SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENDORONG MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH (ZIS) MELALUI BAZDA SUMATERA UTARA OLEH



dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENDORONG MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH (ZIS) MELALUI BAZDA SUMATERA UTARA OLEH

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang

BAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL

Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODDAQOH PADA BADAN AMIL ZAKAT DAERAH SUMUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT (NASABAH) MELAKUKAN QARDHUL HASAN DI BMT WAASHIL MEDAN

SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PEMBERDAYAAN MUSTAHIQ DI KOTA MEDAN OLEH: SITI HALIDA UTAMI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain dan dapat. digunakan oleh sasaran yang di tuju (Hani, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

PEMERINTAH KOTA PADANG

ANALISIS KASUS Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Bidang Keagamaan (Perhitungan Zakat)

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

KONSEP PENGELOLAAN LAZIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

BAB V PENUTUP. akhirnya pada bab ini penulis dapat suatu kesimpulan. Adapun benang merah. 1. Pendapat Ulma Tentang Zakat Atas Tambak Garam.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Nishab dan Kadar Zakat

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB IV PEMBAHASAN. Departemen Agama) setelah dikeluarkannya keputusan Kepala Kantor. tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Emirzan, 2006 : 6) peranan mencakup tindakan aturan perilaku yang perlu

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Disusun oleh DAVID SATRIA I

BUKU III ZAKAT DAN HIBAH

BAB III PENYAJIAN DATA. Profesi Di Lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Pekanbaru. Adapun tekhnik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 5 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA MINAT MASYARAKAT MUSLIM MENABUNG DI BANK SYARIAH DI KOTA MEDAN OLEH MEMANDA PUSPITA SARI

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

ANALISIS PERANAN LAZ RUMAH ZAKAT DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MIKRO MELALUI PROGRAM SENYUM MANDIRI DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

Transkripsi:

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENDORONG MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH (ZIS) MELALUI BAZDA SUMATERA UTARA OLEH ANDY RISWAN RITONGA 080501013 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong muzakki sehingga melakukan pembayaran dana ZIS melalui BAZDASU. Penelitian ini juga membahas perkembangan pengumpulan dana ZIS selama tahun 2001-2011, serta kendala-kendala yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 muzakki yang memabayar dana ZIS di BAZDASU, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0 descriptive analysis. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan menganalisis perkembangan jumlah muzakki, penerimaan, dan penyaluran dana ZIS selama 11 tahun terakhir. Juga menampilkan kendala internal dan eksternal yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq dan sedekah pada lembaga ini, karena statusnya sebagai lembaga zakat resmi milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepanya. Kata kunci: ZIS, Pelayanan, Lokasi, Teknik Pengumpulan.

ABSTRACT This study aims to determine the driving factors that make payments Muzakki ZIS funds through BAZDASU. This study also discusses the development of ZIS fundraiser for the year 2001-2011, as well as obstacles encountered in the collection BAZDASU ZIS. This study took a sample of 40 Muzakki the ZIS in BAZDASU to pay funds, using descriptive analysis method with the help of descriptive analysis software SPSS 16.0. While researching the development of fund-raising conducted by analyzing developments ZIS Muzakki number, receipt, and disbursement of funds during the last 11 years ZIS. Also featuring internal and external constraints faced in the collection BAZDASU ZIS. The results showed that the factors that encourage people to pay ZIS is a service, location and status BAZDASU collection techniques. Muzakki reasons prefer to pay zakat, and alms infaq in these institutions, because of its status as an official charity organization owned by the Government. To increase public awareness of the tithe, and give alms berinfaq, BAZDASU must continue to improve the quality of performance, service, socialization and its superior programs, in order to build a better image BAZDASU for the future. Key words: ZIS, Service, Location, collection techniques.

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul Analisis Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Dan Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada : 1. Kedua Orang Tua tercinta, ayahanda Sofyan Suri Ritonga, SH dan ibunda Siti Onggol, S,pd. Saudara-saudara, abang, kakak, dan adik tercinta, beserta teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan semangat dan dukungan beserta doa untuk keselamatan dan keberhasilan penulis. 2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc. Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan penulis dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam menyempurnakan skripsi ini dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi. 3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan. 4. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi.

