BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks LQ45

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. hanya dengan mengejar profit saja, ini dibuktikan dengan adanya fenomenafenomena

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. (profit), tetapi juga bertanggung jawab kepada masyarakat (people) dan bumi

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi atau single P (Profit). Pada paradigma single P (Profit), tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan sustainability report. Sustainability report mulai diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB I PENDAHULUAN. Preparatory Meeting of Bilateral Economic Working Groups RI-Singapura

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. Desember Owen (2005) mengatakan bahwa kasus Enron di Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibangun dengan paradigma berbasis ekonomi atau single P (Profit).

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi ekonomi yang berubah pesat, memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka memberikan informasi tentang pertanggung triple bottom line,

BAB I PENDAHULUAN. Sustainability Reporting (Sakina, 2014). Meskipun telah didukung oleh peraturan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat memantau perkembangan perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan arus informasi di era globalisasi saat ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Kinerja perusahaan secara langsung ataupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibilty atau lebih dikenal dengan CSR adalah bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. peran investor yang melakukan transaksi di lantai bursa. Investasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut harus memperhatikan 3P yaitu keuntungan (profit),

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang timbul terhadap lingkungan sekitarnya. Permasalahan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini, akuntansi konvensional hanya menyediakan informasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

mengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang sifatnya sukarela (voluntary

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pihak-pihak yang memiliki kepentingan di perusahaan tersebut. Pada

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan perusahaan juga perlu mendapat perhatian lebih.

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas dengan harapan memperoleh return yang optimal. Bagi investor dan calon

BAB I PENDAHULUAN. Khoirudin (2013) berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility. berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Indeks LQ45 Indeks LQ45 merupakan salah satu indeks yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks LQ45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar regular. Sesuai dengan perkembangan pasar dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas. Sehingga kriteria suatu emiten untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan. 2. Aktivitas transaksi di pasar regular yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi. 3. Jumlah hari perdagangan di pasar regular. 4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu. 5. Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja emiten-emiten yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. (sumber: www.idx.co.id, 2010) 1

1.1.2 Straits Times Index (STI) Straits Times Index (STI) adalah salah satu indeks saham yang terdapat di bursa efek Singapura. Pertama kali diluncurkan pada tahun 1930 yang didirikan oleh Singapore Stock Brokers Association yang berfungsi untuk mengatur aktivitas yang berkaitan dengan perdagangan saham. STI terdiri dari 30 perusahaan terbesar di pasar saham Singapura. Kriteria perusahaan yang tergabung dalam STI adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang memiliki kapitalisasi nilai pasar yang besar. 2. Perusahaan yang memiliki free float minimal 15%. 3. Perusahaan yang memiliki likuiditas minimal 0,05% per hari. (sumber: www.sph.com.sg, 2010) 1.1.3 Perkembangan Indeks LQ45 dan STI Berikut ini adalah perkembangan harga saham dari LQ45 dan STI selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Sumber :www.bloomberg.com Gambar 1.1 Pergerakan Harga Saham LQ45 dan STI 2

Jika dilihat dari perkembangan indeks harga saham dari LQ45 dan STI, terlihat arah perkembangan indeks harga saham yang searah. Dapat disimpulkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia dan Singapura memiliki arah perkembangan yang sama, lalu jika dilihat dari karakteristik perusahaan-perusahaan yang termasuk di indeks LQ45 dan STI, tidak ada perbedaan yang signifikan antara perusahaanperusahaan yang terdaftar di indeks harga saham kedua negara karena perusahaan yang terdapat baik di LQ45 maupun STI memiliki karakteristik yang sama. Indonesia dan Singapura adalah dua Negara yang saling mempengaruhi jika dilihat dari letak kedua Negara yang berada pada satu regional/kawasan. Bursa saham Singapura adalah bursa saham terdekat yang paling besar pengaruhnya terhadap bursa saham Indonesia dan perekonomian antara Singapura dan Indonesia memiliki arah perkembangan yang sama, sehingga dapat dibandingkan. 1.2 Latar Belakang Penelitian Sebagai sebuah entitas, perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang melakukan kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan seringkali tidak memperhatikan masalah lingkungan karena pemimpin perusahaan berpikir bahwa memperhatikan masalah lingkungan berarti perusahaan harus mengeluarkan biaya (Damayanti dan Pentiana, 2013). Dengan mengabaikan masalah lingkungan perusahaan akan merasakan dampak yang lebih besar yang dapat mengancam keberlangsungan (sustainability) usahanya. Menurut Galtung & Ikeda (1995) dan Rich (1996) dalam Chwastiak (1999), kapitalisme yang hanya berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran mereka tetapi justru menjadikan mereka mengalami penurunan kondisi sosial. Apabila hal ini terus berlanjut dan dampak negatif tersebut tidak ditanggulangi 3

