NEUTRON, Vol.6, No.1, Februari 2006 Estimasi Kuat Dukung Ultimit Tiang Pancang Dengan Metode Chin Dari Hasil tatic Load Test (LT) Kasus : Hasil LT di Proyek-proyek urabaya Barat Helmy Darjanto ABTRAK Ada banyak metode untuk mendapatkan estimasi kuat dukung ultimit tiang pancang dari hasil static load test (LT) atau disebut lain uji beban statis. Chin (1970) memperkenalkan suatu metode estimasi kuat dukung ultimit fondasi tiang yang diperoleh dari hasil LT tanpa harus membebankan tiang sampai mengalami keruntuhan. Metode ini mampu menduga bentuk hiperbolis dari kurva beban versus penurunan. Dari hasil LT di beberapa proyek di urabaya Barat memberikan hasil koreksi berkisar 1.11 2.80 terhadap hasil metode Davisson. Mtode Davisson digunakan sebagai pembanding karena metode tersebut menghasilkan nilai yang konservatif. Kata kunci: metode Chin, metode Davisson, hiperbolis, kuat dukung ultimit, LT 1. PENDAHULUAN Pada tahun 1970 Chin memper-kenalkan suatu metode untuk memperkirakan kuat dukung ultimit fondasi tiang yang diperoleh dari hasil uji beban statis (LT) tanpa harus membebankan tiang sampai mengalami keruntuhan. Uji beban statis akan memberikan hasil baik jika beban diberikan hingga tiang mengalami failure. Uji tersebut dibutuhkan beban lebih besar dari 200% dan membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi. Ketika tiang mengalami keruntuhan pola kurva beban versus penurunan akan berbentuk hiperbolis. Bentuk ini akan mempermudah dalam memperkirakan kuata dukung ultimit yang terjadi. Metoda Chin. Chin (1970) telah melakukan penelitian baik di labora-torium atau percobaan di lapangan dengan tiang pancang mini dan formulanya memberikan hasil yang baik. Formula Chin didasarkan pada nilai failure load dengan model persamaan hiperbola dari Kodner (1963). Persamaan hiperbolis Kodner adalah sebagai berikut : P a b* (1) dimana : P = Beban = Penurunan a, b = konstanta Dari persamaan (1) Chin merubah menjadi persamaan garis linier sebagai berikut : b* a P (2) 1
NEUTRON, Vol.6, No.1, Februari 2006 2 Merubah formula menjadi linear akan sangat memudahkan dalam menduga kondisi failure. Persamaan garis linear dari hubungan /P versus dapat dilihat pada Gambar 1.
3 Estimasi Kuat Dukung Ultimit Tiang Pancang (Helmy D) Faktor Koreksi Kuat Dukung Ulti-mit. Beng (1970) menyatakan bahwa hasil formula Chin perlu dikoreksi dengan faktor 1.2. Faktor koreksi tersebut didasarkan pada penelitiannya terhadap 300 contoh tanah undisturbed dengan uji geser triaxial UU. Koreksi ini perlu dilakukan karena nilai kuat dukung ultimit dari Chin ini merupakan nilai failure load akan menghasilkan kuat dukung ultimit yang lebih besar dari metode lain. Dalam penelitian ini faktor koreksi sebesar 1.2 di atas akan dibandingkan dengan koreksi hasil di lapangan. /P a 1 b Gambar 1. Persamaan Garis Linier Hubungan /P Versus Prosedur Penentuan Kuat Dukung Ultimit Metoda Chin. Perhitungan kuat dukung ultimit dari fondasi tiang adalah sebagai berikut : 1. Menghitung nilai /P dari data penurunan () dan beban (P) 2. Menggambarkan harga pada sumbu x dan harga /P pada sumbu y untuk mendapatkan titiki seperti pada Gambar 1 3. Menghubungkan titik-2 yang dibuat pada langkah 2 untuk mendapatkan suatu garis linear 4. Menghitung persamaan garis linear tersebut dengan analisa regresi 5. Menentukan Pult sebesar (1/b) Metoda Davisson. Metode ini diperkenalkan oleh Davisson (1970) dan dari beberapa metode, metode Davisson memberikan nilai kuat dukung ultimit yang konservatif. ehingga metode ini sering digunakan sebagai pembanding. Kuat dukung ultimit metode davisson didefinisikan sebagai beban yang bersesuaian dengan besar penu-runan yang melampaui pemampatan elastis tiang sebesar 0.15 + D/120 inch. (D=diameter fondasi), lihat Gambar 2. P P=AE/L * Pult X=0.15+D/120 Gambar 2. Kuat Dukung Ultimit Metode Davisson