5. Kepada Bapak DR. Saparuddin Siregar, SE, AK, SAS, M.Ag selaku dosen pembaca penilai yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan berbagai ilmunya kepada penulis. 7. Bapak dan Ibu staf administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah dengan ikhlas melayani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada pimpinan BAZDASU Bapak Drs. H. Amansyah Nasution, MSP beserta pegawai-pegawai BAZDASU yang telah membantu dalam proses penelitian penulis demi menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengaharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan. Wassalamualaikum Wr. Wb. Medan, 24 Juli 2012 Penulis Andy Riswan Ritonga 080501013

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN... i ii iii v x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 11 1.3 Tujuan Penelitian... 12 1.4 Manfaat Penelitian... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Zakat... 14 2.1.1. Pengertian Zakat... 14 2.1.2. Klasifikasi Zakat... 16 2.1.2.1. Zakat Fitrah... 16 2.1.2.2. Zakat Maal (Harta)... 17 2.1.2.3. Syarat-Syarat Zakat.... 26 2.1.2.4. Penerima Zakat... 27 2.1.3. Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat... 28 2.2. Infaq.... 30 2.2.1. Pengertian Infaq... 30 2.3. Sedekah... 31 2.3.1 Pengertian Sedekah. 31 2.4. Pelayanan Donatur/Muzakki... 31 2.4.1 Pengertian Donatur Muzakki... 31 2.4.2 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Pelayanan... 32 2.4.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan. 33 2.5 Lokasi Lembaga Zakat.34 2.6. Peranan Fundraising Zakat 35 2.6.1 Pengertian Fundraising Zakat 35 2.6.2 Metode Fundraising Zakat. 35 2.6.3 Tujuan Fundraising Zakat 36 2.7. Penelitian Terdahulu 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian...38 3.2. Lokasi Penelitian...38 3.3. Jenis dan Sumber Data...38 3.4. Teknik Pengumpulan Data...39 3.5. Populasi dan Pemilihan Sampel...40 3.6. Metode Analisis dan Pengelolaan Data...40 3.7. Definisi Operasional...41 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara 43 4.1.1. Sejarah Singkat Perkembanagan BAZDASU....43 4.1.2. Profil BAZDASU...45 4.1.3. Visi dan Misi BAZDASU...46 4.1.3.1. Visi 46 4.1.3.2. Misi 46. 4.1.4. Landasan Hukum Zakat...47 4.1.4.1 Landasan Agama Islam..47 4.1.4.2 Landasan Peraturan Perundang-undangan.48 4.1.5. Kedudukan BAZDASU...49 4.1.6. Tugas Pokok dab Fungsi BAZDASU...49 4.1.6.1 Tugas Pokok...49 4.1.6.2 Fungsi.50 4.1.7. Tujuan dan Prinsif Pengelolaan BAZDASU...51 4.1.8. Program Bantuan dan Pendayagunaan BAZDASU...52 4.1.9. Struktur Organisasi Pengurus BAZDASU.53 4.2. Analisis Data dan Pembahasan...55 4.2.1. Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin......56 4.2.2. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan....57 4.2.3. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan 59 4.2.4. Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU 60 4.2.5. Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden...62 4.2.6. Hasil Analisis Data dan Deskriftif Penelitian.64 4.2.6.1.Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU65 4.2.6.2. Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU66 4.2.6.3. Jarak Tempat Tinggal Responden dengan Lokasi BAZDASU..68 4.2.6.4. Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU. 70. 4.2.6.5. Prosedur Penyaluran Dana ZIS di BAZDASU.. 72 4.2.6.6. Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU.. 74 4.2.6.7. Pelayanan yang Diperoleh Responden Dari BAZDASU.... 76

4.3. Analisis Data Perkembangan Pengumpulan ZIS dan Deskriptif Penelitian.. 78 4.3.1. Perkembangan Jumlah Muzakki BAZDASU 78 4.3.2. Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS di BAZDASU. 83 4.3.3. Jumlah Penyaluran Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di BAZDASU... 88 4.4. Kendala-kendala yang Dihadapi BAZDASU Dalam Menghimpun Dana Zakat, Infaq, Dan sedekah (ZIS). 94 4.4.1.Kendala Internal... 94 4.4.2. Kendala Eksternal 95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 97 5.2. Saran... 99 DAFTAR PUSTAKA... 101 LAMPIRAN... 103

