FATWA MUI TENTANG ARAH KIBLAT



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit pada orbitnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan kiblat adalah persoalan azimuth yaitu jarak dari titik Utara ke

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

Cara Mudah Penentuan Arah Kiblat

BAB I PENDAHULUAN. mengahadap kiblat adalah salah satu syarat sah shalat. Kiblat yang

PENINGKATAN PEMAHAMAN TAKMIR MASJID DI WILAYAH MALANG TERHADAP PENENTUAN AKURASI ARAH KIBLAT

PENGENALAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT DI TINGKAT MADRASAH IBTIDAIYAH/SEKOLAH DASAR MELALUI MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN SUDUT

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang pelayaran sudah dikenal oleh masyarakat dunia. sejak lama. Ekspedisi-ekspedisi besar pernah dilakukan hingga

Menyikapi Fatwa Arah Kiblat. Written by Monday, 19 July :12

BAB I PENDAHULUAN. salah satu fitrah manusia. Nilai itulah yang diajarkan oleh al-qur an. Al-Qur an

BAB IV AKURASI METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya menentukan arah Kiblat ketika hendak melaksanakan shalat. Bagi

PEMANFAATAN METODE PERGESERAN TITIK BAYANGAN MATAHARI DALAM MENENTUKAN ARAH KIBLAT MESJID AGUNG DAN MESJID JAMI KOTA PALOPO

BAB V PENUTUP. menghadap ke bangunan Ka bah, shalatnya tidak sah. Sedangkan orang. perbedaan pendapat, adapun pendapat itu adalah :

MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat

(Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Arah kiblat merupakan arah yang dituju oleh umat Islam dalam

2. Albania merupakan negara satu-satunya di benua Eropa yang 90% penduduknya beragama Islam

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG ARAH KIBLAT

PENENTUAN ARAH QIBLAT

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON. A. Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

BAB IV ANALISIS TERHADAP AKURASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL. A. Analisis Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel

BAB I PENDAHULUAN. wajib benar benar menghadap Ka'bah itu ( 'ain Ka'bah) tetapi orang yang jauh

BAB II HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARAH KIBLAT

BAB V PENUTUP. penulis akan menyimpulkan sebagai jawaban dari beberapa pokok-pokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam ajaran Islam, menghadap arah Kiblat merupakan suatu

MENYAMBUT ISTIWA UTAMA 16 JULI 2013 ; AYO LURUSKAN ARAH KIBLAT KITA!

Mam MAKALAH ISLAM. Haji Syiar Islam Terbesar

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

BAB II KONSEP UMUM TENTANG ARAH KIBLAT. A. Pandangan Para Ulama Tentang Arah Kiblat. dari,, yang secara sederhana dapat kita artikan menghadap.

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sesuai tuntutan zaman, baik pada zaman pra-

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM

DAFTAR PUSTAKA. Abd al-mu thi, Fathi Fawzi Misteri Ka bah (Kisah Nyata Kiblat Dunia Sejak Nabi Ibrahim hingga Sekarang), Jakarta: Zaman, 2010.

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN)

BAB I PENDAHULUAN. Swt. yang utama adalah mendirikan shalat. Perintah ini langsung diturunkan oleh

SEGITIGA BOLA DAN ARAH KIBLAT

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

TELAAH KETEPATAN DAN KEAKURATAN DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT

UMMI> DALAM AL-QUR AN

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi

BAB IV NAVIGASI MAPALSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. begitu saji di terapkan di peta karena adanya variasi magnet bumi, yaitu yang disebut

BAB II LANDASAN TEORI. hukum menghadap kiblat dan cara menentukan arah kiblat sangat

,, yang berarti menghadap. 1 Kamus Besar

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN LINGKARAN JAM TANGAN ANALOG. A. Prinsip Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Lingkaran Jam

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENOLAKAN SERTIFIKASI ARAH KIBLAT DI MASJID BAITURRAHMAN SIMPANG LIMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

BAB IV ANALISIS METODE BAYANG-BAYANG AZIMUTH TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITUR ROHIM

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

Salman Alfarisy, Lc.* Sekretaris Asia Pacific Community for Palestine

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh Mbah Shonhaji. Mbah Shonhaji adalah murid Sunan Ampel yang. Sunan Ampel dengan menunjuk jari tangannya ke arah barat, kemudian

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir. Disebarluaskan melalui:

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS KEAKURASIAN ARAH KIBLAT MASJID SUNAN KALIJAGA KADILANGU DEMAK

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

Studi Analisa Penentuan Arah Kiblat Masjid Raya Al-Mashun Medan

BAB IV AKURASI METODE ARAH KIBLAT MASJID-MASJID DI DESA SRUNI, KEC. JENGGAWAH, KAB. JEMBER JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB ARAH KIBLAT DR. ING KHAFID DALAM PROGRAM MAWĀQIT 2001

BAB I PENDAHULUAN. sebagai a little mosque on the tundra oleh media Kanada, menjadi

BAB IV ANALISIS FATWA MUI NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG KIBLAT. A. Latar Belakang Dikeluarkan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 Tentang


