PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS SIKLUS BELAJAR 5E PADA MATERI GERAK HARMONIK SEDERHANA UNTUK SMK PROGRAM TEKNOLOGI DAN REKAYASA.

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

PENGEMBANGAN MODUL BERWAWASAN SALINGTEMAS (SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT) PADA MATERI SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM KELAS VII

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM KEGIATAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR PESERTA DIDIK SMP

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF JIGSAW TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI

SRI PUJI HIDAYATI NIM

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DILENGKAPI MEDIA VIRTUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SMA/MA

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA/MA TESIS

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI UNTUK SMA KELAS XI

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH YANG MENGACU PADA LEARNING TRAJECTORY

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013

GALIH PRIAMBADA NIM K

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SYMBOLIC MODELING UNTUK MENINGKATKAN PERENCANAAN KARIER SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016

IMPLEMENTASI MODUL FISIKA KELAS XI SMA PADA MATERI DINAMIKA GETARAN MENGGUNAKAN APLIKASI SPREADSHEET BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH IPA PESERTA DIDIK SMP KELAS VII

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

Unnes Physics Education Journal

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATERI PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN STRATEGI TANDUR

Skripsi. Oleh: Dzirwatul Muna K

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY SIMULATIONS

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E DENGAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP MISKONSEPSI FISIKA SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMK FARMASI JEMBER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI MATRIKS SISWA KELAS XI MIA SMAN 6 KOTA JAMBI

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN NILAI TANGGUNG JAWAB TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI JIPANG BANYUMAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA

ABSTRAK. Oleh EFRIDA. Kata kunci : Problem Based Learning (PBL), Tutor Sebaya, konvensional, dan kemampuan pemecahan masalah matematis.

PENGEMBANGAN MAJALAH EDUCA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA SISWA TUNARUNGU

Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor Siswa SMA

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh Yupensius

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

SKRIPSI OLEH ARINA MUSTIKA NIM

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA FISIKA BERBASIS MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DI SMA

MOHAN TAUFIQ MASHURI NIM

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN

PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA MELALUI PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

TESIS. Oleh JUWANI NIM

NURHIDAYAT, S.Pd NIM

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 KLATEN

SKRIPSI. Oleh: YUNITA RAHMAWATI K

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING

PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA SMA KELAS XI MATERI ASAM BASA UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

(Studi Pembelajaran Mikrobiologi pada Materi Pemeriksaan Kualitas Air dan Makanan Kelas XI SMK Negeri 3 Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014) TESIS

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA

Diajukan Oleh: Emi Yuniati A

PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING, TERSTRUKTUR, DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. (Studi Eksperimen di SMP Negeri 2 Kebakkramat) Tesis

HELDA WAHYUNI NIM:

TESIS. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI. Oleh: IDHA AYU KUSUMANINGRUM K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

EFEKTIVITAS BUKU PENGAYAAN SEKOLAH SIAGA BENCANA MATERI ERUPSI GUNUNG API DI SMP NEGERI 1 BAYAT KLATEN SKRIPSI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INTERAKTIF BERBASIS IT POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

Transkripsi:

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS SIKLUS BELAJAR 5E PADA MATERI GERAK HARMONIK SEDERHANA UNTUK SMK PROGRAM TEKNOLOGI DAN REKAYASA (Tesis) Oleh Handono Suwarno FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG LAMPUNG 2019

ABSTRAK PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS SIKLUS BELAJAR 5E PADA MATERI GERAK HARMONIK SEDERHANA UNTUK SMK PROGRAM TEKNOLOGI DAN REKAYASA Oleh Handono Suwarno Paradigma pendidikan mengalami pergeseran yang mengarah ke pembelajaran konstruktivistik, yakni dari berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Model pembelajaran konstruktivistik menekankan pada kesungguhan siswa dalam membangun pengetahuannya. Salah satu metode pembelajaran yang berbasis konstruktivistik adalah siklus belajar 5E, yang akan diterapkan dalam media bahan ajar berupa lembar kerja siswa (LKS) untuk sekolah menengah kejuruan. Tujuan penelitian ini adalah pengembangan produk LKS pada materi gerak harmonik sederhana yang valid untuk sekolah menengah kejuruan program teknologi dan rekayasa. Desain penelitian merujuk pada penelitian dan pengembangan Borg dan Gall sampai tahap ujicoba produk. Data dikumpulkan dengan angket validasi ahli, angket keterbacaan, angket kemudahan, kemenarikan, kemanfaatan dan tes hasil belajar siswa. Aspek keefektifan produk diuji coba di lapangan di SMK Negeri 1 Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah

Handono Suwarno menggunakan desain eksperimen Non equivalen pretest-posttest control group design. Uji statistik independent sample t-test digunakan untuk menguji hipotesis perbedaan nilai gain ternormalisasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan paired sample t-test digunakan untuk uji hipotesis perbedaan rerata pretest posttest. Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan LKS produk pengembangan sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS konvensional. Hasil penelitian diperoleh bahwa validasi ahli media mendapatkan 100%, ahli materi sebesar 100%, dan ahli bahasa sebesar 100%. Perolehan rerata gain ternormalisasi kelas eksperimen sebesar 0,4645, lebih tinggi dibanding kelas kontrol sebesar 0,4281. Tingkat kemenarikan produk sangat tinggi sebesar 80,87%, aspek kemudahan berkategori tinggi sebesar 77,86% dan aspek kemanfaatan termasuk kategori sangat tinggi sebesar 80,36%. Hasil lain yang diperoleh bahwa siswa bersemangat untuk melakukan kegiatan yang bisa mendapatkan keterampilan yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Kata kunci: siklus belajar 5E, lembar kerja siswa, gerak harmonik sederhana iii

ABSTRACT DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEETS BASED ON LEARNING 5E CYCLE ON SIMPLE HARMONIC MATERIALS FOR VOCATIONAL TECHNOLOGY AND ENGINEERING PROGRAMS By Handono Suwarno The education paradigm undergoes a shift that leads to constructivist learning, which initially from teacher-centered becomes student-centered. Constructivistic learning models emphasize the sincerity of students in shaping the knowledge that will be absorbed. One constructivist based learning method is the 5E learning cycle, which will be applied in instructional media in the form of student worksheets for vocational high schools. This development research aims to develop worksheets products in simple harmonic motion materials that are valid for vocational high school technology and engineering programs. The research design refers to the research and development of Borg and Gall until product testing. Data were collected by expert validation questionnaire, readability questionnaire, convenience questionnaire, attractiveness, benefit and test of student learning outcomes. The product of the development was tested at SMK Negeri 1 Seputih Agung, Central Lampung Regency, to find out its effectiveness aspects using a non-equivalent experimental design pretest-posttest control group design.