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman Judul 1.1 Jumlah Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara... 8 1.2 Jumlah Donatur/Muzakki di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara. 8 2.1 Nishab Zakat Unta..... 20 2.2 Nishab Zakat Sapi atau Kerbau... 21 2.3 Zakat Kambing dan Domba 22 4.1 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 56 4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. 58 4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Pendapatan 59 4.4 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU.... 60 4.5 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden... 62 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU. 65 4.7 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU... 67 4.8 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU 69 4.9 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU... 71 4.10 Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden di BAZDASU. 73 4.11 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU 74 4.12 Pelayanan yang Diperoleh Responden dari BAZDASU.. 76 4.13 Jumlah Donatur/Muzakki BAZDASU Tahun 20012011.... 80 4.14 Jumlah Penerimaan Dana ZIS DAN Non ZIS BAZDASU Tahun 2001-2011.. 85 4.15 Jumlah Penyaluran Dana ZIS Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011..... 90

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman Judul 4.1 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU... 62 4.2 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden... 63 4.3 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU... 66 4.4 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU.. 68 4.5 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU.. 70 4.6 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU.. 72 4.7 Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden di BAZDASU.. 74 4.8 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU. 76 4.9 Pelayanan yang Diperoleh Responden Dari BAZDASU. 78 4.10 Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS yang Terhimpun Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011. 88 4.11 Perbandingan Penerimaan dan Penyaluran ZIS Oleh BAZDASU Tahun 2001-201.. 93

DAFTAR SINGKATAN BAZDA BAZDASU BAZIS BAZNAS BAZ BPS DPRD LAZ LHAI LPZ OPZ SPSS UPZ UU ZIS = Badan Amil Zakat Daerah = Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara = Badan Amil Zakat Infaq Sedekah = Badan Amil Zakat Nasional = Badan Amil Zakat = Badan Pusat Statistik = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah = Lembaga Amil Zakat = Lembaga Harta Agama Islam = Lembaga Pengelolaan Zakat = Organisasi Pengelolaan Zakat = Statistic Product and Service Solution = Unit Pengumpulan Zakat = Undang-Undang = Zakat Infaq Sedekah

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong muzakki sehingga melakukan pembayaran dana ZIS melalui BAZDASU. Penelitian ini juga membahas perkembangan pengumpulan dana ZIS selama tahun 2001-2011, serta kendala-kendala yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 muzakki yang memabayar dana ZIS di BAZDASU, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0 descriptive analysis. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan menganalisis perkembangan jumlah muzakki, penerimaan, dan penyaluran dana ZIS selama 11 tahun terakhir. Juga menampilkan kendala internal dan eksternal yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq dan sedekah pada lembaga ini, karena statusnya sebagai lembaga zakat resmi milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepanya. Kata kunci: ZIS, Pelayanan, Lokasi, Teknik Pengumpulan.

ABSTRACT This study aims to determine the driving factors that make payments Muzakki ZIS funds through BAZDASU. This study also discusses the development of ZIS fundraiser for the year 2001-2011, as well as obstacles encountered in the collection BAZDASU ZIS. This study took a sample of 40 Muzakki the ZIS in BAZDASU to pay funds, using descriptive analysis method with the help of descriptive analysis software SPSS 16.0. While researching the development of fund-raising conducted by analyzing developments ZIS Muzakki number, receipt, and disbursement of funds during the last 11 years ZIS. Also featuring internal and external constraints faced in the collection BAZDASU ZIS. The results showed that the factors that encourage people to pay ZIS is a service, location and status BAZDASU collection techniques. Muzakki reasons prefer to pay zakat, and alms infaq in these institutions, because of its status as an official charity organization owned by the Government. To increase public awareness of the tithe, and give alms berinfaq, BAZDASU must continue to improve the quality of performance, service, socialization and its superior programs, in order to build a better image BAZDASU for the future. Key words: ZIS, Service, Location, collection techniques.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya berhubungan dengan nilai ketuhanan saja namun berkaitan juga dengan hubungan kemanusian yang bernilai sosial (Maliyah ijtimah iyyah). ZIS memiliki manfaat yang sangat penting dan strategis dilihat dari sudut pandang ajaran Islam maupun dari aspek pembangunan kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan dalam sejarah perkembangan Islam yang diawali sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW. Zakat telah menjadi sumber pendapatan keuangan negara yang memiliki peranan sangat penting, antara lain sebagai sarana pengembangan agama Islam, pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan infrastruktur, dan penyediaan layanan bantuan untuk kepentingan kesejahteraan sosial masyarakat yang kurang mampu seperti fakir miskin, serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1). Peranan zakat di atas, sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat miskin di Indonesia yang masih membutuhkan berbagai macam layanan bantuan, namun masih kesulitan dalam memperoleh layanan bantuan tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Di lihat dari fenomena itulah, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam sebenarnya memiliki potensi yang strategis dan sangat layak untuk dikembangkan dalam menggerakkan perekonomian negara. Melalui penggunaan salah satu instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), di mana zakat, infaq,