Tafsir Surat Al-Fil: Ketika Gajah pun Enggan Memaksiati Allah

PEDOMAN DAN PERHITUNGAN PENGUKURAN ARAH QIBLAT DI LAPANGAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR

KABUPATEN SIDOARJO. menganalisis ragam pandangan tokoh agama kecamatan Taman tentang. benda wakaf yang telah diatur dalam undang-undang dan peraturan

Zaini Alumni Ahwal Al-Syahsiyyah FAI-UCY Staf Kementrian Agama RI Kabupaten Bantul. Istifianah Dosen FAI-UCY. Muthmainnah Dosen FAI-UCY

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEDOMAN PRAKTIS PENENTUAN ARAH KIBLAT KARYA M. MUSLIH HUSEIN

PEMBUKAAN KOTA MEKAH

BAB III METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Sejarah Intelektual Slamet Hambali

IBADAH UMROH. kapan saja di luar batas waktu haji (bulan-bulan haji).

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Transkripsi:

Abstract FATWA MUI TENTANG ARAH KIBLAT Idrus Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Ka bah, a central and great building for Islamic people overall the words. Ka bah had builtby Adam before human stands in the word. It s than continued by Ibrahim dan Ismail than becomes kiblah for moslems in praying. Beside Ka bah, there was Baitul Ma mur that placed on seventh sky, Ka bah dan baitul Ma mur stessed moslems kiblah who is praying in earth and on the plane and others planets.based on the astronomic approach that used by MUI knowen that kiblat for Indonesian moslem is in Southest West. Kata Kunci :Arah Kiblat Al-Risalah Volume 10Nomor 1Mei 2010 161

PENDAHULUAN P ersoalan kiblat adalah persoalan azimut yaitu jarak dari titik utara ke lingkaran vertikal melalui benda langit atau melalui suatu tempat yang diukur sepanjang lingkaran horizon menurut arah perputaran jarum jam. Dengan demikian, persoalan arah kiblat erat kaitannya dengan letak geografis suatu tempat yakni berapa derajat jarak suatu tempat dari khatulistiwa yang dikenal dengan istilah lintang dan berapa derajat letak suatu tempat dari garis bujur kota Makkah. 1 Selain itu, kiblat juga terkait dengan arah Ka bah di Makkah.Arah Ka bah ini dapat ditentukan dari setiap titik atau tempat di permukaan Bumi dengan melakukan perhitungan dan pengukuran. Oleh sebab itu, perhitungan arah kiblat pada dasarnya adalah perhitungan untuk mengetahui guna menetapkan ke arah mana Ka bah di Makkah itu dapat dilihat dari suatu tempat di permukaan Bumi, sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat, baik ketika berdiri, ruku, maupun sujudnya selalu berimpit dengan arah yang menuju Ka bah. 2 Umat Islam telah bersepakat bahwa menghadap kiblat dalam shalat merupakan syarat sahnya shalat, sebagaimana dalil-dalil syari yang ada. Bagi orang-orang di kota Makkah dan sekitarnya melaksanakan shalat tidak menjadi persoalan namun bagi mereka yang jauh dari Makkah tentu timbul permasalahan tersendiri, terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang cukup menghadap arahnya saja sekalipun kenyataaannya salah atau menghadap ke arah yang sedekat mungkin dengan posisi Ka bah yang sebenarnya. 3 Permasalahannya, apakah harus menghadap persis kebaitullah atau hanya boleh ke arah taksirannya saja atau boleh ke pinggir Ka bah. Bagi yang melihat Ka bah secara langsung, maka ia wajib menghadap ke arahnya karena tidak ada kesulitan tetapi yang jauh dari Ka bah dapat melakukan shalat berdasarkan sabda Nabi yang menyebutkan bahwa Baitullah merupakan kiblat bagi orang yang shalat di Masjidil Haram, Masjidil Haram merupakan kiblat bagi penduduk kota Makkah dan kota Makkah merupakan kiblat bagi penduduk di Bumi belahan Timur dan Barat dari Umatku. 4 Indonesia yang berada di belahan Timur tentu dapat menghadap ke arah Ka bah yang berada di belahan Barat namun dapat juga menghadap ke arah yang lebih dekat yaitu dengan menyesuaikan antara arah Barat laut atau Utara.Pergerseran kordinat antara Barat ke Barat laut atau Utara disinyalir karena adanya pergeseran lempeng Bumi yang disebabkan seringnya terjadi gempa Bumi di Indonesia.Pertanyaannya, benarkah gempa Bumi menyebabkan terjadi 1 A. Jamil, Ilmu Falak (Teori & Aplikasi), Arah Qiblat, Awal Waktu, dan Awal Tahun (Hisab Kontemporer). (Cet. 1; Jakarta: 2009), h. 109. 2 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak, dalam Teori dan Praktik (Cet. 2; Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h. 49. 3 Ibid. 4 Lihat dalam Ali Parman, Ilmu Falak (tt: Tp, 2001), h. 68. 162 Al-Risalah Volume 10 Nomor 1 Mei 2010