4 Estimasi Kuat Dukung Ultimit Tiang Pancang (Helmy D) Prosedur Penentuan Kuat Dukung Ultimit Metoda Davisson. Perhitungan kuat dukung ultimit dari fondasi tiang adalah sebagai berikut : 1. Tentukan suatu garis yang menyinggung bagian lurus pada awal kurva P- dengan mengguna-kan persamaan = PL/(AE)
NEUTRON, Vol.6, No.1, Februari 2006 5 dimana : P = beban kerja (kg) A = luas penampang tiang (cm 2 ) E = mod. elastisitas tiang (kg/cm 2 ) L = panjang tiang (cm) = penurunan yang terjadi (cm) 2. Buat garis sejajar dengan garis yang telah dibuat pada langkah 1 dengan jarak X = 0.15 + D/120 inch (rubah dulu ke unit cm baru diplot pada gambar) 3. Tentukan Pult yang merupakan perpotongan antar garis langkah 2 dengan kurva P- tatic Load Test (LT). LT adalah uji beban statis pada tiang di lapangan dengan skala fisik hingga 200-300% dari kemampaun ijin fondasi tiang. Umumnya digunakan sistem Kentledge seperti pada Gambar 3. Gambar 3. LT istem Kentledge 2. DATA dan METODE Data. Oleh karena data LT merupakan data rekaman dari beberapa proyek yang sangat banyak maka dalam paper ini tidak dicantumkan tetapi pembaca dapat menelusuri data pada Referensi yang ada pada Penulis. Metode. Metodenya adalah mencari kuat dukung ultimit dari metode Davisson dan metode Chin kemudian hasil dari metode Chin dibandingkan terhadap hasil metode Davisson. 3. HAIL dan PEMBAHAAN Hasil. Adapun hasil ke 2 metode tersebut dapat dilaihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Kuat Dukung Ultimit Titik Davisson (ton) Chin (ton) Faktor Koreksi A-9/3 53 61 1.15 C-7/3 41 115 2.80 G-8/2 41.5 67 1.61 N-4/1 60 83 1.38 16-Y/2 47.5 62 1.31
NEUTRON, Vol.6, No.1, Februari 2006 6 19- U/2 48 69 1.44
7 Estimasi Kuat Dukung Ultimit Tiang Pancang (Helmy D) B-20 86 125 1.45 P-3 156 357 2.29 10 56 81 1.45 12/M 188 208 1.11 14/D 62.5 78 1.25 Pembahasan. Dari Tabel 1 maka nilai faktor koreksi dalam range 1.11 2.80. Nilai range tersebut masih lebih kecil dibandingkan hasil penelitian idji D di sekitar daerah Jakarta yang hasilnya berkisar pada nilai 1.12 5.71. Nilai range tersebut tidak tidak seperti yang dianjurkan oleh Beng sebesar 1.2. 4. KEIMPULAN Dari Hasil dan Pembahasan di atas dapat disimpulkan adalah sebagai beri-kut : 1. Metode Chin memang memberikan hasil kuat dukung ultimit yang lebih besar dibandingkan dengan metode Davisson, 2. Adanya nilai range pada faktor koreksi disebabkan karena faktor koreksi yang didapat bukan dari hasil uji laboratorium (triaxial UU) melainkan dari hasil percobaan di lapangan. Hal-hal yang menyebab-kan perbedaan tersebut adalah : a. Pengaruh perbedaan tempe-ratur di lapangan dan di laboratorium terhadap kali-brasi alat, b. Beban LT yang tidak sentris benar, c. Pembacaan dial yang kurang teliti. REFERENI Chin FK, 1970, Estimation of The Ultimate Load of Piles From Test Not Carried to Failure, Journal, ACE. Darjanto, H., 1996-1997, Final Report Loading Testing for PMI Pile in urabaya Barat, urabaya. idji, D et al, 1988, Diskusi Beberapa Cara Untuk Menentukan Beban Batas Tiang Tunggal dari Hasil Percobaan Langsung Di Lapangan, Prosisding Geotek-nik, Bandung. Zagar et al, 1998, Estimasi Beban batas Tiang Pancang Dengan Metode Chin Dibandingkan Dengan Hasil Uji Beban tatis, Tugas Akhir, Jurusan Teknik ipil, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945, urabaya.