dan sedekah selain sebagai ibadah dan kewajiban juga telah mengakar kuat sebagai tradisi dalam kehidupan masyarakat Islam. Oleh karena itu, ibadah zakat, infaq, dan sedekah yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Islam di Indonesia, didukung dengan besarnya kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, sehingga dapat dikatakan Indonesia adalah negara yang memiliki potensi zakat yang cukup besar. Potensi ini merupakan sumber pendanaan yang dapat dijadikan kekuatan pemberdayaan ekonomi, pemerataan pendapatan, bahkan akan dapat menggerakkan roda perekonomian negara. Potensi ini sebelumnya hanya dikelola oleh individu-individu secara tradisional dan bersifat konsumtif, sehingga pemanfaatannya belum optimal. Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, pelaksanaan pengelolaan zakat di Indonesia dilakukan oleh Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk Pemerintah di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan kecamatan serta Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk dan dikelola masyarakat (Depag RI, 2007 a: 1). Pengelolaan dana zakat, infaq, dan sedekah oleh BAZ dan LAZ, seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap masalah kemiskinan dalam hal membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup miskin dan serba kekurangan dan belum tersentuh oleh hasil distribusi zakat, dikarenakan banyak program LPZ yang manfaatnya bagi umat belum dirasakan secara signifikan (Depag RI, 2008:3). Padahal potensi zakat Indonesia di atas kertas luar biasa besar. Secara matematis,

jika kesadaran berzakat telah tumbuh, maka akan didapat angka minimal Rp 19 Triliun per tahun, Angka akan bertambah jika diakumulasikan dengan pemasukan dari infaq, sedekah, serta wakaf tentunya akan didapat angka yang lebih besar lagi. Namun, angka di atas masih dalam hitungan kertas saja. Dalam kenyataannya pada tahun 2007 lalu hanya terkumpul lebih kurang Rp 250 milyar per tahun, itu artinya hanya 1,3% saja dana zakat yang dapat terkumpul dari jumlah dana potensial yang ada (Ibid). Di lihat dari persentase jumlah dana zakat yang berhasil dikumpul oleh BAZ dan LAZ tidak sebanding dengan besarnya potensi yang ada. Apalagi bila dilihat dari segi jumlah penduduk Indonesia sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2011 mencapai 30,01 juta jiwa, menurun dibanding tahun 2010 yang mencapai 31,02 juta jiwa. Sumatera Utara berada pada empat besar sebagai provinsi yang jumlah penduduk terbanyak dari 33 propinsi di Indonesia. Jumlah penduduk miskinnya mencapai 1,481 juta jiwa. Angka tersebut menurun sedikit dibanding tahun 2010 yang mencapai 1,490 juta jiwa (www.bps.go.id). Dengan status jumlah masyarakat Islam yang mayoritas, jelas yang paling banyak berada pada garis kemiskinan adalah masyarakat Islam, sehingga masalah ini menjadi masalah umat Islam yang harus ditanggung bersama. Untuk membantu memecahkan masalah kemiskinan melalui institusi ZIS, diperlukan aturan hukum yang jelas melalui Undang-undang Pengelolaan Zakat. Dalam UU Pengelolaan Zakat dimaksud disebutkan bahwa tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat

sesuai dengan tuntutan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Kemudian terjadi perkembangan yang cukup menarik, yang mendukung penghimpunan zakat dengan lahirnya UU Nomor 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang antara lain mengatur tentang pembayaran zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak (Depag RI, 2007 a:2). Pengurangan zakat dari laba atau pendapatan sisa kena pajak tersebut bertujuan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar zakat dan pajak, agar kesadaran membayar zakat diharapkan dapat memacu kesadaran membayar pajak. Zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak adalah yang dibayarkan kepada BAZ atau LAZ yang dikukuhkan oleh pemerintah untuk dapat mengurangkan zakat dari penghasilan kena pajak tersebut. Wajib pajak harus terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terlebih dahulu (Depag RI, 2007 b:64-65). Oleh karena itu, kewajiban membayar zakat dan pajak dapat lebih disinergikan, dimana keduanya merupakan sumber keuangan yang berpotensi besar dalam kegiatan pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, zakat yang memiliki peranan besar sebagai sumber keuangan syariah dalam membantu meningkatkan perbaikan kualitas kesejahteraan hidup masyarakat. Untuk itu diperlukan penguatan aturan hukum guna menempatkan kedudukan zakat yang lebih strategis lagi di Indonesia. Salah

satu alasan itulah yang mendukung dilakukannya revisi undang-undang dalam mengatur dan menguatkan kedudukan zakat, serta Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) di Indonesia. Pada akhirnya proses amandemen UU No 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat telah selesai diamandemen dan disahkan oleh DPR RI pada tanggal 27 Oktober 2011 lalu. UU hasil amandemen tersebut kemudian diberi nomor UU Nomor 23 Tahun 2011. Sebuah hasil perumusaan dan perjuangan panjang bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pengelolaan zakat di Indonesia, akibat dari ketidak setujuan atas UU Nomor 38 Tahun 1999 yang memberikan LAZ kesempatan yang sama besar dalam mengelola dana zakat. Terdapat bukti-bukti yang semakin menguat bahwa pada umumnya masyarakat telah gagal dalam melaksanakan pengelola zakat, dan seharusnya pengelolaan zakat ini dikembalikan kepada lembaga zakat pemerintah (BAZ). Peningkatan Pertumbuhan yang besar jumlah dana zakat, infaq, dan sedekah yang berhasil dikumpulkan oleh LAZ tidak diiringi dengan penurunan tingkat kemiskinan secara optimal. Oleh sebab itu ada anggapan bahwa lembaga zakat yang dikelola oleh masyarakat sendiri, belum dapat berjalan dengan baik serta masih syarat terhadap kepentingan individu dan kelompok. Dengan adanya Undang-undang baru zakat ini, lebih menguatkan peran dan fungsi BAZ, yang menegaskan kewajiban LAZ yang di bentuk masyarakat untuk melaporkan kegiatan pengumpulan dan pendayagunaan zakat yang telah dilakukannya kepada BAZ (Pasal 19), tetapi bukan kewajiban untuk menyetorkan dana zakat kepada BAZ. Hal ini bertujuan agar koordinasi LPZ dapat diformalkan melalui Undang-undang.

