UPAYA PENINGKATAN LITERASI MAHASISWA MELALUI PELATIHAN MENULIS KREATIF DI KOTA PADANG PANJANG

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL PENA INDONESIA (JPI) Jurnal Bahasa Indonesia, Sastra, dan Pengajarannya Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016 ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN TEKNIK KERANGKA TULISAN DAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan produktif meliputi kemampuan berbicara dan menulis, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI SEBAGAI KREATIVITAS MENGARANG SISWA: STUDI KASUS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BOYOLALI

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUTERA ARTIKEL ILMIAH

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia yang siap menyampaikan maupun menulis teks berita. Menulis teks

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Melalui Strategi Critical Incident

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan tersebut terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkembang. Kemudian proses pembelajaran dapat dilakukan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: C.V Diponegoro, 1984), hlm Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gempita Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan sederhana mengenai sastra menurut Bressler (1984:7), Literature

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DENGAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI STRATEGI TIGA KATA. Nurkanti SMP Negeri 4 Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI KEGIATAN MAJALAH DINDING

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. membaca, menulis, menyimak, berbicara. Setiap keterampilan erat sekali kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keterampilan bersastra adalah keterampilan menulis. Selain

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

Transkripsi:

UPAYA PENINGKATAN LITERASI MAHASISWA MELALUI PELATIHAN MENULIS KREATIF DI KOTA PADANG PANJANG Mezia Kemala Sari 1*), Bahren 2, dan Zuiyardam 1 1. Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Kampus Kauman Padang Panjang 2. Universitas Andalas Padang *) Email: meziakemalasari@umsb.ac.id ABSTRAK Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Kemampuan dan kemauan menulis mahasiswa yang terlibat di bidang jurnalistik seperti menulis kreatif masih sangat minim. Untuk menyikapi itu maka perlu dilakukan upaya memecahkan masalah klasik para pembelajar khususnya mahasiswa dalam dunia tulis menulis dan literasi. Pada kegiatan ini melibatkan mahasiswa Jurusan Pendidikan dan Keguruan. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan menulis mahasiswa di bidang menulis kreatif. Kegiatan ini dilaksanakan berupa kegiatan pelatihan dengan pendampingan langsung ketika pelatihan dan pasca pelatihan. Kegiatan pelatihan penulisan dilakukan secara menarik dan menyenangkan dengan penggunaan media gambar untuk tingkat mahasiswa. Di samping itu, agar mahasiswa tidak yang jenuh, selain metode ceramah juga dilengkapi dengan pelatihan. Metode pelatihan dilakukan dengan cara penyampaian yang persuasif, diskusi dan praktik langsung yang dibagi menjadi tiga sesi, yakni imajinasi, fiksi dan ekspresi. Melalui kegiatan pelatihan ini, peserta diharapkan semakin meningkat kemauannya dan kemampuannya dalam menulis dan semakin terbukanya peluang untuk mempublikasikan hasil tulisan kreatif secara online dengan sarana dan jalur yang dapat dipilih. Setelah dilakukan pelatihan terlihat adanya peningkatan kemampuan dan kemauannya khususnya di bidang pembuatan sajak Minang dan puisi berbahasa Indonesia hingga prosa fiksi yang tercipta dalam waktu sangat singkat. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan terpublikasikannya karya menulis mereka di laman minangsatu.com yang akan terus berlanjut secara berkala. Kata Kunci: pelatihan, menulis kreatif, mahasiswa Efforts to Improve Student Literation through Training on Creative Writing in The City of Padang Panjang ABSTRAK Writing is a language skill that is used to communicate indirectly. The ability and willingness to write students who are involved in journalism, such as creative writing, are minimal. To address this, it is necessary to solve the classic problems of learners, especially students in the world of writing and literacy. This activity involved students in the Education and Teacher Training Department. It is hoped that this activity can increase students' willingness and ability to write in the field of creative writing. This activity is carried out in the form of training activities with direct assistance during training and after training. Writing training activities are carried out in an exciting and fun way, using image media for the student level. So that students are not bored, besides the lecture method, it is also equipped with training. The training method is carried out using efficient delivery, discussion, and hands-on practice, divided into three sessions: imagination, fiction, and expression. Through this training activity, participants are expected to increase their willingness and ability in writing. There will be more opportunities to publish creative writing results online with available means and channels. After the training was carried out, there was an increase in his abilities and willingness, especially in making Minang poetry and Indonesian language poetry fictional prose created in a short time. Furthermore, the activity was closed with the publication of their writing on the minangsatu.com page, which would continue periodically. Keyword: training, creative writing, students 107

