TESIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM, STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS PADA NILAI PERUSAHAAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN PADA AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. harga saham meningkat berarti nilai perusahaan meningkat dan kesejahteraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

Nurlaila

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

TESIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini. Berikut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan, tanpa pendanaan perusahaan tidak akan berjalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN DI KABUPATEN/KOTA SE-BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, RISIKO PASAR, DEBT TO EQUITY RATIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perolehan laba merupakan ukuran keberhasilan kinerja financial perusahaan. Laba

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, GOOD CORPORATE GOVERNANCE,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pemulihan salah satu di bidang industri manufaktur asing. Pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang memberi wewenang (principle) yaitu pemilik atau pemegang saham dengan

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Keuntungan dari adanya perusahaan publik dari sudut pandang investor antara

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

Penelitian tentang Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Keputusan. Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF TEORI AGENSI DAN TEORI SIGNALING

PENGARUH SUMBER PENDANAAN DAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA NILAI PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTI YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENGARUH PENGETAHUAN AKUNTANSI DAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. orientation) maupun organisasi yang tidak berorentasi pada laba (non-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB III METODE PENELITIAN

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dalam dasawarsa ini

BAB I PENDAHULUAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH ARUS KAS BEBAS, CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA MANAJEMEN LABA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

PENGARUH NET PROFIT MARGIN, CURRENT RATIO, DAN DEBT TO EQUITY RATIO PADA DEVIDEND PAYOUT RATIO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era industri yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kredibilitas yang dijunjung tinggi, mempunyai kualitas bagus dan harus bisa

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan agar dapat bertahan dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH ADVERSE SELECTION DAN NEGATIVE FRAMING PADA KECENDERUNGAN ESKALASI KOMITMEN

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GIANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang buruk, maka perusahaan tersebut akan memiliki nilai buruk di mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori sinyal (signaling theory) sebagai teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

PENGARUH CURRENT RATIO

I GUSTI NGURAH YUNARDHANA NIM

Transkripsi:

iii TESIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM, STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS PADA NILAI PERUSAHAAN KADEK APRIADA PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

iv TESIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM, STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS PADA NILAI PERUSAHAAN KADEK APRIADA NIM 1191661011 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 i

v PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM, STRUKTUR MODAL DAN PROFITABILITAS PADA NILAI PERUSAHAAN Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana KADEK APRIADA NIM 1191661011 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 ii

vi LEMBAR PENGESAHAN Tesis ini telah disetujui Tanggal 14 Mei 2014 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, M.Si., Ak. Dr. I D.G. Dharma Suputra, SE, M.Si.,Ak NIP. 19550910 198403 1 001 NIP. 19570110 198601 1 001 Mengetahui Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak Prof. Dr.dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 19641224 199103 1 002 NIP. 19590215 198510 2 001 iii

vii PENETAPAN PANITIA PENGUJIAN TESIS Tesis ini telah diuji pada Tanggal 28 Mei 2014 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor : 1356/UN.14.4/HK/2014 Tanggal 14 Mei 2014 Ketua: Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, M.Si., Ak. Anggota: 1. Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, M.Si., Ak. 2. Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE., M.Si., Ak. 3. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si. 4. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak. iv

viii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Nama : Kadek Apriada Nim : 1191661011 Program Studi : Magister Akuntansi Universitas Udayana Judul Tesis : Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Struktur Modal dan Profitabilitas Pada Nilai Perusahaan Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas dari plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan peraturan Perundangan-undangan yang berlaku.. Denpasar, Penulis Kadek Apriada v

ix UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas karunia-nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Struktur Modal dan Profitabilitas Pada Nilai Perusahaan. Tesis ini merupakan hasil penelitian sebagai persyaratan akhir studi jenjang Stata-2, dibidang Akuntansi, Program Studi Magister Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar. Berbagai pihak telah berkontribusi besar dalam penyelesaian tesis ini sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada Bapak Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, M.Si., Ak. sebagai pembimbing I dan Bapak Dr. I.D.G. Dharma Suputra, SE, M.Si., Ak. sebagai pembimbing II, yang dengan tulus dan penuh kesabaran membimbing, memberi nasihat serta semangat kepada penulis selama mengikuti seluruh rangkaian penulisan proposal sampai dengan tahap penyelesaian tesis. Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE., M.Si., Ak., Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., dan Ibu Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak., sebagai tim penguji yang telah berkenan memberi masukan konstruktif guna penyempurnaan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesikan pendidikan Magister Akuntansi Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas vi

x Udayana atas ijin yang diberikan. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen pengajar atas bimbingan, motivasi, dan arahannya selama penulis menjalankan proses perkuliahan. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak., selaku pengelola Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah memberi perhatian dan bantuan yang tulus selama penulis mengikuti pendidikan di Program ini. Terima kasih pula kenapa segenap rekan-rekan MAKSI angkatan VIII atas dukungan, semangat, dan bantuan dalam penyediaan data guna penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Nyoman Jesna dan Ibu Nyoman Sampun atas doa restu dan dukungannya selama ini sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga kepada saudari Putu Riska Wulandari, S.Si, M.Si., atas dukungan moral maupun material selama penulis mengikuti pendidikan sehingga penyelesaian tesis ini. Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusi kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini. Penulis juga mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak jika ada kekurangan yang pastinya tidak disengaja dalam tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat. Denpasar, Penulis vii

xi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan managerial, struktur modal, dan profitabilitas pada nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan, struktur kepemilikan saham mampu memengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada nilai perusahaan. Dalam peningkatan nilai perusahaan, struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Nilai perusahaan dapat pula dipengaruhi oleh besar kecilnya profitabilitas, dimana profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan perusahaan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan. Diperoleh jumlah sempel sebanyak 82 perusahaan dari 131 perusahaan selama periode pengamatan 2 tahun pada sektor manufaktur. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan manejerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk tidak meneliti pada sektor manufaktur saja, melainkan seperti sektor perbankkan, pelayanan transportasi dan telekomunikasi yang memiliki karakteristik yang baik untuk dijadikan populasi, serta meneliti variabel keuangan yang lain yang mempengaruhi nilai perusahaan. Bagi perusahaan disarankan memperhatikan struktur kepemilikan saham, penentuan struktur modal yang optimal, dan profitabilitas untuk meningkatkan nilai perusahaan. Kata kunci : Kepemilikan Institusinal, Kepemilikan Managerial, Struktur Modal, Profitabilitas dan Nilai Perusahaan. viii

xii ABSTRACT This research is performed in order to test the influence of institutional ownership institute, managerial ownership, debt to equity ratio, and return on equity variables towards price book value variable. A great value company is the inclination of the owners. The stockholding structure is affecting the operation of a company which in return influencing the performance of the company in order to achieve the company s goals. In an increase of the great value, the capital structure is a major issue for every company, the good and bad of the capital structure will have a direct effect on the company financial position. A value of a company can also be affected by profitability where as a performance indicator done by the management in managing the company assets which indicated by the company s profit. Purposive sampling is the technique that is being used as a sampling technique with predetermined criteria. 82 from 131 companies have been collected as samples after 2 years observation in manufacture sector. Linear regression analysis is used as analysis technique. Based on the results of the study indicate that institutional ownership has a positive effect on firm value, while ownership manejerial negative effect on firm value. Capital structure has a negative effect on firm value. Profitability negatively affect the value of the company. It is recommended that the future researchers study not only the manufacture sector, but rather as banking, transportation services and telecommunication which have good characteristics to be used as the research population but also other financial variables which influence the value of company and for company it is suggested that it pay attention on determining the optimum capital structure, debt to equity ratio and profitability to improve the value of the company. Key words; Ownership Institutional, Managerial Ownership, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, and Price Book Value. ix

xiii DAFTAR ISI Halaman JUDUL...... i PRASYARAT GELAR...... ii LEMBAR PENGESAHAN...... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI...... iv SURAT PERNYATAAN...... v UCAPAN TERIMA KASIH...... vi ABSTRAK...... viii ABSTRACT...... ix DAFTAR ISI...... x DAFTAR GAMBAR...... xii DAFTAR TABEL...... xiii DAFTAR LAMPIRAN...... xiv BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.4 Manfaat Penelitian... 8 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)... 10 2.2 Teori Keagenan (Agency Theory)... 12 2.3 Nilai Perusahaan... 16 2.4 Struktur Kepemilikan Saham... 22 2.5 Struktur Modal... 27 2.6 Profitabilitas... 32 2.7 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya... 35 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir... 42 3.2 Konsep Penelitian... 45 3.3 Hipotesis Penelitian... 46 3.3.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan pada Nilai Perusahaan... 46 3.3.2 Pengaruh Struktur Modal pada Nilai Perusahaan... 48 3.3.3 Pengaruh Profitabilitas pada Nilai Perusahaan... 50 x

xiv BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rencana Penelitian.... 52 4.2 Lokasi, Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian... 52 4.3 Identifikasi Variabel... 53 4.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian... 55 4.5 Jenis dan Sumber Data... 57 4.5.1 Data Menurut Sifatnya... 57 4.5.2 Data Menurut Sumbernya... 58 4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel... 58 4.7 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 59 4.8 Teknik Analisis Data... 60 4.8.1 Uji Asumsi Klasik... 60 4.8.2 Uji Hipotesis... 64 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Deskriptif... 67 5.2 Uji Asumsi Klasik... 72 5.2.1 Uji Normalitas... 72 5.2.2 Uji Multikolinearitas... 76 5.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 77 5.2.4 Uji Autokorelasi... 79 5.3 Analisis Regresi Berganda... 80 5.3.1 Uji t (Uji pengaruh secara parsial)... 81 5.3.2 Uji F (Uji pengaruh secara simultan)... 83 5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R²)... 84 BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN 6.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Nilai Perusahaan 85 6.2 Pengaruh Stuktur Modal pada Nilai Perusahaan... 87 6.3 Pengaruh Profitabilitas pada Nilai Perusahaan... 89 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan... 91 7.2 Saran dan keterbatasan... 93 DAFTAR PUSTAKA... 94 LAMPIRAN xi

xv DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 3.1 Kerangka Berpikir... 44 3.2 Konsep Penelitian... 46 5.1 Uji Normalitas... 73 5.2 Plot Normalitas Data Transformasi... 75 5.3 Scaterplot... 78 xii

0 DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman Tabel 4.1 Identifikasi Variabel Penelitian 53 Tabel 4.2 Proses Pengambilan Sampel 59 Tabel 5.1 Statistik Deskriptif 67 Tabel 5.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 74 Tabel 5.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 76 Tabel 5.4 Variance inflation faktor (VIF) 77 Tabel 5.5 Uji Glejser 79 Tabel 5.6 Uji Durbin Watson 79 Table 5.7 Uji t (Uji Pengaruh Secara Parsial) 81 Tabel 5.8 Uji Simultan 83 Table 5.9 Uji Koefisien Determinasi (R²) 84 xiii

0 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran 1. Daftar Perusahaan Sampel 2011-2012 Lampiran 2. Lampiran 3. Tingkat Sampel Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Kepemilikan istitusional (KI), kepemilikan manajerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) dan nilai perusahaan (PBV) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012 Statistik Deskriptif dan Hasil Analisis Regresi Berganda xiv

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan publik memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Investor akan menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan sejumlah keuntungan. Keberadaan pasar modal menjadikan perusahaan mempunyai alat untuk refleksi diri tentang kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Apabila kondisi keuangan dan kinerja perusahaan baik maka pasar akan merespon dengan positif melalui peningkatan harga saham perusahaan. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan memaksimumkan nilai perusahaan dengan asumsi bahwa pemilik perusahaan atau pemegang saham akan makmur jika kekayaannya meningkat. Tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore, 2005). Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Fama (1978: 284) menyebutkan bahwa nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai saham (Karnadi, 1993: 49). Nilai pemegang saham akan meningkat apabila nilai perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang 1

2 tinggi kepada pemegang saham. Nilai saham yang tinggi menggambarkan nilai perusahaan yang tinggi. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut: nilai perusahaan (value) adalah hutang (debt) ditambah modal sendiri (equity). Naiknya modal sendiri akan meningkatkan harga per lembar saham perusahaan (Atmaja, 2003: 4). Struktur kepemilikan saham mampu memengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya kontrol yang dimiliki oleh para pemegang saham. Struktur kepemilikan saham dalam perusahaan umumnya meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, serta kepemilikan saham oleh individual atau publik. Ismiyanti dan Mamduh (2004) semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan semakin meningkatkan pengawasan eksternal terhadap perusahaan. Dengan adanya pengawasan pihak eksternal maka jalannya perusahaan dapat lebih diawasi sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menciptakan usaha pengawasan yang besar juga oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Permanasari (2010) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Adanya kepemilikan saham oleh investor institusional maka proses monitoring akan berjalan lebih efektif sehingga dapat mengurangi tindakan

3 manajer dalam hal manajemen laba yang dapat merugikan kepentingan pihak lain (stakeholder). Menurut Slovin dan Sushka (1993) nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif. Selain kepemilikan institusional, adanya kepemilikan oleh manajerial juga memengaruhi nilai perusahaan. Morck et al. (1988) menyimpulkan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Penelitian tersebut menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menemukan bahwa nilai perusahaan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan manajerial sampai dengan 5%, kemudian menurun pada saat kepemilikan manajerial 5% - 25% dan kemudian meningkat kembali seiring dengan adanya peningkatan kepemilikan manajerial secara berkelanjutan. Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Christiawan dan Tarigan, 2007). Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajemen dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan, hal ini tentunya akan mempengaruhi jalannya perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena mereka juga ikut memiliki perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan publik selalu berprinsip dalam pencapaian maksimalisasi laba atau nilai perusahaan, namun hal tersebut tidak selalu diimbangi dengan kesadaran

4 para pengusaha tersebut dalam melakukan penilaian konsep dan prinsip-prinsip maksimalisasi laba itu sendiri, sehingga terjadi banyak tindakan ketidaktepatan penggunaan modal perusahaan terutama yang berasal dari debt. Penggunaan modal perusahaan yang berasal dari hutang memiliki risiko yang lebih besar daripada yang berasal dari modal sendiri baik milik pribadi atau perseorangan, pemilik saham, ataupun pemilik modal dari pihak manajerial. Penggunaan dana perusahaan harus diatur sedemikian rupa sehingga pemanfaatannya dapat dilaksanakan secara optimal dan dapat menghindari risiko-risiko keuangan yang dapat terjadi. Menurut Satmoko dan Sudarman (2011), kebijakan pendanaan perusahaan ditentukan dengan menganalisa komposisi antara hutang dan modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan. Sumber pembiayaan operasional perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya terbagi menjadi dua, yaitu yang pertama berasal dari hutang dan yang kedua berasal dari modal sendiri. Kedua jenis sumber pembiayaan tersebut tergabung dalam struktur modal perusahaan. Modal tersebut memiliki peranan penting dalam mewujudkan tujuan perusahaan yaitu menciptakan laba dan memberikan kesejahteraan bagi para pemilik saham, sehingga ketika pemilik saham semakin sejahtera, maka nilai perusahaan juga akan meningkat. Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001: 62). Struktur modal dapat didefinisikan sebagai pembiayaan permanen yang terdiri hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Capeland dan Weston, 1997).

