$! " # %& ' ( ) * &+, -. /0 1 &+ 23 4 52 6 27! "#$



dokumen-dokumen yang mirip
E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

: :

DI BULAN SUCI RAMADHAN

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

E٤٢ J٣٣ W F : :

E١١٧ J١٠٩ W F : :

Dosa Bersumpah Dengan Menyebut Selain Allah

E٧٠ J٦٥ W F : :

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

Memahami Takdir Secara Adil

SUJUD SAHWI Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin

Bukti Cinta Kepada Nabi

Penetapan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

: The Prostration of Forgetfulness : Syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin

3 Wasiat Agung Rasulullah

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Definisi Khutbah Jumat

Selain itu hukum wajib atas Khutbah Jum'at, dikarenakan Nabi tidak pernah meninggalkannya. Hal ini termasuk dalam keumuman hadits:


Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah


Keistimewaan Hari Jumat

Ramadhan dan Taubat Kepada Allah

Bimbingan Islam di Musim Hujan

Hukum Meyakini Bahwa Rasulullah SHALALLHU ALAIHI WA SALLAM Ada Di Setiap Tempat Dan Mengetahui Perkara Gaib

Hukum Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

ISTRI-ISTRI PENGHUNI SURGA

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Tafsir Surat Al-Kautsar

Bersama Orang Tua Menuju Surga

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

Islam Adalah Agama Wahyu

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Kedudukan Sahabat Nabi dan Hukum Mencela Mereka

Memaksimalkan Waktu-Waktu Mustajab Untuk Berdoa

Sujud Sahwi. Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin. 16 Mei Didownload dari:

Kekeliruan-Kekeliruan Umat Islam di Hari Jumat

Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan

Bismillahirrahmanirrahim

Tauhid Menghapuskan Seluruh Dosa

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Tanda-Tanda Cinta Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)


Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah

*** Bahaya Vonis Kafir

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

E٣١٥ J٣٠٧ W F : :

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

Gambaran Wanita Menggunakan Jilbab PUNUK ONTA

MUZAKKI DI KALANGAN SAHABAT RASULULLAH SAW. Oleh: M. Yakub Amin

Shalat Berjamaah Tidak di Rumah

Sifat Allah Al-Hayiyyu, Yang Maha Pemalu

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

Surat Untuk Kaum Muslimin

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Fidyah. "Dan orang-orang yang tidak mampu berpuasa hendaknya membayar fidyah, dengan memberi makanan seorang miskin." (Al Baqarah : 184)

Definisi, hukum dan tata cara berqurban

Salman Alfarisy, Lc.* Sekretaris Asia Pacific Community for Palestine

Bertakwa Kepada Allah dalam Kehidupan Bertetangga

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al Qur an) pada malam

Hukum Menunaikan Haji dan Umrah Dengan Pembayaran Melalui Kartu Kredit

Khutbah Jum'at. Isra' Mi'raj. Bersama Dakwah 1

MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN

Taqlid, Do'a Iftitah dan Shalawat HUKUM TAQLID, DOA IFTITAH DAN SHALAWAT KHUTBAH JUM'AT

Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Alquran

Aku telah meminta hujan dengan Majaadiihus Samaa yang dengannya hujan diturunkan.

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir (Qaaf:18 )

: : :

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

Rahasia Dua Kalimat Syahadat

HADITS KEsembilan Arti Hadits / :

Hukum Mengqadha' Puasa Ramadhan

Petunjuk Nabi Dalam Menyebarkan Berita

Dan kemarahan itu sering menimbulkan perkara-perkara negatif, berupa perkataan maupun perbuatan yang haram.

Tiga Yang Diridhai Allah dan Tiga Yang Dia Benci

Luasnya Rahmat (kasih sayang) Allah Subhanahu wa Ta ala

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

WAKTU TERJADINYA PERISTIWA ISRAA DAN MI RAJ

Oleh: Hafidz Abdurrahman

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Syariat Adalah Amanah

Hadits Tentang Wanita Lemah Akal dan Lemah Iman

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

Menjadi Hakim Zhalim ????????????:

Banyak Belum Tentu di Atas Kebenaran

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

"Sesungguhnya kamu (Muhammad) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)" (Az Zumar : 30)

Transkripsi:

[ ] :

: :