pergeseran lempeng Bumi dan apakah pergeseran lempeng Bumi menyebabkan berubahnya arah kiblat dari Barat ke Barat laut atau Utara. Faktor pergeseran lempeng Bumi inilah yang menjadi pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam mengeluarkan fatwa tentang penetapan arah kiblat yang awalnya menghadap ke arah Barat kemudian berubah menghadap ke arah Barat laut, berdasarkan diktum fatwa MUI No. 3 Tahun 2010 dan No. 5 Tahun 2010. 5 Fatwa MUI ini telah menimbulkan keresahan dalam masyarakat,sehingga ditanggapi secara berbeda baik dari kalangan MUI maupun dari kalangan ahli falak dan astronomi MUI.Karena itu, persoalan arah kiblat menarik dikaji tentang bagaimana penetapan arah yang sebenarnya, apakah cukup menghadap ke Barat atau menghadap ke Barat laut. PEMBAHASAN 1. Ka bah sebagai Arah Kiblat dalam Beribadah a. Sejarah Ka bah Ka bahadalah kiblat dan pusat berbagai peribadatan kaum muslimin yang merupakan bangunan suci yang terletak di kota Mekah. Ka bah (Baitul Makmur) pertama kali dibangun dua ribu tahun sebelum penciptaan dunia. 6 Nabi Adam AS dianggap sebagai peletak dasar bangunan Ka bah di Bumi, 7 batu-batu yang dijadikan bangunan Ka bah saat itu diambil dari limasacred mountains (gunung sakral) yaitu Sināi, al-judi, Hira, Olivet dan Lebanon. 8 Setelah Adam wafat, bangunan itu diangkat ke langit dan lokasi itu diangungkan dan disucikan dari masa ke masa oleh umat para Nabi. Pada masa Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS, lokasi itu digunakan untuk membangun sebuah rumah ibadah. 9 Dalam pembangunan itu, Nabi Ismail AS menerima Hajar Aswad (batu hitam) dari Jibril di Jabal Qubais, lalu 5 Majelis Ulama Indonesia adalah organisasi keulamaan yang bersifat independen yang tidak berafiliasi kepada salah satu aliran politik mazhab atau aliran keagamaan Islam yang ada di Indonesia, MUI dibentuk pada tanggal 26 Juli 1975 dalam pertemuan ulama nasional. Pembentukan MUI membuka sejarah baru dalam mewujudkan kesatuan umat Islam di Indonesia dalam satu forum tingkat nasional yang dapat menampung, menghimpun dan mempersatukan pendapat dan pemikiran ulama atau ulama Islam secara keseluruhan.muhammad Atho Muzhar, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia, sebuah Studi tentang Pemikiran Hukum Islam di Indonesia.Seri INIS XVII (Jakarta: INIS, 1993), h. 56. 6 Lihat Thomas Patcrick Hughes, Dictionary of Islam (Cet. III; New Delhi: Cosmo Publications, 1982), h. 480. 7 Lihat Lexicon Universal Ensyclopedia.Jilid 12 (New York: Lexicon Publications, 1990), h. 3. 8 Ibid. 9 Sesungguhnya rumah yang pertama dibangun untuk tempat ibadah manusia adalah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.lihat QS. 3 (96): QS. 2 (125-127). Al-Risalah Volume 10Nomor 1Mei 2010 163

meletakkannya di sudut tenggara bangunan.bangunan itu berbentuk kubus yang dalam bahasa Arab disebut muka ab dan dari kata inilah muncul sebutan Ka bah.ketika itu, Ka bah belum berdaun pintu dan belum ditutupi kain.orang yang pertama membuat daun pintu Ka bah dan menutupinya dengan kain adalah Raja Tubba dari Dinasti Himyar sebelum Islam di Najran. 10 Setelah Nabi Ismail AS wafat, pemeliharaan dipegang oleh keturunannya, lalu diurus oleh Bani Jurhum selama 100 tahun, lalu Bani Khuza ah yang kemudian memperkenalkan penyembahan berhala, Hubal merupakan pemimpin berhala yang terdapat di Ka bah dan disampingnya terdapat sejumlah anak panah yang digunakan kahin untuk meramal. Berhala-berhala itu didatangkan dari Moab atau Mesopotamia (kawasan Irak sekarang).selanjutnya, pemeliharaan Ka bah dipegang oleh kabilah-kabilah Quraisy yang merupakan generasi penerus garis keturunan Nabi Ismail AS. 11 Menjelang kedatangan Islam, Ka bah dipelihara oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad saw. Ia menghiasi pintu Ka bah dengan emas yang ditemukan ketika menggali sumur zam zam. 12 Ka bah sebagai bangunan pusaka purbakala semakin rapuh dimakan waktu, sehingga banyak bagian-bagian temboknya yang retak dan bengkok, apalagi beberapa tahun sebelum bi sah, Mekah dilanda banjir hingga menggenangi Ka bah sehingga meretakkan temboknya.pada saat itu, orang-orang Quraisy berpendapat bahwa perlu diadakan renovasi bangunan Ka bah untuk memelihara kedudukannya sebagai tempat yang suci. Dalam merenovasi bangunan Ka bah, para pemimpin kabilah dan pemuka Quraisy membagi sudut Ka bah menjadi empat bagian dan tiap kabilah mandapat satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali, ketika peletakan Hajar Aswad mereka berselisih tentang siapa yang akan meletakkannya. Akhirnya mereka menunjuk Muhammad bin Abdullah yang dikenal sebagain al-amin(orang dipercaya) saat itu. 13 Setelah penaklukan kota Mekah, pemeliharaan Ka bah dipegang oleh kaum muslimin dan berhala-berhala yang terdapat disekitarnya dihancurkan kemudian Nabi memerintahkan Bilal mengumandangkan azan di atas Ka bah dan kaum muslimin shalat berjama ah. Inilah awal penetapan arah kiblat kaum muslimin yang kemudian diikuti oleh umat Islam sampai saat ini. b. Ka bah dan Baitul Ma mur Istilah Baiutul Ma mur terdapat dalam al-qur an yang dipahami oleh para ahli tafsir sebagai sebuah rumah di langit ke tujuh yang setiap hari dikunjungi oleh para malaikat sebanyak 70. 000 untuk beribadah dan bertawaf di sana 10 Susiknan Azhari, Ilmu Falak, Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern (Cet. 2; Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007), h. 41. 11 Abdul Aziz Dahlan dkk, Ensiklopedia Hukum Islam. Jilid 3 (Cet. I; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), h. 944. 12 Susiknan, op. cit., h. 43. 13 Pojok sebelah Utara disebut al-ruknul Irāqi, sebelah Barat disebut al-ruknusyi Syam, sebelah Selatan disebut al-ruknul Yaman, dan sebelah Timur disebut al-ruknul Aswadi karena Hajar Aswad terletak pada pojok ini. Ibid. 164 Al-Risalah Volume 10 Nomor 1 Mei 2010