5 Mogdiliani dan Miller, (1963: 53) menyatakan nilai perusahaan ditentukan oleh struktur modal. Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban berat kepada perusahaan yang bersangkutan (Riyanto, 2001: 85). Suatu perusahaan untuk dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya haruslah berada dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable. Nilai perusahaan dapat pula dipengaruhi oleh besar kecilnya profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan. Copeland dan Weston (1997) mendefinisikan profitabilitas sejauh mana perusahaan menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan. Apabila profitabilitas perusahaan baik maka para stakeholders yang terdiri dari kreditur, supplier, dan juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan keputusan investasi yang dilakukan perusahaan. Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan oleh perusahaan (Subramanyam, 1996). Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga

6 investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan penjualan, total aktiva dan modal sendiri (Syamsuddin, 2007: 43). Santika dan Kusuma (2002) menyatakan pengaruh profitabilitas sebagai indikator kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap perusahaan. Ang (1997: 20) menyatakan bahwa profitabilitas mempengaruhi nilai perusahaan secara positif. Karena rasio profitabilitasnya menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan, sehingga untuk meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan harus meningkatkan kinerjanya. Mardiyati et al. (2012) profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan karena profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan yang meningkat. Akan tetapi selain itu profitabilitas juga bisa menurunkan nilai perusahaan, hal ini dapat terjadi karena di dalam meningkatkan profitabilitas, perusahaan akan meningkatkan kegiatan operasionalnya sehingga biaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini juga akan meningkat. Peningkatan biaya ini akan mengakibatkan perusahaan harus menutup biaya tersebut lebih banyak sehingga perlu pengkajian ulang mengenai hubungan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Selain itu profitabilitas lebih bersifat

7 likuid bagi perusahaan namun tidak solvabel sehingga profitabilitas tidak akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini pada akhirnya juga akan berperngaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh struktur kepemilikan saham, struktur modal dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan, struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang diindikasikan dengan debt to equity ratio (DER) serta profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE) sedangkan nilai perusahaan dapat diproksikan dengan price to book value (PBV). Objek penelitian ini adalah laporan keuangan yang telah diaudit tahun 2011-2012 dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2012. Alasan dipilihnya perusahaan manufaktur dalam penelitian ini karena perusahaan manufaktur adalah jenis usaha yang bergerak disektor riil yang memiliki jumlah perusahaan yang paling banyak dibandingkan jenis usaha lain yang terdiri dari beberapa industri. Meskipun terdiri dari berbagai macam industri, perusahaan manufaktur memiliki karakteristik yang serupa. Disamping itu, perkembangan perekonomian telah menyebabkan perusahaan manufaktur mengalami kesulitan untuk meneruskan usahanya dan memiliki kinerja yang kurang memuaskan. Periode 2011-2012 dipilih karena merupakan periode yang belum pernah disajikan sebagai bahan penelitian sejenis serta memberikan gambaran terkini keuangan dari sebuah perusahaan.

8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka masalah penelitian yang dapat dirumuskan adalah bagaimanakah pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, struktur modal dan profitabilitas pada nilai perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, struktur modal dan profitabilitas pada nilai perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Berikut adalah manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini: a. Bagi khasanah ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan evaluasi dari teori dengan keadaan yang ada di lapangan dan memberikan kontribusi pada perkembangan teori akuntansi serta menambah khasanah yang baru dalam perbendaharaan ilmu pengetahuan dan saling melengkapi dengan penelitian sebelumnya maupun yang akan dilakukan oleh para peneliti yang akan datang dalam mengkaji nilai perusahaan serta penelitian ini diharapkan dapat memacu penelitian yang lebih baik mengenai pengaruh pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, struktur modal dan profitabilitas pada nilai perusahaan di masa yang akan datang.

9 b. Bagi penyelesaian operasional dan kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat positif antara lain: (a) Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran khusus kepada pihak manajerial perusahaan mengenai pentingnya kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, struktur modal, dan profitabilitas dalam meningkatkan aspek nilai perusahaan sehingga perusahaan menjadi semakin baik di mata masyarakat. (b) Bagi investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada investor tentang pentingnya mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan nilai perusahaan dengan cara penganalisaan secara lebih mendalam ketika investor akan melakukan kegiatan investasi dengan melihat aspek kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, struktur modal dan profitabilitas.

10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Menurut Wolk et al. (2000) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan yang berkualitas buruk (Hartono, 2005: 38). Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk (Hartono, 2005: 46). Teori sinyal berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman (Suwardjono, 2005). 10

11 Perusahaan yang mempunyai keyakinan bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik ke depannya akan cenderung mengkomunikasikan berita tersebut terhadap para investor (Ross, 1977). Pada penelitian ini perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan memberi sinyal dengan cara menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu, hal ini tidak bisa ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk karena perusahaan berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Pada penelitian ini sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang berkualitas baik dianggap sebagai berita baik (good news) sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang berkualitas buruk dianggap sebagai berita buruk (bad news). Jama an (2008) mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

12 Teori sinyal juga dapat membantu pihak perusahaan (agen), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agen), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan (Jama an, 2008). 2.2 Teori Keagenan (Agency Theory) Awal dari paradigma agensi analitis mengacu pada contoh yang disajikan dalam makalah seminar Coase, dimana Coase memberikan penekanan pada kontrak sukarela yang muncul antara berbagai pihak organisasi perusahaan sebagai penyelesaian yang efisien terhadap berbagai konflik kepentingan (Belkaoi, 2007: 217). Perusahaan adalah cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai nexus (penghubung) dari serangkaian hubungan kontrak antara para individu (Belkaoi, 2007: 217). Hubungan keagenan adalah hubungan antara prinsipal (principal) dengan agen (agent) yang di dalamnya agen bertindak atas nama dan untuk kepentingan prinsipal dan atas tindakannya (actions) tersebut agen mendapat imbalan tertentu (Suwardjono, 2005). Yang dimaksud prinsipal adalah para pemegang saham sedangkan yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Jensen dan Meckling (1976: 81) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agen) dengan investor (principal). Manajer

13 merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen diberikan kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham. Asimetri informasi antara manajemen (agen) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan opportunistic seperti manajemen laba (earnings management) mengenai kinerja ekonomi perusahaan sehingga dapat merugikan pemilik (pemegang saham). Manajer akan berusahaa melakukan hal tersebut untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya tanpa persetujuan pemilik atau pemegang saham. Dengan adanya masalah agensi yang disebabkan karena konflik kepentingan dan asimetri informasi ini, maka perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost). Agency Cost sendiri merupakan biaya yang timbul akibat dari adanya pemberian amanat yang diberikan oleh pemegang saham kepada pihak lain untuk melaksanakan pengelolaan perusahaan demi kelangsungan hidup perusahaan serta demi kepentingan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) terdapat tiga macam biaya keagenan (agency cost), antara lain: a. Biaya Bonding (Bonding cost) Biaya ini ditanggung oleh perusahaan yang timbul akibat sikap manajer yang berani memberikan jaminan kepada pemilik perusahaan (principal) untuk tidak membuat perusahaan yang dikelola manajer tersebut merugi.

14 Contoh: Membayar kewajiban hutang perusahaan secara teratur, melaksanakan kegiatan operasional sesuai jadwal atau bahkan lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan. b. Biaya Monitoring (Monitoring cost) Biaya ini ditanggung oleh perusahaan yang muncul akibat pemegang saham mengawasi segala tindakan yang dilakukan oleh manajerial di perusahaan. Contoh: Menyewa akuntan publik untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. c. Biaya kerugian residual (Residual loss) Biaya ini ditanggung oleh perusahaan yang muncul karena perbedaan keputusan antara pihak pemegang saham dengan pihak manajerial di mana seharusnya keputusan tersebut memberikan keuntungan yang maksimal bagi pemegang saham. Contoh: Pengeluaran tambahan biaya produksi dan inovasi perusahaan demi meningkatkan produktivitas perusahaan Hubungan keagenan dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara seseorang atau lebih, seorang prinsipal, seorang agen, dan orang lainnya untuk memberikan jasa demi kepentingan prinsipal termasuk melibatkan adanya pemberian delegasi kekuasaan pengambilan keputusan kepada agen (Belkaoi, 2007: 192). Baik prinsipal maupun agen diasumsikan untuk termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya sendiri, yaitu untuk memaksimalkan kegunaan subjek dan juga untuk menyadari kepentingan bersama mereka. Agen berjuang

15 untuk memaksimalkan pembayaran kontraknya yang bergantung pada suatu tingkatan usaha tertentu yang dibutuhkan. Prinsipal berjuang untuk memaksimalkan pengembalian atas penggunaan sumber dayanya yang bergantung pada pembayaran yang terutang kepada agen. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Konflik kepentingan antara prinsipal dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan prinsipal. Terjadinya konflik kepentingan tersebut disebut dengan konflik keagenan (agency conflict) (Belkaoi, 2007: 192). Terjadinya konflik keagenan dapat berpengaruh pada investor. Pemikiran bahwa manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri atau selfinterested behaviour. Keinginan, motivasi dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan mengakibatkan para pemakai laporan keuangan membuat kesalahan dalam pembuatan keputusan seperti investor dan kreditur, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006)

16 2.3 Nilai Perusahaan Nilai diciptakan ketika perusahaan memberikan return kepada para investornya melebihi biaya modal. Nilai untuk investor perusahaan dapat dicapai hanya dengan menyumbangkan nilai kepada customers (Sudana, 2008: 221). Salah satu paradigma baru yang berkembang dalam manajemen untuk menghadapi lingkungan bisnis global, kompetitif, dan turbulen adalah dengan customer value strategy (Mulyadi, 2007: 40). Paradigma customer value strategy memandang bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan value terbaik bagi customer merupakan faktor penentu keberhasilan perusahaan untuk bertahan hidup dan bertumbuh dalam lingkungan bisnis global yang kompetitif dan turbulen ini (Mulyadi 2007: 40). Customer adalah satu-satunya alasan eksistensi suatu perusahaan. Keberadaan suatu perusahaan ditentukan bukan oleh kualitas yang melekat pada produk/jasa yang dihasilkan perusahaan, namun ditentukan oleh kemampuan produk/jasa dalam memenuhi kebutuhan customer. Customer value strategy merupakan kombinasi manfaat yang diperoleh dari penggunaan suatu produk dan pengorbanan yang dilakukan oleh customer untuk memperoleh manfaat tersebut. Customers dalam lingkungan bisnis yang kompetitif memegang kendali bisnis. Suara customer dalam kondisi seperti ini harus didengarkan agar perusahaan mampu menghasilkan produk yang memberikan value bagi customer-nya. Penciptaan nilai bagi konsumen akan berdampak pada penciptaan nilai perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan.

17 Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang ditransaksikan di bursa efek merupakan indikator nilai perusahaan. Fama (1978) menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Dalam perspektif teori keagenan, agen yang risk adverse dan yang cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources yang tidak meningkatkan nilai perusahaan. Permasalahan ini mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghancurkan resource perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) berargumen bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian. Konflik keagenan menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Penurunan nilai perusahaan akan memengaruhi kekayaan dari pemegang saham sehingga pemegang saham akan melakukan tindakan pengawasan terhadap perilaku manajemen. Nilai perusahaan dapat direfleksikan melalui tiga cara, yaitu melalui nilai buku, nilai likuidasi ataupun nilai pasar saham (Husnan dan Pudjiastuti, 2006: 64). Bernard (2003) menyebutkan tiga ukuran dari kinerja perusahaan yang dapat dipakai untuk melihat nilai perusahaan yaitu tobin s Q, market to book ratio dan price flow ratio. Nilai dari perusahaan bergantung tidak hanya pada kemampuan menghasilkan arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan keuangan dari perusahaan yang diambil alih. Beberapa variabel kuantitatif yang sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan sebagai berikut:

18 a. Nilai Buku Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. Adapun komponen dari shareholders equity, yaitu agio saham (paidup capital in excess of par value) dan laba ditahan (retained earning). b. Nilai Appraisal Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat beragam, bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan sendirinya karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil dengan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam kegunaan dalam menghasilkan earnings dan kemudian nilai going concern dari suatu perusahaan. Bagaimanapun nilai appraisal dari suatu perusahaan akan bermanfaat sewaktu digunakan dalam penghubungan dengan metode penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi tertentu seperti dalam perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya alam atau bagi suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi. Kegunaan dari nilai appraisal akan menghasilkan beberapa keuntungan. Nilai perusahaan yang berdasarkan penilaian independen (appraiser

19 independent) juga akan menghasilkan pengurangan good-will dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan yang telah dikenal. c. Nilai Pasar Saham Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Bagaimanapun nilai ini dapat berubah secara cepat. Faktor analisis berkompetisi dengan pengaruh spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat dan keputusan pribadi. d. Nilai Chop-Shop Pendekatan Chop-Shop untuk valuasi pertama kali diperkenalkan oleh Dean Lebaron dan Lawrence, Speidell of Batterymarch Financial Management. Secara khusus, ia menekankan untuk mengidentifikasi perusahaan multi industry yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian. Pendekatan Chop-Shop ini mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva di bawah harga penempatan mereka. e. Nilai Arus Kas Pendekatan arus kas untuk penilaian dimaksudkan agar dapat mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang

20 menawarkan sebagai hasil merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas ini kemudian akan ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan perusahaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore, 2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Soliha dan Taswan, 2002). Husnan dan Pudjiastuti (2006: 39) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown et al. (2004: 470) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Nilai perusahaan pada penelitian ini diukur dengan price book value (PBV). Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau PBV, menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relative terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham

21 yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula (Sartono, 2001: 6), secara sederhana menyatakan bahwa PBV merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. PBV digunakan untuk melihat berapa besar tingkat undervalued maupun overvalued harga saham yang dihitung berdasarkan nilai buku setelah dibandingkan dengan harga pasar (Slamet, 2003: 41). Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Pada penelitian kali ini, rumus inilah yang dipakai untuk menghitung nilai perusahaan. PBV dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut: Harga pasar per lembar saham PBV =..... (1) Nilai buku per lembar saham Sumber : Husnan (2006: 181) PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut : a) Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relatif stabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai perbandingan

22 b) Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation. c) Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi menggunakan PBV 2.4 Struktur Kepemilikan Saham Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Dua jenis kepemilikan dalam struktur kepemilikan adalah: (1) Kepemilikan institusional Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh investor institusi. Investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Institusi sebagai pemilik saham dianggap lebih mampu dalam mendeteksi kesalahan yang terjadi. Menurut Lee et al. (1992: 61) ada perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara, sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Jika perubahan pada laba sekarang tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya memiliki saham dalam jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan memengaruhi

23 nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan manajemen laba. Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor lebih terfokus pada laba masa datang (future earnings) yang lebih besar relatif dari laba sekarang. Penelitian Shiller dan Pound (1989) menjelaskan bahwa investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan melakukan monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Barnae dan Rubin (2005) menyatakan bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. Wening (2009) menyatakan semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain: a) Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi.

24 b) Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. Smith (1996) menunjukkan bahwa aktivitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Hal ini didukung oleh penelitian Cruthley dan Hansen (1989) yang menemukan bahwa monitoring yang dilakukan institusi mampu mensubstutisi biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan meningkat. Menurut Riswari (2012) kepemilikan institusional dapat menekan kencederungan manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan keuangan sehingga memberikan kualitas laba yang dilaporkan. Prosentase saham tertentu yang dipunyai oleh institusi bisa mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat tindakan penyimpangan pelaporan keuangan yang bertujuan untuk mengelabui pihak institusional. Kepemilikan institusional diungkapkan melalui jumlah kepemilikan saham yang dimiliki institusi dibagi dengan jumlah saham perusahaan yang beredar. Secara sistematis perhitungan kepemilikan institusional tersebut dirumuskan sebagai berikut (Masdupi, 2005): Kepemilikan saham oleh institusi Kepemilikan Institusional (KI) =.. (2) Total keseluruhan saham perusahaan

25 (2) Kepemilikan manajerial Kepemilikan saham manajerial merupakan kepemilikan saham terbesar oleh manajemen perusahaan. Siallagan dan Machfoedz (2006) mengadakan penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba dengan discretionary accrual dan nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin s Q, menyimpulkan hasil pengujiannya bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara positif terhadap kualitas laba, sedangkan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan adalah negatif. Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan oleh direktur dan komisaris (Diyah dan Widanar, 2009). Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan. Morck et al. (1988) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Morck et al. (1988) menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini menemukan bahwa nilai perusahaan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan manajerial sampai dengan 5%, kemudian menurun pada saat kepemilikan manajerial 5%-25%, dan kemudian meningkat kembali seiring dengan adanya peningkatan kepemilikan manajerial secara

26 berkelanjutan. Menurut Sujono dan Soebiantoro (2007) kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerjanya, karena mereka juga ikut memiliki perusahaan. Ross (1977) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Dengan kinerja yang meningkat maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan oleh direktur dan komisaris (Diyah dan Widanar, 2009). Munculnya kepemilikan saham dalam pihak manajemen akan menjadikan nilai perusahaan dapat meningkat karena pihak manajemen bisa melaksanakan dan selalu mengawasi perkembangan perusahaan sekaligus memperhitungkan kebijakan dividen yang terbaik dari dua sisi yaitu dari sisi pemegang saham dan kemajuan perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham pada pihak manajerial, maka pihak manajerial akan bekerja lebih proaktif dalam mewujudkan kepentingan pemegang saham dan akhirnya akan meningkatkan kepercayaan, kemudian nilai perusahaan juga akan naik. Kepemilikan manajemen diungkapkan melalui jumlah kepemilikan saham yang dimiliki manajemen dan dewan komisaris dibagi dengan total keseluruhan saham perusahaan.