Ikhtilaf Ulama, Sebab dan Sikap Kita Terhadapnya Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita nikmat iman dan islam serta kesehatan, karunia yang tiada taranya yang telah diberikan-nya kepada kita sebagai hamba-nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada manusia terbaik sepanjang zaman dan penutup para nabi dan rasul, Muhammad, yang telah membawa manusia dari alam jahiliyah kepada masa yang terang benderang yang penuh dengan iman dan ilmu pengetahuan, juga kepada para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang tetap istiqamah menegakkan risalah yang dibawanya hingga akhir zaman. Salah satu karunia Allah yang diberikannya kepada umat Islam adalah tidak adanya perbedaan bahwa sumber utama dalam hukum dan sikap hidup kita adalah al-qur`an dan as-sunnah. Ketika Rasulullah wafat, Allah telah menyempurnakan ajaran agama ini, seperti disebutkan dalam firman-nya:. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (QS. Al-Maidah:3) Demikian pula dengan sunnah, tidak ada satu sisi pun, baik yang berhubungan dengan syari'at atau pun dalam kehidupan sehari-hari, kecuali telah disampaikan dan dicontohkan oleh beliau, seperti yang tercatat dalam kitab-kitab sunnah. Umat Islam di masa Rasulullah (baca: sahabat) selalu kembali kepada beliau setiap kali terjadi perbedapat pendapat atau perselisihan di antara mereka. Setelah Rasulullah menjelaskan, sirnalah perselisihan dan perbedaan di antara mereka. Atau terjadi kasus yang cukup rumit, sehingga Rasulullah berdiam diri menunggu turunnya al-qur`an, namun

setelah turunnya al-qur`an yang menjelaskan realita dan hukumnya, sirnalah segala persoalan yang mengganjal mereka. Seperti kasus 'berita bohong' (hadits ifk) yang dialamatkan kepada 'Aisyah radhiyallahu 'anha dan juga penyebab turunnya ayat tentang li'an dalam surah an-nuur yang dialami salah seorang sahabat Rasulullah, yaitu Hilal bin Umayyah, salah satu dari tiga orang yang Allah menerima taubatnya ketika ketinggalan dalam perang Tabuk pada tahun ke sembilan Hijriyah. Ketika Rasulullah telah meninggal dunia, mulailah terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama, tetapi bukan persoalan yang menyangkut aqidah atau prinsip dalam Islam. Kita yakin bahwa para ulama tidak mungkin meyakini suatu hukum syari'at atau memberikan fatwa kecuali yang sesuai dengan tuntutan al-qur`an dan sunnah Rasulullah, namun sebagai manusia biasa yang tidak ma'shum, mungkin saja seseorang keliru dalam memahami kandungan yang terdapat al-qur`an dan sunnah, tanpa bermaksud menyalahi apalagi menentang atau berpaling dari keduanya. Berikut ini adalah beberapa sebab terjadinya perbedaan pendapat di kalangan para ulama, yang di antaranya adalah: 1. Nash atau dalil dalam suatu masalah tidak sampai kepada seseorang yang keliru dalam mengambil suatu keputusan atau memberikan fatwa. Kasus seperti ini bukan hanya terjadi di masa sekarang, bahkan pernah terjadi beberapa kali di masa sahabat Rasulullah. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa di masa pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab, setelah Palestina di kuasai kaum muslimin, Khalifah Umar melakukan perjalanan menuju Palestina bersama satu rombongan dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Ketika di tengah perjalanan, terdengarlah kabar bahwa di negeri Syam tengah dilanda wabah yang sangat berbahaya serta telah banyak menelan korban jiwa. 1 Mendengar berita itu, Umar menahan perjalanan dan bermusyawarah dengan para pembesar dari kalangan Muhajirin dan 1 Dalam sejarah Islam disebut dengan wabah 'Tha'un Amwas'. Wabah ini telah menelan korban sekitar 25.000 jiwa, termasuk di antaranya adalah panglima besar Abu Ubaidah Amir bin al-jarrah dan Mu'adz bin Jabal.