sebagaimana penduduk bumi bertawaf di Ka bah. 14 Demikian pula dengan baitul Ma mur yang merupakan Ka bah bagi penduduk langit ke tujuh. Oleh karena itu, di sana didapatkan Ibrahim as kekasih Allah menyandarkan punggungnya di Baitul Ma mur karena ia telah membanguh Ka bah di bumi dan sudah pasti pahala itu diberikan kepadanya sesuai amal ibadahnya. Setiap langit terdapat bait yang di dalamnya para penghuninya beribadah dan mengerjakan shalat sedangkan yang terdapat di langit dunia di sebut Baitul Izzah. Selain itu, Ka bah yang berada di bumi konon sama dengan Baitul ma mur yang ada di langit sebagaimana diriwayatkan oleh Ali ibn Abbas dalam tafsirnya terhadap QS al-thur ayat 4 tersebut. Di langit Baitul Ma mur konon berada tepat di atas Ka bah dan kesucian dan kemuliannya sama dengan kesucian dan kemulian Ka bah di bumi yang terdapat 70 ribu malaikat yang mengerjakan shalat setiap hari di dalamnya. 15 Mengacu pada keterangan di atas, maka dapat dipahami bahwa melaksanakan shalat di atas pesat maupun di luar angkasa tetap harus menghadap ke arah Barat Laut karena pada hakikatnya Ka bah yang berada di bumi merupakan landasan arah kiblat di bumi dan di udara bahkan luar angkasa sampai ke langit ke tujuh tepatnya di Baitul Ma mur. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak perlu bingung tentang arah kiblat ketika ia berada di atas pesawat maupun di planet lain karena sudah sangat jelas arah kiblat yang ada yaitu Ka bah di bumi menjulang ke Baitul Ma mur di atas langit ke tujuh. c. Pengertian Arah Kiblat Kata al-qiblah terulang sebanyak 4 kali dalam al-qur an. 16 Dari segi bahasa, kata al-qiblah terambil dari akar kata qabala-yaqbalu yang berarti menghadap. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kiblat diartikan arah ke Ka bah di Mekah pada waktu shalat. 17 Dalam Kamus al-munawwir kiblat diartikan sebagai Ka bah, 18 dan dalam Ensiklopedia Hukum Islam, kiblat diartikan sebagai bangunan Ka bah atau arah yang dituju kaum muslimin dalam melaksanakan sebagian ibadah. 19 Ka bah ditetapkan oleh Allah Swt. menjadi kiblat umat Islam ketika hidup dan mati, yaitu waktu shalat menghadap kiblat dan ketika mati dibaringkan dalam kubur menghadap kiblat. Sementara yang dimaksud arah kiblat adalah arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang melewati kota Makkah (Ka bah) dengan tempat kota yang bersangkutan. Dengan demikian, tidak dibenarkan jika orang Makassar dalam melaksanakann shalat menghadap ke arah Timur serong ke Selatan 14 QS at-thur (52): 4 15 Lihat dalam 95.Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Sejarah Makkah.Alih bahasa dari judul asli Taarikh Makkah oleh Anang Rizka Mesyhady (Pakistan: Lahore, 1425 H-2004), h. 95. 16 Lihat QS.al-Baqarah:2 (142-145), QS. 10:(87), QS. 17 Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 438. 18 Achmad Warson Munawwir, Kamus al-munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984), h. 1169. 19 Azis, loc. cit. Al-Risalah Volume 10Nomor 1Mei 2010 165