PENDAHULUAN Pelatihan ini diadakan dengan perencanaan yang bertahap dengan puncak mencakup tingkat provinsi dengan menjangkau kabupaten atau kota yang ada di Sumatera Barat. Pilihan tahap pertama adalah kota Padang panjang. Hal ini didasarkan pada terpilihnya kota Padang Panjang sebagai kota literasi yang semakin sesuai dengan tujuan diadakannya kegiatan pengabdian ini. Jika memungkinkan, kegiatan ini direncanakan akan berlanjut ke daerah-daerah lainnya. Kegiatan ini diadakan khusus untuk tingkat mahasiswa atau remaja yang pada masa ini butuh asupan positif agar terhindar dari perilaku-perilaku yang merugikan (Sarfika, 2020). Terlebih, mengingat pada tahap ini, dengan memiliki kemampuan menulis kreatif akan membantu para mahasiswa yang merupakan calon pencari kerja yang diharapkan memiliki skill terutama dalam hal menulis. Harapannya, mereka memiliki kemampuan dasar yang mumpuni dalam menghadapi tantangan masa depan. Tak dapat kita pungkiri, di era milenial ini, yang semuanya serba instan dan teknologi, agaknya akan sulit jika mahasiswa atau lulusan perguruan tinggi hanya mengandalkan ijazah dan IPK. Skill adalah salah satu penunjang yang harus dimiliki sebagai pijakan dalam mencari kerja kelak. Menulis adalah salah satu skill yang cukup menjanjikan jika diasah. Di pelatihan ini, tidak semua mahasiswa bisa mengikutinya karena persyaratan peserta yang boleh ikut adalah yang teah memiliki bekal walau masih dasar dengan membawa coretan-coretan yang telah mereka persiapkan. Di samping itu syarat kemauan dan ketertarikan ke dunia tulis menulis adalah keharusan. Dengan menerapkan syarat-syarat tersebut, maka terkumpulnya peserta sejumlah dua puluh delapan orang dengan latar program studi yang berbeda namun memiliki ketertarikan yang sama yakni tulis menulis. Menulis adalah hal yang mungkin saja sulit bagi mereka yang tak terbiasa. Hal ini juga mungkin dirasa mudah bagi mereka yang terbiasa. Kata-kata terbiasa nampaknya menjadi kunci jika kita berbicara perihal kemauan dan kemampuan dalam dunia tulis menulis. Menurut Tarigan (2008) menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Ia mengungkapkan bahwa seorang penulis harus terampil dalam memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata dan tentunya jika dilakukan secara intens akan memberikan sesuatu yang bermanfaat dan bersejarah (Anatona dkk, 2018). Kegiatan menulis ini membutuhkan pembiasaan seperti halnya kegiatan-kegiatan rutin yang setiap hari kita lakukan. Jika kita melakukannya dengan senang hati, agaknya menulis bukan lagi kegiatan berat dan sulit seperti yang sering kita dengar jika bertanya soal hambatan dalam menulis. Menurut Suhariyadi (2011) hambatan yang paling sering ditemui adalah seperti keluhan akan kebuntuan untuk menuangkan apa yang dirasakan atau dipikirkan ke dalam bentuk susunan kata-kata atau tulisan. Dari observasi awal sangat mudah untuk dilihat bahwa terdapat beberapa hal yang melatarbelakanginya diantaranya banyak diantara calon penulis atau peserta yang belum memahami betul hakikat tulisan yang akan diciptakan dan mereka belum menguasai teknik menuangkan ide dan gagasan yang sebetulnya telah mereka miliki tersebut dengan cara yang mudah, cepat dan produktif. 108