maka kesinambungan perusahaan akan terancam. Perusahaan akan menerima sanksi dari pemerintah maupun masyarakat setempat. Perusahaan-perusahaan di dunia telah menyadari akan pentingnya sustainability report, KPMG menemukan bahwa pada rentang tahun 2008-2011 terjadi peningkatan sebesar 14% pada pengungkapan laporan keberlanjutan usaha perusahaan tersebut. Di tahun 2011, sebanyak 95% dari perusahaan yang terdaftar di Fortune 250 telah membuat laporan keberlanjutan usaha (KPMG, 2011). Pada tahun 2000, jumlah korporasi global yang melakukan pelaporan CSR baru sekitar 600 perusahaan. Pada tahun 2007 jumlahnya telah mencapai lebih dari 2.500 perusahaan, dan pada akhir tahun 2009 terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam jumlah perusahaan global yang melaporkan kegiatan CSR, lebih dari 4.000 perusahaan telah melaporkan kegiatan CSR. Namun, perusahaan di Asia hanya menyumbang 600 perusahaan (Corporate Register, 2009). Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia muncul pada akhir dekade 1990-an, dimana CSR tersebut ada dikarenakan adanya gerakan sosial yang mulai berkembang di Indonesia serta kesadaran perusahaan (terutama perusahaan asing) sendiri yang mengindikasi bahwa pendekatan keamanan tidak bisa lagi dipergunakan, harus digantikan dengan pendekatan kesejahteraan. CSR dinilai penting pada saat banyaknya pemberian penghargaan untuk perusahaan di tahun 2000-an. Walaupun pemberian penghargaan tersebut hanya bersifat apresiasi awal (belum sebagai penilaian kinerja yang ketat) namun berbagai penghargaan itu telah membuat beberapa perusahaan yang progresif menjadi terkenal. Pertukaran pengalaman terjadi dalam event penghargaan dan biasanya berlanjut menjadi kunjungan belajar. Sejak pertengahan 2000-an, beberapa perusahaan sudah mulai membuat pelaporan periodik mengenai aktivitas dan kinerja sosial dan lingkungan. Perusahaan yang progresif menggunakan standar dari Global Reporting Initiative (GRI) untuk membuat laporan keberlanjutan usaha tersebut. Setiap tahun telah diselenggarakan Indonesian Sustainability Report Award (ISRA), yang secara tidak langsung mendorong 4

perkembangan atas laporan keberlanjutan usaha bagi perusahaan di Indonesia. (www.csrindonesia.com, 2010). Perkembangan CSR di Singapura meningkat pada tahun 2000-an, dimana CSR tersebut telah dikenal di Singapura semenjak 1990-an dan baru dikaji lebih dalam sejak tahun 2003 melalui berbagai konferensi yang diadakan pihak pemerintah maupun organisasi-organisasi Singapura. Adanya perkembangan CSR di Singapura didasarkan pada tingginya Foreign Direct Investment (FDI) Singapura yang berarti banyak perusahaan multinasional yang melakukan kegiatan operasinya di Singapura, dimana perusahaan multinasional tersebut merupakan perusahaan cabang (subsidiary / branch) sehingga perusahaan cabang tersebut pun harus mengimplementasikan CSR sebagaimana perusahaan induknya yang berada di Negara lain. (Ho, 2011). Dari 100 indikator keberlanjutan usaha (sustainability) yang diuji dari 10 Negara di Asia, Indonesia menduduki peringkat ke-8 dengan rata-rata pengungkapan sebesar 34% dan Singapura hanya mampu meraih peringkat ke-6 dengan rata-rata pengungkapan sebesar 35%. Pengungkapan yang dicapai oleh Indonesia dan Singapura masih berada di bawah rata-rata pengungkapan yang ada di Asia, dimana rata-rata persentase pengungkapannya yaitu sebanyak 36% (www.csr-asia.com, 2011). Pada tahun 2011, sebanyak 25 perusahaan Indonesia dan 21 perusahaan Singapura telah membuat laporan keberlanjutan usaha (sustainability report). Perusahaan Indonesia yang paling banyak berkontribusi membuat sustainability report adalah dari sektor pertambangan yaitu sebanyak 9 perusahaan, sedangkan pengungkapan sustainability report pada perusahaan Singapura didominasi oleh perusahaan pada bidang electronic and electrical equipment. (www2.accaglobal.com, 2011). Berdasarkan kondisi di atas, maka diperlukannya adanya peningkatan dalam praktik CSR serta peningkatan pengungkapan sustainability reporting di Indonesia serta Singapura karena jumlah perusahaan yang mengungkapkan sustainability report masih rendah. Hal ini dilakukan agar perusahaan-perusahaan yang ada di kedua Negara ini tidak hanya memperhatikan keuntungan atas operasinya saja tetapi juga 5