27 Secara sistematis perhitungan tersebut dirumuskan sebagai berikut (Masdupi, 2005): Kep. saham manajer + dewan komisaris Kepemilikan Manajerial (KM) =...(3) Total keseluruhan saham perusahaan 2.5 Struktur Modal Struktur modal adalah bentuk pembelanjaan yang permanen di dalam mencerminkan keseimbangan di antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal terlihat pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur dalam modal sendiri, di mana kedua jenis tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Oleh karena itu maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur financial. Struktur financial mencerminkan perimbangan baik dalam artian absolut maupun relatif antara keseluruhan modal asing baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri (Riyanto, 2001: 22). Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, saat keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang secara konstan, dalam kata lain bila perusahaan merubah sebagian modal sendiri dengan menggunakan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan turut berubah, namun jika dengan merubah struktur modalnya ternyata nilai perusahaan ikut berubah, maka akan didapatkan kesimpulan tentang struktur modal yang terbaik. Di dalam pengambilan keputusan, perlu dilakukan

28 pertimbangan yang mendalam untuk dapat memutuskan sumber dana mana yang akan digunakan dalam kegiatan operasional di dalam perusahaan. Keputusan yang tepat akan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Riyanto (2001: 240) Struktur modal perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen, antara lain: a. Modal Sendiri Modal sendiri sesungguhnya adalah modal yang berasal dari orang yang menanam modal dalam suatu perusahaan, baik untuk perusahaan perseorangan, Firma, CV, ataupun Perseroan Terbatas. Modal sendiri juga dapat didefinisikan sebagai dana yang dipinjam dalam jangka waktu tak terbatas dari para pemegang saham. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tidak memiliki batas waktu dan dapat digunakan dalam kegiatan usaha. Modal sendiri dapat diperoleh dari pihak internal maupun eksternal. Dari pihak internal bisa berasal dari retairned earning, dan dari pihak eksternal bisa didapatkan dari saham preferen dan saham biasa. Komponen modal sendiri yang ada didalam perusahaan perseroan terbatas terbagi menjadi: (a) Saham (Stock) Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan yang diterbitkan oleh emiten baik secara terbatas atau tertutup kepada orang-orang tertentu saja ataupun bisa diterbitkan secara go public melalui

29 bursa efek yang kemudian ditawarkan kepada para investor publik. Saham sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu: 1) Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah saham mayoritas yang diterbitkan oleh emiten kepada sebagian besar investor. Dividen akan dibagikan kepada pemegang saham biasa ketika perusahaan mendapatkan laba dan berkeinginan membagi kepada pemegang saham biasa. 2) Saham Preferen (Prefered Stock) Saham preferen adalah jenis saham di mana pemegang saham memiliki beberapa hak istimewa dibandingkan pemilik saham biasa antara lain mendapatkan prioritas untuk mendapatkan dividen terlebih dahulu daripada pemilik saham biasa. Selain itu pemilik saham preferen juga memiliki hak untuk mendapatkan dana dari hasil likudasi perusahaan terlebih dahulu dibandingkan pemilik saham biasa. 3) Saham Preferen Kumulatif (Prefered Cumulative Stock) Saham ini memiliki hak yang sama dengan saham preferen namun terdapat perbedaan yang terletak pada hak kumulatif pemegang saham ini dalam menuntut pembayaran dividen. Pada saat beberapa periode pembayaran dividen perusahaan tidak mampu membayar dividen kepada pemegang saham ini karena berbagai sebab, maka ketika perusahaan pada suatu saat dapat membayar dividen, pemegang

30 saham ini bisa menuntut pembayaran dividen yang tidak dibayarkan pada periode-periode sebelumnya. (b) Laba Ditahan Laba ditahan atau dikenal juga dengan retairned earning adalah sebagian laba yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan dan kemudian tidak dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen namun digunakan kembali sebagai dana untuk kegiatan operasional perusahaan selanjutnya atau bisa juga ditabung sebagai dana cadangan perusahaan. b. Hutang Hutang adalah sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari pinjaman yang diperoleh dari pihak ketiga perusahaan atau pihak di luar yang berkepentingan secara langsung dengan perusahaan. Hutang didapatkan melalui beberapa cara mulai dari penerbitan obligasi, meminjam dana dari pihak bank, melaksanakan leasing, dan lain-lain. Bentuk-bentuk hutang antara lain: (a) Hutang Hipotik Hutang hipotik adalah hutang jangka panjang kepada pihak asing dengan jaminan aktiva tetap atau tidak bergerak. Hutang ini bisa diperoleh melalui dana pinjaman dari bank dengan menggunakan sistem agunan. (b) Obligasi Obligasi adalah surat hutang jangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada khalayak publik. Di dalam lembar obligasi terdapat kupon yang menunjukkan persentase bunga yang harus dibayarkan oleh

31 pihak penerbit obligasi kepada pihak yang membeli dan memegang obligasi. Di dalam melakukan kebijakan hutang, perusahaan selalu meninjau setiap fungsi dana hutang yang akan diperoleh apakah hutang tersebut dapat memberikan kesejahteraan bagi perusahaan terutama pemegang saham karena setiap hutang pasti terdapat bunga yang merupakan suatu tambahan kewajiban bayar yang harus dilaksanakan oleh pihak yang memperoleh hutang. Di dalam pemilihan jenis hutang yang akan dipakai, perusahaan wajib mempertimbangkan akibat dan hasil yang bisa didapatkan ketika melakukan pembiayaan dengan menggunakan hutang. Menurut Kusumajaya (2011: 101), struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder s equity yang dimiliki perusahaan. Secara matematis Debt to equity ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut (Kasmir, 2009: 158) Total Hutang Debt to equity ratio (DER) =.......... (4) Total Ekuitas Total hutang merupakan total liabilities yaitu baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang sedangkan total shareholder s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menjelaskan komposisi struktur modal dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total

32 hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) (Angg, 1997). Debt to equity ratio mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk dijadikan jaminan semua hutang Menurut Brigham et al. (2001) perusahaan dengan debt to equity yang rendah akan memiliki risiko kerugian yang kecil ketika keadaan ekonomi mengalami kemerosotan, namun ketika kondisi ekonomi membaik, kesempatan dalam memperoleh laba juga rendah. 2.6 Profitabilitas Profitabilas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan (Petronila dan Mukhlasin, 2003). Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti: laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi atau aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Ang (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan. Kusumawati et al. (2005) mengatakan, profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Horne dan Wachowicz (2005: 209-2010) mengatakan bahwa, rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis yaitu, rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan (margin laba kotor dan margin laba bersih), dan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi yaitu return on asset (ROA) return on equity (ROE).

33 Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan (Brigham et al., 2001). Dengan demikian dapat dikatakan profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi. Profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Investor menanamkan saham pada sebuah perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh return on equity (ROE). ROE digunakan sebagai pengukuran rasio profitabilitas karena memiliki keunggulan yaitu mudah dihitung dan dipahami. Ang (1997) menyatakan bahwa return on asset diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total aset. Hal ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan asetaset perusahaan yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar. ROE merupakan rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian yang diperoleh pemilik atau pemegang saham atas investasi di perusahaan. ROE membandingkan besarnya laba bersih terhadap ekuitas saham biasa. Semakin

34 tinggi ROE menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian terhadap investasi yang dilakukan dan semakin rendah ROE suatu perusahaan maka tingkat pengembaliannya akan semakin rendah pula. Seorang calon investor perlu melihat ROE suatu perusahaan sebelum memutuskan melakukan investasi supaya dapat mengetahui seberapa banyak yang akan dihasilkan dari investasi yang dilakukannya (Sitepu, 2010). Menurut Na im (1999) dalam mengukur profitabilitas digunakan return on investment (ROI) dan return on equity (ROE). ROI merupakan tingkat pengembalian atas investasi perusahaan pada aktiva. ROI sering disebut juga return on asset (ROA). Nilai ROA sebuah perusahaan diperoleh dengan rumus: Return on asset Lb ( ROA) (5) Jap Ket : ROA= return on asset; Lb = Laba bersih; Jap = Jumlah aktiva perusahaan ROA merupakan perbandingan laba bersih dengan jumlah aktiva perusahaan. Sedangkan ROE merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang akan di investasikan pemegang saham pada perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam modal ekuitas untuk menghasilkan laba. Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian ekuitas pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Sehingga perhitungan ROE sebuah perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Return on equity Lb ( ROE).(6) Ms Ket: ROE = Return on equity; Lb = Laba bersih; Ms = Modal sendiri

35 ROE sebagai salah satu rasio profitabilitas merupakan indikator yang sangat penting bagi para investor. ROE dibutuhkan investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang berkaitan dengan dividen. Pemilihan ROE sebagai proksi dari profitabilitas adalah karena dalam ROE ditunjukkan, semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba investor yang ditanam pada perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2005). Naiknya rasio ROE dari tahun ke tahun pada perusahaan berarti terjadi adanya kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Naiknya laba bersih dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa nilai perusahaan juga naik karena naiknya laba bersih sebuah perusahaan yang bersangkutan akan menyebabkan harga saham yang berarti juga kenaikan dalam nilai perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2005). 2.7 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan Siallagan dan Machfoeds tahun 2006 penelitian dengan judul pengaruh kepemilikan perusahaan terhadap nilai perusahaan, sebuah tinjauan non-linear. Dengan variabel independen kepemilikan institusioanal dan variabel dependen adalah nilai perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi non-linear. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan institusional pasif, kepemilikan publik dan ukuran perusahaan tidak menunjukkan hubungan non linear terhadap nilai perusahaan.

36 Soliha dan Taswan (2002), meneliti analiais pengaruh insider ownership, kebijakan hutang dan dividen terhadap nilai perusahaan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Nilai perusahaan menggunakan proksi PBV. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kebijakan hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV). Kebijakan dividen yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dividen yang lebih rendah ternyata lebih memberikan nilai perusahaan. Insider ownership yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, yang berarti bahwa semakin besar kepemilikan oleh insider akan menaikkan nilai perusahaan. Kepemilikan insider merupakan insentif bagi peningkatan kinerja perusahaan, para investor memandang proporsi kepemilikan saham sebagai sinyal yang baik. Peningkatan insider ownership ini mendapat dukungan dari peningkatan hutang dan penurunan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan, penelitian ini menggunakan 38 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2005. Penelitian ini menggunakan Investment Opportunity Set (IOS) dan mekanisme corporate governance sebagai variabel independen serta kualitas laba dan nilai perusahaan sebagai variabel dependennya. Penelitian ini juga menggunakan tiga variabel kontrol, yaitu ukuran KAP, ukuran perusahaan, dan leverage. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) kualitas laba yang diukur dengan discretionary accrual tidak berpengaruh terhadap nilai

37 perusahaan, (2) IOS berpengaruh negatif terhadap kualitas laba dan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (3) keberadaan komite audit dan komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan, (4) kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kualitas laba tetapi berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (5) variabel kontrol: ukuran KAP berpengaruh positif terhadap kualitas laba tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kualitas laba tetapi keduanya berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan sekarang adalah sama-sama meneliti struktur kepemilikan pada nilai perusahan yaitu perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Perbedaannya adalah penelitian sekarang lebih memfokuskan pada nilai perusahaan, perbedaan periode serta perbedaan variabel independen lainnya. Penelitian sekarang menggunakan profitabilitas sebagai variabel independen selain struktur kepemilikan saham dan struktur modal. Sujono dan Soebiantoro (2007) melakukan penelitian tentang nilai perusahaan dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi empirik pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Penelitian ini menggunakan periode waktu 2000-2004. Penelitian ini menggunakan struktur kepemilikan saham, leverage, faktor intern dan faktor ekstern sebagai variabel independen dan leverage serta nilai perusahaan sebagai variabel dependen.

38 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage dan nilai perusahaan, (2) kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap leverage dan nilai perusahaan, (3) suku bunga mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap leverage dan nilai perusahaan, (4) keadaan pasar modal tidak berpengaruh signifikan terhadap leverage namun berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, (5) pertumbuhan pasar berpengaruh positif terhadap leverage dan nilai perusahaan, (6) profitabilitas berpengaruh negatif terhadap leverage namun berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (7) pembayaran dividen berpengaruh positif terhadap leverage dan nilai perusahaan, (8) ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage dan nilai perusahaan, (9) pangsa pasar tidak berpengaruh terhadap leverage namun berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (10) leverage mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan sekarang adalah sama-sama meneliti pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap nilai perusahaan. Perbedaannya adalah penelitian sekarang lebih difokuskan pada nilai perusahaan, penelitian sekarang juga lebih mengkhususkan pada penelitian di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, penelitian sekarang menambahkan variabel independen lain yaitu profitabilitas dan struktur modal, serta adanya perbedaan periode waktu penelitian. Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis faktor yang dapat memengaruhi nilai perusahaan yang hasil penelitiannya ada yang sejalan

39 dan ada juga yang bertentangan. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2010) yang berjudul Determinan Kebijakan Hutang yang menganalisis pengaruh variabel free cash flow, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aktiva Perusahaan, Retained Earning dan Kepemilikan Manajerial pada Hutang. Penelitian menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan sampelnya. Sampel dalam penelitian ini adalah manufaktur perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2010 dengan jumlah 135 sampel perusahaan manufaktur menunjukkan kebijakan utang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sementara hasil dari penelitian Sujono dan Soebiantoro (2007) tentang nilai perusahaan dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi empirik pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Penelitian ini menggunakan periode waktu 2000-2004. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: struktur modal berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Rachmawati dan Triatmoko (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. yang menyatakan dalam penelitiannya kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan tetapi berlawanan dengan penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006), yang berjudul Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan memperoleh hasil kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian dari Carlson dan

40 bathala (1997), yang berjudul. Ownership differences and firms income smoothing behavior, menyatakan ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan penelitian Sujono dan Soebiantoro (2007) melakukan penelitian tentang nilai perusahaan dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi empirik pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Jakarta periode waktu 2000-2004). Hasil penelitian ini menyatakan profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian oleh Sudarman (2011) yang meneliti tentang pengaruh struktur modal, kebijakan dividen dan kinerja terhadap nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2007 sampai dengan 2009. Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan Metode purposive sampling, dengan kriteria sampel (1). perusahaan terdaftar pada LQ45; (2). secara konsisten masuk dalam kelompok LQ 45 selama periode 2007 sampai dengan 2009 dan; (3). Tidak bergerak pada sektor perbankan. Hasil penelitian ini menunjukkan struktur modal (leverage) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian oleh Safrida (2008) yang meneliti mengenai pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan. Penentuan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2006 sedangkan penentuan sampel berdasarkan metode purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal

41 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan daripada ekuitas sehingga berpengaruh pada menurunnya nilai perusahaan. Permanasari (2010) melakukan penelitian terhadap pengaruh kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini mengambil sampel perusahaanperusahaan non keuangan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007 dan 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadaap nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional yang merupakan pemilik mayoritas cenderung berpihak pada manajemen dan mengarah pada kepentingan pribadi sehingga mengabaikan pemegang saham minoritas, hal ini direspon negatif oleh pasar.