sekalipun arahnya tetap sampai ke Makkah jika berpatokan pada bulatnya Bumi. 20 Dengan demikian, kiblat atau Ka bah yang dihadapi ketika melaksanakan shalat terletak di dalam Masjidil Haram Makkah yang menjadi pusat arah umat Islam dalam melaksanakan ibadah. Sekalipun pada awalnya, Nabi ketika shalat menghadap Baitul Maqdis karena kedudukannya yang masih dianggap paling istimewa dan Ka bah di Mekkah masih dikotori dengan banyaknya berhala di sekelilingnya. Pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram tidak boleh dianggap ada perbedaan padahal keduanya sama di sisi Allah. 21 2. Proses Penetapan Fatwa MUI tentang Arah Kiblat Pedoman fatwa MUI ditetapkan dalam surat keputusan MUI nomor U- 596/MUI 1997 yang meliputi dasar-dasar umum penetapan fatwa yaitu didasarkan pada dalil ahkam yang kuat dan membawa kemaslahatan umat serta prosedur penetapan fatwa dan teknik serta kewenangan organisasi dalam penetapan fatwa. Prosedur penetapan fatwa yaitu setiap masalah yang dihadapi MUI dibahas dalam rapat komisi fatwa untuk mengetahui substansi masalah, dalam rapat komisi tersebut dihadirkan ahli yang berkaitan dengan masalah yang akan difatwakan untuk didengarkan pendapatnya untuk dipertimbangkan. Setelah mendengar pendapat ahli, ulama melakukan kajian terhadap pendapat para imam mazhab dan fukaha dengan memperhatikan dalil-dalil yang digunakan dengan berbagai cara istidlāl, jika fukaha memiliki ragam pendapat maka komisi mengadakan pemilihan salah pendapat untuk difatwakan, apabila cara ilhāq dan analogi tidak menghasilkan produk yang memuaskan, komisi dapat melakukan ijtihad jamā i dengan menggunakan al-qawāid al-ushuliyyat dan al-qawāid al-fi liyyat. 22 Salah satu fatwa MUI yang telah melalui proses penetapan berdasarkan ketentuan komisi fatwa adalah fatwa yang terkait kiblat. Fatwa MUI No. 3 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa kiblat untuk wilayah hukum Indonesia adalah mengarah ke Barat, sebagai konsekuensi dari pergeseran lempeng Bumi.MUI juga menegaskan bahwa pergeseran tersebut tak mempengaruhi arah kiblat. Untuk itu, umat Islam tak perlu bingung dengan arah kiblat apalagi mengubah bahkan membongkar masjid atau musalah agar mengarah ke kiblat. Dalam diktum fatwa MUI No. 03 Tahun 2010 tentang kiblat tersebut disebutkan bahwa; Pertama, tentang ketentuan hukum. Dalam kententuan hukum tersebut disebutkan bahwa: (1) Kiblat bagi orang shalat dan dapat melihat Ka bah adalah menghadap ke bangunan Ka bah (Ainul Ka bah). (2) Kiblat bagi orang yang shalat dan tidak dapat melihat Ka bah adalah arah Ka bah (Jihad al-ka bah). (3). Letak georafis Indonesia yang berada di bagian Timur Ka bah/mekkah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah Barat.Kedua, 20 Khazin, op. cit., h. 50. 21 Ali Parman, op, cit., h. 69-70. 22 Jaih Mubarok, Metodologi Ijtihad Hukum Islam (Yogyakarta: UI Press, 2002), h. 169-170. 166 Al-Risalah Volume 10 Nomor 1 Mei 2010