Salah satu proses menulis yang dewasa ini sering digalakkan dalam rangka menggiatkan dunia literasi adalah menulis kreatif. Menulis kreatif merupakan bagian dari hasil atau produk kreativitas yang tentu saja didalamnya memiliki unsur keterampilan. Pranoto (2012) menjelaskan bahwa dalam menulis kreatif, pembaca akan terkagum bukan karena kebenaran, logika ataupun fakta, melainkan pada kebenaran artistik yang ukurannya adalah kepekaan intuitif (dalam Saraswati, 2014). Hasil menulis kreatif bisa dalam berbagai bentuk karya seperti puisi, sajak, opini, prosa dan sebagainya. Kata kunci kreatif menunjukkan menulis menjadi bersifat subjektif dan sangat tergantung pada si penulisnya. Ia mau menulis apa dan bagaimana prosesnya dan untuk tujuan apa, semua terserah pada si penulis. Tak ada batasan, seperti halnya dewasa ini blogger atau penulis blog bisa sangat leluasa untuk menuliskan apa saja yang ingin ia tulis. Blog merupakan suatu wadah yang dapat di akses oleh siapa saja, tak berbayar. Sehingga banyak penulis memilih untuk membuat blog pribadi. Di samping itu, ada banyak wadah-wadah lain yang juga bisa dipilih dalam rangka ingin mempublikasikan sebuah tulisan secara bebas, seperti Wattpad, blogspot, wordpress dan lain sebagainya. Ditambah, situs-situs dan jejaring sosial yang membuka peluang seluas-luasnya kepada setiap orang untuk berkreasi secara bebas dan dapat diakses oleh siapa saja. Semudah itu dengan alasan itulah, kemudahan, kepraktisan dan ketersediaan wadah seperti menjadi pemicu utama bagi kita untuk semangat menulis dan berkarya. Permasalahan yang terjadi selanjutnya adalah tentu jika kita berbicara kualitas. Jika kita sudah mempertimbangkan kualitas terhadap sebuah tulisan bebas, maka semua yang dipublikasikan secara bebas tadi akan secara tidak langsung tersaring. Tulisan-tulisan yang hanya berupa tulisan bebas mungkin berupa hal-hal yang tidak terlalu penting akan tersendirinya tersingkir. Tidak masalah juga karena memang tidak ada yang membatasi atau yang memberikan standar terhadap sebuah tulisan seperti yang ditulis seorang blogger di situs pribadinya. Kualitas tentu akan dipertimbangkan jika tulisan sudah mulai masuk ke ranah formal atau yang menjadi perhatian publik, seperti media massa, artikel ilmiah, berita, info, opini, cerpen, puisi jenis-jenis tulisan yang bertujuan komersil. Terlebih jika tulisan itu mampu menjadi sumber rujukan yang terpercaya oleh publik. Untuk itu, tulisan tersebut bukan lagi hanya sekedar tulisan, karena ia sudah memiliki bobot yang mumpuni untuk dijadikan rujukan. Oleh karena itu, pelatihan ini diadakan secara serius karena melihat pada dampak dan benefit dari mau menulis tadi. Bagaimana caranya kegiatan menulis tersebut tidak hanya sekedar menulis. Tidak lagi sekedar menulis diakhiri yang berisikan kegiatan sehari-hari. Tidak lagi sekedar postingan lalu selesai. Pelatihan ini ingin mengajak peserta agar memahami bahwa kegiatan menulis dapat memberikan dampak positif yang luar biasa. Terutama menulis kreatif karena kreatifitas dapat menstimulasi diri untuk semakin berkembang (Febrina dkk, 2019). Kegiatan pelatihan ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta bahwa orang-orang besar yang terkenal diberbagai belahan dunia itu karena beliau menulis atau karyakaryanya ditulis oleh orang-orang yang pernah mengenalnya. 109