Anshar. Terjadilah perbedaan pendapat di antara mereka dalam masalah, apakah mereka meneruskan perjalanan atau kembali ke Madinah? Yang berpendapat untuk kembali ke Madinah memberikan argomentasi bahwa masuknya mereka ke kota itu akan membawa mereka kepada kematian, karena wabah itu sangat berbahaya. Sedangkan pendapat kedua memberikan hujjah bahwa semua yang terjadi tidak pernah terlepas dari qadha dan qadar Allah. Semua itu telah tercatat di Lauhul Mahfuzh. Pada saat itulah Abdurrahman bin Auf datang dan berkata, 'Sesungguhnya saya mempunyai pengetahuan tentang hal ini, saya pernah mendengar Rasulullah bersabda:. "Apabila kalian mendengar berita tentangnya (penyakit tha'un) di suatu negeri, maka janganlah kamu memasukinya. Dan ketika wabah penyakit itu tengah terjadi, sedang kamu berada di sana, maka janganlah keluar (pergi meninggalkan negeri itu) karena lari dari penyakit tersebut." 2 Setelah mendengar hadits tersebut, semuanya tunduk dan patuh terhadap sunnah Rasulullah dan kembali ke kota Madinah. Demikian pula yang sering terjadi di masa sekarang, sering kita dengar perbedaan pendapat di kalangan para ulama, dan salah satu penyebab yang dominan adalah tidak sampainya nash atau dalil kepada orang yang keliru dalam mengambil suatu keputusan hukum, di samping adanya sebab-sebab yang lain tentunya. Wallahu A'lam. 2. Hadits (dalil) telah sampai kepada seseorang yang kebetulan keliru dalam mengambil suatu keputusan, namun ia kurang percaya kepada pembawa berita atau yang meriwayatkan hadits. Misalnya, imam pulan mengatakan bahwa hadits ini shahih, sedangkan imam yang lain berpandangan bahwa hadits tersebut dha'if (lemah). Seperti imam Nawawi rahimahullah berkeyakinan bahwa hadits tentang qunut dalam shalat subuh adalah shahih, seperti yang dia 2 HR. Al-Bukhari no. 5729 dan Muslim no. 2219

tekankan dalam al-majmu' Syarh al-muhazzab. Sementara itu, mayoritas ulama hadits dari masa ke masa meyakini bahwa hadits itu dha'if dan tidak bisa dijadikan sebagai sumber hukum syari'at. Ini hanyalah sebuah contoh, masih banyak contoh lain yang serupa, namun kita cukupkan dengan satu contoh itu. Hal ini juga pernah terjadi di masa khalifah Umar bin al-khaththab, ketika beliau menolak riwayat Fathimah binti Qais radhiyallahu 'anha bahwa perempuan yang telah dicerai yang ketiga kalinya oleh suaminya, perempuan itu tidak berhak lagi mendapatkan hak terhadap nafkah dan tempat tinggal dari suaminya. Khalifah Umar menolak riwayat itu karena kurang percaya terhadap orang yang meriwayatkan hadits tersebut. Wallahu A'lam. 3. Dalil (hadits) telah sampai kepada orang tersebut, namun ia keliru dalam memahaminya. Contoh perbedaan seperti ini pernah terjadi di zaman Rasulullah, bahkan pada masa hidup Rasulullah. Peritistiwa itu bermula ketika Rasulullah baru selesai perang Ahzab pada tahun ke lima Hijriyah dan meletakkan peralatan perang. Pada saat itu, datanglah malaikat Jibril dan berkata, 'Berangkatlah menuju perkampungan Bani Quraizhah.' Maka saat itu juga Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat agar segera berangkat menuju perkampungan mereka dan bersabda: "Janganlah seseorang shalat Ashar kecuali di (perkampungan) Bani Quraizhah." Muttafaqun 'alaih. 3 Para sahabat berbeda pendapat dalam memahami nash hadits ini. Sebagian mereka memahami bahwa yang dimaksud Nabi adalah agar mereka segera berangkat, sehingga sampai di perkampungan Bani Quraizhah sebelum shalat 'ashar. Karena itulah, ketika tiba waktu shalat 'ashar, sedangkan mereka masih berada di tengah perjalanan, mereka tetap melaksanakan shalat 'ashar dan tidak menta'khirkannya hingga sampai di perkampungan Bani Quraizhah. Sedangkan yang lain memahami bahwa 3 HR. al-bukhari no. 946 dan Muslim no. 1770.

