f. Personel serta konfirmasi g. Operasional laboratorium h. Transportasi dan BBM i. Laporan 2. Penetapan status a. Data/informasi dan a+b+c Kepala daerah Komponen biaya keadaan darurat dokumen investigasi kabupaten/kota dapat epidemi/wabah b. Koordinasi dan (zoonosis prioritas) komunikasi c. Dokumentasi

- 40-3. Tindakan cepat a. Rapid test ((a+b)*n1)+(c*n2)+ Dinas Kesehatan dan n1=jumlah penanganan epidemi/ b. Bahan pendukung (d*n3)+(e*f*n4) Perangkat Daerah alat/bahan; wabah penyakit (alat pelindung diri +(g*n5) yang membidangi n2=jumlah (zoonosis prioritas), yang minimum: masker dan kesehatan hewan vaksin/obat yang direspon 24 jam setelah sarung tangan) diberikan per laporan, deteksi dini, c. Obat/vaksin respon cepat; dan tindakan teknis penyakit n3=alat (tata laksana kasus/ d. Alat transportasi dan transportasi yang isolasi/pengebalan/ BBM dikerahkan per pengobatan/komunikasi e. Jumlah personil kegiatan; risiko) f. Operasional n4=frekuensi g. Laporan kegiatan respon cepat; n5=jumlah dokumen

- 41 - SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN B. Respon cepat darurat Sasaran: Rumus : Merupakan tahapan penerapan SPM bencana Terrespon secara cepat X = Jumlah berupa pelaksanaan pemenuhan setiap hasil penetapan kecepatan pelayanan dasar status darurat bencana respon kurang kurang dari 24 jam dari 24 jam untuk setiap Indikator: penetapan Persentase kecepatan darurat bencana respon kurang dari 24 Y = Jumlah seluruh jam untuk setiap status penetapan status darurat bencana (%) darurat bencana Indikator Kinerja: Target: 100% (seratus persen) selama satu X Y x 100% tahun

- 42-1. Penyediaan a. ATK/penggandaan ((a+b+c+d)+(e*f)+ Komponen biaya dokumen kaji b. Papan informasi (g+h+i +j)) Bencana Daerah (BPBD) dapat cepat dan c. Komunikasi atau Perangkat Daerah penetapan status d. Transportasi yang menyelenggarakan darurat bencana e. Jumlah personil f. Honor personil g. Laporan h. Data dan informasi dokumen kaji cepat i. Komunikasi dan koordinasi j. Dokumentasi

- 43 - SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN C. Aktivasi sistem Sasaran: Rumus : Merupakan tahapan penerapan SPM komando Terlaksananya koordinasi X = Jumlah petugas berupa pelaksanaan pemenuhan penanganan sistem komando oleh pusdalops yang aktif dalam pelayanan dasar darurat bencana penanggulangan bencana penanganan dalam penyiapan petugas darurat bencana penanganan darurat bencana Y = Jumlah keseluruhan Indikator: petugas dalam Persentase (%) jumlah petugas penanganan yang aktif dalam penanganan darurat bencana darurat bencana Indikator Kinerja: Target: 100% (seratus persen) X Y x 100% selama satu tahun

- 44-1. Koordinasi teknis a. Posko utama (TNI, Polri, (a+b+e)+(c*d) Komponen pelaksanaan BPBD, Dinas Perhubungan, Bencana Daerah biaya dapat lapangan dalam Satpol PP, Sat Linmas, Dinas (BPBD) atau Perangkat penanganan Sosial, Dinas PU, Dinas Daerah yang darurat bencana Kesehatan, PMI, NGO, media menyelenggarakan (aktivasi posko massa, dan lain-lain) tanggap darurat) b. Posko lapangan (petugas yang terlibat dalam melaksanakan penanganan darurat bencana dan keterlibatan masyarakat) c. Jumlah petugas d. Honor petugas e. Perlengkapan posko

- 45 - SUB KEGIATAN SASARAN/ INDIKATOR KINERJA CARA MENGHITUNG KETERANGAN D. Pencarian, Sasaran: Rumus : Merupakan tahapan pertolongan dan Terlaksana pencarian, pertolongan X = Jumlah korban yang penerapan SPM berupa evakuasi korban dan evakuasi korban bencana berhasil dicari, ditolong dan pelaksanaan pemenuhan bencana Indikator: Persentase (%) jumlah korban berhasil dicari, ditolong dan dievakuasi teradap kejadian bencana Target: 100% (seratus persen) dievakuasi Y = Perkiraan jumlah korban keseluruhan dari bencana Indikator Kinerja: X x 100% Y pelayanan dasar selama satu tahun

- 46-1. Koordinasi pembagian a. Jumlah operasional tim a*b Komponen zona/wilayah rescue (TNI, POLRI, BPBD, Bencana Daerah (BPBD) biaya dapat pencarian, Dinas PU, BASARNAS, atau Perangkat Daerah pertolongan dan Dinas Kesehatan, Sat yang menyelenggarakan evakuasi korban Linmas, Satpol PP, PMI) bencana b. Honor petugas 2. Penyediaan sarana a. Penyediaan peralatan a+b+c+d+e+f+g Komponen dan prasarana rescue Bencana Daerah (BPBD) biaya dapat pertolongan dan b. Penyediaan transportasi atau Perangkat Daerah evakuasi dan c. Penyediaan alat yang menyelenggarakan pembuatan jalur komunikasi pertolongan dan d. Penyediaan peralatan evakuasi pendukung (tenda, tangki air, BBM, genset) e. Penyediaan alat berat (excavator, bulldozer) f. Penyediaan ambulance g. Penyediaan sepeda motor trail

- 47-3. Operasional a. Pendirian tenda pengungsi a+b+c+ d+e+f+(g*h) Komponen penyelamatan melalui b. Penggunaan alat Bencana Daerah (BPBD) biaya dapat pencarian, komunikasi atau Perangkat Daerah pertolongan dan c. Penggunaan alat yang menyelenggarakan evakuasi korban transportasi bencana d. Penggunaan peralatan medis (antara lain: obatobatan, oksigen, kantong mayat) e. Penggunaan peralatan rescue f. Penggunaan peralatan pendukung g. Jumlah petugas h. Honor petugas

- 48-4. Laporan akhir a. Pengumpulan data dan a+b+c+d Komponen pertolongan, dokumentasi Bencana Daerah (BPBD) biaya dapat penyelamatan, b. Penyusunan laporan atau Perangkat Daerah evakuasi korban dan c. ATK dan penggandaan yang menyelenggarakan dampak bencana d. Publikasi Salinan dengan aslinya Kepala Biro Hukum, MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, ttd TJAHJO KUMOLO ttd Dr. Widodo Sigit Pudjianto, SH, MH