Ringkasan Eksekutif. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)



dokumen-dokumen yang mirip
DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indon

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL-RPL)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

BAB I PENDAHULUAN I.1

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MONITORING SUMUR-SUMUR EKSPLORASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Dahlan, Eddy M., Anna Y.

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -2

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

learning, sharing, meaningful

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara

Ir. Nini Medan, 29 Maret 2007

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

VII. TATA LETAK PABRIK

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB 4. EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR 300.K/38/M.pe/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2007 Tanggal : 06 November 2007

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: PT P T PL P N N (P

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI,

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VII. TATA LETAK PABRIK

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

(Pendugaan Dampak, Pegelolaan Dampak dan Pemantauan) Dosen: Dr. Tien Aminatun

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Neraca Listrik Domestik Indonesia [2].

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

BAB II PROFIL UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

INTEGRASI AMDAL, UKL DAN UPL DALAM SIKLUS PEMBANGUNAN KEMBALI (REKONSTRUKSI) NAD-NIAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) PEMBANGUNAN INDUSTRI PT ULTRA JAYA BANDUNG

SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

Transkripsi:

Ringkasan Eksekutif Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla Kapasitas 330 MW Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara Agustus 2009

KATA PENGANTAR Sarulla Operations Ltd., (SOL) adalah perusahaan konsorsium antara PT MEDCO GEOPOWER SARULLA, ORSARULLA INC., SARULLA POWER ASSET LTD., dan KYUDEN SARULLA Pte Ltd. berencana untuk melakukan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla kapasitas 330 MW di Kecamatan Pahae Jae dan Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Pembangunan proyek ini akan memberikan dampak positif, namun di lain pihak adanya rencana ini tidak menutup kemungkinan akan munculnya dampak negatif terhadap komponen fisik-kimia, komponen biologi, komponen sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat. Dokumen AMDAL kegiatan pengembangan lapangan Sarulla ini telah mendapat persetujuan dari Gubernur Sumatera Utara pada bulan November tahun 2005. Mengingat (a) adanya tambahan kegiatan seperti, pemboran dan pengoperasian sumur produksi; (b) adanya perubahan sistem pendingin uap dan brine dari sebelumnya menggunakan air menjadi menggunakan udara, perubahan ini bersifat lebih ramah lingkungan; (c) pembangunan dan pengoperasian transmisi listrik internal dari Silangkitang (SIL) ke Namora I Langit (NIL); (d) adanya perubahan pemrakarsa dari PT PLN (Persero) menjadi Sarulla Operations Ltd. (SOL) maka untuk mengakomodasi perubahan-perubahan tersebut, Dokumen AMDAL tahun 2005 perlu disempurnakan dalam rangka melanjutkan rencana kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla. Sebagai tindak lanjut dari Kesepakatan KA ANDAL yang dibuat oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor: 973/BPDL-SU/BTL/2008 tertanggal 8 Agustus 2008 maka disusunlah Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), serta Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Dokumen ini disusun mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedomen Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Dalam melaksanakan kegiatannya, Sarulla Operations Ltd., memiliki komitmen terhadap pengelolaan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3L). Proyek ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pemangku kepentingan (stakeholders), terutama: masyarakat setempat, pemerintah daerah, para pekerja dan para pemegang saham. SARULLA OPERATIONS LTD. (SOL) i

Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL ini, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Juni 2009 Pemrakarsa Proyek, Sarulla Operations Ltd., (SOL) SARULLA OPERATIONS LTD. (SOL) ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI...III BAB I BAB II PENDAHULUAN...I-1 1.1 LATAR BELAKANG...I-1 1.2 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN...I-2 1.2.1 Lokasi Rencana Kegiatan dan/atau Kegiatan SOL...I-2 1.2.2 Tahapan Rencana Kegiatan...I-2 1.2.2.1 Tahap Prakonstruksi...I-4 1.2.2.2 Tahap Konstruksi...I-5 1.2.2.3 Tahap Operasi...I-11 1.2.2.4 Tahap Pasca Operasi...I-11 1.2.3 Alternatif yang Dikaji Dalam ANDAL...I-14 1.3 PEMRAKARSA KEGIATAN...I-14 DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP... II-1 2.1 TAHAP PRAKONSTRUKSI...II-1 2.2 TAHAP KONSTRUKSI...II-1 2.2.1 Komponen Fisika Kimia...II-1 2.2.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya...II-1 2.3 TAHAP OPERASI...II-2 2.3.1 Komponen Fisika Kimia...II-2 2.3.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya...II-2 2.4 TAHAP PASCA OPERASI...II-2 2.4.1 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya...II-2 BAB III UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP...III-1 SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) iii