yang dimaksud Rasulullah adalah agar mereka jangan melaksanakan shalat 'ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah. Sehingga ketika tiba waktu shalat 'ashar, sedangkan mereka masih berada di tengah perjalanan, mereka tidak langsung melaksanakan shalat 'ashar dan menundanya hingga sampai di perkampungan Bani Quraizhah. Ketika hal itu disampaikan kepada Rasulullah, beliau tidak memberikan komentar apa-apa, dan tidak mencela kelompok yang manapun. Tidak diragukan lagi, bahwa yang benar adalah yang melakukan shalat dalam waktunya dan tidak menundanya hingga keluar dari waktunya, karena kewajiban melaksanakan shalat dalam waktunya adalah dengan dalil yang jelas, sedangkan dalil (hadits) ini masih mengandung beberapa penafsiran. Kemungkinan besar, inilah penyebab paling dominan yang melatar belakangi terjadinya perbedaan di kalangan para ulama dalam persoalan far'iyah (cabang), namun bukan yang menyangkut persoalan prinsif di dalam syari'at Islam. Hadits-hadits Rasulullah telah dibukukan dalam kitab-kitab hadits, baik dalam kitab shahih, sunan, masanid, ataupun ma'ajim. Namun pemahaman setiap orang, seringkali berbeda satu sama lain. Wallahu A'lam. 4. Dalil telah sampai kepadanya tapi sudah dinasakh, namun ia tidak mengetahui dalil yang menasakhnya. Dalam kasus seperti ini, orang yang tidak mengetahui adanya nasakh dimaafkan, karena asal suatu masalah adalah tidak adanya nasakh, sampai diketahui dalil yang menasakhnya. Termasuk dalam sebab ini adalah pendapat Ibnu Mas'ud tentang meletakkan kedua tangan ketika ruku'. Di permulaan Islam, disyari'atkan bagi orang yang shalat menutup kedua tangan dan meletakkannya di antara kedua lutut ketika ruku'. Hukum ini kemudian dinasakh dengan meletakkan dua telapak tangan pada dua lutut. Al-Bukhari telah meriwayatkan tentang hal ini di dalam Shahih-Nya. Abdullah bin Mas'ud tidak mengetahui tentang hal ini dan tetap melaksanakan shalat seperti pada masa di awal Islam. Ketika al-alqamah dan al-aswad shalat di sampingnya dan meletakkan kedua tangan pada kedua lutut, Ibnu

Mas'ud menegur keduanya. Kenapa? Karena ia tidak mengetahui adanya nashakh. Seseorang tentu tidak diberikan beban di luar batas kemampuannya. Wallahu A'lam. 5. Hadits (dalil) telah sampai kepadanya, namun ia lupa terhadap dalil tersebut. Sudah menjadi sunnatullah, bahwa lupa adalah bagian dari fitrah kita sebagai manusia biasa. Banyak orang yang telah hapal sekian banyak hadits-hadits Rasulullah, namun kemudian ia lupa. Ini merupakan salah satu penyebab terjadinya terjadi perbedaan pendapat, walau dalam porsi yang tidak terlalu besar. Bagaimana sikap kita terhadap perbedaan pendapat ini? Kalau kita menemukan perbedaan seperti yang telah disebutkan di atas, siapakah yang harus kita ikuti? Apakah kita akan mengikuti seorang imam dan tidak pernah keluar dari pendapatnya, walau pun kebenaran ada pada pendapat yang lain? Ataukah kita mengikuti pendapat yang lebih kuat sesuai dengan dalil-dalil yang ada, walau berbeda pendapat dengan imam yang kita ikuti? Jawaban yang benar adalah yang kedua, karena wajib bagi yang mengetahui dalil yang shahih untuk mengikutinya, walau berbeda pendapat dengan para imam. Karena mereka adalah manusia yang mungkin saja keliru dalam memberikan fatwa atau mengambil kesimpulan dalam suatu hukum. Siapapun yang meyakini bahwa ada seseorang selain Rasulullah yang harus diambil pendapatnya setiap waktu dan keadaan, berarti dia meyakini bahwa selain beliau ada yang memiliki keistimewaan risalah atau ada yang ma'shum (dipelihara dari dosa dan kesalahan). Padahal tidak ada seorang pun yang memiliki keistimewaan seperti ini selain Rasulullah, dan setiap orang bisa diterima pendapatnya atau ditolak kecuali yang diriwayatkan dari Rasulullah dengan sanad yang shahih. Wallahu A'lam. Dikutip dari "Kitab al-ilmi" karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-'utsaimin rahimahullah.