Handono Suwarno The statistical test of the independent sample t-test was used to test the truth of the hypothesis about the difference in normalized gain values of the experimental class and the control class, while the hypothesis of the average pretest-posttest difference was tested by paired sample t-test. Learning in the experimental class uses srudent woksheets development product while the control class uses conventional woksheets. This study provides results in the form of validation of media experts getting 100%, material experts at 100%, and linguists by 100%. The average normalized gain of the experimental class is 0.4645, higher than the control class of 0.4281. The level of product attractiveness is very high at 80.87%, the high facilitation aspect is 77.86% and the benefit aspect is very high at 80.36%. Other results obtained that students are eager to do activities that can get skills that can be used for everyday life. Keywords: 5E learning cycle, student worksheet, simple harmonic motion v

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS SIKLUS BELAJAR 5E PADA MATERI GERAK HARMONIKSEDERHANA UNTUK SMK PROGRAM TEKNOLOGI DAN REKAYASA Oleh Handono Suwarno Tesis Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar MAGISTER PENDIDIKAN Pada Program Studi Magister Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG LAMPUNG 2019 v

vi

vii

viii

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banarjoyo, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung pada tanggal 10 Desember 1975 dari ayah yang bernama Wasirun Hadi dan ibu bernama Satimah. Penulis merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Banarjoyo Lampung Timur pada tahun 1988, dan melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Batanghari, Kabupaten Lampung Timur dan menyelesaikannya pada tahun 1991. Pada tahun 1994 penulis menyelesaian pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Metro. Pada tahun 1999 penulis menyelesaian pendidikan jenjang sarjana (S1) di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sriwijaya Sumatera Selatan. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Tahun 2006 penulis diangkat sebagai CPNSD Kabupaten Lampung Tengah dan bertugas di SMK Negeri 1 Seputih Agung sampai dengan sekarang. ix

MOTTO Man Jadda wa Jadda (Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti berhasil) Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (QS. Ath Thalaq (65): 2-3) Sesungguhnya sesudah kesultan itu ada kemudahan, sungguh sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al-Insyirah (94): 5-8) x

PERSEMBAHAN Dengan kerendahan hati, mengucap syukur ke hadirat Allah SWT serta Shalawat atas Rasulullah Muhammad SAW, penulis mempersembahkan karya besar ini sebagai tanda bakti, cinta, kasih sayang, dan terima kasih penulis kepada pihakpihak di bawah ini. 1. Istri penulis, Setianingsih,S.PdI dan anak-anak penulis, Hastyan Hammim Akbar Suwarno, Haning Cahya Lutfiah Suwarno dan Haning Gita Humaira Suwarno yang selalu memberikan do a, semangat dan menantikan keberhasilan penulis. 2. Kakak-kakak dan adik penulis, yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan doa bagi penulis. 3. Para pendidik yang penulis hormati, yang telah mengajar dengan penuh kesabaran. 4. Almamater tercinta. xi

SANWACANA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Siklus Belajar 5E Pada Materi Gerak Harmonik Sederhana Untuk SMK Program Teknologi dan Rekayasa. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak di bawah ini. 1. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung. 2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja,M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 3. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Fisika, sekaligus Pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan tesis. 4. Bapak Prof. Posman Manurung, Ph.D., selaku Pembimbing II yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan tesis. 5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembahas, sekaligus Validator I, yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun. xii

6. Bpk Dr. I Wayan Distrik, M.Pd., selaku Validator II, terima kasih atas segala masukannya. 7. Bapak dan Ibu Dosen Magister Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung. 8. Bapak Drs. Edy Christanto, selaku Kepala Sekolah di SMK Negeri 1 Seputih Agung, terimakasih atas bimbingan, masukan, pengertian serta pemberian izin selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. 9. Seluruh rekan-rekan guru, staff TU, serta anak-anak murid yang penulis banggakan di SMK Negeri 1 Seputih Agung. 10. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Magister Pendidikan Fisika 2014 atas bantuan dan kebersamaannya selama ini. 11. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tesis ini. Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga tesis ini dapat bermanfaat. Amin. Bandar Lampung, Juni 2019 Penulis, Handono Suwarno xiii

DAFTAR ISI Judul... ABSTRAK... JUDUL DALAM... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... MOTTO... PERSEMBAHAN... SANWACANA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii v vi vii viii ix x xi xii xiv xvi xvii xviii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Batasan Penelitian... 8 E. Manfaat Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA... 10 A. Pembelajaran Fisika... 10 B. Siklus Belajar... 14 C. Lembar Kegiatan Siswa... 24 D. Gerak Harmonik Sederhana... 32 E. Penelitian yang Relevan... 35 F. Kerangka Pikir... 36 III. METODE PENELITIAN... 38 A. Desain Penelitian... 38 B. Subyek Pengembangan Produk... 39 C. Prosedur Pengembangan... 39 D. Teknik Pengumpulan Data... 48 E. Teknik Analisis Data... 50 xiv

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 59 A. Hasil Penelitian... 59 B. Pembahasan... 95 V. KESIMPULAN DAN SARAN... 102 A. Kesimpulan... 102 B. Saran... 103 DAFTAR PUSTAKA... 104 xv

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. 1. Peringkat Kesulitan Materi Fisika di SMK... 3 2. 1. Kegiatan Siswa dan Guru Dalam Tahap Engage atau Pelibatan Siswa... 18 2.2. Kegiatan Siswa dan Guru Dalam Tahap Explore atau Penyelidikan... 19 2.3. Kegiatan Siswa dan Guru Dalam Tahap Explain atau Penjelasan 20 2.4. Kegiatan Siswa dan Guru Dalam Tahap Elaboration atau Penerapan... 21 3.1. Kriteria Tingkat Kevalidan dan Revisi Produk... 51 3.2. Skor Penilaian Terhadap Pilihan Jawaban... 52 3.3. Nilai Rerata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya... 58 3.4. Skor Angket Respon Siswa Terhadap LKS Produk... 58 4.1. Hasil Penilaian LKS Dari Ahli Materi... 70 4.2. Hasil Penilaian LKS Ahli Media... 71 4.3. Hasil Penilaian LKS Ahli Bahasa... 72 4.4. Rekapitulasi Angket Keterbacaan Guru... 76 4.5. Rekapitulasi Angket Keterbacaan Siswa... 78 4.6. Hasil Uji Statistik Deskriptif Pretest dan Posttest... 87 4.7. Hasil Uji Normalitas Data Pretest... 88 4.8. Hasil Uji Normalitas Data Posttest... 88 4.9. Hasil Uji Homogenitas Data Pretest... 88 4.10. Hasil Uji Beda Rerata Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 89 4.11. Perbedaan Rerata Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 90 4.12. Hasil Uji Beda Rerata Nilai Posttest Pretest Kelas Eksperimen 91 4.13. Rerata Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 91 4.14. Hasil Angket Kemudahan, Kemenarikan dan Kemanfaatan... 94 xvi