DAFTAR TABEL Tabel I-1 Tabel I-2 Tabel III-1 Jadwal Rencana Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla...I-4 Jumlah Sumur yang akan Dibor di Silangkitang dan Namora I Langit...I-6 Matriks Ringkasan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Sarulla Operations Limited (SOL)...III-2 DAFTAR GAMBAR Gambar I-3 Gambar II-1 Gambar II-2 Gambar II-3 Tipikal Jalur Transmisi yang Menghubungkan Substasiun Silangkitang (SIL) dengan Namora I Langit...I-13 Bagan Alir Dampak Kegiatan Proyek Sarulla Tahap Prakonstruksi dan Konstruksi... II-3 Bagan Alir Dampak Kegiatan Proyek Sarulla Operasi... II-4 Bagan Alir Dampak Kegiatan Proyek Sarulla Pasca Operasi... II-5 DAFTAR PETA Peta I-1 Lokasi Proyek Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla...I-3 SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla yang berlokasi di Kecamatan Pahae Julu dan Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara, telah dimulai sejak tahun 1993 oleh Unocal North Sumatera Geothermal (UNSG) yang secara resmi memperoleh kuasa sebagai kontraktor dari PERTAMINA untuk mengembangkan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla. Pemilik konsesi Wilayah Kerja Geothermal (Geothermal Working Area) Sarulla melalui Joint Operation Contract (JOC) dan juga hak langsung (melalui PERTAMINA) dapat menjual tenaga listrik kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sesuai Energy Sales Contract (ESC). Antara tahun 1994 hingga tahun 1997, UNSG telah melakukan berbagai studi teknis dan lingkungan termasuk eksplorasi dan pengembangan potensi sumberdaya geothermal Sarulla serta pembangunan beberapa infrastruktur. Menurut JOC seluruh infrastuktur dan aset adalah milik PERTAMINA dimana UNSG mempunyai hak untuk menggunakan infrastruktur dan aset tersebut. Dalam pelaksanaan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla dengan kapasitas 330 MW, Konsorsium dan Sarulla Operations Ltd. (SOL) telah menandatangani Deed of Assignment dengan PT. PLN (persero); Joint Operation Contract (JOC) dengan PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY; dan Energy Sales Contract (ESC) dengan PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY 1 dan PT. PLN (Persero) pada tanggal 14 Desember tahun 2007. SOL adalah perusahaan operator yang dibentuk oleh konsorsium antara PT MEDCO GEOPOWER SARULLA, ORSARULLA INC., SARULLA POWER ASSET LTD., dan KYUDEN SARULLA Pte Ltd., berencana untuk melakukan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan PLTP Sarulla di Kecamatan Pahae Jae dan Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. PT PLN pada tahun 2005 telah menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) PLTP Sarulla dan telah mendapat persetujuan dari Gubernur Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 21 November 2005. Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesi (PP) No. 27 Tahun 1999 masa berlaku dokumen AMDAL adalah tiga (3) tahun. Mengingat (a) adanya tambahan kegiatan seperti, pemboran dan 1 PT Pertamina Geothermal Energy merupakan anak perusahaan dari Pertamina yang menangani bidang panas bumi. SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-1

pengoperasian sumur produksi; (b) adanya perubahan sistem pendingin uap dan brine dari sebelumnya menggunakan air menjadi menggunakan udara, perubahan ini bersifat lebih ramah lingkungan; (c) pembangunan dan pengoperasian transmisi listrik internal dari SIL ke NIL; (d) adanya perubahan pemrakarsa dari PT PLN (Persero) menjadi Sarulla Operations Ltd. (SOL) maka untuk mengakomodasi perubahan-perubahan tersebut, Dokumen AMDAL tahun 2005 perlu disempurnakan dalam rangka melanjutkan rencana kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla. 1.2 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN 1.2.1 Lokasi Rencana Kegiatan dan/atau Kegiatan SOL Kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla terletak di Kecamatan pahae Julu dan Kecamatan pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara (Peta I-1). Berdasarkan Perda Kabupaten Tapanuli Utara No. 21 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menyebutkan bahwa Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu merupakan kawasan pengembangan lapangan panas bumi. 1.2.2 Tahapan Rencana Kegiatan Kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla Kapasitas 330 MW meliputi kegiatan : Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla, yaitu: Silangkitang (SIL) dan lapangan Namora I Langit (NIL); Pembangunan dan Pengoperasian PLTP kapasitas 330 MW, masingmasing satu unit di Silangkitang dan dua unit di Namora I Langit dengan kapasitas satu unit 110 MW; Pembangunan jaringan transmisi 150 kv berupa Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dari lapangan Silangkitang (SIL-1) ke lapangan Namora I Langit (NIL-1) sepanjang lebih kurang 15 km; Bagian utama pengeboran sumur produksi dan sumur injeksi yang baru akan dikerjakan pada tapak yang sebelumnya telah dikembangkan oleh pengembang kegiatan terdahulu. Beberapa pengeboran akan dilakukan pada lokasi baru, seperti pada NIL. Area yang baru kini digunakan sebagai area pertanian; dan PLTP, baik SIL maupun NIL akan dibangun pada area semak belukar. Lokasi SIL diperkirakan berjarak 500 meter dari wilayah pemukiman terdekat. Lokasi NIL lebih terpencil dari area pemukiman. Rencana kegiatan untuk Lapangan Panas Bumi Sarulla dan Pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik Berdaya 330 MW ditunjukkan pada Tabel I-1. SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-2