42 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Laporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan perusahaan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen atas sumber daya ekonomi yang dikelola (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004: 4). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004: 4) laporan keuangan mempunyai tujuan penyampaian informasi untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal dan internal perusahaan yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan dapat menunjukkan seberapa besar nilai perusahaan (firm value). Soliha dan Taswan (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Fama (1978) menyatakan bahwa nilai perusahaan akan tercermin dari harga saham pasarnya. Banyak faktor yang dapat menentukan nilai perusahaan (firm value). Beberapa peneliti meyakini struktur kepemilikan saham mampu memengaruhi 42

43 jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Penelitian Wening (2009) menyatakan semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Sujono dan Soebiantoro (2007) menyatakan kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerjanya, karena mereka juga ikut memiliki perusahaan. Nilai perusahaan dapat ditentukan oleh struktur modal (Mogdiliani dan Miller 1963). Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban berat kepada perusahaan yang bersangkutan (Riyanto, 2001: 296). Salah satu komponen informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah profitabilitas. Laba yang dihasilkan berasal dari penjualan dan keputusan investasi yang dilakukan perusahaan. Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan (Subramanyam, 1996). Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat (Sujono dan Soebiantoro, 2007).

44 Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pengukuran terhadap profitabilitas dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan penjualan, total aktiva dan modal sendiri (Syamsuddin, 2007). Kajian teori 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) 2. Teori Keagenan (Agency theory) 3. Nilai Perusahaan 4. Struktur Kepemilikan Saham 5. Struktur Modal 6. Profitabilitas Kajian empiris (1) Carlson dan Bathala (1997) (2) Siallagan dan Machfoedz (1996) (3) Soliha dan Taswan (2003) (4) Rachmawati dan Triatmoko (2007) (5) Sujono dan Soebiantoro (2007) (6) Sofyaningsih dan Hardiningsih (2010) (7) Permanasari (2010) Hipotesis Analisis Statistik (Regresi Linier Berganda) Tesis Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Dewasa ini persaingan antar perusahaan semakin meningkat diiringi dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam

45 menghadapi masalah itu para pengelola perusahaan membutuhkan jasa akuntan, khususnya jasa akuntan publik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka akuntan publik dituntut untuk mempertahankan kepercayaan yang telah mereka dapatkan dari klien (perusahaan) yaitu dengan tetap menjaga akuntabilitasnya. Akuntabilitas publik auditor sangat ditentukan oleh kualitas laporan audit yang dibuatnya (Utami, 2004: 17). Hasil penelitian Josoprijonggo (2005) agar laporan audit yang dihasilkan auditor berkualitas, maka auditor harus menjalankan pekerjaannya secara professional. Tujuan utama perusahaan adalah untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya diperoleh faktor yang menentukan nilai perusahaan adalah pengaruh struktur kepemilikan saham (kepemilikan institusional dan kepemilikan managerial), struktur modal, dan profitabilitas. 3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian disusun konsep yang menjelaskan hubungan antarvariabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Konsep tersebut dapat disajikan dalam Gambar 3.2 berikut:

46 Kepemilikan Institusional Institusional Kepemilikan Manajerial Struktur Manajerial Modal H1a H1b H2 Nilai Perusahaan Profitabilitas H3 Gambar 3.2 Konsep Penelitian 3.3 Hipotesis Penelitian 3.3.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Nilai Perusahaan Beberapa penelitian tentang struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan oleh peneliti. Siallagan dan Machfoedz (2006) menyebutkan bahwa pemisahan kepemilikan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan para pemilik. Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini disebut dengan konflik keagenan. Ismiyanti dan Mamduh (2003) menyebutkan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan semakin meningkatkan pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. Dengan adanya pengawasan pihak eksternal maka jalannya perusahaan dapat lebih diawasi sehingga dapat mencapai tujuan. Nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu menjadi

47 alat monitoring yang efektif (Slovin dan Sushka, 1993). Penelitian Chen dan Steiner (1999) menyebutkan hubungan antara analysts coverage yang merupakan external monitoring function dan Tobins Q sebagai proksi nilai perusahaan adalah positif dan signifikan. Fuerst dan Kang (2000) menemukan hubungan insider ownership dengan nilai pasar setelah mengendalikan kinerja perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Pawestri (2006) menyebutkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ini sejalan dengan penelitian Iturriaga dan Sanz (1998) yang mengatakan bahwa hubungan struktur kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan merupakan hubungan nonmonotonik. Hubungan non-monotonik timbul karena adanya insentif yang dimiliki manajer dan mereka berusaha untuk melakukan pensejajaran kepentingan dengan outsider ownership dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan meningkat. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat memengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsider ownership), sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan, maka manajemen akan cenderung lebih giat untuk

48 kepentingan pemegang saham yang notabene adalah dirinya sendiri. Peningkatan kinerja dari manajemen tentunya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil ini mendukung teori agency cost yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan mekanisme yang efektif untuk mengatasi konflik keagenan yang terjadi akibat kepentingan antara manajer dan pemilik. Kepemilikan institusional akan dapat memonitor tim manajemen secara lebih efektif dan nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu, pemilik institusional akan berusaha melakukan usaha-usaha positif guna meningkatkan nilai perusahaan miliknya. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis 1a dan 1b dalam penelitian ini adalah: H1a: Kepemilikan institusional berpengaruh positif pada nilai perusahaan. H1b: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif pada nilai perusahaan. 3.3.2 Pengaruh Struktur Modal pada Nilai Perusahaan Penelitian mengenai struktur modal terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan. Setiap penelitian mengindikasikan bahwa dalam pemaparan hubungan antara struktur modal erat kaitannya dengan nilai perusahaan. Pemaparan struktur modal kali ini diproyeksikan menggunakan rumus Debt to Equity Ratio di mana semakin besar nilai DER ini, maka jumlah hutang yang mampu dijamin dengan modal sendiri perusahaan semakin kecil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Safrida (2008) yang menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan semakin tinggi hutang yang dimiliki

49 perusahaan, maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung perusahaan sehingga menurunkan nilai perusahaan. Akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan yang dilakukan oleh Sudarman (2011) dan Kusumajaya (2011), menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan dengan hasil semakin tinggi rasio hutang terhadap modal sendiri, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Ekayana (2007) dan Sujono dan Soebiantoro (2007) yang menemukan bahwa kebijakan hutang yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) dan ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book value (PBV). Sedangkan Chen (2002) menemukan bahwa struktur modal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, penelitian ini juga membuktikan bahwa nilai perusahaan akan meningkat jika perusahaan memilih tidak ada hutang pada struktur modal pada perusahaan Belanda. Meningkatnya proporsi hutang terhadap modal sendiri akan meningkatkan kemungkinan munculnya kebangkrutan dan meningkatnya biaya kebangkrutan karena meningkatnya tanggungan hutang yang melebihi kapasitas modal sendiri, namun dengan adanya hutang akan membuat manajerial perusahaan bekerja seefisien mungkin sehingga ini akan memberikan sinyal positif bagi investor (Husnan, 2006: 276). Oleh karena itu struktur modal yang meningkat akan turut meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuat hipotesis sebagai berikut: H2: Struktur modal berpengaruh positif pada nilai perusahaan.

50 3.3.3 Pengaruh Profitabilitas pada Nilai Perusahaan Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan penjualan perusahaan, total aktiva dan modal sendiri (Syamsuddin, 2007). Profitabilitas mempunyai hubungan negatif dengan struktur modal, dimana keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan sebagian dapat ditanamkan kembali ke dalam perusahaan untuk menambah modal sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin kecil profitabilitas perusahaan, semakin kecil pula nilai perusahaan. Profitabilitas dapat dihitung dengan return on equity (ROE). ROE mencerminkan tingkat hasil penembalian investasi bagi pemegang saham. Profitabilitas yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. Dengan rasio profitabilitas yang tinggi yang dimilki sebuah perusahaan akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan. Tingginya minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan dengan ROE yang tinggi akan meningkatkan harga saham (Bon et al, 1993 dan Kusumawati et al, 2005). Maka, akan terjadi hubungan positif antara profitabilitas dengan harga saham dimana tingginya harga saham akan mempengaruhi nilai perusahaan. Semakin tingginya profitabilitas perusahaan juga akan meningkatkan laba per lembar saham (EPS atau earning per share) perusahaan. Adanya peningkatan EPS akan membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya dengan

51 membeli saham perusahaan. Kinerja perusahaan dalam mengelola manajemen dapat digambarkan dengan profitabilitas. Ang (1997) menyatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan banyaknya investor yang membeli saham perusahaan maka akan menaikkan harga saham perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan Sujono dan Soebiantoro (2007) menyatakan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat. Hal tersebut dapat dipahami karena perusahaan yang berhasil membukukan laba yang meningkat, mengindikasikan perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik, sehingga dapat menciptakan sentimen positif para investor dan dapat membuat harga saham perusahaan meningkat. Meningkatnya harga saham di pasar, maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Soliha dan Taswan (2002) serta Sujono dan Soebiantoro (2007) juga menemukan bukti profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis empat dalam penelitian ini adalah: H3: Profitabilitas berpengaruh positif pada nilai perusahaan.

52 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasi nonperilaku analisis catatan yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan terhadap aspek-aspek nonperilaku yang dapat berupa catatan historis atau catatan sekarang perusahaan publik dan swasta. Metode penelitian yang bermaksud menelaah dan menjelaskan pola hubungan di antara dua variabel atau lebih yang jenis ini dukungan teori telah dibutuhkan sebagai landasan dalam mengajukan hipotesis maupun untuk menemukan kriteria pengukuran terhadap adanya hubungan antara variabelvariabel yang diteliti, di antaranya penelitian melalui pengujian terhadap hipotesis. Penelitian ini membahas kajian pengaruh struktur kepemilikan saham, struktur modal dan profitabilitas pada nilai perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2012. 4.2 Lokasi, Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2012 yang dipublikasikan dalam situsnya yaitu www.idx.co.id dan Indonesian capital market directory (ICMD). Perusahaan manufaktur sebagai subjek penelitian karena perusahaan manufaktur adalah jenis usaha yang bergerak disektor riil yang memiliki jumlah 52

53 perusahaan yang paling banyak dibandingkan jenis usaha lain yang terdiri dari beberapa industri. Meskipun terdiri dari berbagai macam industri, perusahaan manufaktur memiliki karakteristik yang sama. Perusahaan manufaktur merupakan jumlah emiten yang terbesar dibanding jumlah emiten lain yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2012 terdaftar sebanyak 131 perusahaan manufaktur. Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah diaudit tahun 2011-2012. Periode 2011-2012 dipilih karena merupakan periode yang belum pernah disajikan sebagai bahan penelitian sejenis serta memberikan gambaran terkini keuangan dari sebuah perusahaan. 4.3 Identifikasi Variabel Identifikasi variabel perlu dilakukan untuk memberikan gambaran dan acuan dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan, variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: Tabel 4.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Kode Indikator Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial Struktur Modal Profitabilitas Nilai Perusahaan KI KM DER ROE PBV Persentase Kepemilikan Saham oleh Institusional Persentase Kepemilikan Saham oleh Manajerial Total Hutang : Total Ekuitas Laba Bersih : Modal Sendiri Harga Pasar per Saham : Nilai Buku per Saham

54 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Variabel terikat atau dependen Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009: 39). Variabel terikat atau dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah nilai suatu perusahaan yang dilihat dari harga sahamnya (Fama, 1978). Nilai perusahaan diproksikan dengan Price to Book Value (PBV). PBV merupakan perbandingan antara harga saham perusahaan dengan nilai buku perusahaan. Nilai buku perusahaan merupakan hasil kali antara harga pasar saham dengan jumlah saham beredar. Sedangkan harga pasar saham merupakan harga penutupan akhir tahun setiap perusahaan yang datanya diambil dari www.idx.co.id. (2) Variabel bebas atau independen Variabel bebas atau independen adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2009: 59). Variabel bebas atau independen dalam penelitian ini adalah struktur kepemilikan saham yang terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, struktur modal dan profitabilitas. Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh investor institusional yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional (Christiawan dan Tarigan, 2007). Kepemilikan managerial merupakan proporsi kepemilikan saham oleh manajer atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham yang diukur

55 dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manager (Christiawan dan Tarigan, 2007). Struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan rasio total utang terhadap total ekuitas perusahaan sampel pada periode pengamatan. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan diukur dengan rasio laba bersih terhadap modal sendiri perusahaan (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). 4.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Penelitian Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada variabel dengan tujuan memberikan arti atau menspesifikasikannya. Penelitian ini definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut. (1) Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya. Rachmawati dan Triatmoko (2007) mengukur nilai perusahaan dengan PBV. Adapun rumus PBV dalam satuan pengukuran persentase adalah sebagai berikut: PBV = Harga pasar per lembar saham Nilai buku per lembar saham X 100 %..(7) Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham pada akhir tahun atau closing price.

56 (2) Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan. Struktur kepemilikan saham dapat terdiri atas berikut ini. (a) Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh investor institusional yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional. Kepemilikan saham oleh institusi KI = x 100 %.. (8) Total keseluruhan saham perusahaan (b) Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen. Kep. saham manajer + dewan komisaris KM = x 100 %...(9) Total keseluruhan saham perusahaan (3) Struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER) adalah perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun 2011-2012. Satuan pengukuran DER dalam persentase adalah Total Hutang DER = x 100 %... (10) Total Ekuitas (4) Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari

57 penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Profitabilitas juga merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan (Petronila dan Mukhlasin, 2003). Profitabilitas dapat diukur menggunakan ROE (return on equity) yang merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan. Menurut Copeland dan Weston (1997), Horne dan Wachowicz (2005), Brigham dan Houston (2001), satuan pengukuran ROE adalah dalam persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus : ROE = Laba bersih setelah pajak Ekuitas x 100 % (11) 4.5 Jenis Data dan Sumber Data 4.4.1 Jenis Data Menurut Sifatnya Data berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif (Sugiyono, 2010: 13). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang dijadikan berbentuk angka. Data kuantiatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan auditan dan ringkasan kinerja perusahaan sampel selama periode amatan. 4.4.2 Jenis Data Menurut Sumbernya Menurut sumbernya, data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder eksternal, yaitu data yang tidak langsung diperoleh dari sumbernya, tetapi diperoleh dalam bentuk jadi yang dikumpulkan, diolah, dan dipublikasikan

58 oleh pihak lain di luar perusahaan yang bersangkutan. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah publikasi-publikasi perusahaan berupa laporan keuangan auditan dan ringkasan kinerja perusahaan sampel selama periode amatan. 4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2012. Sampel adalah bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 116). Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metoda purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiono, 2010: 117). Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menerbitkan laporan keuangan tahunan secara lengkap dari tahun 2011-2012 (2) Memiliki data mengenai kepemilikan institusional selama periode pengamatan pada struktur kepemilikan saham perusahaan (3) Memiliki data mengenai kepemilikan manajerial selama periode pengamatan pada struktur kepemilikan saham perusahaan (4) Tidak memiliki nilai variabel yang negatif dalam kurun waktu periode penelitian.

59 Proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam Tabel 4.2 Tabel 4.2 Proses Pengambilan Sampel No Karakteristik Sampel Jumlah Perusahaan 1 Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dari Tahun 2011-2012 131 2 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data kepemilikan saham institusional dari Tahun 2011-2012 3 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data kepemilikan saham manajerial dari Tahun 2011-2012 4 Memiliki nilai variabel yang negatif dalam kurun waktu periode penelitian ( 1 ) ( 39 ) ( 9 ) Jumlah Sampel Akhir 82 Tahun Pengamatan 2 Jumlah Pengamatan 164 Sumber : BEI, data diolah 4.7 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi nonperilaku analisis catatan, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan terhadap aspek-aspek nonperilaku yang dapat berupa catatan historis atau catatan sekarang perusahaan publik atau swasta. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati, mencatat dan menganalisis laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan mengakses website PT. Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id

60 4.8 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 17.0. Berdasarkan hipotesis dalam penelitian ini maka metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif untuk memperhitungkan atau memperkirakan secara kuantitatif dari beberapa faktor secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap variabel terikat. Hubungan fungsional antara satu varibel terikat dengan variabel bebas dapat dilakukan dengan regresi linier berganda. 4.7.1 Uji asumsi klasik Sebelum menggunakan model regresi linear berganda dalam menguji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik agar model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil nantinya menghasilkan penaksir bias linier terbaik sehingga hasil perhitungan dapat diinterpretasikan dengan efisien dan akurat. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Uji normalitas Uji normalitas, yaitu suatu pengujian untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas distribusi data populasi dilakukan dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov. Data populasi dikatakan berdistribusi normal jika koefisien Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05. Data yang tidak

61 terdistribusi secara normal dapat ditransformasi agar menjadi normal (Ghozali, 2006: 149). Langkah lain yang dapat dilakukan adalah mendeteksi adanya data outlier. Outlier adalah kasus data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi. Salah satu penyebab timbulnya outlier adalah berasal dari populasi yang kita ambil sebagai sampel, tetapi distribusi dari variabel dalam populasi tersebut memiliki nilai ekstrim dan tidak berdistribusi secara normal (Ghozali, 2006: 149). Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal yaitu dengan melakukan transformasi data misalnya mengubah data menjadi bentuk logaritma (Log) atau logaritma natural (ln), menambah jumlah data, menghilangkan data yang dianggap sebagai penyebab tidak normalnya data, menerima data apa adanya. (2) Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dengan kata lain, tidak terjadi multikolinearitas adalah yang memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan tidak mempunyai angka tolerance kurang dari 10 persen (Ghozali, 2006: 96). Ghozali (2006: 96) menyebutkan beberapa cara mengobati multikolinearitas antara lain: (a) Menggabungkan data cross section dan time series (pooling data).