dapat memperdulikan lingkungan dan stakeholders yang terikat atas operasinya tersebut. Perubahan paradigma dari pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), memerlukan dua pra kondisi yaitu social responsibility dan environment responsibility. Terpenuhinya tanggung jawab sosial dan lingkungan akan lebih memudahkan tercapainya pembangunan yang berkelanjutan. Sebab, sumber-sumber produksi yang sangat penting bagi aktivitas perusahaan dapat lebih terjaga. Dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line (SBL), yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi ekonomi (financial) saja. Tapi lebih berpijak pada triple bottom line (TBL) yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) (Aulia dan Kartawijaya, 2011). Banyak perusahaan yang telah mengungkapkan tanggung jawab sosialnya, namun masih dalam tingkat sukarela dengan menggunakan indikator yang berfokus pada konsep Corporate Social Responsibility. Padahal sebenarnya Corporate Social Responsibility berasal dari pemikiran konsep triple bottom line menyatakan bahwa perusahaan harus melakukan konsep ini agar perusahaan dapat sustainable. (Elkington, 1997) Konsep triple bottom line juga dikenal sebagai 3P s yang mencakup Profit, People, dan Planet. Profit (keuntungan) merupakan komposisi pertama dari triple bottom line dimana keuntungan merupakan tujuan utama dari perusahaan. Lalu people (manusia) merupakan para stakeholders yaitu karyawan, investor, distributor, dan masyarakat sekitar yang berhubungan secara langsung atau pun tidak dengan kegiatan operasional perusahaan. Manusia dapat diiartikan sebagai sumber daya bagi perusahaan, dikarenakan kegiatan operasional perusahaan dilakukan oleh manusia sehingga berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari kinerja dari sumber daya manusia. Yang terakhir adalah planet (bumi), 6

yang merupakan tempat berlangsungnya kegiatan operasi serta tempat manusia melangsungkan hidupnya. Perusahaan jarang sekali memperdulikan bumi sebagai pemasok bahan baku utama perusahaan tanpa menjaga sumber daya alam yang ada di bumi. (www.ibrc.indiana.edu, 2011) Beberapa pendapat menyatakan bahwa pemegang saham lebih konservatif dan hanya peduli terhadap tingkat pengembalian investasi, namun kenyataannya sesuai dengan survey yang dilakukan Marc Epstein pada pemegang saham mereka menginginkan perusahaan menggunakan sumber dayanya agar lingkungannya bersih, menghentikan polusi lingkungan, dan membuat produk yang aman (Belkaoui, 1989). Perhatian terhadap lingkungan juga telah dituangkan dalam peraturan tentang pengelolaan lingkungan, diantaranya undang-undang No.23 tahun 1997 dan ISO 14001 yang menetapkan pengelolaan lingkungan secara keseluruhan. Peraturan yang mengatur tentang CSR perusahaan di Indonesia adalah UU No.40 tahun 2007 pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan yang mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan tanggungjawab sosial. Sedangkan pernyataan yang tidak bersifat mandatory telah diungkapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 1 (revisi 2012) paragraf 23 secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial. Walaupun pernyataan IAI ini tidak bersifat mandatory, tetapi IAI telah menyarankan agar keperdulian perusahaan akan lingkungan sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi. Pengungkapan CSR di Singapura didasarkan pada National Tripartite Initiative (NTI) on CSR yang merupakan pedoman perusahaan Singapura dalam menjalankan program CSR. Pedoman ini dibuat pemerintahan Singapura yang dibentuk oleh 11 kementrian Singapura. NTI on CSR menjadi panduan mengenai model indikator strategi corporate social responsibility (CSR) bagi perusahaan-perusahaan yang terdapat di Singapura. NTI on CSR baru dicanangkan pada tahun 2004 (Ho, 2011). Singapura tidak memiliki peraturan yang bersifat mandatory untuk kegiatan dan pengungkapan CSR, hal ini dikarenakan pemerintah Singapura menganut konsep 7