DAFTAR GAMBAR Gambar halaman 2.1. Gambar Pegas Dengan Benda di Salah Satu Ujung Bebasnya... 33 2.2. Bandul Sederhana... 34 2.3. Alur Kerangka Pikir... 37 3.1. Modifikasi Langkah Penelitian Pengembangan... 40 3.2. Rancangan Desain Tes... 49 4.1. Tampilan Cover LKS Hasil Pengembangan... 62 4.2. Tampilan Bagian Pendahuluan... 62 4.3. Rancangan Fase Engagement Sub LKS 1... 63 4.4. Rancangan Fase Exploration Sub LKS 1... 64 4.5. Rancangan Fase Explanation Sub LKS 1... 65 4.6. Rancangan Fase Elaboration Sub LKS 1... 66 4.7. Rancangan Fase Evaluation Sub LKS 1... 66 4.8. Rancangan Sub LKS 2... 67 4.9. Rancangan Sub LKS 3... 68 4.10. LKS Sebelum Revisi Ahli Materi... 73 4.11. Revisi LKS Sesuai Saran Ahli Materi... 74 4.12. LKS Sebelum Revisi Ahli Media... 75 4.13. LKS Setelah Revisi Ahli Media... 75 4.14. LKS Sebelum Revisi Produk 2... 81 4.15. LKS Sesudah Revisi Produk 2... 81 4.16. Siswa Melakukan Percobaan LKS 1... 84 4.17. Kegiatan Percobaan LKS 2... 84 4.18. Kegiatan Siswa Melaksanakan LKS 3... 85 4.19. Pengukuran Frekuensi Nada Seruling... 86 xvii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Angket Kebutuhan Siswa... 111 2. Angket Kebutuhan Guru... 114 3. Analisis Angket Kebutuhan Siswa... 116 4. Analisis Angket Kebutuhan Guru... 117 5. Rekapitulasi Hasil Angket Kebutuhan Pembelajaran Fisika... 118 6. Instrumen Ahli Materi... 121 7. Instrumen Ahli Media... 124 8. Instrumen Uji Ahli Bahasa... 127 9. Analisis Validitas Butir Soal... 129 10. Hasil Tes Uji Validitas dan Reliabilitas... 135 11. Uji Reabilitas Butir Soal... 137 12. Uji Deskriptif Statistik Pretest dan Posttest Kelas Kontrol... 138 13. Uji Deskriptif Statistik Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen... 139 14. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen... 140 15. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen... 141 16. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol... 142 17. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol... 143 18. Uji Beda Rerata Nilai (Independent Sample Test) Data Pretest... 144 19. Uji Beda Rerata Nilai(Independent Sample Test) Data Posttest... 145 20. Angket Keterbacaan Siswa... 146 21. Angket Keterbacaan... 148 22. Rekapitulasi Angket Keterbacaan Guru... 150 23. Rekapitulasi Angket Keterbacaan Siswa... 152 24. Instrumen Uji Kemudahan... 154 25. Rekapitulasi Angket Kemudahan... 155 26. Instrumen Uji Kemenarikan... 157 27. Rekapitulasi Angket Kemenarikan... 158 28. Instrumen Uji Kemanfaatan... 160 29. Rekapitulasi Angket Kemanfaatan... 162 30. Analisis Hasil Jawaban Pretest Kelas Kontrol... 164 31. Analisis Hasil Jawaban Pretest Kelas Eksperimen... 166 32. Analisis Hasil Jawaban Posttest Kelas Kontrol... 168 33. Analisis Hasil Jawaban Posttest Kelas Eksperimen... 170 34. Analisis N-gain Kelas Eksperimen... 172 35. Analisis N-gain Kelas Kontrol... 174 xviii

36. Surat Izin Penelitian... 176 37. Silabus Mata Pelajaran Fisika... 177 38. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 181 39. Kisi-Kisi Soal Pretest Posttest... 186 40. Soal Pretest Posttest... 192 41. Lembar Kerja Siswa Hasil Pengembangan... 195 xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar membutuhkan komunikasi yang baik antara pemberi ilmu yakni guru dan penerima ilmu yakni siswa. Komunikasi yang dibangun dengan baik akan memberikan hasil belajar yang baik pula. Ketika siswa mulai merasakan ketidakcocokan dalam penyampaian komunikasi, maka kegiatan pembelajaran akan menjadi pasif. Pembelajaran yang baik membutuhkan perencanaan yang matang. Proses pembelajaran yang baik akan terjadi jika interaksi antara guru dan siswa berbentuk dua arah. Ketika siswa aktif dalam belajar, siswa akan mengkaji gagasan, mengeluarkan gagasan, memecahkan masalah melalui berdiskusi dengan temannya dan menerapkan segala hal yang telah mereka pelajari sebelumnya. Fisika merupakan pelajaran yang begitu kompleks. Sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi dan fenomena yang terjadi di jagad raya, belajar fisika berarti belajar untuk mempelajari alam, dengan demikian kemampuan untuk memecahkan masalah menjadi tujuan utama dari pembelajaran fisika (Korskunsky, 2004). Namun dalam kenyataannya, siswa mengalami keterbatasan untuk melakukan hal itu. Alasan yang dapat diidentifikasi adalah metode

2 pengajaran yang digunakan guru mungkin tidak menarik sehingga siswa lebih menjatuhkan Fisika sebagai pilihan lebih dari kedua (Gunasingham, 2009). Pelajaran fisika dalam banyak kasus karena kendala yang berbeda untuk sekolah dan belajar menghafal digunakan karena kekurangan pasokan media pembelajaran dan kegiatan praktis lainnya. Keterbatasan ini dapat membuat fisika menjadi lebih abstrak dan sulit bagi siswa untuk memahaminya (Ornek & Zziwa, 2011). Rendahnya kompetensi guru juga menjadi hal yang menyebabkan fisika kurang menarik. Hal ini terungkap dari hasil penelitian Sunaryo (2011), terhadap guru Fisika di Sekolah menengah kejuruan (SMK) Negeri se Propinsi Lampung. Tidak kurang dari 90% guru memiliki kompetensi dari sangat rendah sampai sedang, dan kurang dari 10% yang memiliki kompetensi tinggi. Temuan dalam penelitian ini bahwa kebanyakan guru dalam penyampaian materi fisika mengarah langsung pada aplikasi dan belum menekankan peserta didik pada konsep dasar Fisika. Penelitian yang dilakukan Williams, et. al. (2003) menemukan bahwa ketertarikan siswa sekolah menengah pertama pada materi fisika dalam hal rangkaian listrik, kemagnetan, energi nuklir dan tata surya/jagat raya. Hal berbeda ditunjukkan dari hasil angket yang diedarkan kepada siswa sekolah menengah kejuruan(smk) kelas XII Program Teknologi dan Rekayasa di SMKN 1 Seputih Agung, untuk memberikan peringkat kesulitan materi pelajaran Fisika, seperti terlihat pada Tabel 1.1.

3 Tabel 1.1. Peringkat Kesulitan Materi Fisika di SMK. Materi Peringkat Rangkaian arus bolak balik 1 Magnet dan elektromagnet 2 Listrik statis dan dinamis 3 Sifat mekanik bahan 4 Optik 5 Kesetimbangan benda tegar 6 Rangkaian arus searah 7 Fluida 8 Termodinamika 9 Getaran dan gelombang 10 Momentum dan impuls 11 Suhu dan kalor 12 Gerak dan gaya 13 Usaha dan energi 14 Besaran dan satuan 15 Jika dibagi menjadi tiga kelompok maka kelompok pertama yang masuk kategori sulit adalah listrik bolak balik, magnet dan induksi magnet, listrik statis dan dinamis, Sifat mekanik bahan dan optik. Kelompok kedua adalah kelompok sedang, terdiri dari kesetimbangan benda tegar, rangkaian arus searah, fluida, termodinamika, getaran dan gelombang. Kelompok ketiga adalah kelompok mudah meliputi momentum dan impuls, suhu dan kalor, gerak dan gaya, usaha dan energi, besaran dan satuan. Penelitian yang dilakukan Rusilowati (2007) pada siswa SMA menemukan adanya miskonsepsi siswa pada materi getaran/gelombang, Sementara itu penelitian Mulya (2011) pada siswa SMP masih menemukan miskonsepsi pada materi getaran yakni pada definisi getaran, perbedaan simpangan dan amplitudo dan faktor yang mempengaruhi frekuensi pegas. Haratua (2013) menggunakan booklet untuk meremediasi kemampuan siswa dalam materi

4 getaran. Arifiadi & Djudin (2013) melakukan penelitan untuk meremediasi materi getaran menggunakan media flip chart. Berdasarkan pengamatan di sekolah, media pembelajaran berbentuk lembar kegiatan siswa bagi sekolah menengah kejuruan masih minim. Bahkan buku cetak pelajaran fisika belum tersedia di perpustakaan. Sarana laboratorium juga belum tersedia untuk membantu guru melakukan praktikum. Hal ini berarti selama ini penyampaian materi dalam proses belajar mengajar hanya mengandalkan buku yang dipegang guru. Penyampaian fakta yang diberikan guru dianggap siswa kurang mengena sehingga minat dan keingintahuan siswa tentang materi pelajaran yang diajarkan. Aktivitas tanya jawab yang dilakukan kurang berjalan dengan baik. Siswa merasa kurang tertantang dengan situasi tersebut, akibatnya siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berfikirnya (Puspitasari & Aminah, 2014). Siswa seharusnya banyak melakukan kegiatan bertanya, berdiskusi, menyampaikan ide atau gagasan yang dilakukan dalam bentuk berkelompok. Hal ini menunjukkan keaktifan siswa yang baik dalam belajar, sedangkan belajar secara aktif berarti siswa mencari sesuatu sehingga seluruh potensi siswa akan terlibat secara optimal dalam pembelajaran (Arsiti, 2008). Hasil rata-rata jawaban angket siswa diperoleh 65,9% dan hasil rata-rata jawaban angket guru adalah 93,75%. Hasil angket yang disebarkan telah memberikan gambaran bahwa guru masih menggunakan metode tradisional, yakni masih menggunakan metode ceramah untuk penyampaian materi.

5 Lima puluh lima persen siswa pernah menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran dalam menyampaikan materi fisika, 45% siswa pernah mengalami melakukan praktikum ketika belajar fisika dan 100% responden menyetujui jika dalam pembelajaran fisika menggunakan media pembelajaran. Angket yang diberikan kepada dua guru fisika di SMKN 1 Seputih Agung memberikan hasil bahwa 50 % guru yang mempunyai pengalaman membuat media pembelajaran fisika untuk digunakan dalam kelas, 100% guru memberikan dukungan untuk pengembangan LKS berbasis siklus belajar. Mengacu pada tujuan pendidikan nasional, guru dengan sendirinya dituntut untuk dapat mengembangkan potensi anak didik dengan memperhatikan kandungan materi pada mata pelajaran yang diajarkannya. Hal ini akan membuat guru dapat memberikan yang terbaik untuk anak didiknya. Selain itu, kondisi psikologis siswa di dalam dan di luar kelas harus dikuasai oleh guru (Supriyadi, 2011). Pembelajaran saat ini mengalami perubahan yakni pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme, berpusat pada siswa, dan belajar dengan pemahaman melalui belajar dengan melakukan, serta mengacu pada empat pilar UNESCO (Soedijarto, 2004) yaitu: learning to know (belajar untuk menge-tahui), learning to do (belajar untuk mengerjakan), learning to be (belajar untuk menjadi), dan learning to live together (belajar untuk hidup bersama). Prinsip-prinsip ini memberikan pengaruh bahwa dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan media pembelajaran hendaknya disusun sedemikian sehingga memberi kesempatan kepada siswa agar dapat

6 berkembang sesuai kemampuannya dalam membangun suatu konsep dan teorema berdasarkan pada pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimilikinya, penggunaan kemampuan berpikir tingkat tinggi misalnya berpikir kritis dan kreatif melalui soal-soal pemecahan masalah, mengasah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi, mengembangkan sifat saling menghargai dan memahami pendapat yang berbeda serta saling menyumbang ide melalui kerja kelompok dan memperkuat sikap kerja keras, ulet, disiplin, jujur, serta motif berprestasi (Mulyana, 2009). Siklus belajar merupakan metode perencanaan yang cukup berpengaruh dalam ilmu pendidikan dan konsisten dengan berbagai teori kontemporer mengenai bagaimana individu belajar. Lawson et. al (1989) memperkenalkan istilah Exploration (Eksplorasi), Term Introduction (Pengenalan Istilah) dan Concept Aplication (Aplikasi Konsep) untuk siklus belajar yang dikembangkannya. Siklus ini kemudian berkembang menjadi siklus belajar 4E yang terdiri dari exploration, explanation, expansion, dan evalution (Martin et.al,2005). BSCS membangun pengajaran terdiri atas lima fase yaitu, Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration dan Evaluation atau disebut 5E (Collette & Chiappetta, 1995). Penelitian yang menggunakan siklus belajar 5E pada materi fisika telah dilakukan, diantaranya pada materi besaran dan turunan (Sari,et.al, 2016), gerak dan gaya (Acisli,et. al., 2011a), gerak peluru (Ornek & Zziwa, 2011), konsep gerak dan gaya (Cambell, 2008), perpindahan panas (Putra, et.al,

2018), fluida statis (Pratiwi, 2014), energi (Lalawi, et.al, 2017), serta materi elastisitas dan hukum Hooke (Lahmita et.al, 2016). 7 Penelitian yang menggunakan siklus belajar 5E pada jenjang sekolah kejuruan pada pelajaran fisika di Indonesia masih sedikit dilakukan. Faizah, et. al, (2017) melakukan penelitian penggunaan model learning cycle pada pelajaran fisika di SMK memberikan peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa. Penelitian menggunakan siklus belajar 5E pada materi gerak harmonik sederhana belum ditemukan. Berdasarkan hasil pengamatan, angket dan hasil penelitian, maka telah dikembangkan bahan ajar berupa LKS berbasis siklus belajar 5E pada materi gerak harmonik sederhana untuk SMK Program Teknologi dan Rekayasa yang dapat menunjang proses kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan meningkatkan hasil belajar siswa. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana produk LKS berbasis siklus belajar 5E materi gerak harmonik sederhana? 2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan LKS berbasis siklus belajar 5E pada materi gerak harmonik sederhana? 3. Bagaimana keefektifan LKS berbasis siklus belajar 5E pada pembelajaran fisika materi gerak harmonik sederhana?

8 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: 1. Menghasilkan LKS berbasis siklus belajar 5E pada materi gerak harmonik sederhana. 2. Mendeskripsikan kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan LKS berbasis siklus belajar 5E pada materi gerak harmonik sederhana. 3. Mendeskripsikan keefektifan LKS berbasis siklus belajar 5E pada materi gerak harmonik sedehana. D. Batasan Penelitian Ruang lingkup permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1. Model pengembangan adalah penelitian pengembangan berdasar model penelitian pengembangan Borg & Gall (1989). 2. Pengembangan produk yang telah dilakukan adalah pengembangan LKS. 3. Pendekatan yang diterapkan dalam LKS adalah berbasis siklus belajar 5E yakni Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration dan Evaluation. 4. Uji produk hasil penelitian ini telah dilakukan oleh ahli desain, ahli isi/materi pembelajaran, uji coba produk dan uji pemakaian di lapangan. 5. Uji coba produk di lapangan telah dilakukan pada siswa SMK kelas X program keahlian teknologi dan rekayasa di salah satu SMK di Kabupaten Lampung Tengah.

9 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk berbagai kepentingan sebagai berikut: 1. LKS hasil pengembangan dapat dipakai sebagai bahan kajian tentang pengembangan media pembelajaran fisika. 2. LKS hasil pengembangan dipakai sebagai sumber belajar karena memenuhi sebagai media pembelajaran fisika yang praktis, mudah, dan efektif. 3. LKS hasil pengembangan digunakan meningkatkan aktivitas pembelajaran dan keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Fisika Pembelajaran menurut Dimyati & Mudjiono (2015) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan kepada sumber belajar. Sementara konsep pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2011) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Dari pendapat ahli tersebut, maka suatu pembelajaran merupakan kegiatan yang diprogram oleh guru dengan sengaja agar siswa dapat mengikuti instruksi yang diberikan sehingga menghasilkan tanggapan siswa terhadap situasi tertentu yang direncanakan. Fisika merupakan pengetahuan yang di dalamnya terdapat kumpulan pengetahuan yang dapat berupa fakta, konsep, hukum, teori maupun model (Suciati, et.al, 2003). Menurut Young & Freedman (2003), fisika ialah suatu cara untuk melihat semesta ini, memahami bagaimana semesta ini bekerja, dan bagaimana berbagai bagian didalamnya berkaitan satu sama lain. Collette & Chiappetta (1995) menyatakan bahwa sains, yang fisika

11 merupakan salah satu bagiannya, pada hakikatnya merupakan pengumpulan pengetahuan (a body of knowledge), cara atau jalan berfikir (a way of thinking) dan cara untuk penyelidikan (a way of investigating). Dari penjelasan di atas, maka pembelajaran fisika dapat dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk suatu kegiatan ilmiah untuk memahami alam semesta dengan hasil-hasil yang diperoleh dalam pembelajaran fisika tidak lepas dari bagaimana manusia itu belajar. Kegiatan proses pembelajaran fisika yang dilaksanakan secara konvensional mengandalkan pada olah fikir (mind on), yang berarti memperlakukan fisika sebagai kumpulan pengetahuan sehingga siswa hanya menguasai sedikit konsep fisika tanpa memperoleh keterampilan proses, padahal hasil yang berbeda akan terjadi jika proses belajar mengajar dilakukan melalui kegiatan praktik, sehingga tidak hanya olah pikir tapi juga olah tangan (hand on) (Prasetyo, 2001). Head (1986) menyatakan ada 3 hal yang mendukung pentingnya kegiatan praktik dalam pembelajaran fisika, yaitu: (1) Memotivasi siswa dalam belajar, karena memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses IPA yang penting dan sikap positif, yakni sikap ilmiah. Hal ini bisa dimungkinkan terjadi karena kegiatan praktik yang sangat menarik, mengasyikkan, dan mendorong siswa untuk berinisiatif, berimajinasi dan belajar bekerja sama dalam kelompok. (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sejumlah

12 keterampilan. Dalam kegiatan praktek fisika, para siswa memperoleh keterampilan proses IPA melakukan kegiatan pengukuran (measuring), keterampilan menginterpretasi (interpreting), keterampilan melakukan manipulasi (manipulating), keterampilan mengambil kesimpulan (concluding), dan keterampilan mengkomunikasikan hasil (communicating). (3) Meningkatkan kualitas belajar siswa, karena dengan melakukan pengamatan langsung (first hand experiences), siswa dapat belajar lebih mudah dengan belajar melalui sumber sekunder. Para siswa akan menjumpai banyak pengalaman, baik berupa pengamatan langsung atau melakukan percobaan sendiri dengan obyek tertentu yang dimaksud. Jadi, dengan mengerjakan learning by doing siswa menjadi aktif dalam belajar. Proses pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas, 2005). Proses pembelajaran bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri pelajar menjadi pengetahuan fungsional. Penerapan strategi pembelajaran siklus belajar dilihat dari dimensi guru strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas guru dalam merancangkan kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi pembelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan dalam meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar dilibatkan secara aktif