62 (b) Keluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi. (c) Transformasi variabel merupakan salah satu cara mengurangi hubungan linear di antara variabel independen. Transformasi dapat dilakukan dalam bentuk logaritma natural dan bentuk first difference atau delta. (d) Gunakan model dengan variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi hanya semata-mata untuk prediksi (jangan mencoba untuk menginterpretasikan koefisien regresinya). (e) Gunakan metode analisis yang lebih canggih seperti Bayesian regresion atau dalam kasus khusus ridge regresion. (f) Gunakan center data untuk analisis. Center data adalah data mentah dikurangi nilai mean (Xi Xmean). (3) Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser yakni dengan cara meregresi nilai absolut residual dari model yang diestimasi terhadap variabel independen. Kriterianya bila output koefisien parameter untuk variabel bebas tidak ada yang signifikan secara statistik maka disimpulkan bahwa model

63 regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. Ghozali (2006: 126) menyebutkan beberapa cara memperbaiki model jika terdapat heterokedastisitas yaitu: (a) Melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam model tersebut. (b) Melakukan transformasi logaritma sehingga model persamaan regresinya menjadi: Log Y = b0 + b1logx1 + b2logx2. (4) Uji autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara variabel gangguan satu dengan variabel gangguan lainnya (Ghozali, 2006: 100). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Durbin-Watson Statistik, dengan ketentuan sebagai berikut: d < di di < d < du du < d < 4-du : terjadi autokorelasi positif dalam model : jatuh pada daerah keragu-raguan : tidak terjadi autokorelasi baik positif ataupun negatif 4-du < d < 4-di : jatuh pada daerah keragu-raguan 4-di < d : terjadi autokorelasi negatif dalam model Suyana (2005) menyebutkan jika dalam pelacakan adanya serial korelasi dengan menggunakan uji d statistik tidak memberikan keputusan, maka pengujian dilakukan dengan metode statistik non parametrik yaitu uji runs.

64 4.7.2 Uji Hipotesis Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel bebas (x 1, x 2, x 3, x 4 ) terhadap variabel terikat (y) baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) 17.0 for Windows. Model regresi linier berganda ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut: PBV= b o + b 1 KI + b 2 KM + b 3 DER + b 4 ROE + e...(12) Keterangan : PBV = nilai perusahaan b 0 = konstanta b 1, b 2, b 3, b 4 = koefisien regresi e = variabel pengganggu KI = kepemilikan institusional KM = kepemilikan manajerial DER = stuktur modal ROE = profitabilitas Secara statistik dapat diukur dari uji statistik t, uji statistik F, koefisien determinasi (R 2 ). (1) Uji Statistik t Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat. Apabila t hitung lebih besar dari pada t tabel atau P Value 0,05, maka hubungan antara variabel independen dan dependen adalah signifikan. P Value yang paling rendah menunjukkan variabel yang paling

65 dominan memengaruhi nilai perusahaan. Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: (a) Merumuskan hipotesis Untuk hipotesis 1a, hipotesis 1b, hipotesis 2 dan hipotesis 3 adalah: Ho : bi = 0, artinya variabel bebas tidak berpengaruh positif terhadap variabel terikat. Hi : bi > 0, artinya variabel bebas berpengaruh positif terhadap variabel terikat. (b) Menentukan tingkat keyakinan 95% dan α = 5%. (c) Menentukan besarnya tingkat signifikansi t yang diperoleh dari hasil pengujian dengan program SPSS 17.0. (d) Membandingkan tingkat signifikansi t dengan α = 0,05 Apabila tingkat signifikansi t α = 0,05 maka Ho ditolak. Apabila tingkat signifikansi t α = 0,05 maka Ho diterima. (2) Uji Statistik F Pengujian model fit (kelayakan model) dilakukan dengan uji F. Uji ini untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama memengaruhi nilai perusahaan. Apabila F hitung lebih besar dari pada F tabel atau P Value 0,05, maka hubungan variabel-variabel bebas memengaruhi nilai perusahaan secara serempak. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: (a) Merumuskan hipotesis H 0 : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = 0 berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel terikat

66 H i : b 1 b 2 b 3 b 4 0 berarti ada variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat (b) Menentukan tingkat keyakinan = 95% dan α = 5% (c) Menentukan besarnya tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengujian dengan program SPSS 17.0. (d) Membandingkan tingkat signifikansi F dengan α = 0,05 Apabila tingkat signifikansi F α = 0,05 maka Ho ditolak Apabila tingkat signifikansi F α = 0,05 maka Ho diterima. (3) Koefisien determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006: 87). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan dari koefisien determinasi (R 2 ) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R 2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan nilai Adjusted R 2. Nilai Adjusted R 2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

67 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Deskriptif Penelitian ini mengunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan criteria sampel dan prosedur penyampelan yang telah dilakukan diperoleh 82 perusahaan dengan 164 sampel dalam tahun pengamatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan laporan keuangan perusahaan tahun 2011-2012, maka dapat dihitung rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) dannilai perusahaan (PBV). Hasil tabulasi data untuk variable dependen dan independen disajikan pada Lampiran 2. Statistik deskriptif masing-masing variable disajikan pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KI 164 1,25 99,96 69,0718 19,78963 KM 164 0,01 70,00 4,9030 9,81664 DER 164 0,09 98,60 24,1002 27,17497 ROE 164 0,01 54,55 11,6118 11,59819 PBV 164 0,01 24,68 3,0607 4,19162 Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Descriptive Statistics 67

68 Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Nilai rata-rata kepemilikan institusional (KI) dari 164 sampel sebesar 69,0718 yang lebih besar dari nilai standar deviasi data sebesar 19,78963 yang artinya data variabel kepemilikan institusional (KI) mengindikasikan hasil yang baik (tidak terjadi penyimpangan data). Nilai rata-rata kepemilikan institusional sebesar 69,0718 dengan nilai maksimum 99,96 persen dan nilai minimum 1,25 persen, hal inimenunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki kepemilikan saham institusional sebesar 69,0718 persen dimana nilai kepemilikan saham institusional sudah lebih besar dari saham yang beredar, sehingga pengawasan dari pihak investor institusi lebih besar sehingga menghalangi perilaku opportunitistic manajer. Kepemilikan saham institusi yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. Namun ada pula perusahaan sampel yang memiliki nilai kepemilikan saham institusional sebesar 1,25 persen yang mengindikasikan bahwa peluang terjadinya opportunitistic manajer cukup besar. b. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial (KM) menunjukkan penyimpangan data yang tinggi, dikarenakan nilai standard deviation lebih tinggi daripada mean. Dimana rata-rata kepemilikan manajerial (KM) selama periode pengamatan tahun 2011-2012 sebesar 4,9619 dengan standard deviation sebesar 9,86297. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai standard deviation lebih besar daripada rata-rata kepemilikan managerial (KM) yang menunjukkan bahwa data variabel kepemilikan managerial (KM) mengindikasikan hasil yang kurang baik, hal

69 tersebut dikarenakan standard deviation yang mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut cukup tinggi karena lebih besar daripada nilai rataratanya. Dari 164 sampel diperoleh nilai maksimum sebesar 70,00 dan nilai minimum sebesar 0,01 hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki kepemilikan saham manajerial sebesar 4,9030 persen dimana nilai kepemilikan saham manajerial lebih kecil dari saham yang beredar, sehingga semakin kecil kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen kurang berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham serta kurang efektif dalam memonitoring perusahaan. Namun ada pula perusahaan sampel yang memiliki nilai kepemilikan saham manajerial sebesar 70,00 persen yang mengindikasikan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka pihak manajerial akan bekerja lebih pro aktif dalam mewujudkan kepentingan pemegang saham dan akhirnya akan meningkatkan kepercayaan memonitor perusahaan. c. Nilai rata-rata struktur modal (DER) menunjukkan penyimpangan data yang tinggi, dikarenakan nilai standard deviation lebih tinggi daripada mean. Dimana rata-rata struktur modal (DER) selama periode pengamatan (2011-2012) sebesar 24,1002 dengan standard deviation sebesar 27,17497. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai standard deviation lebih besar daripada rata-rata struktur modal (DER) mengindikasikan bahwa terjadi penyimpangan dari data variabel tersebut cukup tinggi karena lebih besar daripada nilai rata-ratanya. Dari 164 sampel diperoleh nilai maksimum sebesar 98,60 dan nilai minimum

70 sebesar 0,09 ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki struktur modal sebesar 24,1002 persen dimana nilai struktur modal lebih kecil dari standar prosentase struktur modal untuk perusahaan yang sehat. Sehingga sampel perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai modal dan hutang yang rendahakan memberikan beban kepada perusahaan dalam operasionalnya, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Namun ada pula perusahaan sampel yang memiliki nilai struktur modal sebesar 98,60 persen yang mengindikasikan bahwa perusahaan yang mempunyai struktur modal yang baik, dimana mempunyai modal yang besar memiliki resiko yang kecil, akan tetapi bila hutang yang sangat besar akan memberikan beban berat kepada perusahaan. Pengunaan dana perusahaan harus diatur sehingga pemanfaatannya dapat dilaksanakan secara opetimal dan dapat menghindari resiko-risiko keuangan. d. Nilai rata-rata profitabilitas (ROE) dari 164 sampel sebesar 11,6118 yang lebih besar dari nilai standar deviasi data sebesar 11,59819 yang artinya data variabel profitabilitas (ROE) mengindikasikan hasil yang baik (tidak terjadi penyimpangan data). Nilai rata-rata profitabilitas sebesar 11,6118 dengan nilai maksimum 54,55 persen dan nilai minimum 0,01 persen, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki profitabilitas sebesar 11,6118 persen dimana nilai profitabilias yang tinggimenunjukan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai

71 perusahaan akan meningkat (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Investor menanamkan saham pada sebuah perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik. Namun ada pula perusahaan sampel yang memiliki nilai profitabilitas sebesar 0,01 persen yang mengindikasikan bahwa peluang terjadinya penurunan nilai perusahaan karena semakin rendah atau semakin kecil return yang didapatkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi kurang baik. e. Nilai rata-rata nilai perusahaan (PBV) menunjukkan penyimpangan data yang tinggi, dikarenakan nilai standard deviation lebih tinggi daripada mean. Dimana rata-rata nilai perusahaan (PBV) selama periode pengamatan (2011-2012) sebesar 3,0607 dengan standard deviation sebesar 4,19162. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai standard deviation lebih besar daripada rata-rata nilai perusahaan (PBV) mengindikasikan bahwa terjadi penyimpangan dari data variabel tersebut cukup tinggi karena lebih besar daripada nilai rata-ratanya. Dari 164 sampel diperoleh nilai maksimum sebesar 24,68 dan nilai minimum sebesar 0,01hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki rata-rata nilai perusahaan (PBV) sebesar 3,0607 persen dimana nilai perusahaan yang rendah kurang diinginkan oleh para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang rendah menunjukkan ketidakmakmuran pemegang saham juga tinggi. Semakin rendah harga saham, maka perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai

72 bagi pemegang saham. Fama (1978: 284) menyebutkan bahwa nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Namun ada pula perusahaan sampel yang memiliki nilai perusahaan (PBV) sebesar 24,68 persen yang mengindikasikan bahwa perusahaan dengan nilai perusahaan (PBV) yang tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. 5.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi berganda. Dari hasil perhitungan sampel rata-rata rasio keuangan selama dua tahun, maka dalam penelitian ini perlu dilakuakan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu yang meliputi: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi yang dilakukan sebagai berikut: 5.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah dengan melihat histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.

73 Berdasarkan Gambar 5.1 Uji Normalitas yang terbentuk sebagai berikut: Gambar 5.1 Uji Normalitas Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Normal P-P Plot Jika dilihat berdasarkan grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebaran agak jauh dari garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa grafik tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam uji normalitas residual dengan grafik dapat menyesatkan apabila tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, oleh karena itu untuk melengkapi uji grafik dilakukan juga uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji

74 statistiknon parametik Kolmogrov-Smirnov (K-S) dapat dilihat pada Tabel 5.2, sebagai berikut: Tabel 5.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardize d Residual N 164 Normal Mean 0,0000000 Parameters(a,b) Most Extreme Differences Std. Deviation 0,98765385 Absolute 0,209 Positive 0,209 Negative -0,162 Kolmogorov-Smirnov Z 2,679 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; One Sample Kolmogrov Smirnov Untuk menentukan data dengan uji statistik non parametrik Kolmogrov- Smirnov, nilai signifikasi harus diatas 0,05 atau 5% (Imam Ghozali, 2009). Pengujian terhadap normalitas residual dengan menggunakan uji Kolmogrov- Smirnov, mempunyai nilai kolmogrov-smirnov sebesar 2,679 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti H0 ditolak yang berarti data residual terdistribusi tidak normal. Hasil konsisten dengan uji sebelumnya. Uji normalitas secara residual pada industri manufaktur terdistribusi tidak normal, hal ini dikarenakan industri manufaktur yang listed di BEI tahun 2011-2012 mempunyai fluktuasi data yang tidak stabil artinya banyak data residual yang tidak terpenuhi. Oleh karena dilakukan teknik menormalkan distribusi data dalam bentuk transformasi bentuk natural (LN). Secara rinci hasil perhitungan uji normalitas residual dengan uji normal probability plot dan uji Komolgrov-Smirnov berdasarkan data transform-ln dari

75 lima variabel kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), Struktur Modal (DER), Profitabilitas (ROE), Nilai Perusahaan (PBV) ditunjukkan pada gambar dan table sebagai berikut: Gambar 5.2 Uji Normalitas Data Transformasi Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Normal P-Plot Dari grafik normal probility plots titik-titik menyebar berhimpit disekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal. Uji komolgrov-smirnov dapat dilakukan untuk menguji apakah residual terdistribusi secara normal. Hasil uji Komolgrov-Smirnov dapat dilihat pada Table 5.3 sebagai berikut:

76 Tabel 5.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N 164 Normal Mean 0,0000000 Parameters(a,b) Most Extreme Differences Std. Deviation 0,98765385 Absolute 0,071 Positive 0,031 Negative -0,071 Kolmogorov-Smirnov Z 0,905 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,386 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; One Sample Kolmogrov Smirnov Hasil sampel pada Tabel 5.2 tersebut menunjukkan bahwa nilai kolmogrovsmirnov sebesar 0,905 dan tingkat signifikan pada 0,386 (karena p = 0,386 lebih besar dari 0,05). Jadi tidak dapat menolak H0 yang mengatakan bahwa residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain residual berdistribusi normal. 5.2.2 Uji Multikolinearitas Untuk menditeksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen yang digunakan, dapat diketahui melalui variance inflation faktor (VIF). Hasil yang ditunjukkan dalam output SPSS maka besarnya VIF dari empat variabel independen yang digunakan kepemilikan istitusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) dapat dilihat pada Tabel 5.4 sebagai berikut;