Terwujudnya koordinasi Pengelolaan dana zakat yang baik antara BAZ dan LAZ melalui UU yang baru, menumbuhkan harapan besar dalam menghadapi tahun 2012, sehingga optimisme peningkatan penerimaan zakat secara nasional cukup beralasan. Pada tahun 2010, penerimaan zakat nasional mencapai sekitar Rp 1,5 triliun zakat, sedangkan tahun 2011 lalu mencapai Rp 1,8 triliun atau mengalami kenaikan 20% dibanding penerimaan tahun 2010. Untuk tahun 2012, jumlah penerimaan zakat Rp 3-4 triliun sangat mungkin terealisasi asal terpenuhi dua syarat, yaitu, (1) sistem pengelolaan zakat sesuai UU pengelolaan zakat yang baru berjalan efektif dipusat dan disemua daerah, dan (2) pelaksanaan pembayaran zakat sebagai pengurang penghasilan bruto bagi para wajib pajak orang pribadi yang beragama Islam dapat direalisasikan dengan berbasis sistem IT perpajakan dan perzakatan (Republika, 22 Desember 2011). Sementara di Sumatera Utara, menurut Pimpinan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara telah mengumpulkan dana yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah (ZIS) sekitar Rp1,4 miliar hingga pertengahan Agustus 2011 yang akan disalurkan untuk membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Dengan rincian sebanyak Rp 600 juta berasal dari zakat dan Rp800 juta dari infaq serta sedekah. Namun sedang diupayakan pengumpulan ZIS lebih banyak agar dapat membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Pada tahun 2010, Dana ZIS yang terkumpul oleh Bazda Sumatera Utara mencapai Rp.1,7 milyar dengan rincian Rp.1,2 milyar dari zakat dan sekitar Rp.450 juta dari infaq dan sedekah (www.waspadaonline.com). Dalam perkembangan LPZ setelah disahkannya UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat di Indonesia (kini telah di amandemen menjadi UU Nomor 23 tahun 2011, yang pelaksanaan masih dalam proses sosialisasi). Secara hukum menetapkan adanya proses pengesahan Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) (pasal 6) yakni pembentukan Badan Amil Zakat Daerah dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam rangka melaksanakan amanat UU Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1999 tersebutlah, Pemerintah provinsi Sumatera Utara melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara sejak tahun 2001 telah membentuk Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (BAZDASU). Keberadaan BAZDASU terasa memberikan peran dan tujuan penting bagi masyarakat dan pemerintah Sumatera Utara, antara lain yaitu (Khoiri, 2010:2): 1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan syariat Islam, 2. Meningkatkan fungsi dan peranan norma keagamaan dalam upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, 3. Meningkatkan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah yang lebih produktif. Lembaga ini kemudian mulai menjadi lembaga yang dipercaya masyarakat dan amanah dalam mengelola dana umat. Walaupun demikian masih terdapat sejumlah permasalahan yang harus dihadapi seperti (Maratua Simanjuntak, 2006:37-38), masih rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat membayar zakat ke lembaga pemerintah, belum meratanya pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk membayar zakat khususnya zakat maal (harta), serta belum meratanya sosialisasi kebijakan peraturan pemerintah dan UU pengelolaan zakat, serta permasalahan lainnya yang juga harus dibenahi dalam mewujudkan pengelolaan zakat yang amanah, profesional, dan transparan. Oleh karena itu

BAZDASU terus berusaha meningkatkan pelayanannya, mulai dari upaya penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS, serta pengembangan sumber daya yang ada terus menerus dilakukan. Perwujudan usaha-usaha BAZDASU mulai terlihat perkembangannya dari jumlah penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir terkumpul dana ZIS sebagai berikut : Tabel 1.1: Jumlah Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara Jumlah Dana Terhimpun Tahun Zakat Infaq Sedekah 2007 Rp.1.646.540.450 Rp.433.545.700 Rp. 49.983.350 2008 Rp.1.721.948.800 Rp.140.364.970 Rp. 21.161.625 2009 Rp.1.079.985.288 Rp.228.222.495 Rp.107.701.920 2010 Rp.1.259.213.823 Rp.384.259.190 - Sumber: Hasil Wawancara Dengan Pengelola BAZDASU (2012). Jumlah penerimaan di atas masih terbilang relatif kecil dibanding dengan potensi ZIS yang diyakini cukup besar yang ada di Sumatera Utara. Apabila dilihat dari perkembangan jumlah donatur/muzakki yang membayarkan zakat, infaq, dan sedekah dari tahun ke tahun melalui BAZDASU, dalam kurun waktu empat tahun terakhir, maka dapat dilihat perkembangannya sebagai berikut : Tabel 1.2 : Jumlah Donatur/Muzakki di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara. Jumlah Donatur/Muzakki Tahun Zakat Infaq Sedekah 2007 268 - - 2008 216 - - 2009 220 - - 2010 224 - - Sumber: Data Muzakki BAZDASU.