METODE Kegiatan ini dilakukan secara tatap muka langsung di dalam ruangan dengan metode diskusi dan praktik langsung. Penyampaian materi oleh pelatih dilakukan secara naratif dan persuasif dengan menggunakan media seperti penggunaan LCD Proyektor untuk menampilkan materi yang umumnya berupa tampilan gambar dan foto dan media ajar yang interaktif yang dapat memengaruhi ketertarikan peserta (Rusydi dkk, 2019). Agar peserta tidak bosan maka cara pendekatan aktif kepada peserta tidak boleh ditinggalkan. Walaupun media gambar memiliki kelemahan seperti hanya menampilkan persepsi indra mata, subyektif dan ukuran kecil, namun, Rahadi (2003) mengatakan agaknya media gambar bisa menyokong pelatihan jika digunakan dengan strategi yang tepat (dalam Sari, 2018). Kegiatan ini berlangsung sehari pada hari Rabu tanggal dua puluh tujuh Maret 2019. Bertempat di aula FKIP UMSB kampus Padang Panjang mulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 3 sore. Pelaksanaan pun dilakukan secara bertahap dengan 3 pemateri dengan fokus yang berbeda. Tentu saja pengamatan terus dilakukan sepanjang pelatihan secara teliti dengan memperhatikan beberapa aspek seperti apa yang dilakukan yakni berupa kegiatan langsung dan apa yang diketahui serta benda yang mendukung (Helmizar dkk, 2018). Hal ini menjadi salah satu titik acuan dalam pelatihan ini. Penyajian pelatihan ini dilakukan dalam 3 sesi yakni:1. Sesi pelatihan Imajinasi selama 30 menit, dilanjutkan dengan praktik dan diskusi selama 60 menit. 2. Sesi pelatihan Fiksi selama 30 menit, dilanjutkan dengan praktek dan diskusi selama 60 menit dan 3. Sesi pelatihan Ekspresi selama 40 menitdilanjutkan dengan praktik dan diskusi selama 60 menit.kegiatan ditutup dengan pengumpulan naskah karya dan langsung di unggah dan publish di situs minangsatu.com HASIL DAN PEMBAHASAN Pelatihan ini lebih bersifat praktik yang diselingi dengan teori dan teknik menulis. Peserta diajak langsung untuk praktik menulis dengan melewati 3 tahap pengenalan tulisan kreatif dalam melahirkan karya sastra atau tulisan. Berikut adalah tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan. Peserta diminta untuk membuat setengah lingkaran dengan peralatan tulis menulis yang telah disediakan dan memperhatikan gambar yang ditampilkan. Penggunaan media akan sangat mendukung kegiatan karena penggunaan media gambar mampu meningkatkan kepahaman peserta terhadap pemaparan teori (Sari dan Putri, 2018). Pelatihan ini terdiri dari 3 sesi. Setiap sesinya merupakan jenjang tahap pembuatan tulisan atau karya sastra kreatif. Dalam dunia kesusasteraan, beberapa istilah seperti imajinasi, fiksi dan ekspresi adalah hal yang tak kan bisa dipisahkan. Dalam hal penciptaan sebuah karya seperti tulisan, ketiganya berperan penting dalam menyarankan proses kesadaran manusia untuk berkarya. 1. Tahap Imajinasi Imajinasi mengandung pengertian perenungan, penghayatan, pemikiran dan perasaan yang membuat seseorang mengarungi dan mengembara ke ruang kesadaran 110

(Suharyadi, 2011). Dengan kata lain, jika seseorang melakukan proses imajinasi dalam dirinya, maka hal-hal seperti ingatan, kenangan, pengalaman, visual, audio akan ia jumpai di alam sadar dan bawah sadarnya. Itulah sebabnya imajinasi disebut pembayangan dan lewat bahasalah imajinasi tersebut akan dituangkan ke dalam bentuk kata, frase, kalimat, paragraf hingga wacana. Inilah langkah awal yang dilakukan dalam pelatihan menulis kreatif. Di dalam kegiatan fase awal ini, peserta akan diajak untuk menyelami alam imajinasi masingmasing. Beberapa diantara peserta akan sangat mudah untuk menemukan poin penting entah itu dari kenangan yang membekas, pengalaman berharga atau bayanganbayangan yang tiba-tiba saja menghampiri kolam imajimasi individu. Pelatih bertugas menemani dan membimbing peserta saat mereka sedang memejamkan mata dan menyelami imajinasi masing- masing. Kegiatan tahap awal ini berjalan sangat baik, dibuktikan dengan terwujudnya coretan-coretan awal dari peserta berupa frase, kalimat hingga paragraf. Beberapa dsari peserta menuliskan kata-kata puitis bernuansa patah hati. Yang lainnya menuliskan cita-cita. Ada juga yang menuliskan kejadian yang membuatnya bahagia dan selalu terkenang bahkan ada yang menyajikan lengkap seperti sebuah berita berisikan inormasi penting. Hal ini menunjukkan bahwa setiap imajinasi individu itu berbeda. Tentu saja berbeda karena pengalaman, ingatan, memori dan yang dipikirkan setiap manusia itu berbeda. Untuk itulah, menulis kreatif seharusnya tidak sama dan akan selalu orisinil. Jika hal ini diterapkan oleh semua penulis dimana saja, bayangkan akan ada miliaran cerita-cerita yang akan bermunculan. Persoalannya adalah bagaimana membuat imajinasi tadi menarik. Untuk itulah kegiatan pelatihan ini diadakan tetunya. Gambar 1. Paparan Materi oleh Dr. Zaiyardam tentang Perlunya Imajinasi Dalam Menulis 2. Tahap Fiksi Setelah berhasil melewati proses imajinasi yang membuktikan bahwa setiap peserta memiliki imajinasi yang sangat berbeda-beda, tahap selanjutnya adalah mencoba untuk mengganti proses penangkapan ide, yakni dengan melakukan tahap fiksi. Fiksi bermakna rekaan, khayalan, atau sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga kita tak perlu mencari kebenaran atas realita. Fiksi tak bisa 111

juga lepas dari imajinasi karena dengan imajinasi yang tiada batas dan kreatif akan menghasilkan sebuah cerita rekaan yang luar biasa. Misalnya, kita tentu tidak akan pernah menemukan sosok Harry Potter karya J.K. Rowling dalam dunia nyata. Tak kan kita temukan sebuah sekolah sihir yang didalamnya berisikan murid-murid yang tidak berjalan dengan kaki tapi terbang diatas sapu. Itulah rekaan yang luar biasa. Ia mampu mengadakan yang tidak ada. Bagaimana pengarang HarryPotter mampu menciptakan tokoh yang kemudian fenomenal di novelnya lalu difilmkan. Atau contoh lain adalah cerita yang dikarang seperti di dongeng anak-anak yang legendaris seperti Cinderella yang tentu kita sudah hapal dengan jalan ceritanya. Tokoh Cinderella tentu saja rekaan yang sehaja dibuat yang merupakan hasil dari imajinasi dan fiksi. Fiksi berisikan peristiwa, tokoh dan tempat atau latar yang disajikan secara naratif untuk kemudian bisa disebut wacana naratif. Di pelatihan sesi kedua ini, peserta akan diajak untuk memainkan imajiansi yang dimiliki berkolaborasi dengan fiksi yang mereka miliki karena imajinasi dan fiksi adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Mereka saling menunjang satu sama lain. Itulah sebabnya istilah fiksi bertolak belakang dengan realitias atau faktual. Di sesi ini, peserta secara praktis akan dibimbing untuk merasakan pengalaman pengembaraan imajinasi individu yang kemudian akan memunculkan fiksi yang tentu saja langsung terwadahi dengan bahasa yang dituliskan. Di sesi kedua ini, peserta berhasil memunculkan atau melahirkan ide-ide kreatif sebagai hasil paduan imajinasi dan fiksi. Tulisan yang muncul masih dalam bentuk bebas, umumnya prosa, yang disebut prosa fiksi atau cerita rekaan. Dari sesi kedua ini semakin terlihat bahwa ide bisa di ransang dengan kemauan untuk melakukan proses imajinasi dan mengkolaborasikannya dengan kemampuan fiksi yang mumpuni. Saat ini peserta telah mampu untuk melahirkan prosa fiksi dengan tema bebas. Gambar 2. Paparan Materi oleh Bahren tentang Fiksi dan Praktek 3. Tahap Ekspresi Sesi pertama dan kedua mulai berhasil membuat para peserta semakin antusias 112

dalam meneruskan pelatihan ini karena mereka mulai mengerti proses dan jalan yang ditempuh dalam menuangkan ide yang menjadi masalah besar selama ini. Tahap terakhir ini juga akan semakin menuntun mereka untuk menulis kreatif ke jenjang yang lebih tinggi yakni tahap Ekspresi. Ekspresi itu sendiri merupakan cara mengungkapkan apa-apa yang telah diimajinasikan seseorang ke dalam bentuk susunan kata atau bahasa sebagai sarana. Ini yang menarik karena proses atau cara menuangkan ekspresi inilah yang semakin membuat sebuah tulisan semakin orisinil karena tentu gaya berbahasa setiap orang yang berbeda, Mungkin ada yang berekspresi secara lugas, ada yang senang mempermainkan bahasanya sendiri, ada yang cenderung to the point, ada yang lebih memilih untuk lebih puitis dan sebagainya. Tentu saja ini sangat bersifat individual. Dikarenakan bahasa-lah yang menjadi medianya, maka kreatifitas tadi akan muncul di pemilihan kata atau diksi, frase, kalimat, paragraf hingga wacana. Pemilihan diksi misalnya, beberapa diantara peserta ada yang lebih cenderung memilih kata-kata yang abstrak atau ambigu. Namun ada juga yang memilih kata lugas tepat sasaran. Ada yang memilih ekspresi menyindir, ada yang menyukai untuk melibatkan bahasa kiasan seperti simile, hiperbola, personifikasi atau metafora. Di sini semakin terlihat, kreativitas yang tak dibatasi akan menghasilkan karya yang beraneka ragam dan luas cakupannya. Dari pilihan kata hingga wacana yang lengkap, memang sangat terlihat cara dan gaya masing-masing individu peserta dalam mengekspresikan apa yang diimajinasikan dan difiksikan. Hal ini juga sangat bergantung pada kebiasaan dan kemampuan teknik dari peserta itu sendiri. Begitulah proses pelatihan menulis kreatif ini berjalan seharian penuh dengan hasil yang baik. Hal ini tentu ditunjang pada adanya rasa ketertarikan peserta pada awalnya akan pelatihan ini. Pelatihan ini dirasa tepat sasaran dan berhasil karena peserta terangsang kemauannya dan bertambah kemampuannya dalam menulis kreatif sesuai dengan topik pelatihan yang diadakan. Hal ini tentu ditunjang oleh pemateri yang mumpuni yang disambut antusiasme peserta. Pelatihan ini menunjukkan bahwa adanya sikap kreatif dan estetis-imajinatif itulah yang membuat sesuatu yang bahkan mustahil menjadi bisa dan mungkin dalam karya sastra. Apa yang tidak logis dalam realitas akan menjadi logis di karya sastra. Karya sastra berupa tulisan kreatif hasil imajinatif berkolaborasi dengan fiksi yang dituangkan dengan ekspresi yang persuasif akan melahirkan karya yang memiliki dampak besar bagi pembacanya tentu saja sesuai dengan isi cerita yang disampaikan lewat tulisan kreatif yang berkualitas. Pelatihan ini telah berhasil menghasilkan karya-karya tahap awal dari peserta yang secara umum berhasil membuat pantun daerah, puisi hingga prosa fiksi. Walaupun tentunya masih perlu adanya perbaikan dan evaluasi dalam rangka meningkatkan kualitas sebuah tulisan secara teknis. Diharapkan dengan adanya pelatihan semacam ini, akan membuka wawasan dan meningkatkan kemauan dan kemampuan siapa saja untuk menulis kreatif. 113