77 1 Model (Constant) lnki lnder lnroe lnkm Tabel 5.4 Variance inflation faktor (VIF) Unstandardized Standardized Collinearity Statistics Coefficients Coefficients t Sig. B Std. Error Beta Tolerance VIF -2,937 0,805-0,039 0,069 0,045 0,846 0,201 0,055 0,055 0,044 0,324-0,057 0,100 0,086-3,471 4,001-0,724 1,271 1,021 0,001 0,000 0,470 0,206 0,309 0,856 0,906 0,901 0,783 1,168 1,103 1,099 1,277 a. Dependent variable : lnpbv Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Variance inflation faktor Hasil dari uji VIF pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa keempat variabel independen tidak terjadi multikolonieritas karena nilai VIF < 10 dan TOL > 0,1. Hal ini dapat dilihat besarnya nilai tolerance untuk variabel kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE).Nilai tolerance semua variabel diatas 0,1. Sedangkan nilai variance inflation factor (VIF) dari variabel kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) nilai variance inflation faktor (VIF) semua variabel dibawah 10. Dengan demikian keempat variabel independen (kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan PBV selama periode pengamatan. 5.2.3 Uji Heteroskedastisitas Untuk menentukan heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Glejser dan grafik scatterplot, titik-titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil uji heteroskedastisitas

78 dapat dilihat melalui grafik Scatterplot, yang ditunjukkan pada Gambar 5.3 dibawah ini. Gambar 5.3 Scaterplot Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Scaterplot Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol (0) pada sumbu Y, tidak berkumpul disatu tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dalam artian bahwa varian semua variabel ini menunjukkan variabel independen dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan manufaktur selama periode 2011-2012. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik maka tidak terjadi heteroskedastisitas.tidak terjadi heteroskedastisitas, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

79 Model 1 (Constant) lnki lnder lnroe lnkm Tabel 5.5 Uji Glejser Unstandardized Coefficients B Std. Error Beda 0,145 0,525 0,236 0,125-0,046 0,034-0,054 0,034-0,001 0,027 a. Dependent variable : absres Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Uji Glejser Standardized Coefficients t Sig 0,157-0,109-0,129-0,004 0,276 1,893-1,351-1,600-0,045 Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi keempat variabel independen lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. 0,783 0,060 0,179 0,112 0,964 Tabel 5.6 Uji Durbin Watson Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 5.2.4 Uji Autokorelasi Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian ini diuji dengan uji Durbin- Watson (DW-test). Hasil regresi dengan level of signifikan 0,05dengan sejumlah variabel independen 4 dan banyak data (n = 164). Adapun hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 5.6 sebagai berikut; Durbin- Watson 1 0,329 a 0,108 0,086 1,25562 2,160 a. Predictors : (Constant), lnkm, lnroe, lnder, lnki b. Dependent Variable : lnpbv Sumber ;Lampiran 3; Output SPSS versi 17; One Sample Kolmogrov Smirnov

80 Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson sebesar 2,160 ; sedangkan dalam tabeldurbin-watson (DW) untuk k = 4 dan N = 164 besar Durbin-Watson - tabel: dl (batas luar) = 1,6950 dan du (batas dalam) = 1,7948 ; 4 du = 2,2052 dan 4 dl = 2,305. Oleh karena nilai Durbin-Watson (DW) 2,160 lebih besar dari batas (du) 1,7948 dan Durbin-Watson (DW) kurang dari 2,2052, maka dapat disimpulkan bahwa Durbin-Watson (DW)-test tidak dapat menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. 5.3 Analisis Regresi Berganda Analisis pengaruh rasio keuangan kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabiltas (ROE) terhadap nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat dari hasil analisis regresi berganda. Pengujian koefisien regresi bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) baik secara bersama-sama (dengan uji F) maupun secara individual (dengan uji t) serta dengan uji koefisien determinasi. Dalam penelitian ini uji hipotesis yang digunakan meliputu; uji parsial (t-test), uji pengaruh simulta (F-test), uji koefisien determinasi (R²). Model regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah ditunjukkan sebagai berikut : PBV = b o + b 1 KI + b 2 KM + b 3 DER + b 4 ROE + e...(13)

81 5.3.1 Uji t (Uji pengaruh secara parsial) Berdasarkan hasil output SPSS nampak bahwa pengaruh secara parsial empat variabel independen tersebut kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) terhadap nilai perusahaan (PBV) seperti ditunjukkan pada Tabel 5.7 sebagai berikut: Tabel5.7 Uji t (Uji Pengaruh Secara Parsial) Model 1 (Constant) lnki lnder lnroe lnkm Unstandardized Coefficients B Std. Error Beta -2,937 0,846 0,805 0,201-0,039 0,055 0,069 0,055 0,045 0,044 a. Dependent Variable : lnpbv Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Uji t Standardized Coefficients t Sig 0,324-0,057 0,100 0,086-3,471 4,001-0,724 1,271 1,021 0,001 0,000 0,470 0,206 0,309 Dari hasil analisis regresi linier berganda dengan program SPSS seperti terlihat pada Tabel 5.7, persamaan regeresi linier yang terbentuk adalah: PBV = -2,937 + 0,805KI + 0,045 KM - 0,039DER + 0,069 ROE...(14) Dari persamaan regresi linier berganda diatas maka dapat dianalisis sebagai berikut: a. Konstanta sebesar -2,937 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka nilai perusahaan (PBV) sebesar -2,937 b. Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 4,001 dan nilai signifikan sebesar 0,000, maka hipotesis H1a diterima ini berarti terdapat pengaruh antara variabel kepemilikan institusional (KI) terhadap perubahan variabel nilai perusahaan (PBV). Perubahan variabel kepemilikan

82 institusional (KI) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,805. Koefisien bertanda positif, berarti bahwa setiap peningkatan rasio kepemilikan institusional (KI) sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan (PBV) sebesar 0,805% (dengan catatan variabel independen lainnya konstan). c. Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 1,021 dan nilai signifikan sebesar 0,309, maka hipotesis H1b tidak dapat diterima ini berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel kepemilikan manejerial (KM) terhadap perubahan variabel nilai perusahaan (PBV). d. Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -0,724 dan nilai signifikan sebesar 0,470, maka hipotesis H2tidak dapat diterima ini berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel struktur modal (DER) terhadap perubahan variabel nilai perusahaan (PBV). Perubahan variabel struktur modal (DER) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar (-0,039). Menunjukan bahwa nilai koefisien regresi sebesar (-0,039) dengan arah negatif dapat diartikan bahwa struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, atau dengan kata lain ketika struktur modal menunjukan kenaikan maka nilai perusahaan akan mengalami penurunan. e. Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 1,271 dan nilai signifikan sebesar 0,206, maka hipotesis H3 tidak dapat diterima ini berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel profitabilitas (ROE) terhadap perubahan variabel nilai perusahaan (PBV).

83 5.3.2 Uji F (Uji pengaruh secara simultan) Berdasarkan hasil output SPSS nampak bahwa pengaruh secara bersamasama empat variabel independen tersebut kepemilikan istitusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) terhadap nilai perusahaan (PBV) seperti ditunjukkan pada Tabel 5.8 sebagai berikut: Tabel 5.8 Uji Simultan Model Sum of Df Mean F Sig Squares Square 1 Regression 30,384 4 7,596 4,818 0,001 a Residual Total 250,677 281,060 159 163 1,577 a. Predictors : (Constant), lnkm, lnroe, lnder, lnki b. Dependent Variable : lnpbv Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; One Sample Kolmogrov Smirnov Dari hasil pengujian uji-f pada tabel 5.8 diatas adalah variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen apabila nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel, atau nilai signifikansinya kurang dari 0,05. Dari hasil analisis diatas terlihat bahwa nilai F-hitung adalah sebesar 4,818 atau lebih besar dari nilai F-tabel (3,05) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 atau lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa secara simultan, kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan (PBV)

84 5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R²) Uji koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Berdasarkan hasil output SPSS besarnya nilai adjusted R² dapat dilihat pada Tabel 5.9 sebagai berikut: Tabel 5.9 Uji Koefisien Determinasi (R²) Model R R Square Adjusted Std. Error Of Durbin- R Square the Estimate Watson 1 0,329 a 0,108 0,086 1,2562 2,160 a. Predictors: (Constant), lnkm, lnroe, lnki b. Dependent Variable : lnpbv Sumber ; Lampiran 3; Output SPSS versi 17; Uji Koefisien Determinasi Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 5.9 Model Summary diatas dari hasil uji analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh angka Adjusted R Square yaitu 0,086 atau sama dengan 8,6% yang artinya pengaruh variabel independen yaitu kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE) terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan (PBV) hanya sebesar 0,086 atau sama dengan 8,6%. Sedangkan sisa nilainya sebesar 0,914 atau sama dengan 91,4% dijelaskan oleh variabel lainyang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. Besarnya Standar Error of theestimate (SEE) sebesar 1,2562 atau 125,62% (untuk variabel dependen). Jika angka tersebut dibandingkan dengan angka Standar Deviasi (STD) sebesar 4,19162 atau 419,162%, maka angka (SEE) ini lebih kecil yang berarti angka (SEE) ini baik untuk dijadikan angka prediktor dalam menentukan variabel dependen. Angka yang baik untuk dijadikan sebagai prediktor variabel dependen harus lebih kecil dari angka standar deviasi (SEE < STD)

85 BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN 6.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Nilai Perusahaan Struktur kepemilikan saham dalam penelitian ini diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi dan manajemen. Hasil perhitungan rata-rata nilai kepemilikan institusional adalah sebesar 69,0718. Nilai maximum kepemilikan institusional sebesar 99,96. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. Adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai minimum kepemilikan institusional sebesar 1,25. Semakin rendah kepemilikan institusional maka semakin rendah kontrol eksternal terhadap perusahaan. Rendahnya kepemilikan institusional akan menurunkan pengawasan terhadap manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu mengoptimalkan nilai perusahaan. Karena tujuan manajer mungkin bertentangan dengan memaksimalisasi kekayaan pemegang saham. Khususnya manajer mungkin lebih tertarik untuk memaksimalkan kekayaan mereka sendiri dari pada kekayaan pemegang sahamnya (Ismiyanti dan Mamduh, 2004). Sedangkan standard deviation kepemilikan institusional pada penelitian ini adalah sebesar 19,7863 hasil tersebut menunjukan bahwa nilai standar devisiasinya lebih rendah daripada 85

86 rata-rata kepemilikan institusional yang menunjukkan bahwa data variabel kepemilikan institusional mengidentifikasikan hasil yang baik. Kepemilikan institusional merupakan proprosi pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik institusional. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan (Faizal, 2004). Hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 4,001 dan nilai signifikan sebesar 0,000 maka hipotesis diterima. Ini berarti terdapat pengaruh antara variabel kepemilikan institusional terhadap perubahan variabel nilai perusahaan. Perubahan variabel kepemilikan institusional mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,805. Koefisien bertanda positif, berarti bahwa setiap peningkatan rasio kepemilikan institusional sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan sebesar 0,805%. Melalui kepemilikan manajerial, pemilik atau pemegang saham mengharapkan agar manajer bekerja dengan hati-hati dalam mengelola perusahaan untuk mencapai nilai perusahaan yang tinggi. Bagi pemilik atau pemegang saham dengan kepemilikan manajerial maka manajer dapat dikontrol agar mereka tidak mengambil kebijkan dengan risiko yang tinggi yang dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Dari hasil pengolahan data menyatakan bahwa kepemilikan manajerial yang diteliti memiliki rata-rata sebesar 4,9030 dengan nilai minimum 0,01 dan nilai maksimum 70,00. Sedangkan standard deviation kepemilikan manajerial pada penelitian ini adalah sebesar

87 9,81664 hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai standar devisiasinya lebih besar daripada rata-rata kepemilikan manajerial yang menunjukkan bahwa data variabel kepemilikan manajerial mengindikasikan hasil yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan standard deviation yang mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut cukup tinggi karena lebih besar daripada nilai rata-ratanya. Rata-rata nilai kepemilikan manajerial tersebut menunjukkan besarnya % saham yang dimiliki oleh para manajer perusahaan. Rendahnya kepemilikan manejerial dalam perusahaan, sehingga pihak manajerial kurang proaktif bekerja dalam mewujudkan kepentingan pemegang saham dan akhirnya akan menurunkan kepercayaan, kemudian nilai perusahaan menurun. Hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 1,021 dan nilai signifikan sebesar 0,309 maka hipotesis tidak dapat diterima. Ini berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel kepemilikan manajerial terhadap perubahan variabel nilai perusahaan. 6.2 Pengaruh Struktur Modal pada Nilai Perusahaan Struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio (DER) adalah perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas perusahaan. Debt to equity ratio mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk dijadikan jaminan semua hutang oleh Brigham et al. (2001) perusahaan dengan debt to equity yang rendah akan memiliki risiko kerugian yang kecil ketika keadaan ekonomi mengalami kemerosotan, namun ketika kondisi ekonomi membaik, kesempatan dalam memperoleh laba juga rendah. Dari hasil pengolahan data menyatakan bahwa struktur modal yang diteliti memiliki rata-rata

88 sebesar 24,1002 dengan nilai minimum 0,09 dan nilai maksimum 98,60. Sedangkan standard deviation struktur modal pada penelitian ini adalah sebesar 27,17497 hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai standar devisiasinya lebih besar daripada rata-rata struktur modal yang menunjukkan bahwa data variabel struktur modal mengindikasikan hasil yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan standard deviation yang mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut cukup tinggi karena lebih besar daripada nilai rata-ratanya. Hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -0,724 dan nilai signifikan sebesar 0,470 maka hipotesis H2 tidak dapat diterima ini berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel struktur modal pada perubahan variabel nilai perusahaan. Perubahan variabel struktur modal mempunyai nilai koefisien regresi sebesar (-0,039). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai koefisien regresi berdasarkan analisis regresi linier adalah (-0,039) dengan arah negatif sehingga dapat diartikan bahwa struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, atau dengan kata lain ketika struktur modal menunjukan kenaikan maka nilai perusahaan akan mengalami penurunan. Secara teori, struktur modal dapat dipahami sebagai penafsir dari resiko yang melekat pada perusahaan. Artinya, stuktur modal yang besar menunjukan resiko investasi yang semakin besar pula. Berdasarkan pembahasan yang dijelaskan diatas hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Rosalina (2010) yang menyatakan bahwa struktur modal keuangan perusahaan akan mempengaruhi laba per lembar saham, tingkat resiko dan harga saham dan juga mendukung penelitian yang dilakukan Nurchanifia (2012) bahwa struktur

89 modal yang besar menandakan tingginya resiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan hutang-hutangnya sehingga investor memandangnya sebagai resiko yang akhirnya menyebabkan turunnya harga saham. Kemampuan penjelasan varian variabel struktur modal adalah sebesar 0,01% menunjukan tingkat penjelasan model yang relative kecil, dalam artian masih ada faktor-faktor lain diluar model yang mampu menjelaskan perubahan variabel perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Safrida (2008) hal ini bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan daripada ekuitas sehingga berpengaruh pada menurunnya nilai perusahaan. 6.3 Pengaruh Profitabilitas pada Nilai Perusahaan Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunkan Return on equity (ROE) sebagai salah satu rasio profitabilitas merupakan indikator yang sangat penting bagi para investor. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan, sehingga untuk meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan harus meningkatkan kinerjanya. Profitabilitas yang rendah menunjukan prospek perusahaan yang kurang baik sehingga investor tidak merespon hal tersebut dan nilai perusahaan akan menurun. Investor menanamkan saham pada sebuah perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik.

90 Profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan yang meningkat. Akan tetapi selain itu profitabilitas juga bisa menurunkan nilai perusahaan, hal ini dapat terjadi karena di dalam meningkatkan profitabilitas, perusahaan akan meningkatkan kegiatan operasionalnya sehingga biaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini juga akan meningkat. Peningkatan biaya ini akan mengakibatkan perusahaan harus menutup biaya tersebut lebih banyak, Selain itu profitabilitas lebih bersifat likuid bagi perusahaan namun tidak solvabel sehingga profitabilitas tidak akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini pada akhirnya juga akan berperngaruh negatif pada nilai perusahaan. Hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 1,271 dan nilai signifikan sebesar 0,206 maka hipotesis tidak dapat diterima. Ini berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel profitabilitas pada perubahan variabel nilai perusahaan.