13 dalam proses pembelajaran dan membantu mengembangkan sikap ilmiah pembelajar, pembelajaran menjadi lebih bermakna (Fajaroh & Dasna,2007). Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, maka penyampaian materi dalam pembelajaran fisika akan memberikan dampak yang baik bagi siswa jika dilengkapi dengan kegiatan praktik yang memberikan kesempatan mengembangkan keterampilan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Fisika di SMK Program Keahlian Teknologi dan Rekayasa mengacu pada pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 2013. mengintegrasikan tiga ranah kompetensi yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang dalam implementasinya terangkum dalam Kompetensi Inti 1 (KI-1) berupa sikap spiritual, Kompetensi Inti 2 (KI-2) berupa sikap sosial, Kompetensi Inti 3 (KI-3) berupa pengetahuan, dan Kompetensi Inti 4 (KI-4) berupa ketrampilan (Machali, 2014). Mata pelajaran Fisika di SMK masuk dalam pelajaran peminatan kelompok C1( dasar kejuruan) yaitu termasuk dalam mata pelajaran yang menunjang/mendukung program produktif. Pembahasan materi dalam pelajaran Fisika harus diupayakan berkait erat dengan materi dari program produktif. Materi yang dipelajari oleh siswa harus merupakan masalah nyata yang akan dijumpainya kelak ketika sudah lulus dan terjun dalam dunia industri. Oleh karena pembahasan konsep-konsep dalam mata pelajaran fisika harus selaras dengan mata pelajaran program produktif.

14 Tuwoso (2011) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran di SMK dapat dikembangkan menggunakan (1) pembelajaran berbasis luas dan mendasar, (2) pembelajaran berbasis kompetensi, (3) pembelajaran tuntas, (4) pembelajaran berbasis normatif dan adaptif, (5) pembelajaran berbasis produksi, (6) pembelajaran di dunia kerja dan (7) Pembelajaran berwawasan lingkungan. Sedangkan hasil penelitian Nuri & Rusilowati (2018) menyatakan bahwa pembelajaran fisika berbasis produksi mampu meningkatkan keterampilan produktifitas siswa SMK. B. Siklus Belajar Siklus belajar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang didasarkan pada teori konstruktivisme dan teori perkembangan intelektual, yang memperkaya kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru dengan melakukan pendekatan inkuiri (Budprom, et. al., 2010). Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai kesetimbangan (Sa ud, 2013). Konstruktivisme adalah suatu teori tentang bagaimana terjadinya belajar itu berarti membangun, menciptakan, menemukan dan mengembangkan pengetahuan kita sendiri (Elisna, 2007).

15 Bahbahani (2006) menyatakan bahwa penggunaan variasi konstruktivis dalam pembelajaran memberikan pengaruh pada prestasi, motivasi dan aktualisasi diri siswa. Melalui pembelajaran konstruktivis, siswa ditempa sehingga memahami teori dan dapat mengaplikasikan teori tersebut dalam dunia nyata di sekolah. Berdasar pendapat para ahli di atas, maka teori konstruktivis memberikan kesempatan belajar bagi siswa dengan pendekatan inkuiri sehingga bisa membangun, mencipta, menemukan dan mengembangkan pengetahuan sendiri berdasar pengalaman yang diperolehnya. Siklus belajar merupakan metode perencanaan yang cukup berpengaruh dalam ilmu pendidikan dan konsisten dengan berbagai teori kontemporer mengenai bagaimana individu belajar. Metode ini mudah dipelajari dan bermanfaat dalam menciptakan kesempatan dalam belajar sains dan model pembelajaran yang didasarkan pada penyelidikan (Lorsbach, 2012; Walbert, 2012). Lawson, et. al. (1989) menggunakan istilah Exploration (Eksplorasi), Term Introduction (Pengenalan Istilah) dan Concept Aplication (Aplikasi Konsep). Sesi Eksplorasi (Exploration) sering mensyaratkan aplikasi dari konsep utama ketika membentuk suatu pengetahuan untuk memperkenalkan istilah baru. Sesi Pengenalan Istilah (Term Introduction) mengarah pada pemberian pertanyaan terbaik yang dijawab dengan memberikan siswa tantangan untuk mengerjakan menurut cara mereka sendiri untuk menemukan aplikasi dari konsep baru. Kegiatan

16 dari Aplikasi Konsep (Concept Application) dapat membuktikan tantangan untuk menggunakan istilah yang dikenalkan sebelumnya dan mengijinkan siswa untuk mengeksplorasi suatu bentuk pengetahuan baru (Lawson, et. al., 1989). Berdasar pendapat ahli di atas maka siklus belajar dapat dinyatakan sebagai suatu model pembelajaran bagi siswa untuk memperkaya pengalaman dan membentuk pola fikir untuk memperkaya pengetahuannya dengan cara mengulang-ulang pola pembelajaran dengan memperhatikan fakta dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan suatu istilah baru yang dikembangkan menjadi suatu pengetahuan yang baru. Siklus belajar 3E dikembangkan menjadi 4E yang direkomendasikan oleh Martin et. al. (2005) yang secara spesifik dirancang untuk mengamodasi semua tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang menekankan penguasaan konsep yang spesifik, mengembangkan keterampilan berpikir, dan memecahkan masalah. Siklus ini terdiri dari empat fase yaitu exploration, explanation, expansion, dan evalutian. Pada tahun 1989, Biological Sciences Curriculum Study (BSCS) membangun pengajaran terdiri atas lima fase yaitu, Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration dan Evaluation disebut 5E. Sejak tahun 1980-an, BSCS telah menggunakan model 5E sebagai inovasi sentral di sekolah dasar, menengah dan atas program biologi serta program sains terintegrasi (Collette & Chiappetta, 1995).

17 Siklus belajar 5E adalah istilah untuk penyelidikan lima langkah proses yang melibatkan keterlibatan, eksplorasi, penjelasan, elaborasi, dan evaluasi (Bybee, et. al., 2006). Langkah tiap tahap dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut: (1) Tahap Libatkan (Engagement): Dalam tahap ini guru berusaha untuk mendapatkan minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran. Siswa dibantu untuk mengingat pengetahuan awal berupa hal-hal yang mereka ketahui tentang materi tersebut (Brown & Abell, 2013). Pelajaran dimulai dengan pengenalan lucu dan menarik dan siswa ditanya tentang alasan dari masalah tersebut. Tujuannya tidak menemukan jawaban yang benar tetapi membuat mereka mengajukan pertanyaan dan ide-ide yang berbeda. (2) Tahap Jelajahi (Exploration): Pada tahap ini siswa menghasilkan beberapa ide untuk memecahkan masalah dengan melakukan kerja kelompok di lingkungan sekolah seperti di perpustakaan, atau di ruang kelas. Fungsi guru dalam tahap ini sebagai pemandu, tetapi membiarkan siswa untuk menemukan jawaban dari masalah, memiliki pengalaman pertama, dan mengeksplorasinya. (3) Tahap Jelaskan (Explanation): (i), kelompok membuat diskusi kelas untuk membahas temuan mereka. Guru mencoba untuk membuat hubungan antara apa yang dipelajari siswa dan apa yang mereka ketahui sebelumnya. (ii), guru menanyakan beberapa pertanyaan untuk membantu siswa untuk menyusun konsep-konsep ilmiah dan berbagi pengetahuan tentang konsep dengan siswa. Ini adalah yang tahap yang paling berpusat pada guru dan dalam situasi yang diperlukan guru memberikan beberapa penjelasan di tingkat pengetahuan dasar.

18 (4) Tahap rumit (Elaboration): Siswa menerapkan pengetahuan dan pemecahan masalah pendekatan untuk kasus baru dan masalah. Dengan cara ini, mereka belajar konsep-konsep baru yang tidak ada di pikiran mereka. Siswa didorong untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan, istilah dan konsep yang baru diperoleh ke dalam situasi baru untuk menerapkan hal yang telah mereka pelajari. (5) Tahap Evaluasi (Evaluation): Pada akhir siklus, tahap ini memungkinkan siswa untuk melakukan refleksi tentang apa yang ia pelajari. Pada tahap ini, guru dapat mengamati siswa saat mereka memecahkan masalah dan melakukan evaluasi belajar. (Feizioglu & Ergin, 2012). Evaluasi juga dapat dilakukan di tiap tahap, agar dapat mengetahui perkembangan proses pembelajaran yang dialami siswa. Warsono & Hariyanto (2012) memerinci kegiatan siklus belajar 5E untuk masing-masing langkah dan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Rincian untuk langkah Engage dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Kegiatan Siswa dan Guru Dalam Tahap Engage atau Pelibatan Siswa. (Warsono & Hariyanto, 2012) Kegiatan Siswa Kegiatan Guru Mengingat kembali pengetahuan Mengajukan masalah terdahulu Menaruh minat Mengajukan pertanyaan Mengalami keraguan atau Mengungkap kekurangan suatu ketidakseimbangan kognitif konsep Memiliki sejumlah pertanyaan Menimbulkan keraguan atau ketidakseimbangan kognitif Mengidentifikasi masalah yang akan Menilai pengetahuan siswa terdahulu dipecahkan, membuat keputusan, melakukan resolusi konflik Menuliskan pertanyaan, masalah dan Mempersiapkan solusi memperoleh lain-lain jawaban masalah atau pertanyaan Mengembangkan rasa ingin tahu Membimbing siswa Melakukan refleksi diri dan evaluasi Membimbing siswa

19 Kegiatan ini masuk dalam tahap pendahuluan pembelajaran, yakni guru melakukan apersepsi dan motivasi kepada siswa dan juga menyampaikan tuju-an instruksional dalam pembelajaran yang akan dilakukan hari itu. Setelah mendapatkan apersepsi dan motivasi di awal pembelajaran maka dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu tahap explore. Kegiatan untuk tahap explore dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Kegiatan Siswa dan Guru Dalam Tahap Explore atau Penyelidikan. (Warsono & Hariyanto, 2012) Kegiatan Siswa Kegiatan Guru Menyusun hipotesis & melakukan Mengajukan pertanyaan & prediksi pemeriksaan Melakukan eksplorasi sumber daya dan Membuat model jika diperlukan bahan-bahan kajian Merancang dan merencanakan Membuat saran-saran terbuka Mengumpulkan data Menyediakan sumber daya Membangun model-model Memberikan umpan balik Mencari berbagai macam kemungkinan Menilai pemahaman dan proses-proses jawaban Melakukan refleksi diri dan evaluasi Penyampaian istilah baru kepada siswa diberikan pada tahap explain. Siswa kemudian memahami istilah baru tersebut untuk kemudian berdiskusi bersama teman dalam satu kelompok tentang penerapannya. Aktivitas guru dalam kegiatan ini sebagai fasilitator dan sesekali bertindak memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengecek pemahaman istilah baru tersebut. Hal ini dilakukan sebagai tindakan untuk memperkecil munculnya kekeliruan dalam memahami suatu konsep yang akan dipelajari oleh siswa. Kegiatan dilakukan untuk tahap explain dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Kegiatan Siswa dan Guru Dalam Tahap Explain atau Penjelasan. (Warsono & Hariyanto, 2012) Kegiatan Siswa Kegiatan Guru Membuat klarifikasi pemahaman Mengajukan pertanyaan, mengajukan dirinya terhadap konsep baru yang masalah dan isu baru diterimanya Membangun generalisasi Membuat model atau menyarankan berbagai modus yang mungkin Melakukan refleksi tentang konsepkonsep yang dapat dipercaya alternatif Menawarkan pemecahan masalah Mencari penjelasan baru Menyempurnakan penjelasan atau Menggunakan berbagai modus penjelasan (menuliskan, membuat karya seni, dan lain-lain) melakukan klarifikasi Melakukan evaluasi terhadap penjelasan 20 Kegiatan pada tahap Explore dan Explain ini dalam rencana pelaksanaan pembelajaran guru masuk pada tahap kegiatan inti. Dalam tahap ini kegiatan yang akan dilakukan siswa dan guru diberikan secara berurut dan saling mendukung. Guru menyampaikan istilah-istilah baru berupa besaran fisika, siswa kemudian melakukan kegiatan pemahaman tentang istilah yang baru diterima dan membandingkan dengan pengetahuan yang telah diterimanya. Pada tahap ini biasanya akan terjadi perdebatan dan akan memunculkan fakta-fakta yang terjadi di kehidupan sehari-hari dan juga informasi yang diperoleh dari sumber lain. Siswa akan saling mempertahankan pendapat berdasar pemahaman yang selama ini dimilikinya. Tahapan selanjutnya yang dilakukan disebut tahap Elaboration atau Perluasan. Kegiatan untuk tahap Elaboration dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Kegiatan Siswa dan Guru Dalam Tahap Elaboration atau Perluasan. (Warsono & Hariyanto, 2012) Kegiatan Siswa Kegiatan Guru Menerapkan pengetahuan baru Mengajukan pertanyaan Memecahkan masalah Memberikan umpan balik Membuat keputusan Menyediakan sumber daya Melaksanakan tugas-tugas baru yang Mengajukan saran-saran terbuka berkaitan Melakukan resolusi konflik Membuat model jika diperlukan Merencanakan dan melaksanakan proyek Melakukan evaluasi baru Mengajukan pertanyaan baru Mencari klarifikasi lebih lanjut 21 Fase evaluasi (Evaluation) tidak dimasukkan dalam tabel tersendiri karena sudah dimasukkan dalam tiap langkah. Fase evaluasi dapat juga berbentuk sejumlah pertanyaan pada tes formatif maupun tes sumatif, termasuk bertanya tentang aktivitas siswa di laboratorium (Warsono & Hariyanto, 2012). Dengan demikian, siklus belajar 5E dimulai dengan keterlibatan aktif siswa dalam menginvestigasi fenomena alam. Selama eksplorasi, guru berperan sebagai fasilitator, menyediakan bahan ajar dan petunjuk, mengarahkan proses eksperimen fisika. Setelah eksplorasi, guru mengajak suatu periode diskusi dimana siswa membagikan pengamatan mereka ke teman kelas. Pada waktu ini guru menghubungkan pengalaman siswa kepada target konsep sains termasuk identifikasi kosa kata sains. Sekali konsep telah diberikan, siswa terlibat dalam aktivitas tambahan dimana mereka mengaplikasikan pemahaman baru ke dalam situasi baru (Balci, et. al., 2006).

22 Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siklus belajar 5E sebenarnya sudah dikenal oleh guru dalam pembelajaran, karena dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, tahap engagement masuk dalam bagian kegiatan pendahuluan, tahap exploration, explaination, elaboration masuk dalam kegiatan inti pembelajaran dan tahap evaluation masuk dalam kegiatan penutup. Tahap evaluation dapat ditambahkan berada di luar kegiatan belajar yakni pengambilan nilai yang dilaksanakan mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Secara singkat dapat dinyatakan pengalaman pengantar berupa ilustrasi membutuhkan kepentingan siswa dan pengalaman sebelumnya untuk membangun koneksi ke tujuan pembelajaran (langkah engage); kegiatan penyelidikan menyelidiki fenomena yang relevan (langkah eksplorasi); kemudian konsep menjelaskan, termasuk kesempatan untuk menunjukkan pemahaman konseptual (langkah explain); pengalaman pelengkap kemudian menantang dan memperdalam pemahaman (langkah elaboration); terakhir, penilaian sumatif untuk mengevaluasi pemahaman siswa (langkah evaluation). Siklus belajar 5E memberikan kesempatan siswa untuk membangun kemudian memperbaiki ide-ide tentang konseptual dan materi ilmu pengetahuan, maupun pengalaman langsung dengan fenomena yang relevan. Dengan cara ini, setiap langkah 5E membangun satu pada yang lain, membingkai perkembangan pengetahuan (Zukier & Whitaker, 2012).

23 Pelaksanaan siklus belajar dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis yaitu siswa belajar secara aktif dalam mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interprestasi individu. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah. Siswa dapat meningkatkan perbincangan ilmiah mereka, dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam kelas sains (Fajaroh & Dasna, 2007). Selain keunggulan tersebut, ada kekurangan dari penerapan strategi ini yakni efektifitas pembelajaran akan rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, kesungguhan dan kreativitas guru diperlukan dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, waktu dan tenaga yang lebih banyak dan lebih lama untuk menyusun rencana dan melaksanaan pembelajaran (Fajaroh & Dasna, 2007). Berdasarkan penjelasan di atas, maka guru harus benar-benar memilih materi yang disampaikan dapat dilaksanakan menggunakan siklus belajar 5E. Pemilihan bahan dan alat praktek harus disesuaikan dengan pengalaman siswa sebelumnya dan mudah didapatkan di lingkungan sekolah.

24 C. Lembar Kegiatan Siswa Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas akan membutuhkan suatu media agar hal yang disampaikan guru dapat diterima dan dipahami oleh siswa. Media pembelajaran itu sendiri menurut Suryani & Leo (2012) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka mendukung usaha-usaha pelaksanaan proses belajar mengajar yang menjurus kepada pencapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran menurut Sukiman (2012) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesar dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan alat bantu untuk menyampaikan pesan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga merangsang siswa untuk berfikir, berperasaan, minat dan perhatiannya sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Media pembelajaran menurut Arsyad (2012) dibagi menjadi empat, yakni (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang berbentuk cetakan.

25 1. Pengertian LKS Dahar (2006) menyatakan bahwa LKS adalah lembar kegiatan yang berisikan informasi dan instruksi dari guru kepada siswa agar siswa dapat mengerjakan sendiri suatu aktivitas belajar, melalui praktik atau penerapan hasil belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara menurut Prastowo (2012), LKS adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Hal ini dikarenakan di dalam LKS tersebut siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas mandiri yang berkaitan dengan materi. Selain itu juga, siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas yang berkaitan dengan materi yang diberikan tersebut. Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan pengertian LKS dalam penelitian ini adalah materi ajar yang dikemas sedemikian rupa yang disajikan secara tertulis dan grafis sebagai stimulus yang efisien dan efektif sehingga siswa dapat melakukan secara mandiri atau bersama-sama. 2. Tujuan LKS Penggunaan LKS memiliki tujuan untuk menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan, menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap

materi yang diberikan, melatih kemandirian belajar siswa, memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa (Prastowo,2012). 26 Depdiknas (2008) memberikan tujuan media LKS adalah: a. Membantu siswa untuk menemukan suatu konsep, LKS akan mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. LKS memuat apa yang (harus) dilakukan siswa meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. b. Membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. c. Sebagai penuntun belajar, LKS berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika membaca buku. d. berfungsi sebagai penguatan. e. berfungsi sebagai petunjuk praktikum Menurut Darmodjo & Kaligis (1993), dengan menggunakan LKS dalam proses belajar mengajar memudahkan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, misalnya dalam mengubah kondisi belajar yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (student centered). Pada proses pembelajaran yang berpusat pada guru interaksi satu arah dimana guru menerangkan, mendikte, dan memerintahkan, sedangkan siswa hanya akan mendengar, mencatat dan