bisnis yang ramah, dimana perusahaan dibebaskan dari keharusan untuk melakukan CSR karena pemerintah Singapura tidak ingin membebani perusahaan dengan mengeluarkan biaya tambahan untuk CSR yang dinilai tidaklah sedikit, sebagaimana yang disampaikan oleh (The Association of Chartered Certified Accountants,2011). Jika dilihat dari peraturan yang diberlakukan, maka Indonesia lebih unggul dalam waktu diberlakukannya dan sudah mempunyai peraturan yang bersifat mandatory mengenai CSR. Tetapi hal ini tidak membuat Indonesia lebih unggul akan pengungkapan mengenai CSR, karena berdasarkan penelitian Craig dan Diga (1998) Indonesia jika dibandingkan dengan 5 Negara di Asia Tenggara sering menduduki peringkat terbawah sedangkan Singapura yang merupakan Negara berwilayah kecil serta memiliki peringkat yang lebih baik daripada Indonesia. Berdasarkan fakta tersebut, maka peneliti ingin mengetahui secara lebih mendalam mengenai faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi perusahaan-perusahaan yang terdapat di Indonesia maupun Singapura terhadap pengungkapan sustainability report. Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan yang ditentukan berdasarkan ukuran nominal, misalnya jumlah kekayaan dan total penjualan perusahaan dalam satu periode penjualan, maupun kapitalisasi pasar (Ibrahim, 2008 dalam Putri, 2012). Hubungan ukuran perusahaan dan jumlah pengungkapkan dijelaskan dengan teori keagenan. Perusahaan besar secara sukarela akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan (Naser et al., 2006). Penelitian Craig dan Diga (1998), Almilia (2006), Ho dan Taylor (2007), Frendy dan Kusuma (2011), Febrina dan Suaryana (2011), Suryono dan Prastiwi (2011), serta Aulia dan Kartawijaya (2011) menunjukkan adanya pengaruh antara ukuran perusahaan dan pengungkapan sustainability report. Sedangkan penelitian Yuliana dkk (2008) dan Anggraini (2008) menunjukkan tidak adanya pengaruh antara ukuran perusahaan dan pengungkapan sustainability report. Jensen dan Meckling (1976) dalam Aulia dan Kartawijaya (2011) mengatakan bahwa perusahaan dengan leverage yang lebih tinggi memiliki biaya monitoring yang tinggi. Sehingga manajemen akan secara komprehensif mengungkapkan untuk tujuan 8