91 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, landasan teori, hipotesis, dan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Kepemilikan saham institusional berpengaruh positif pada nilai perusahaan. Hal ini berarti menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. Adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu mengoptimalkan nilai perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ismiyanti dan Mamduh (2003) serta Slovin dan Sushka (1993) yang menunjukkan bahwa kepemilikan saham institusional berpengaruh positif pada nilai perusahaan. b. Kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif pada nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siallangan dan Machfoedz (2006) yang menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif pada nilai perusahaan. Rendahnya kepemilikan manejerial dalam perusahaan, sehingga pihak manajerial kurang proaktif bekerja dalam 91

92 mewujudkan kepentingan pemegang saham dan akhirnya akan menurunkan kepercayaan, kemudian nilai perusahaan menurun. c. Struktur modal berpengaruh negatif pada nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Safrida (2008) yang menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif pada nilai perusahaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa bila perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan daripada ekuitas sehingga berpengaruh pada menurunnya nilai perusahaan. d. Profitabilitas berpengaruh negatif pada nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Soliha dan Taswan (2002) serta Sujono dan Soebiantoro (2007) yang menemukan bukti profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan meningkat. Akan tetapi profitabilitas bisa menurunkan nilai perusahaan, hal ini terjadi karena di dalam meningkatkan profitabilitas, perusahaan akan meningkatkan kegiatan operasionalnya sehingga biaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini juga akan meningkat. Peningkatan biaya ini akan mengakibatkan perusahaan harus menutup biaya tersebut lebih banyak, selain itu profitabilitas lebih bersifat likuid bagi perusahaan namun tidak solvabel sehingga profitabilitas tidak akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.

93 7.2 Saran Beberapa keterbatasan mempengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi bahan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Nilai koefisien Determinasi (adjusted R²) sebesar 0,086 atau 8,6% hal ini berarti 8,6% variasi nilai perusahaan (PBV) yang bisa dijelaskan oleh variasi dari kempat variabel independen yaitu kepemilikan institusional (KI), kepemilikan managerial (KM), struktur modal (DER), profitabilitas (ROE). Sedangkan sisanya sebesar 91,4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang perlu diidentifikasikan untuk menjelaskan nilai perusahaan. Variabel lain yang secara teoritis mungkin dapat mempengaruhi nilai perusahaan yaitu kebijakan deviden, likuiditas, ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan variabel lain tersebut dan variabel tersebut dapat diuji dengan teknik analisis yang berbeda. b. Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian dengan objek yang berbeda misalnya perusahaan sektor keuangan maupun sektor pertambangan untuk memperoleh konsistensi hasil penelitian. c. Penelitian ini hanya menggunakan nilai perusahaan untuk menilai kinerja perusahaan. Untuk selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menilai rasio keuangan lainya yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan seperti ROA, ROI, EPS, kebijakan deviden, dan yang lainnya.

94 DAFTAR PUSTAKA Atmaja, L.S. 2003. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Penerbit Andi. Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. (The Intelegent Guide to Indonesia Capital Market). Mediasoft Indonesia. Jakarta. Barnae, Amir dan Rubin, Amir. 2005. Corporate Social Responsibility as a Conflict between Shareholders. Diambil dari situs http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3& cad=rja&ved=0cdsqfjac&url=http%3a%2f%2fwww.austincc.edu%2f njacobs%2f1370_ethics%2fcsr_conflict.pdf&ei=7trlusdmiauib- HOgOAL&usg=AFQjCNHau49sfhkK4AKk5ELtzMiEu3w0jQ&sig2=oYU skk87zyiuj0xnohpqug. (diskses tanggal 29 Juni 2013). Belkaoui, Ahmed R. 2007. Accounting Theory. Buku 2. Jakarta : Salemba Empat. Bernard, S Black. 2003. Does Corporate Governance Affects Firm Value? Evidence From Korea. Diambil dari situs http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&c ad=rja&ved=0cdiqfjab&url=http%3a%2f%2fwww.aicg.org%2fdata% 2Fhasung3.pdf&ei=TcblUqWmBIiViQfO9oHYDw&usg=AFQjCNEe7ZQb zqxbqqko5i8lseusfgh-ca&sig2=vfc cwrw_3o0eauarodakq&bvm=bv.59930103,d.agc. (diskses tanggal 29 Juni 2013). Bon, Kim Jeong, Krinsky, Itzhak, dan Lee, Jason. 1993. Motives for Going Public and Underpricing: New Findings from Korea. Journal of Business Financial and Accounting. January. p. 195-211. Brigham, Eugene F., dan Houston, F. Joel. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga. Carlson, S. J. dan Bathala, C.T. 1997. Ownership Differences and Firm s Income Smoothings Behaviour. Journal of Business Finance & Accounting, 24 (2), 179-196. Chen, R. Carl, dan Steiner, T.L. 1999. Managerial Ownership and Agency Conflict : A Nonlinear Simultaneous Equation Analysis of Managerial Ownership, Risk Taking, Debt Policy and Dividend Policy, Financial Review, Vol. 34, pp. 119-137 Christiawan, Yulius Jogi, dan Tarigan, Josua. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 9. No.1 Mei 2007

95 Copeland, E. Thomas, dan Weston, Fred. 1997. Manajemen Keuangan. Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara. Diyah, Pujiati, dan Widanar, Erman. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, Vol. 12. No.1, h. 71-86 Ekayana. 2007. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2005), ASET Vol.9 No. 2 Agustus Faizal. 2004. Analisis Agency cost. Struktur Kepemilikan dan mekanisme corporate governance Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VII. Ikatan Akuntansi Indonesia. Fama, E.F. 1978. The Effect of a Firm s Investment and Financing Decision on the Welfare of its Security Holders. American Economic Review 68: June 272-284. Fuerst, Oren dan Kang-Sok, Hyon. 2000, Corporate Governance Expected Operating Performance, and Pricing, Working Papers; Yale School of Management, pp. 1-138 Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar. 1978. Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa:Sumarno Zain. Jakarta: Erlangga Hartono. 2005. Hubungan Teori Signalling dengan Underpricing Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Manajemen : pp 35-48. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51053550.pdf (8 Maret 2012). Horne, James C.V., dan Wachowicz, John M. 2005. Fundamental of Financial Management. Buku satu edisi ke dua belas.jakarta : Salemba Empat. Husnan, Suad, dan Pudjiastuti, Enny. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta:UPP STIM YKPN. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

96 Ismiyanti, Fitri dan Mamduh, M. Hanafi. 2004. Struktur Kepemilikan, Risiko, dan Kebijakan Keuangan: Analisis Persamaan Simultan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 19, No 2, 176-196. Iturriaga, F. J.L. dan Sanz, J. A. R. 1998. Ownership Structure, Corporate Value and Firm Investment: a Spanish Firms Simulataneous Equations Analysis. Working Paper Universidad de Valladolid, Approach, Bell Journal of Economics, Vol. 8 No. 1, p. 319-328. Jama an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi Kasus Perusahaan publik yang Listing di BEJ). Semarang: Universitas Diponegoro Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360. Avalaible from: audit Delay, Vol.10, No.3, h.109-121. Josoprijonggo, Maya D. 2005. Pengaruh Batasan Waktu Audit Terhadap KualitasAudit dan Kepuasan Kerja Auditor. Disertasi. Salatiga : Fakultas Ekonomi Satya Wacana. Karnadi, Steve H. 1993. Manajemen Pembelanjaan, Yayasan Promotio Humana, Jakarta. Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. Penerbit : PT. Rajagrafindo Persada Kusumastuti, Sari, Supatmi, dan Perdana, Sastra. 2005. Pengaruh Board Diversity terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance. Jurnal dan Keuangan. Vol 9. No.2 Nopember.2007. hal 88-98. Kusumajaya, D.K.O. 2011. Pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia. Universitas Udayana, Denpasar: Tesis yang tidak dipublikasikan. Keown, Arthur J. 2000. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 2 (Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat. Lee, C. Rosentein, SN, Rangan, dan Davidson III, W.N. 1992. Board Composition and Shareholder Wealth: The Case of Management Buyout. Financial Management, 21:58-72

97 Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan Hutang dalam Mengentrol Konflik Keagenan, Jurnal ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 20, No. 1, Januari, Hlm 57-69 Modigliani, F dan Miller, M. 1963. Corporate Income Taxses and The Cost of Capital: A Correction, American Economic Review, 53, June, pg. 433-443 Morck, R., A. Shleifer, dan Vishny, R.W. 1988. Management Ownership and Market Valuation: An Empirical Analysis. Journal of Financial Economics, Vol.20, hal.293-315. Mulyadi. 2007. Activity Based Cost System. Ed. 6. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mulyono, Sri. 1998. Statistika Untuk Ekonomi. Jakarta Fakultas: Ekonomi Universitas Indonesia. Na im, Ainun. 1999. Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan: Analisis Empirik Regulasi Informasi di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia. Vol. 14, No. 2 : 85 100. Nurchanifia, Siti. 2012. Analisis Pengaruh Finacial Leverage Terhadap Nilai Perusahaan pada Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan bisnis. Sekolah Ilmu Ekonomi Perbanas. Surabaya. Permanasari, Wein I. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Universitas Diponegoro 22, 21-28 Petronila T.A dan Mukhlasin. 2003. Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan dengan Opini Audit Sebagai Moderating Variabel, Jurnal Ekonomi dan Bisnis PP. 17-26 pp. 1-32. Rachmawati, Andri dan Triatmoko, Hanung. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar. Ross, S. 1977. The Determination of Financial Structure: the Icentive Signalling Approach, Bell Jounal Of Economics, 8, 23-40 Riswari, Dyah Ardana. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai Variabel Moderating. Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

98 Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE Rosalina Cristy. 2010. Pengaruh Struktur Modal Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan pada PT. Telkom Indonesia Tbk. Tesis tidak dipublikasikan Universitas Komputer Indonesia. Bandung. Safrida, Eli. 2008. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Tesis Publikasi. Universitas Sumatra Utara. Medan Santika, R dan Kusuma, Putra. 2002. pengaruh profitabilitas sebagai indikator kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No.1, hal. 60-71 Salvatore, Dominick. 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global. Salemba Empat: Jakarta. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE UGM, Yogyakarta. Satmoko, Agung dan Sudarman. 2011. Impact of Personal Taxes on Corporate Dividend Policy and Capital Structure Decisions, Finance Management. Financial Management Association. 19 (2), pp. 21-31 Shiller, R. J. dan Pound, J. 1989. Survey evidence on the di_usion of interest and information among investors. Journal of Economic Behavior and Organization 12 (1), 47-66. Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, M. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang. Sitepu, Citra Noveli. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga saham pada Perusahaan Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI, Jurnal Akuntansi, Universtias Sumatera Utara fakultas Ekonomi Medan. Slamet, Achmad. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Jurusan Ekonomi UNNES Slovin, Myron B. dan Sushka, Merie E. 1993. Ownership Concentration, Corporate Control Activity, and Firm Value: Evidence from The Death of Inside Block holder, Journal of Finance; Vol. XLVII, No. 4 Smith, Michael P. 1996. Shareholder activision by institusional investor, evidence fro, calpers, Journal of Finance, Vol. XLI, No. 1.

99 Sofyaningsih, Sri dan Hardiningsih, Pancawati. 2010. Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan. Universitas Stikubank. Soliha, Evis dan Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor yang Memengaruhinya. Dalam Jurnal Bisnis dan Ekonomi, STIE Stikubank Semarang. (online), (www.google.com). Subramanyam, K.R. 1996. "The Pricing of Discretionary Accruals". Journal of Accounting and Economics, pp. 249-281. Retrieved: March 2 nd, 2007, from ProQuest database. Sudana, I Putu. 2008. Organizational Culture and Strategic Cost Reduction. Dalam Jurnal Akuntansi Bisnis (AUDI), h: 216-224. Sudarman, Subchan. 2011. Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Deviden dan Kinerja Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal ekonomi-manajemen-akuntansi. Vol 18, No. 30 Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-13. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-14. Bandung : Alfabeta. Sujono dan Soebiantoro, Ugy. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi empirik pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Dalam Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 9(1): h:43-47. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi III). Yogyakarta: BPFE. Suyana Utama, Made. 2005. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan Pengawasan Dan Pengambilan Keputusan). Edisi Baru, cetakan kesembilan PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mardiyati, Umi, Ahmad, Gatot Nazir, dan Putri, Ria. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEi) Periode 2005-2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) vol. 3, No. 1, 2012 Utami, Intiyas. 2004. Studi Praktik Rekayasa Akuntansi Yang Terungkap Melalui Media Massa. Dian Ekonomi. UKSW. Salatiga.

100 Wahyudi, Untung dan Pawestri, H.P. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang. Wening, Kartikawati. 2009. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. http://hana.wordpres/2009/05/17/pengaruhkepemilikan-institusionalterhadap-kinerja-keuangan-perusahaan/, diakses tanggal 30 Juni 2013 Wirawan, Nata. 2001. Cara Mudah Memahami Statistika 1 (Statistik Deskriptif), untuk Ekonomi dan Bisnis. Ed. II. Denpasar: Keraras Emas. Wolk, Harry, Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2000. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College Publishing www.bapepam.go.id www.idx.co.id http://bataviase.co.id/node/520049 diunduh tanggal 03 Juni 2013. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perkembangan_pasar_modal/bab%2 01.%20PASAR%20MODAL%20INDONESIA.pdf http://papers.ssrn.com diunduh pada tanggal 1 Juni 2013. http://www.ibpa.co.id/news/arsipberita/tabid/126/entryid/701/danareksa Mandiri-Kuasai-Pasar-Underwriting.aspx, diunduh pada tanggal 12 Juli 2013. http://www.idx.co.id/home/information/forcompany/howtobealistedcompany /tabid/177/language/id-id/default.aspx, diunduh pada tanggal 3 Juni 2013. http://www.idx.co.id/home/listedcompanies/companyprofile/tabid/89/language/ id-id/default.aspx, diunduh pada tanggal 4 Juni 2013.