rekomendasi.mui merekomendasikan agar bangunan masjid/musalah di Indonesia sepanjang kiblatnya menghadap ke arah Barat, tidak perlu diubah, dibongkar, dan sebagainya. 23 Namun fatwa MUI No. 3 Tahun 2010 mendapat respons dan protes dari kalangangan masyarakat, khususnya golongan Syafi i yang menilai bahwa fatwa MUI No. 3 Tahun 2010 tersebut tidak tepat karena seharusnya arah kiblat menghadap ke Barat laut. Dasar pertimbangannya adalah karena letak Indonesia, maka secara umum kiblat menghadap ke Barat laut bukan ke Barat.Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 3 Tahun 2010 tentang kiblat ternyata masih salah.dalam fatwa itu menyebutkan letak geografis Indonesia yang berada di bagian Timur Makkah sehingga arah kiblat menghadap ke arah barat.padahal, berdasarkan hasil penelitian dari ilmu falak dan astronomi, arah yang ditentukan oleh MUI justru menghadap ke Afrika, Somalia Selatan, Kenya dan Tanzania.Menurut kajian ilmu ini, arah Indonesia tidak persis di Timur Makkah. 24 Arah kiblat yang benar adalah menghadap ke Barat laut dengan kemiringan bervariasi, sesuai letak geografis wilayah tempat masjid berada.pelurusan arah kiblat tidak harus dengan merombak bangunan masjid.melainkan, cukup dengan menyesuaikan garis saf salat dengan kiblat yang benar.karena itu, MUI menghimbau agar semua wilayah di Indonesia harus menyesuaikan arah kiblat sesuai dengan ralat dari fatwa MUI tersebut. Alasannya adalah karena Indonesia terletak tidak di Timur pas arah Ka bah tapi agak ke Selatan, jadi arah kiblat kita juga tidak pas ke Barat tetapi agak sedikit mengarah ke arah Barat laut. 25 Atas dasar ini, maka Majelis Ulama Indonesia (MUI) kemudian meralat fatwa No. 3 Tahun 2010 dengan dikeluarkannya fatwa No. 5 Tahun 2010 dengan menyebutkan bahwa arah kiblat yang sebelumnya disebutkan menghadap ke Barat kini telah direvisi dengan menghadap ke Barat laut. 3. Telaah para Ahli tentang Penetapan Arah Kiblat MUI Penentuan arah kiblat di Indoensia sangat menentukan karena pergeseran arah kiblat sebesar 1 derajat saja bisa melencengkan arah sekitar 100 km dari titik Ka bah.semakin jauh dari Ka bah, maka lencengan arah kiblat semakin besar.karena itu, sangat diajurkan untuk menetapkan arah kiblat. Namun demikian, Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Hasanudin, mengatakan bahwa perbedaan yang terdapat antara Fatwa MUI No. 3 Tahun 2010 tentang kiblat dan Fatwa MUI No. 5 Tahun 2010 tentang arah kiblat saling menyempurnakan. Hasanudin mengemukakan, fatwa MUI No. 3 Tahun 23 http://www.mui.or.id/index.php?option = com_ content&view = article&id=249:muiralat-fatwa-arah-kiblat-salat 24 http://kampungtki.com/baca/15939. 25 www. Fatwa MUI, Arah Kiblat. Detickom, Rabu, 14-7-2010. Al-Risalah Volume 10Nomor 1Mei 2010 167

2010 menyatakan kiblat muslim Indonesia adalah arah Barat sedangkan dalam Fatwa MUI No. 5 2010 disempurnakan dengan redaksi: kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke Barat laut dengan posisi bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing-masing. 26 Lebih lanjut Hasanudin mengatakan, madzhab yang sekarang ada dan dianut tentang arah kiblat tidak salah selama merujuk al-qur an dan hadis. Oleh karena itu masyarakat tidak perlu risau dan saling menyalahkan satu sama lain karena tiap-tiap pendapat memiliki argumen dan dalil masing-masing. Dia menyebutkan misalnya, pendapat yang menyatakan arah kiblat ke Barat adalah Madzhab Hanbali yang berpegang pada teks.selain itu, umat muslim tidak perlu membongkar bangunan masjid agar sesuai dengan arah kiblat, umat Muslim cukup menggeser posisi barisan (saf) shalat sesuai dengan arah kiblat. Tidak perlu mengubah posisi masjid karena terlalu memberatkan. 27 Hal yang sama disampaikan oleh Zulfa Mustofa, Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama LBM PBNU). Dia memaparkan, perbedaan arah kiblat terletak pada persoalan apakah ditentukan secara persesi (tepat) atau kira-kira. Menurutnya, fatwa MUI No. 5 Tahun 2010 muncul setelah perdebatan panjang yang lantas mengakomodir Madzhab Syafii yang notabene madzhab mayoritas muslim Indonesia. Zulfa menjelaskan, Madzhab Syafii memberlakukan syarat ketepatan dan kehati-hatian dalam upaya penentuan arah kiblat.meskipun tidak secara tepat, ujar dia, setidaknya ada usaha agar sebisa mungkin arah kiblat Indonesia sesuai.namun demikian, dia menegaskan selama arah kiblat tidak melenceng jauh dan bertolak belakang dengan teks al-qur an dan hadis maka shalat yang dilakukan tetap sah. 28 Zulfah menambahkan bahwa yang terpenting adalah tidak terjadi konflik dan saling menghormati pendapat satu sama lain. Di samping itu, dia menghimbau agar tidak perlu menggeser posisi masjid karena secara fisik bangunan masjid tidak ada masalah. Menyikapi perubahan fatwa MUI, Zulfah menyerukan agar umat muslim tidak resah karena tradisi merubah fatwa lumrah terjadi. Dia menyebutkan umat Islam leluasa mengikuti pendapat yang lebih maslahat yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing dan tidak perlu terjadi konflik antar umat. 29 Pandangan berbeda dikemukakan oleh Ali Mustafa Ya qub imam besar masjid Istiqlal yang menegaskan bahwa pendadat yang kuat bagi orang Indonesia tentang arah kiblat adalah menghadap ke Barat berdasarkan ayat al-qur an dan al-hadis. Dia menuturkan bahwa muslim Indonesia berada di Timur Ka bah sehingga arah kiblat yang benar adalah menghadap ke Barat secara mutlak. Ya qub meminta agar masyarakat Indonesia tidak perlu ragu dan bimbang 26http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/07/15/124750- jangan-berpolemik-sikapi-fatwa-mui-tentang-arah-kiblat. 27 Ibid. 28 Ibid. 29 Ibid. 168 Al-Risalah Volume 10 Nomor 1 Mei 2010