monitoring agar memastikan kepada debt holders kemampuan untuk membayar. Penelitian Craig dan Diga (1998), Nugroho dan Purwanto (2013) menunjukkan adanya pengaruh antara leverage dan pengungkapan sustainability report. Sedangkan penelitian Almilia (2006), Anggraini (2006), Ho dan Taylor (2007), Frendy dan Kusuma (2011), Febrina dan Suaryana (2011), Suryono dan Prastiwi (2011), Aulia dan Kartawijaya (2011) dan menunjukkan tidak adanya pengaruh antara leverage dan pengungkapan sustainability report. Manajer pada perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki dorongan atau insentif yang lebih untuk mengungkapkan informasi untuk mendukung keberlanjutan posisi mereka dan juga kompensasi yang diperoleh (Wallace et al., 1994 dalam Aulia dan Kartawijaya, 2011). Penelitian Suryono dan Prastiwi (2011) dan Frendy dan Kusuma (2011) menunjukkan adanya pengaruh antara profitabilitas dan pengungkapan sustainability report. Sedangkan penelitian Anggraini (2006), Almilia (2008), Ho dan Taylor (2007), Yuliana dkk (2008), Febrina dan Suaryana (2011), Aulia dan Kartawijaya (2011), serta Nugroho dan Purwanto (2013) menunjukkan tidak adanya pengaruh antara profitabilitas dan pengungkapan sustainability report. Oyelere et al. (2003) dalam Ho dan Taylor (2007) menyatakan bahwa likuiditas perusahaan adalah faktor penentu yang penting bagi pengungkapan yang dilakukan perusahaan, karena investor, kreditor, regulator dan pengguna lainnya sangat memperhatikan status going concern perusahaan. Penelitian Aulia dan Kartawijaya (2011) menunjukkan adanya pengaruh antara likuiditas dan pengungkapan sustainability report. Sedangkan penelitian Ho dan Taylor (2007), Suryono dan Prastiwi (2011) serta Nugroho dan Purwanto (2013) menunjukkan tidak adanya pengaruh antara likuiditas dan pengungkapan sustainability report. Investor asing memiliki kecenderungan mempersoalkan masalah pengadaan bahan baku dan proses produksi yang terhindar dari munculnya permasalahan lingkungan dan investor mulai mempertimbangkan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dalam bentuk keputusan investasinya (Satyo, 2005). Penelitian Craig dan Diga (1998) menunjukkan adanya pengaruh antara kepemilikan asing dan pengungkapan 9

sustainability report. Sedangkan penelitian Aulia dan Kartawijaya (2011) serta Nugroho dan Purwanto (2013) tidak menunjukkan adanya pengaruh antara kepemilikan asing dan pengungkapan sustainability report. Direksi non-eksekuutif yang pada umumnya lebih independen terhadap manajemen mungkin memiliki lebih banyak kekuatan untuk mendorong manajemen mengungkapkan informasi secara sukarela seperti informasi lingkungan kepada stakeholders. Sehingga, jumlah direktur independen yang dominan dalam dewan akan menghasilkan pengungkapan sukarela yang lebih besar (Nurhayati et al., 2006). Penelitian Suryono dan Prastiwi (2011) menunjukkan adanya pengaruh antara dewan direksi dan pengungkapan sustainability report. Sedangkan penelitian Aulia dan Kartawijaya (2011) menunjukkan tidak adanya pengaruh antara dewan direksi dan pengungkapan sustainability report. Gitman (2006) menyatakan bahwa struktur modal adalah kombinasi dari debt (hutang) dan equity (modal) yang dimiliki oleh perusahaan. Pendanaan menggunakan debt (debt financing) adalah ketika perusahaan meminjam uang (hutang) untuk mendapatkan dana. Sedangkan equity financing adalah dana yang didapatkan dari laba ditahan dan saham (www.id.shvoong.com, 2013). Ball (1995) dan Nobes (1998) dalam Aulia dan Kartawijaya (2011) menyatakan bahwa tingkat pengungkapan perusahaan lebih tinggi pada suatu Negara yang memiliki equity financing daripada Negara yang lebih pada debt financing. Menurut Ball et al. (2000) dalan Ho dan Taylor (2007) common law countries such as USA tend to have active public capital markets in which prices are established by competitive forces. Dapat disimpulkan bahwa Negara yang menganut sistem hukum common law lebih aktif pada pasar modal yang mengindikasikan bahwa pendanaan atas perusahaan yang ada pada Negara tersebut didominasi secara equity financing. Penelitian Craig dan Diga (1998) dan penelitian Ho dan Taylor (2007) menunjukkan adanya pengaruh antara nature of financing dan pengungkapan sustainability report. Sedangkan penelitian Aulia dan Kartawijaya (2011) menunjukkan tidak adanya pengaruh antara nature of financing dan pengungkapan sustainability report. 10

Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial yang lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low-profile (Anggraini, 2006). Roberts (1992) dalam Anggraini (2006) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi atau menghadapi persaingan yang tinggi seperti industri ekstraktif (industry yang bahan bakunya diambil langsung dari alam sekitar), lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibanding industri yang lain. Penelitian Craig dan Diga (1998), Anggraini (2006), Ho dan Taylor (2007), Frendy dan Kusuma (2011), serta Nugroho dan Purwanto (2013) menunjukkan adanya pengaruh antara tipe industri dan pengungkapan sustainability report. Sedangkan penelitian Aulia dan Kartawijaya (2011) menunjukkan tidak adanya pengaruh antara tipe industri dan pengungkapan sustainability report. Berdasarkan penelitian terdahulu, maka ditemui masih ditemukan research gap atau inkonsistensi pada hasil penelitiannya. Penelitian ini akan menguji faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam mengungkapkan informasi mengenai sustainability report. Konsep ini akan merefleksikan bagaimana kinerja perusahaan secara keseluruhan, karena akan menyajikan seluruh aktivitas perusahaan supaya tetap bisa menjaga keberlangsungan usahanya. Penelitian ini penting dilakukan karena akan berguna untuk menilai serta membandingkan kinerja perusahaan-perusahaan dengan likuiditas besar di Indonesia dan Singapura yang tercatat di LQ45 dan STI serta sebagai bahan evaluasi untuk pengawasan bagi pemerintah agar dapat memberikan pedoman khusus mengenai pengungkapan praktik CSR serta pengungkapan sustainability reporting yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan uraian, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Kepemilikan Asing, Dewan Direksi, Nature of Financing, dan Tipe Industri terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report (SR); Lintas Negara Indonesia dan Singapura (studi pada Perusahaan yang Terdaftar di LQ45 dan Strait Times Index Tahun 2012 11

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, likuiditas, kepemilikan asing, dewan direksi, nature of financing, dan tipe industri pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012? 2. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, likuiditas, kepemilikan asing, dewan direksi, nature of financing, dan tipe industri secara simultan terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012? 3. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, likuiditas, kepemilikan asing, dewan direksi, nature of financing, dan tipe industri secara parsial terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR), yaitu: a. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012? b. Apakah terdapat pengaruh leverage terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012? c. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012? d. Apakah terdapat pengaruh likuiditas terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012? e. Apakah terdapat pengaruh kepemilikan asing terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012? 12

f. Apakah terdapat pengaruh dewan direksi terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012? g. Apakah terdapat pengaruh nature of financing terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012? h. Apakah terdapat pengaruh tipe industri terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dibuat maka tujuan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Untuk menganalisis ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, likuiditas, kepemilikan asing, dewan direksi, nature of financing, dan tipe industri pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012. 2. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, likuiditas, kepemilikan asing, dewan direksi, nature of financing, dan tipe industri pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012. 3. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, likuiditas, kepemilikan asing, dewan direksi, nature of financing, dan tipe industri pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012 secara parsial: a. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012. 13

b. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012. c. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012. d. Untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012. e. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan asing terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012. f. Untuk menganalisis pengaruh dewan direksi terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012. g. Untuk menganalisis pengaruh nature of financing terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012. h. Untuk menganalisis pengaruh tipe industri terhadap pengungkapan Sustainability Report (SR) pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2012. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis a. Peneliti Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki peneliti serta penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori bagi peneliti dalam pemahaman ilmu yang berkaitan dengan corporate social responsibility dan sustainability report. 14

b. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya sebagai dasar pemikiran atau bahan studi perbandingan dan merupakan media referensi serta informasi untuk pengembangan penelitian maupun penelitian sejenis mengenai sustainability report. 1.5.2 Aspek Praktis Kegunaan praktis yang ingin dicapai dalam penerapan pengetahuan sebagai hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi perusahaan di Indonesia dan Singapura agar dapat menjadi tolok ukur atas kinerja serta kewajiban yang harus dipenuhi, sehingga dapat meningkatkan penerapan praktik corporate social responsibility dan pengungkapan sustainability report. 2. Bagi investor diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai praktik corporate social responsibility serta pengungkapan sustainability report yang terjadi pada perusahaan di Indonesia dan Singapura agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang mengangkat fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumentasi teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN 15

Bab ini menguraikan landasan teori yang akan digunakan sebagai acuan dasar bagi penelitian khususnya mengenai pengungkapan corporate social responsibility, mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, tinjauan umum mengenai variabel dalam penelitian, pengembangan kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel) dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas deskripsi penelitian berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan pembahasan hasil dari analisi penelitian, serta pengujian dan analisis hipotesis. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian. Selain itu, disajikan keterbatasan serta saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. 16