Data pada tabel di atas, menunjukkan pada tahun 2007 jumlah muzakki yang menyalurkan zakatnya di BAZDASU sebanyak 268 orang, sedangkan pada tahun 2008 hanya sebanyak 216 orang atau mengalami penurunan 19,5%, dan pada tahun 2009 sebanyak 220 orang atau hanya meningkat 1,85%, begitu juga pada tahun 2010 sebanyak 224 orang, yang hanya mengalami peningkatan 1,8%. Data jumlah donatur yang mendonasikan dana infaq dan sedekah tidak tersaji pada tabel di atas, hal tersebut dikarenakan BAZDASU tidak mendata identitas pihak yang menyalurkan infaq dan sedekah secara rapi dan sistematis. Salah satu alasannya ialah sebagian besar para donatur menyalurkannya melalui unit-unit pengumpulan zakat (UPZ) serta pada kotakkotak infaq yang tersedia di tempat-tempat tertentu yang berkerja sama dalam pengumpulan infaq dan sedekah dengan BAZDASU, sehingga sulit untuk mengetahui data identitas donatur secara terperinci. Sebagai lembaga yang berada di bawah naungan pemerintah Sumatera Utara, secara struktual hubungan birokrasi dan koordinasi tidak dapat dihindarkan. Apalagi proses operasional berjalannya BAZDASU dibantu dari APBD Provinsi Sumatera Utara, bukan menggunakan dana zakat sebagaimana pengelola zakat pada umumnya (Khoiri, 2010:2). Konsekuensinya BAZDASU semakin mengedepankan akuntabilitas, kredibilitas dan transparansi. Untuk melengkapi itu pertanggung jawaban keuangan setiap tahunnya disampaikan kepada Gubernur Sumatera Utara dan Badan Inspektorat, yang sebelumnya telah diaudit terlebih dahulu oleh Akuntan Publik sejak tahun 2007, disamping itu juga pertanggung jawaban kepada umat, baik secara terbuka melalui media massa

maupun secara formal di depan anggota DPRD Tk 1 Sumatera Utara. Realitas ini menunjukkan bahwa mengelola harta zakat tidaklah sesederhana yang dibayangkan, pengawasan yang melekat serta sanksi pidana merupakan tolak ukur BAZDASU sebagai LPZ yang teraudit dan terawasi (www.bazdasumut.or.id). BAZ juga harus memperhatikan kegiatan operasional pengelolaannya dengan baik, agar masyarakat lebih terpanggil untuk menyalurkan zakat, infaq dan sedekah tersebut. Untuk itu penulis meneliti apakah yang menjadi faktor-faktor pendorong masyarakat menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). Faktor pendorong itu sendiri menurut penulis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pelayanan, lokasi, dan Teknik pengumpulan (Fundraising). Melalui pelayanan yang baik yang diperoleh seorang muzakki, maka diharapkan muzakki akan tetap menyalurkan dana ZIS kembali ke lembaga zakat tersebut. Faktor lokasi juga diyakini sebagai pendorong masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS pada suatu lembaga zakat. Jarak dan akses menuju lokasi lembaga zakat dari tempat tinggal/kegiatan masyarakat dalam hal ini muzakki diyakini cukup berpengaruh dalam hal menyalurkan dana ZIS secara langsung pada kantor lembaga zakat tersebut. Begitu juga dengan metode pengumpulan dana ZIS sebagai faktor yang ikut mendorong masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS tersebut. Teknik pengumpulan atau sering disebut dengan istilah fundraising zakat merupakan proses kegiatan dalam melakukan penghimpunan dana ZIS,sehingga masyarakat termotivasi serta menimbulkan kesadaran dan kepedulian untuk membantu masyarakat yang hidup dalam kekurangan melalui dana ZIS.

Oleh karena itulah BAZDASU ini merupakan LPZ resmi yang dimiliki pemerintah, sehingga diharapkan memiliki kelebihan dan keutamaan dibandingkan LAZ yang dikelola oleh masyarakat, baik dalam hal penghimpunan maupun pendayagunaan dana ZIS tersebut. Berdasarkan kedudukan dan status BAZDASU yang sangat potensial sebagai salah satu lembaga zakat yang dikelola oleh pihak pemerintah, diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dan mampu membuat program-program pendayagunaan dana ZIS yang lebih tepat guna setiap tahunnya. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan lebih memberikan kepercayaan dalam menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU. Melihat kondisi dan fakta tersebut, sudah seharusnyalah masyarakat Muslim di Sumatera Utara sebagai muzakki, dan pemerintah provinsi Sumatera Utara dalam membina dan mengawasi BAZDASU, untuk lebih tergerak lagi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat membayar zakat, infak, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU. Oleh karena itu, dengan dilatar belakangi keadaan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Dan Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apakah yang mendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU?