ANALISIS ARAH DAN KEKUATAN ANGIN PEMBENTUK BARCHAN DUNE DAN TRANSVERSAL DUNE DI PANTAI PARANGTRITIS, PROPINSI DIY BERDASARKAN DATA GEOLOGI



dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Arah Angin Pembentuk Gumuk Pasir Berdasarkan Data Morfologi dan Struktur Sedimen, Daerah Pantai Parangtritis, Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP SEBARAN GUMUK PASIR DI PANTAI PARANGTRITIS TAHUN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-3 ANALISIS SAMPEL SEDIMEN. Oleh

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGSAHAN.. HALAMAN PERNYATAAN.. INTISARI.. ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR..

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum

Ringkasan Materi Pelajaran

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

KONDISI UMUM BANJARMASIN

ACARA IV POLA PENGALIRAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Analisis Karakteristik Fisik Sedimen Pesisir Pantai Sebala Kabupaten Natuna Hendromi 1), Muhammad Ishak Jumarang* 1), Yoga Satria Putra 1)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

GEOLOGI DAERAH KLABANG

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

DINAMIKA PANTAI (Geologi, Geomorfologi dan Oseanografi Kawasan Pesisir)

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

BENTANG ALAM EOLIAN. 1. Cekungan Deflasi di Gurun Gobi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DI SUNGAI PUTIH, KABUPATEN MAGELANG

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

UNIVERSITAS INDONESIA PERKEMBANGAN GUMUK PASIR DAN PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI GUMUK PASIR PANTAI PARANGTRITIS, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB IV METODE PENELITIAN

07. Bentangalam Fluvial

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GUMUK PASIR PARANGTRITIS KONVERSI VERSUS KONSERVASI ( Sebuah Tinjauan Penggunaan Lahan dengan Model Dinamik)

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI

HIDROSFER Berdasarkan proses perjalanannya, siklus dapat dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

BAB I PENDAHULUAN. rumit yang bekerja sejak dahulu hingga sekarang. Proses-proses tersebut,

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATAPENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PETA INTISARI ABSTRACT BAB I.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.4

GEOLOGI REGIONAL YOGYAKARTA

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

STUDI SEBARAN SEDIMEN BERDASARKAN TEKSTUR SEDIMEN DI PERAIRAN SAYUNG, DEMAK

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH VEGETASI TERHADAP TAHANAN ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

Transkripsi:

ANALISIS ARAH DAN KEKUATAN ANGIN PEMBENTUK BARCHAN DUNE DAN TRANSVERSAL DUNE DI PANTAI PARANGTRITIS, PROPINSI DIY BERDASARKAN DATA GEOLOGI Dwi Indah Purnamawati 1, Ferdinandus Wunda 2 1,2 Jurusan Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Email: wiwiek_akprind@yahoo.co.id ABSTRACT The aim of this research is to understand and check about sand dune in coast of Parangtritis, also analyze the direction and strength of wind influencing forming of sand dunebarchan dune and transversal dune in research area.there are two phases of this research method. The phases are field researching and laboratory analysis. The direction and strength of wind analysis can be done from sand morphological and texture. The analysis of morphological done at transversal and barchans dune. This analysis done by determining wind direction from strike disseminating at sand dune. Result of the analysis show that wind direction blowing up at N 50 E until N 150 E, or relative from south to north. Texture analysis done to know the speed and strength of wind forming sand dune. This Analysis relied on dominant grain diameter of sand sample taken at dale, back, till the top of sand dune. The result of texture analysis showing that wind strength in research area is range from 4,5-8,4 m/s. Keywords: Barchan dune, transversal dune, morphology, texture, analysis, wind INTISARI Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan meneliti tentang gumuk pasir di Pantai Parangtritis serta menganalisis arah dan kekuataan angin yang mempengaruhi pembentukan gumuk-gumuk pasir Barchan dune dan transversal dunedi daerah penelitian. Metode yang dipakai dalam penelitian analisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di Pantai Parangtritis berdasarkan data geologi ini terdiri dari dua tahap yaitu : tahap penelitian lapangan dan analisis laboratorium. Analisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di Pantai Parangtritis dapat didekati baik dari aspek morfologi maupun teksturnya. Analisis morfologi dari dua tipe gumuk pasir yaitu transversal dune dan barchans dune dilakukan dengan cara menentukan arah angin dari persebaran jurus pada tubuh gumuk pasir, yang menghasilkan arah angin yang bertiup ke arah N 5 0 E sampai N 15 0 E, atau arah angin relatif bertiup dari arah selatan ke utara.analisis tekstur dilakukan untuk mengetahui kecepatan dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir. Analisis ini didasarkan pada diameter butiran yang dominan dari conto pasir yang diambil pada bagian lembah, punggung, hingga puncak gumuk pasir. Dari analisis tekstur tersebut dapat diketahui kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di daerah penelitian adalah berkisar antara 4,5 8,4 m/detik. Kata kunci: Barchan dune, transversal dune, morfologi, tekstur, analisis, angin PENDAHULUAN Daerah pantai landai dan memiliki suplai endapan pasir melimpah, yang terangkut oleh media air (sungai) akan bermuara di pantai. Angin yang berhembus cukup kencang, akan menghasilkan perubahan pada endapan pasir pantai yang bersifat merusak dan membangun. Salah satu contohnya adalah membentuk gumuk pasir yaitu akumulasi dari pasir-pasir pantai, dan terendapkan sepanjang pantai oleh pengerjaan angin, dan kenampakan endapan mempunyai ciri khas baik tingginya maupun pelamparanya (Prasetyadi, 1991). Gumuk pasir di sebelah barat Pantai Parangkusumo, merupakan laboratorium alam di mana keberadaannya sangat diperlukan guna memahami kondisi dan gejala alam yang masih belum diketahui manusia. Kondisi alam sangat banyak ragamnya dan belum banyak dimengerti. Salah satunya adalah fenomena adanya gumuk pasir di daerah tropis.gumuk Pasir di daerah tropis sangat banyak macamnya dan yang paling unik adalah ditemukannya jenis barchan dune dan transversal dune yang di Indonesia hanya terdapat di kawasan wisata Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberadaan gumuk pasir dengan tipe barchan di Parangtritis sangat unik dan menarik untuk diteliti, dipahami, dan perlu dilestarikan. Gumuk Pasir ini merupakan fenomena yang menarik dipandang sebagai obyek wisata (Rovicky,2008). B-194

Tujuan penelitianadalah untuk mengetahui dan meneliti tentang gumuk pasir di Pantai Parangtritis serta menganalisis arah dan kekuataan angin yang mempengaruhi pembentukan gumukgumuk pasir di daerah penelitian. Dengan mengetahui arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir ini, diharapkan hal ini dapat menjelaskan pola sebaran atau akumulasi gumuk-gumuk pasir yang terdapat di daerah penelitian yang memiliki pengaruh terhadap keadaan lingkungan alam di sekitar Pantai Parangtritis. Daerah penelitian terletak lebih kurang 30 km ke arah selatan kota Yogyakarta. Secara administratif termasuk dalam Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).Lokasi pengukuran dan pengambilan conto pada lokasi pengamatan (LP) satu terletak pada Koordinat E 110 0 19 0,6 yaitu transversal dune dan S 08 0 1 0,4 serta lokasi pengamatan (LP) dua terletak pada koordinat E 110 0 18 58,5 dan S 08 0 1 0,4 yaitu barchan dune, dengan elevasi dari 17 40 m dari permukaan laut. METODE Metode penelitian yang dipakai dalam menganalisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di Pantai Parangtritis ini, terdiri dari 2 tahap yaitu:tahap penelitian lapangan dan tahap penelitian laboratiriun 1. Tahap penelitian lapangan dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 16 juni 2012. Penelitian ini mencakup penelitian terhadap 2 jenis gumuk pasir (barchans dune dan transversal dune), dengan mengukur kemiringan lereng pada kedua sisi gumuk pasir, mengukur ukuran gumuk pasir, mengukur strikedari 2 jenis gumuk pasir sebanyak 50 data jurus. Diawali dengan tahap orientasi yang bertujuan untuk mencari obyek penelitian dalam hal ini adalah gumuk pasir yang bentuknya benar-benar ideal. Di samping itu juga dibuat jalur-jalur pengamatan dan pengambilan conto (sample) pasir yang akan dianalisis di laboratorium Contoh pasir yang diambil di sepanjang jalur pengamatan sebanyak 30 conto dan disertai pertimbangan bahwa pengaruh angin pada saat penelitian lapangan hanya mempengaruhi endapan pada bagian permukaan saja, maka untuk mendapatkan conto yang mewakili secara keseluruhan,conto pasir yang diambil adalah yang di bagian permukaan gumuk pasirnya. Banyaknya conto yang diambil di setiap lokasi pengambilan conto, kurang lebih sebanyak 500 gram. 2. Tahap penelitian laboratorium. Penelitian laboratorium dilakukan selama kurang lebih 1 minggu dari tanggal 18-25 juni 2012, meliputi cara sebagai berikut: 1) Contoh (sample) yang diambil dari lapangan dicuci terlebih dahulu dengan mengunakan air bersih, bertujuan agar conto pasir terpisah dengan material pengotor lainya. 2) Contoh pasir dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1 hari sampai benar-benar kering. 3) Setelah conto kering, dilakukan proses kuarting yang bertujuan agar memperoleh conto pasir yang representative. Proses kuarting menggunakan karton yang disilangkan saling tegak lurus dan di alasi kertas Koran, kemudian conto pasir dituangkan tepat pada persilangan karton dengan menggunakan corong, maka conto pasir tadi akan terbagi menjadi 4 bagian sesuai dengan kwadran dari persilangan karton tersebut dengan sama banyak. Conto pasir dari kwadran yang berlawanan akan dicampur dan mendapatkan dua bagian, yaitu kwadran I dicampur dengan kwadran III, sedangkan kwadran II dicampur dengan kwadran IV, setelah itu pilih salah satu campuran ditimbang sebanyak 100 gram untuk diayak (Miftahussalam, 2003). 4) Dilanjutkan dengan proses pengayakan conto (100 gram), sebelum dilakukan proses pengayakan, semua saringan atau mesh harus dibersihkan terlebih dahulu dari butiran pasir atau kotoran yang menempel pada celah ayakan, dengan menggunakan kuas. Selanjutnya pililah saringan atau ayakan dari mesh skala yang terkecil, disusun hingga mesh yang berskala besar ( dari nomor mesh> 200, 200, 140, 100, 60, 40, 30, 16, 10 ) pada bagian bottom mesh dialasi kertas koran kemudian diayak dengan menggunakan mesin ayakan (vibrator), conto pasir laludimasukan ke dalam ayakan dan diayak selama + 2 menit. 5) Hasil ayakan dari conto pasir yang tertampung pada setiap ayakan atau mesh ditimbang menggunakan timbangan (Pastikan hasil penimbangan akhir tidak boleh kurang dari 95 gram ( > 95 gram), artinya kehilangan butir pasir tidak boleh lebih dari 5 %. B-195

6) Dari hasil pengukuran seluruh conto, dibuat tabel disribusi besar butir dari masing-masing beratnya. Dasar teori Daerah arid angin merupakan salah satu media transportasi yang dapat mengangkut butir butir pasir yang berukuran berbeda beda, kemudian diangkut oleh angin dan pada suatu saat, apabila kekuatan angin tidak sanggup lagi untuk mengangkutnya, akan diendapkan pada suatu tempat tertentu. Endapan butir-butir pasir yang memiliki morfologi khas inilah yang kemudian lazim disebut sebagai dune atau gumuk pasir (Katili,1963). Daerah penelitian memenuhi persyaratan sebagai daerah gumk pasir sebagai berikut: 1. Adanya sumber material pasir. Syarat ini dipenuhi oleh suplai sedimen vulkanik yang diangkut dan terakumulasi secara terus-menerus di muara Sungai Opak yang terletak di sebelah barat Pantai Parangtritis 2. Adanya angin yang berhembus. Syarat ini terpenuhi seperti halnya di daerah-daerah pantai pada umumnya. Yang dapat dianggap kekhasan dari arah dan kekuatan angin di Pantai Parangtritis adalah kekuatan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan daerah pantai lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya morfologi tebing curam di sebelah utaranya yang terdiri dari batugamping Formasi Wonosari, yang melatar belakangi Pantai Parangtritis. 3. Adanya penghalang. Syarat ini di Pantai Parangtritis dipenuhi dengan terdapatnya kumpulan berbagai jenis tumbuhan atau vegetasi pantai yang tersebar di sana. Setiap kecepatan angin tertentu mempunyai daya angkut terhadap besar butir pasir tertentu pula. Menurut Katili (1963) hubungan antara kecepatan angin dengan besar butir yang dapat diangkut oleh angin adalah sebagai berikut (Tabel 1). Tabel 1. Kecepatan angin dan butiran pasir yang terangkut (Sumber. Katili, 1963:182) No Kecepatan angin Besar butir pasir maximum yang dapat diangkut 1 4,5 6,7 m / detik Diameter 0,25 mm 2 6,7 8,4 m / detik Diameter 0,50 mm 3 9.8 11,4 m / detik Diameter 1,00 mm 4 11,4 13,0 m / detik Diameter 1, 50 mm Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa besar butir pasir yang memiliki ukuran 0,25 mm akan terangkut atau digerakkan oleh angin dengan kecepatan 4,5 6,7 m/detik. Karena ada hembusan angin, maka butir butir pasir yang berdiameter tertentu, akan bergerak dan membentur atau terbenturkan dengan sesama butir lainnya. Dengan adanya benturan atau tumbukan di antara butirbutir pasir itu maka pasir-pasir itu akan meloncat ke udara dengan sudut benturan antara 10 0 16 0. Setelah butir-butir pasir tersebut sampai di udara, butir pasir akan dikenai oleh dua gaya, yaitu gaya horizontal (tangensial) dan gaya berat (grafitasi). Gaya berat di sini adalah gaya yang berasal dari butiran pasir itu sendiri yang besarnya berbanding lurus terhadap besar dan berat dari butiran pasirnya. Sedangkan gaya horizontal yang dialami oleh butiran pasir yang meloncat ke udara disebabkan oleh hembusan angin yang mengenai butiran pasir itu. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka bentuk lintasan yang ditempuh oleh butir pasir tersebut sejenak dilemparkan ke udara akibat adanya benturan sampai jatuh kembali ke permukaan bumi berbentuk parabola. Ketinggian loncatan butir pasir tersebut akibat adanya benturan tidak lebih dari 45 cm dari pemukaan (Flint & Skinner, 1977 dalam Prasetyadi,1991). Bahkan di daerah gurun pasirpun, loncatan butiran pasir tersebut tidak lebih dari 1 m, walaupun angin yang bertiup cukup kencang. Angin yang mengangkut butir-butir pasir dan material lepas lainnya pada suatu saat akan berkurang kecepatannya, sehingga daya angkutnyapun berkurang pula, dan apabila kemudian tidak sanggup lagi untuk mengangkutnya butir-butir pasir tersebut akan diendapkan di suatu tempat sehingga terdapat akumulasi dari butiran pasir tersebut. Apabila butiran pasir tersebut berlangsung terus sehingga membentuk suatu morfologi bukit, maka bukit ini disebut dengan dune atau gumuk B-196

pasir. Angin yang berhembus ke arah suatu gumuk pasir mempunyai pola konvergen pada sisi yang berhadapan dengan arah angin dan pola divergen pada daerah gumuk yang berada pada sisi belakang yang merupakan daerah bayangan angin. Kecepatan angin pada daerah tiupan angin memiliki kecepatan yang lebih besar dari pada kecepatan angin di daerah bayangan atau belakang gumuk. Hal ini mengakibatkan butir-butir pasir yang terangkut oleh angin setelah melewati bagian puncaknya, akan jatuh dan diendapkan di belakang/di buritan gumuk pasir. Kenampakan Gumuk Pasir Parangtritis Di daerah-daerah pantai beriklim tropis biasanya jarang dijumpai adanya gumuk pasir. Demikian pula halnya dengan wilayah Kepulauan Indonesia yang beriklim tropis, di daerah pantainya jarang terbentuk gumuk pasir pantai. Dengan terdapatnya gumuk pasir di Pantai Parangtritis dapat dianggap sebagai pengecualian ataupun keistimewaan tersendiri.klasifikasi gumuk pasir pada umumnya didasarkan pada segi morfologi atau bentuknya, atau keadaan butiran material pasir, tekstur dan strukturnya. Dengan demikian berdasarkan kriteria itu, morfologi, tekstur dan strukturnya, dapat diinterpretasikan ataupun ditentukan arah dan kekuatan angin yang membentuk gumuk pasir tersebut. 1. Barchan dune, gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap ke arah datangnya angina, akan memiliki slope atau kemiringan lereng yang lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angina (slip face), sehingga apabila dibuat penampang melintang, akan menghasilkan bentuk penampang yang tidak simetri dan mempunyai ketinggian antara 5-17 m. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolian tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuklah gumuk pasir seperti ini, dan daerah yang menghadap angin lebih landau, dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin (Gambar 1) Wind Gambar 1. Barchan dune. di lokasi penelitian (Sumber: Kamera Peneliti, 2012) 2. Gumuk pasir transversal terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan memiliki banyak cadangan pasirnya. Bentuknya melintang memanjang, menyerupai ombak di lautan dan tegak lurus terhadap arah angina (Gambar 2). 3. Awalnya, gumuk pasir ini hanya beberapa saja, kemudian karena proses eolian yang terus menerus berlangsung dengan material pasir yang cukup, maka terbentuklah bagian yang lain dari gumuk pasir ini dan menjadi sebuah koloni atau kumpulan dari beberapa gumuk pasir yang memiliki tipe yang sama. ada daerah penelitian, gumuk pasir ini terletak pada koordinat E 110 0 E 19 0,6 dan S 08 0 E 08 0 01 0,44 dengan elevasi 17 m dari permukaan laut. Gumuk pasir transversal ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang. B-197

Wind PEMBAHASAN Gambar 2. Transversal dune di lokasi penelitian (Sumber: Kamera Peneliti, 2012) Keadaan dan Kedudukan Gumuk Pasir di Pantai Parangtritis Gumuk pasir di Pantai Parangtritis membentang hampir sejajar dengan garis pantai Samudera Hindia dan memiliki pelamparan ke arah barat. Untuk menganalisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir ini, dibuat suatu jalur atau lintasan pengamatan dengan arah N 180 0 E ke arah N 0 0 E atau arah utara selatan. Arah lintasan pengamatan hampir tegak lurus terhadap arah pelamparan gumuk-gumuk pasir, agar dapat mewakili keadaan gumuk pasir di daerah penelitian. Deretan gumuk pasir di daerah penelitian merupakan deretan gumuk pasir yang memiliki bentuk cukup ideal,seperti jenis transversal dune dan barchan dune.deretan gumuk pasir transversal ini, terdiri dari beberapa gumuk pasir yang saling sejajar dan memiliki jurus pelamparan sekitar N 60 0 E dengan ketinggian berkisar antara 5 40 m dari permukaan laut. Kemiringan lereng pada sisi yang menghadap ke arah angin antara 4 0 27 0, sedangkan kemiringan lereng bagian lee slope atau pada bagian bayangan angin berkisar antara 16 0 40 0. Material penyusun gumuk pasir terdiri dari butir pasir yang berukuran paling halus, sedang hingga kasar. Analisis Arah dan Kekuatan Angin Analisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir ini didasarkan pada kolaborasi antara studi pustaka dari beberapa literatur ataupun dari hasil penelitian terdahulu beserta data dari lapangan dan laboratorium. Analisis morfologi yang dilakukan di lapangan adalah dengan mengukur jurus/stike dari morfologi pada tipe gumuk-gumuk pasir yang dominan dijumpai bertipe barchan dune dan transversal dune. Berdasarkan pengukuran jurus tersebut,dapat ditentukan arah angin pembentuknya. 1. Analisis Morfologigumuk pasir dilakukan dengan mengukur jurus tipe-tipe gumuk pasir yang dominan terdapat di daerah penelitian, dalam hal ini adalah gumuk-gumuk pasir bertipe barchans dune dan transversal dune.pengukuran jurus pada transversal dune dilakukan hampir sama dengan pengukuran pada barchan dune, dengan cara mengukur sepanjang tubuh dari gumuk pasir.data yang diambil atau pengukuran dilakukan sebanyak 50 kali. Pada tabel di bawah ini (Tabel 2 dan Tabel 3), adalah hasil pengukuran jurus dari gumuk pasir transversal duneyang terletak pada E 110 0 E 19 0,6 dan S 08 0 E 08 0 01 0,44 dengan elevasi 17 m dari permukaan laut. Arah umum jurus gumuk pasir tipe transversal dune dapat dianalisis menggunakan diagram kipas adalah N 285 0 E, arah umum angin pembentuk gumuk pasir adalah tegaklurus terhadap arah umum jurus. Disamping itu dengan memperlihatkan pola dari arah lee slope-nya, maka arah umum angin pembentuk gumuk pasir tipe transversal dune adalah sekitar N 15 0 E Pengukuran jurus bertipe barchans dune dilakukan dengan cara mengukur jurus pada bagian bayangan atau slip face yang tegak lurus arah angin pada tubuh gumuk pasir (Tabel 4dan Tabel 5). Pengukuran dilakukan sebanyak 50 kali agar memperoleh data yang yang lebih akurat, yaitu terletak pada E 110 0 18 58,5 dan S 08 0 0 0.4 dengan elevasi 40 m dari permukan laut (Gambar 5). B-198

Tabel 2. Data jurus yang diperoleh pada transversal dune No Jurus (N 0 E) No Jurus (N 0 E) No Jurus (N 0 E) 1 290 18 290 35 290 2 285 19 282 36 284 3 289 20 287 37 286 4 289 21 282 38 273 5 282 22 276 39 288 6 287 23 288 40 279 7 272 24 287 41 276 8 280 25 284 42 285 9 283 26 276 43 275 10 280 27 285 44 286 11 278 28 271 45 287 12 272 29 271 46 277 13 282 30 274 47 272 14 290 31 287 48 279 15 282 32 273 49 272 16 284 33 280 50 271 17 285 34 285 Tabel 3. Tabulasi ferkuensi pengolahan data dari jurus gumuk pasir transversal dune Arah Arah Tabulasi Jumlah Prosentasi (%) (N.. 0 E) (N.. 0 E) 0 10 180 190 10 20 190 200 20 30 200 210 30 40 210 220 40 50 220 230 50 60 230 240 60 70 240 250 70 80 250 260 80 90 260 270 90 100 270 280 IIII IIII IIII IIII 20 40 % 100 110 280 290 IIII IIII IIII IIII IIII IIII 30 60 % 110 120 290 300 120 130 300 310 130 140 310 320 140 150 320 330 150 160 330 340 160 170 340 350 170 180 350 360 JUMLAH 50 100 % Tabel 4.Data jurus yang diperoleh dari pengukuran pada barchans dune No Jurus (N 0 E) No Jurus (N 0 E) No Jurus (N 0 E) 1 280 18 273 35 280 2 275 19 275 36 273 3 273 20 278 37 289 4 271 21 277 38 284 5 277 22 272 39 280 6 276 23 278 40 290 7 280 24 276 41 286 8 272 25 276 42 284 9 283 26 273 43 289 10 272 27 277 44 281 11 272 28 273 45 278 12 277 29 272 46 274 13 273 30 271 47 277 14 288 31 275 48 274 15 282 32 274 49 272 16 277 33 277 50 276 17 278 34 274 B-199

Tabel 5. Tabulasi ferkuensi pengolahan data dari jurus barchan dune Arah (N.. 0 E) Arah (N.. 0 E) Tabulasi Jumlah Persentase (%) 0 10 180 190 10 20 190 200 20 30 200 210 30 40 210 220 40 50 220 230 50 60 230 240 60 70 240 250 70 80 250 260 80 90 260 270 90 100 270 280 IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIII 40 80 % 100 110 280 290 IIII IIII 10 20 % 110 120 290 300 120 130 300 310 130 140 310 320 140 150 320 330 150 160 330 340 160 170 340 350 170 180 350 360 JUMLAH 50 100 % Gambar 5. Lokasi pengamatan untuk pengambilan conto, terletak pada E 110 0 18 58,5 dan S 08 0 01 0.4 dengan elevasi 40 m dari permukan laut, kamera dari selatan ke arah utara (Sumber: Kamera Peneliti, 2012) Arah umum gumuk pasir tipe barchans dune dapat dianalisis menggunakan diagram kipas yaitu memiliki arah sekitar N 275 0 E. Dengan demikian arah umum angin pembentuk gumuk pasir adalah tegak lurus terhadap arah umum jurusnya, maka arah umum angin pembentuk gumuk pasir barchans dune adalah sekitar N 5 0 E. 2. Analisis tekstur dilakukan untuk menentukan kekuatan angin, dengan tujuan untuk mengetahui besar butir rata-rata yang dapat diangkut oleh media angin dan dapat menentukan besarnya kekuatan atau kecepatan angin pembentuk gumuk pasir. Kecepatan angin dianalisis berdasarkan fraksi umum dari butiran sample yang dianalisis. Kecepatan angin tertentu akan mengangkut ukuran butir pasir tertentu pula. Katili (1963), menggunakan hubungan kecepatan angin dengan besar butir maksimum yang dapat diangkut oleh media angin.kecepatan angin ini berguna juga untuk mengetahui atau menentukan kecepatankecepatan migrasi gumuk pasir. Rahardjo (1978), telah meneliti migrasi gumuk pasir di Pantai B-200

Parangtritis berdasarkan ukuran butir penyusunnya. Analisis arah angin pada gumuk pasir dilakukan dengan mengambil conto (sampling) pada permukaanya saja, meliputi area lereng datangnya angin, puncak, dan lembah gumuk pasir. Untuk itu peneliti membuat jalur pengamatan dan sampling yang berarah utara-selatan, dari daerah lembah datangnya angin sampai pada tubuh dari gumuk pasir transversal dune dan barchans dune. Contoh pasir yang diambil di lapangan kemudian dianalisis di laboratorium. Setelah diketahui berat masing-masing fraksi ukuran butir, dimasukan ke dalam tabel distribusi besar butir, harga atau nilai dari besar butir yang paling dominanlah yang akan menentukan kisaran kecepatan angin yang bekerja membentuk gumuk pasir di daerah penelitian (Tabel 6). Tabel 6. Analisis tekstur dari 30 sampel No. Sample No. Mesh Ukuran Butir (mm) Berat (gr) No. Sample No. Mesh Ukuran Butir (mm) Berat (gr) 1 60 0,250 0,425 40,17 16 60 0,250 0,425 57,85 2 60 0,250 0,425 36,35 17 60 0,250 0,425 45,78 3 100 0,150 0,250 41,2 18 60 0,250 0,425 47,15 4 60 0,250 0,425 47,51 19 60 0,250 0,425 50,08 5 100 0,150 0,250 47 20 60 0,250 0,425 54,16 6 100 0,150 0,250 45 21 100 0,150 0,250 59,60 7 100 0,150 0,250 49,34 22 100 0,150 0,250 45,56 8 60 0,250 0,425 47,37 23 60 0,250 0,425 52,15 9 60 0,250 0,425 46,12 24 60 0,250 0,425 49,45 10 60 0,250 0,425 47,2 25 60 0,250 0,425 43,36 11 100 0,150 0,250 44,6 26 100 0,150 0,250 47,15 12 60 0,250 0,425 45,52 27 60 0,250 0,425 49,37 13 100 0,150 0,250 47,10 28 60 0,250 0,425 46,17 14 100 0,150 0,250 37,54 29 60 0,250 0,425 51,05 15 100 0,150 0,250 57,85 30 100 0,150 0,250 47,06 KESIMPULAN Analisis arah dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di daerah Pantai Parangtritis, dapat didekati baik dari aspek morfologi maupun teksturnya. Analisis morfologi dari 2 tipe gumuk pasir yaitu transversal dune dan barchans dune dilakukan dengan cara menentukan arah angin dari persebaran jurus pada tubuh gumuk pasir, dan dari sini menghasilkan arah angin yang bertiup ke arah N 5 0 E sampai N 15 0 E, atau arah angin relatif bertiup dari arah selatan ke arah utara. Analisis tekstur dilakukan untuk mengetahui kecepatan dan kekuatan angin pembentuk gumuk pasir. Analisis ini didasarkan pada diameter yang dominan dari conto pasir yang diambil pada bagian lembah, punggung, hingga puncak gumuk pasir. Dari analisis tekstur tersebut dapat diketahui kekuatan angin pembentuk gumuk pasir di daerah penelitian adalah berkisar antara 4,5 8,4 m / detik. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007, Peta Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,Bakosurtanal. Bandung (http://elantowow.wordpress.com) Katili, J.A, & Marks, P., 1963, Geologi, Kilatmadju, Bandung. Miftahussalam, 2003,. Petunjuk Praktikum Sedimentologi, Laboratorium Teknik Geologi, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST.AKPRIND. Yogyakarta. (Tidak diterbitkan.) Prasetyadi, C, 1991,. Analisis Arah dan Kekuatan Angin Pembentuk Gumuk Pasir di Pantai Parangtritis,DIY,. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran, Yogyakarta. (Tidak diterbitkan.) Rahardjo, D., 1978, Migrasi Butir Butir Pasir di Parangtritis ditinjau dari Ukuran butirnya, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta. (Tidak diterbitkan.) Rovicky, 2008,. Gumuk Pasir (Sand Dune), Morfologi hasil ukiran angin. Posted on 9 Juni 2008. http://www.wikipedia.com. diakses tanggal 8 Mei 2012, pukul 23:50 B-201