101 Lampiran 1 Sampel Penelitian Perusahaan Manufaktur Tahun 2011-2012 No Emiten 1 AMFG (Asahimas Flat Glass Tbk) 2 ARNA (Arwana Citra Mulia Tbk) 3 KIAS (Keramika Indonesia Assosiasi Tbk) 4 MLIA (Mulia Industrindo Tbk) 5 ALKA (Alaska Industrindo Tbk) 6 ALMI (Alumindo Light Metal Industry Tbk) 7 BTON (Beton Jaya Manunggal Tbk) 8 CTBN (Citra Turbindo Tbk) 9 GDST (Gunawan Dianjaya Steel Tbk) 10 INAI (Indal Aluminium Industry Tbk) 11 JPRS (Jaya Pari Steel Tbk) 12 KRAS (Krakatau Steel Tbk) 13 LION (Lion Metal Works Tbk) 14 LMSH (Lionmesh Prima Tbk) 15 PICO (Pelangi Indah Canindo Tbk) 16 TBMS (Tembaga Mulia Semanan Tbk) 17 BUDI (Budi Acid Jaya Tbk) 18 DPNS (Duta Pertiwi Nusantara) 19 ETWA (Eterindo Wahanatama Tbk) 20 INCI (Intan Wijaya International Tbk) 21 SRSN (Indo Acitama Tbk) 22 UNIC (Unggul Indah Cahaya Tbk) 23 AKPI (Argha Karya Prima Industry Tbk) 24 APLI (Asiaplast Industries Tbk) 25 BRNA (Berlina Tbk) 26 IGAR (Champion Pasific Indonesia Tbk) 27 SIAP (Sekawan Intipratama Tbk) 28 TRST (Trias Sentosa Tbk) 29 YPAS (Yana Prima Hasta Persada Tbk) 31 SIPD (Siearad Produce Tbk) 32 TIRT (Tirta Mahakam Resources Tbk) 33 ALDO (Alkindo Naratama Tbk) 34 FASW (Fajar Surya Wisesa Tbk) 35 KBRI (Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk) 36 SPMA (Suparma Tbk)

102 No Emiten 37 TKIM (Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk) 38 ASII (Astra International Tbk) 39 AUTO (Astra Auto Part Tbk) 40 BRAM (Indo Kordsa Tbk) 41 GJTL (Gajah Tunggal Tbk) 42 INDS (Indospring Tbk) 43 MASA (Multistrada Arah Sarana Tbk) 44 NIPS (Nipress Tbk) 45 PRAS (Prima alloy steel Universal Tbk) 46 SMSM (Selamat Sempurna Tbk) 47 ADMG (Polychem Indonesia Tbk) 48 ESTI (Ever Shine Textile Industry Tbk) 49 HDTX (Pan Asia Indosyntec Tbk) 50 PBRX (Pan Brothers Tbk) 51 UNIT (Nusantara Inti Corpora Tbk) 52 IKBI (Sumi Indo Kabel Tbk) 53 JECC (Jembo Cable Company Tbk) 54 KBLM (Kabelindo Murni Tbk) 55 SCCO (Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk) 56 VOKS (Voksel Electric Tbk) 57 PTSN (Sat Nusa Persada Tbk) 58 ADES (Akasha Wira International Tbk) 59 AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk) 60 CEKA (Cahaya Kalbar Tbk) 61 DLTA (Delta Djakarta Tbk) 62 ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur Tbk) 63 INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk) 64 PSDN (Prashida Aneka Niaga Tbk) 65 ROTI (Nippon Indosari Corporindo Tbk) 66 SKLT (Sekar Laut Tbk) 67 STTP (Siantar Top Tbk) 68 ULTJ (Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk) 69 GGRM (Gudang Garam Tbk) 70 HMSP (Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk) 71 KAEF (Kimia Farma Tbk) 72 KLBF (Kalbe Farma Tbk) 73 MERK (Merck Tbk) 74 PYFA (Pyridam Farma Tbk) 75 SQBB (Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk) 76 TSPC (Tempo Scan Pasific Tbk)

103 No Emiten 77 MBTO (Martina Berto Tbk) 78 MRAT (Mustika Ratu Tbk) 79 TCID (Mandom Indonesia Tbk) 80 KDSI (Kedawung Setia Industrial Tbk) 81 KICI (Kedaung Indag Can Tbk) LMPI (Langgeng Makmur Industry Tbk) Sumber : Indonesian Capital Market Directory Tahun 2011-2012

0 Lampiran 2 Tingkat Sampel Perusahaan Manufaktur Berdasarkan Kepemilikan Saham, DER, ROE dan PBV di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012 No 1 2 3 Kep. Emiten Institusional Kep. Manajerial DER ROE PBV 2011 2012 2011 2012 2011 2012 2011 2012 2011 2012 AMFG (Asahimas Flat Glass Tbk) 95.17 84.70 0.05 0.05 25.40 26.80 15.70 11.10 1.34 1.47 ARNA (Arwana Citra Mulia Tbk) 69.27 64.10 0.06 0.06 72.00 55.00 20.00 26.00 1.39 4.98 KIAS (Keramika Indonesia Assosiasi Tbk) 93.51 98.24 0.03 0.03 0.92 0.09 1.00 4.00 0.59 1.48 4 MLIA (Mulia Industrindo Tbk) 67.25 67.25 0.06 0.06 4.30 6.01 29.00 26.00 0.72 0.28 5 ALKA (Alaska Industrindo Tbk) 83.96 83.68 0.04 0.07 93.29 69.73 20.53 9.34 1.15 1.02 6 ALMI (Alumindo Light Metal Industry Tbk) 81.04 81.04 1.60 1.60 2.17 2.20 9.30 2.40 0.42 0.48 7 BTON (Beton Jaya Manunggal Tbk) 81.54 81.54 9.58 9.58 22.73 28.85 20.74 11.65 0.84 0.66 8 CTBN (Citra Turbindo Tbk)

1 9 10 80.92 86.35 0.03 0.03 0.70 0.88 35.00 24.00 23.60 24.68 GDST (Gunawan Dianjaya Steel Tbk) 97.96 97.96 0.01 0.01 31.14 46.79 13.37 5.87 1.12 1.42 INAI (Indal Aluminium Industry Tbk) 65.86 65.86 0.02 0.02 4.13 3.74 24.85 17.92 0.80 0.55 11 JPRS (Jaya Pari Steel Tbk) 68.40 68.40 15.54 15.54 29.61 14.70 11.16 2.79 1.08 0.71 12 KRAS (Krakatau Steel Tbk) 80.00 80.00 0.02 0.02 1.07 1.32 0.83 6.31 11.51 9.21 13 LION (Lion Metal Works Tbk) 57.70 57.70 0.23 0.23 0.21 0.17 17.39 22.96 0.90 1.45 14 LMSH (Lionmesh Prima Tbk) 32.22 32.22 25.61 25.12 16.11 2.40 0.19 0.42 1.26 1.25 15 PICO (Pelangi Indah Canindo Tbk) 94.01 93.13 0.08 0.08 1.99 1.99 6.56 5.62 2.78 0.88 16 TBMS (Tembaga Mulia Semanan Tbk) 86.23 85.33 0.05 0.05 8.10 9.04 0.13 0.15 3.21 3.73 17 BUDI (Budi Acid Jaya Tbk) 51.04 51.04 1.56 1.56 14.62 1.69 7.30 4.27 1.12 1.18 18 DPNS (Duta Pertiwi Nusantara) 68.09 66.48 6.89 5.74 33.96 19.77 3.22 14.51 1.99 1.06 19 ETWA (Eterindo Wahanatama Tbk) 55.63 55.63 0.08 0.27 0.44 0.81 8.61 8.79 1.11 0.69 20 INCI (Intan Wijaya International Tbk) 3.04 1.25 8.38 8.38 12.00 14.00 0.01 4.00 0.04 0.03 21 SRSN (Indo Acitama Tbk) 96.05 82.26 0.05 0.05 43.19 49.37 9.51 1.17 0.01 5.48 22 UNIC (Unggul Indah Cahaya

2 23 Tbk) 96.98 99.96 0.04 0.04 96.34 77.67 4.19 AKPI (Argha Karya Prima Industry Tbk) 76.37 65.13 0.53 0.53 1.06 1.03 7.43 3.69 1.33 8.51 24 APLI (Asiaplast Industries Tbk) 80.86 79.99 0.03 0.05 0.35 0.30 2.02 2.14 0.02 0.04 25 BRNA (Berlina Tbk) 72.09 51.42 10.53 15.90 1.53 1.55 0.16 0.16 0.78 1.78 26 IGAR (Champion Pasific Indonesia Tbk) 85.24 84.82 0.08 0.08 0.29 0.43 16.00 16.79 3.06 2.42 27 SIAP (Sekawan Intipratama Tbk) 72.83 72.83 17.50 17.50 43.00 55.00 3.18 0.03 0.54 0.30 28 TRST (Trias Sentosa Tbk) 60.36 60.36 1.91 1.91 60.30 61.70 11.20 4.50 0.94 0.68 YPAS (Yana Prima Hasta 29 Persada Tbk) 89.47 89.47 0.35 0.35 12.20 5.09 0.11 0.10 9.56 9.85 30 MAIN (Malindo Feedmill Tbk) 59.10 59.30 0.18 0.18 21.35 16.32 48.20 44.17 1.33 1.44 31 SIPD (Siearad Produce Tbk) 41.23 41.44 0.10 0.18 10.80 15.80 1.85 1.18 0.37 0.40 TIRT (Tirta Mahakam 32 Resources Tbk) 79.10 79.10 0.14 0.14 4.02 5.45 40.25 54.55 0.47 0.67 33 ALDO (Alkindo Naratama Tbk) 58.41 58.41 14.32 14.32 50.00 49.00 7.00 10.00 0.68 0.75 34 FASW (Fajar Surya Wisesa Tbk) 75.70 75.70 5.80 5.80 1.40 1.20 0.24 0.17 4.40 3.50 35 KBRI (Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk) 56.11 50.38 10.20 8.06 10.32 4.12 2.88 5.14 0.61 0.62 36 SPMA (Suparma Tbk)

3 37 78.30 78.30 7.00 7.00 1.07 5.10 0.41 0.44 4.98 5.36 TKIM (Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk) 60.00 60.00 0.02 0.02 24.49 24.64 9.50 4.50 0.51 0.36 38 ASII (Astra International Tbk) 50.11 50.11 0.04 0.04 10.00 10.00 28.00 25.00 3.95 3.43 39 AUTO (Astra Auto Part Tbk) 95.65 95.65 0.02 0.02 0.50 0.60 23.00 21.00 2.78 2.72 40 BRAM (Indo Kordsa Tbk) 89.74 89.74 3.85 3.85 39.25 39.94 0.02 0.13 6.27 7.96 41 GJTL (Gajah Tunggal Tbk) 59.81 59.81 0.09 0.09 72.32 55.97 0.30 0.54 1.77 2.21 42 INDS (Indospring Tbk) 88.10 88.10 0.41 0.41 80.30 46.50 19.00 11.08 1.74 1.16 MASA (Multistrada Arah 43 Sarana Tbk) 47.70 47.70 3.46 3.46 56.00 68.00 3.00 0.10 1.45 1.11 44 NIPS (Nipress Tbk) 37.11 37.11 24.42 24.42 16.95 14.45 10.74 10.03 4.70 3.51 45 PRAS (Prima alloy steel Universal Tbk) 45.24 45.24 5.91 5.91 2.00 1.00 11.20 3.00 5.28 9.65 46 SMSM (Selamat Sempurna Tbk) 58.13 58.13 6.01 6.01 70.00 76.00 32.00 36.00 2.39 4.43 47 ADMG (Polychem Indonesia Tbk) 78.00 78.00 8.00 5.00 1.00 2.00 11.20 3.00 0.91 1.37 48 ESTI (Ever Shine Textile Industry Tbk) 59.10 59.10 6.98 6.98 10.12 12.01 1.40 4.80 4.86 8.82 49 HDTX (Pan Asia Indosyntec Tbk) 88.63 88.63 3.66 3.66 0.79 1.14 3.06 0.49 0.33 0.34

4 50 PBRX (Pan Brothers Tbk) 53.00 53.00 0.42 0.42 12.13 14.02 3.32 3.35 1.95 1.75 UNIT (Nusantara Inti Corpora 51 Tbk) 54.79 54.79 1.08 1.08 0.58 0.27 0.15 0.93 0.09 0.11 52 IKBI (Sumi Indo Kabel Tbk) 93.06 93.06 0.11 0.11 0.23 0.30 0.04 0.08 3.01 2.97 JECC (Jembo Cable Company 53 Tbk) 90.15 90.15 0.18 0.18 30.06 28.23 23.30 22.30 6.69 17.61 54 KBLM (Kabelindo Murni Tbk) 68.48 68.48 21.58 21.58 16.31 17.30 7.80 6.00 9.58 0.47 55 SCCO (Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk) 67.26 67.26 0.19 0.19 18.18 12.83 21.28 26.09 1.25 1.28 56 VOKS (Voksel Electric Tbk) 48.65 48.65 0.21 0.21 21.67 18.16 22.30 24.40 1.37 1.76 57 PTSN (Sat Nusa Persada Tbk) 22.07 22.07 70.00 70.00 62.00 72.00 0.98 1.83 0.86 1.26 58 ADES (Akasha Wira International Tbk) 91.94 91.94 0.80 0.80 1.51 0.86 21.00 40.00 4.70 5.41 59 AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk) 48.48 48.48 5.00 5.00 0.49 0.90 8.18 12.47 1.15 1.77 60 CEKA (Cahaya Kalbar Tbk) 87.02 87.02 4.99 4.99 10.30 12.20 24.00 13.00 0.18 0.14 61 DLTA (Delta Djakarta Tbk) 58.33 58.33 3.34 3.34 22.22 25.08 20.84 27.92 3.12 6.83 62 ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur Tbk) 80.53 80.53 0.04 0.04 0.62 0.58 14.50 12.80 4.84 3.54 63 INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk) 50.07 50.07 0.02 0.02 0.70 0.74 9.70 8.50 1.28 1.50

5 64 65 PSDN (Prashida Aneka Niaga Tbk) 72.09 72.09 20.57 20.57 94.00 67.00 12.00 6.00 2.16 0.72 ROTI (Nippon Indosari Corporindo Tbk) 71.50 71.50 4.20 4.20 0.40 0.80 0.21 0.22 6.16 10.48 66 SKLT (Sekar Laut Tbk) 64.88 64.88 0.12 0.12 74.30 92.90 4.90 6.20 0.79 0.96 67 STTP (Siantar Top Tbk) 56.76 56.76 3.10 3.10 90.74 98.60 8.71 12.87 3.74 4.43 ULTJ (Ultrajaya Milk Industry 68 and Trading Company Tbk) 61.34 61.34 3.25 3.25 61.28 44.39 10.11 25.61 2.31 2.29 69 GGRM (Gudang Garam Tbk) 75.55 75.55 0.80 0.85 44.19 59.21 19.76 20.19 18.05 23.51 HMSP (Hanjaya Mandala 70 Sampoerna Tbk) 98.18 98.15 0.07 0.07 0.88 0.97 0.01 0.18 0.47 0.61 71 KAEF (Kimia Farma Tbk) 90.03 90.03 0.20 0.20 43.25 44.50 13.71 14.38 0.38 0.87 72 KLBF (Kalbe Farma Tbk) 56.63 56.63 0.01 0.01 2.15 2.77 22.75 23.52 0.98 6.74 73 MERK (Merck Tbk) 86.65 86.65 0.01 0.01 0.18 0.37 46.78 25.87 6.01 8.17 74 PYFA (Pyridam Farma Tbk) 53.85 53.85 23.08 23.08 43.25 54.89 6.28 6.05 1.14 1.07 SQBB (Taisho Pharmaceutical 75 Indonesia Tbk) 91.00 91.00 0.02 0.02 20.00 22.00 40.00 42.00 4.32 7.49 76 TSPC (Tempo Scan Pasific Tbk) 77.29 77.29 0.09 0.09 39.54 38.17 18.58 18.73 3.42 5.43 77 MBTO (Martina Berto Tbk) 66.82 66.82 8.94 8.94 35.24 40.25 10.65 10.48 0.99 0.94

6 78 MRAT (Mustika Ratu Tbk) 8.96 8.96 23.20 23.20 17.90 18.00 7.80 8.00 0.57 0.54 79 TCID (Mandom Indonesia Tbk) 72.10 72.10 5.10 5.10 10.82 15.02 13.72 13.71 1.52 2.02 KDSI (Kedawung Setia 80 Industrial Tbk) 49.10 75.70 0.03 0.03 90.47 80.55 8.46 11.66 0.36 0.63 81 KICI (Kedaung Indag Can Tbk) 82.55 82.55 0.24 0.24 0.36 0.43 0.55 3.39 3.86 7.98 LMPI (Langgeng Makmur 82 Industry Tbk) 83.27 83.27 0.03 0.03 36.00 43.00 1.00 2.00 0.66 1.09

0 Lampiran 3 Descriptive Statistics KI KM DER ROE PBV Valid N (listwise) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 164 1.25 99.96 69.0718 19.78963 164.01 70.00 4.9030 9.81664 164.09 98.60 24.1002 27.17497 164.01 54.55 11.6118 11.59819 164.01 24.68 3.0607 4.19162 164

1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Standardized Residual 164.0000000.98765385.209.209 -.162 2.679.000

2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Standardized Residual 164.0000000.98765385.071.031 -.071.905.386 Model 1 (Constant) lnki lnder lnroe lnkm a. Dependent Variable: lnpbv Unstandardized Coefficients Coefficients a Standardized Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF -2.937.846-3.471.001.805.201.324 4.001.000.856 1.168 -.039.055 -.057 -.724.470.906 1.103.069.055.100 1.271.206.910 1.099.045.044.086 1.021.309.783 1.277

3 Model 1 (Constant) lnki lnder lnroe lnkm Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: absres Coefficients a Standardized Coefficients B Std. Error Beta t Sig..145.525.276.783.236.125.157 1.893.060 -.046.034 -.109-1.351.179 -.054.034 -.129-1.600.112 -.001.027 -.004 -.045.964