Gambar 3. Presentasi Karya-karya Yang Ditampilkan Peserta KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan pelatihan menulis kreatif dalam rangka meningkatkan kemauan dan kemampuan para peserta dalam menulis tentunya dilakukan dengan desain, metode dan teknik pelatihan yang tepat agar tujuan dari diadakannya pelatihan yakni menumbuhkan rasa percaya diri dan terciptanya kemauan dan kemampuan yang mumpuni hingga lahirnya karya kreatif yang tentunya dapat memperkaya pemekaran khasanah sastra daerah dan Indonesia. Menulis dan menyebarkannya melalui berbagai media khususnya bagi mahasiswa juga akan berdampak kepada Program Studi, Jurusan dan Fakultas tempat mahasiswa itu kuliah, karena salah satu bagian terpenting dan memiliki poin tertinggi dalam penilaian akreditasi Program Studi adalah karya mahasiswa yang dipublikasikan. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan akan banyak karya mahasiswa yang terpublikasi dan memberikan sumbangan bagi Program Studi, jurusan dan fakultas untuk akreditasi. Dengan adanya tiga tahapan atau tiga sesi dalam pelatihan ini, yakni tahap imajinasi, fiksi dan ekspresi telah berhasil mewujudkan meningkatnya daya kreasi peserta dalam mengembangkan daya imajinasi, meluaskan fantasi peserta dan tentu saja melatih ekspresi dan pengayaan memori. Hal ini terbukti dengan produk yang dihasilkan di akhir sesi pelatihan berupa pantun, puisi dan prosa fiksi yang langsung di unggah ke laman minangsatu.com sebagai bukti dan langkah awal terbentuknya komitmen untuk menulis Sebagai saran, pelatihan ini diharapkan akan sering diadakan baik berkala dan bertahap karena terbukti mampu meningkatkan kemauan dan kemampuan menulis peserta, sehingga jika kegiatan ini rutin diadakan tentu saja akan menjadi wadah dan sarana yang tepat bagi mereka yang ingin belajar menulis dan butuh arahan. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, kami para penulis mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Institusi, Program Studi Pendidikan bahasa Inggris FKIP UMSB dan FIB 114

UNAND yang telah memberikan dukungan baik secara moril kepada para penulis hingga terciptanya karya ilmiah berupa penelitian ini. Khususnya terima kasih kepada Tim Buletin Ilmiah Nagari Membangun yang telah memberikan kesempatan untuk mempublikasikan hasil kegiatan ini. Akhirnya, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan penulis sangat menyadari bahwa semua ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf dan sekiranya masih ada kekurangan karena setiap manusia tidak ada yang sempurna. DAFTAR PUSTAKA Anatona, Y.Andoni dan Witrianto. 2018. Pelatihan menulis sejarah kampung di Nagari Sungai Kamuyang Kabupaten Limapuluh Kota. Warta Pengabdian Andalas 25 (3): 35-40 Febrina, Ria. 2019. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif untuk guru SD Negeri 10 Lambung Bukit melalui penulisan cerita anak. Warta Pengabdian Andalas. 26 (4b) Helmizar, A.R.P dan Ajie S. 2018. Membangun Nagari fotokopi melalui kuliah kerja nyata revolusi mental Indonesia Melayani di Kabupaten Tanah Datar. Buletin Ilmiah Nagari Membangun. I (3):80 Rusydi, M.I. 2019. Peningkatan ketertarikan dan pengetahuan siswa/i dalam mempelajari BAM melalui pengembangan media ajar interaktif. Jurnal Hilirisasi IPTEKS I (2) : 423-434 Saraswati, Risma Dwi. 2014. Pengaruh teknik creative writing terhadap keterampilan menulis kreatif puisi siswa Sekolah Dasar.Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Sarfika, Rika. 2020. Pemberian rational-emotive behaviour therapy dan assertive training sebagai upaya mengurangi perilaku agresif pada remaja di Pauh Padang. Jurnal Hilirisasi IPTEKS III (1) : 54-63 Sari, Mezia Kemala. 2018. Peningkatan bahasa Inggris dasar tentang tense dan kosa kata kepada murid MDA Muhammadiyah Tanjung Medan Kabupaten Agam. Buletin Ilmiah Nagari Membangun I (4) :173 Sari, Mezia Kemala dan Yulyana Putri. 2018. The Implementation of Using Picture Media on Teaching Simple Present Continous Tense. Language Circle XIII (1) : 049-056 Suhariyadi, 2011. Menulis Kreatif-Panduan Belajar Menulis. Seri Modul Penulisan Sastra. Sanggar Sastra Unirow, Tuban. 115

Tarigan dan Guntur H. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa, Bandung. 116