tentang sah tidaknya shalat mereka. Menurutnya muslim Indonesia tidak perlu merubuhkan masjid dan membangun kembali agar sesuai dengan arah kiblat karena menggeser arah kiblat tidak diperintahkan dalm Islam dan tidak menjadi suatu kewajiban. 30 Perbedaan pendapat ulama di atas disebabkan oleh adanya sudut pandang yang berbeda dalam memahami ayat dan wilayah hukum Indonesia terhadap posisi Ka bah.karena itu, perlu dikaji kembali kedua kemungkinan pendapat tersebut di atas, apakah posisi Ka bah berada di Barat atau Barat laut.untuk menentukan posisi Indonesia, maka dapat digunakan teknologi Google Earth agar posisi Indonesia terhadap Ka bah dapat ditentukan.selanjutnya, para ahli falak seperti Ali Parman mengatakan bahwa dalam menentukan arah kiblat dapat menggunakan dua sistem yaitu teori sudut dan teori bayangan. 31 Teori sudut adalah penentuan arah kiblat dengan memanfaatkan Utara geografis atau menentukan arah dari tempat tinggal seseorang ke kota Makkah (Ka bah) di permukaan Bumi sama dengan menentukan azimutsudut Ka bah karena arah ukur sepanjang horizon yang memperhitungkan Utara Selatan meredian setempat. 32 Sedangkan teori bayangan ialah menentukan arah kibat yang berpedoman pada posisi matahari. Atau dengan kata lain, pada jam (waktu) tertentu untuk tanggal dan bayangan suatu benda (tongkat misalnya) mengarah ke Ka bah. Ada dua cara yang bisa dilakukan bagi mereka yang menganut teori ini yaitu; Pertama; berpedoman pada posisi matahari yang sedang atau hampir persis berada pada titik zenitka bah yang sangat diperhitungkan adalah deklinasi dan lintang tempat. Secara astronomi, keadaan ini dapat terjadi apabila nilai lintang tenpat sama dengan nilai deklinasi matahari pada saat berkulminasi. Saat matahari berkulminasi di Makkah yang nilai deklinasinya hampir sama dengan nilai lintang tempat Makkah (Ka bah). Deklinasi matahari di Makkah yaitu + 21 o 24 o dan lintangnya 21 o 25 o Jadi hampir sama dan cukup dinilai paling dekat. 33 Kedua; berpedoman pada posisi matahari yang sedang persis berada pada azimut Ka bah. Cara ini dikenal dengan istilah bayangan kiblat, maka benda apasaja yang dapat berdiri tegak lurus mengarah ke kiblat pada hari, tanggal dan jam tertentu.untuk mengetahui jam berapa terjadi bayangan arah kiblat, maka data yang harus dipersiapkan adalah data arah kiblat suatu tempat (Makassar 67 o 30 Ibid. 31 Ali Parman, op. cit., h. 71. 32 Azimut atau as-samtu adalah arah yaitu harga suatu sudut untuk matahari atau bulan dihitung sepanjang horizon atau ufuk yang biasanya diukur dari titik Utara ke Timur sampai titik perpotongan antara lingkaran vertikal yang melaewati matahari atau bulan itu dengan lingkaran horizon.khazin, op. cit., h. 137. 33 Deklinasi adalah jarak dari suatu benda langit ke equator langit diukur melalui lingkaran waktu dan dihitung dengan derajat,menit dan sekon. Berhubungan dengan itu lingkaran waktu dinamakan pula lingkaran deklinasi. Deklinasi matahari berubah-ubah selama satu tahun tetapi pada tanggal-tanggal yang sama bilangan deklinasi itu kira-kira sama. Sayuti Ali, Ilmu Falak.Ed. 1 (Cet. 1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 11. Al-Risalah Volume 10Nomor 1Mei 2010 169

32 o dari Utara ke Barat), data deklinasi matahari yang bersumber dari Almanak Neutika atau Epemeris, data Bujur tempat (Bt), data Bujur Daerah (BD), data perawa waktu (e), data lintang tempat (P). Tujuan disiapkannya data-data ini adalah untuk mencari pada jam berapa bayangan suatu benda mengarah ke arah Ka bah. Aplikasi teori sudut memiliki kesamaan dengan penetapan arah kiblat yang berbasis aplikasi komputer, yaitu Qibla Lacator yang menggunakan piranti peta digital Google.Qibla Lacator ditemukan oleh seorang peneliti dari Universitas Waterloo di Ontario Canada yang bernama Hammed Zarrabi Zadeh bersama Ibnu Mas ud pada tahun 2006. 34 Dengan Qibla Lacator dapat diketahui arah kiblat dari manapun umat berada, cara ini dianggap lebih akurat dan mudah dibanding caracara sebelumnya seperti kompas. Selain Qibla Lacator, aplikasi komputer dengan menggunakan Google Earth lebih praktis karena hanya menentukan titik sudut suatu masjid dengan membuat titik sudut tengah pada Ka bah, maka garis lurus akan menlucurke Ka bah. Berbeda dengan teori bayangan,kemudian dikritik olehthomas Jamaluddin (pakar astronomi dan astrofisika) karena tingkat keakuratannya yang meragukan.sekalipun demikian, penentuan arah kiblat dengan menggunakan bayangan matahari dapat mendekati akurasi jika dilakukan dengan cermat dan tepat waktu, yaitu sekitar tanggal 26-30 Mei pukul 16:18 WIB dan tanggal 13-17 Juli pukul 16:27 WIB, saat itu matahari tepat berada di atas Makkah.Pada saat itu, matahari yang tampak pada di seluruh penjuru Bumi dapat dijadikan penunjuk lokasi Ka bah begitu pula bayangan benda tegak pada waktu juga dapat menjadi penentu arah ke kibat karena dalam satu tahun, matahari singgah di Bumi sebanyak dua kali tepat di atas Ka bah yang disebut dengan Istiwa A zām(persinggahan utama). Peristiwa persinggahan utama ini terjadi pada tanggal 28 Mei atau 27 di tahun Kabisat pukul 12:18 waktu Makkah dan 16 Juli atau 15 di tahun Kabisat pukul 12:27. 35 Selain kedua teori tersebut di atas, menentukan dan mengukur arah kiblat dapat juga dilakukan dengan menggunakan kompas, yaitu kompas transparan, kompas magnet dan kompas kiblat, menggunakan busur derajat, rubu mujayyab, rumus segitiga siku-siku, tongkat istiwa. Hanya saja menentukan arah kiblat dengan menggunakan kompas magnet maupun kompas kiblat hasilnya relatif kasar karena pengaruh grafitasi Bumi dan medan magnet. Sedangkan menentukan arah kiblat dengan menggunakan kompas transparan, rumus segitiga, busur derajat, rubu mujayyab, rumus segitiga, hasilya relatif lebih akurat dibandingkan dengan kompas magnet dan kompas kiblat.sementara menentukan arah kiblat dengan tongkat istiwa (bayang-bayang tongkat) merupakan media yang sangat akurat. 36 34 http://www.al-habib.info/arah-kiblat/cara-menentukan-kiblat-dengan-matahari.htm 35 Ibid. 36 A. Jamil, op. cit., h. 128. 170 Al-Risalah Volume 10 Nomor 1 Mei 2010

PENUTUP Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut; 1. Kedudukan Ka bah bagi kaum muslimin karena menjadi arah kiblat dalam beribadah 2. Penentuan arah kiblat dalam fatwa MUI didasari oleh adanya pergeseran lempeng Bumi, kemudian menjadi sebab perubahan fatwa MUI 3. Para ahli memandang bahwa penentuan arah kiblat dengan menggunakan teori sudut dan bayangan dikritik oleh pakar astronomi bahwa teori ini tidak akurat. Penetapan dan pengukuran arah kiblat dengan menggunakan teori manual telah lama diterapkan para ahli, para pakar astronomi menawarkan pengukuran arah kiblat dengan menggunakan aplikasi komputer dengan menggunakan piranti Google Earth. Al-Risalah Volume 10Nomor 1Mei 2010 171

DAFTAR PUSTAKA Ali, Sayuti. Ilmu Falak.Ed. 1. Cet. 1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997. Azhari, Susiknan. IlmuFalak, Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern. Cet. 2; Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007. Dahlan, Abdul Aziz dkk.ensiklopedia Hukum Islam.Jilid 3.Cet. I; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997. http://forum.upi.edu/index.php?topic=13608.0 http://kampungtki.com/baca/15939. http://www.al-habib.info/arah-kiblat/cara-menentukan-kiblat-denganmatahari.htm http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=249: mui- ralat-fatwa-arah-kiblat-salat http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam nusantara /10/07/15/124750- jangan-berpolemik-sikapi-fatwa-mui-tentang-arah-kiblat. Hughes, Thomas Patcrick. Dictionary of Islam. Cet. III; New Delhi: Cosmo Publications, 1982. Jamil, A. Ilmu Falak (Teori & Aplikasi), Arah Qiblat, Awal Waktu, dan Awal Tahun(Hisab Kontemporer). Cet. 1; Jakarta: 2009. Khazin, Muhyiddin Ilmu Falak, dalam Teori dan Praktik. Cet. 2; Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul, Sejarah Makkah. Alih Bahasa Anang Rizka Mesyhadydari judul asli Taarikh Makkah (Pakistan: Lahore, 1425 H 2004. Lexicon Universal Ensyclopedia. Jilid 12 (New York: Lexicon Publications, 1990. Mubarok, Jaih. Kaidah Fikih, Sejarah dan Kaidah Asasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Mubarok,Metodologi Ijtihad Hukum Islam. Yogyakarta: UI Press, 2002. Muh. Zuhri, Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Munawwir, Achmad Warson. Kamus al-munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984. Muzhar, Muhammad Atho. Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia, sebuah Studi tentang Pemikiran Hukum Islam di Indonesia. Seri INIS XVII. Jakarta: INIS,1993. Parman, Ali. Ilmu Falak.tt: Tp, 2001. Shihab, Quraish. Membumikan al-qur an.bandung: Mizan 1994. TIM.Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 438. 172 Al-Risalah Volume 10 Nomor 1 Mei 2010