380000 430000 480000 99 0'0"E 530000 580000 95 0'0"E 100 0'0"E 105 0'0"E 110 0'0"E 200000 250000 300000 350000 400000 a Kutacane Rundeng Butar Singkil Baru Lawe Sigala-gala timur Laubaleng PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Begrun DL. Bubun Sabulus Salam Lipat Kajang Bohorok DK. Karombatang SAMUDERA HINDIA Indian Ocean Kabupaten Langkat Tanjung Langkat Tigabinanga Sidikalang Salak Bekancan G. Sinabung DK. Sibuaton Kabupaten Dairi DK. Sipajek DK. Martujung Parlilitan Barus Binjai Berastagi Kabanjahe Merek Maras DANAU TOBA Toba Lake Pulau Nias Nias Island Pancurbatu Sibolangit Polonia Airport Saribudolok MEDAN Batangkus Sondi Mogang Tomok Bakara Kotarih DK. Pusuk Bukit Pangururan PULAU Tete SAMOSIR Samosir Island Onanganjang Saran Padang Kabupaten Tapanuli Tengah Doloksanggul Sibolga Prapat Kota Pari Lubuk Pakam Perbaungan Tanjung Marowa Bangunpurba Parmonangan Kabupaten Deli Serdang Martebing Tarutung 98 0'0"E 98 30'0"E 99 0'0"E Rantaulahan Pebatu Tebing Tinggi Pematangsiantar Tigabalata Tigadolok Lumbanjulu Siborongborong Sarulla Sialangbuah Sungairampah Tanjungberingin Bandarkhalipah Pangkalandodek Dolokmerawan Porsea Laguboti Balige Sipahutar Serbelawan Pematangtanah J Kabupaten Tapanuli Utara Pangaribuan Indrapura Perdagangan Kabupaten Asahan Parsoburan Garoga LOKASI PROYEK Asahan Limapuluh Mandoge PROPINSI SUMATERA UTARA Sipirok S E L A T M A L A K A 99 30'0"E M alaka Strait Labuhanruku Sungaihalai Kisaran Simpang Empat Aek Kanopan Kabupaten Labuhan Batu Kabupaten Tapanuli Selatan Tanjung Balai 2 0'0"N 2 30'0"N 3 0'0"N 3 30'0"N 5 0'0"N 0 0'0" 5 0'0"S Propinsi Nanggroe Aceh Darusslam 95 0'0"E Propinsi Sumatera Utara Propinsi Padang 100 0'0"E Propinsi Riau SUMATERA Propinsi Bengkulu Propinsi Jambi Propinsi Sumatera Selatan Propinsi Lampung Jakarta 105 0'0"E RINGKASAN EKSEKUTIF EXECUTIVE SUMMARY 5 0'0"N 0 0'0" 5 0'0"S 110 0'0"E Sumber (Source) : Peta Rupa Bumi Indonesia (BAKOSURTANAL) The Shuttle Radar Topography Mission (SRTM), Resolusi 90 meter Iniversal Transverse Merecator (UTM), Zona 47 Utarah, Datum Reference WGS 84 LOKASI PROYEK PENGEMBANGAN PANAS BUMI DAN PEMBANGUNAN PLTP SARULLA PROJECT LOCATION OF GEOTHERMAL POWER PLANT Skala Scale Peta Map LEGENDA Legend Tanggal Revisi Revision Date Ibukota Propinsi Provincial Capital Ibu Kota Kabupaten/Kotamadya Regency Capital/Municipality Ibu Kota Kecamatan dll District Capital Gunung Mountain Jalan Road Rel Kereta Api Railway Batas administrasi Propinsi Province Administrative Boundary Batas Administratif Kabupaten Regency Administrative Boundary Sungai River 0 25 50 12.5 Kilometers 1:300.000 I - 1 25/07/08 Lokasi Peta Digambar Oleh Drawn By Diperiksa Oleh Proofreader Digabung Oleh Compilation GGG ABU ERM

Tabel I-1 Jadwal Rencana Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla Waktu Bulan Kegiatan 0 +10 +20 +30 +40 +50 Pra konstruksi Konstruksi SIL NIL1 NIL2 Operasi SIL NIL1 NIL2 1.2.2.1 Tahap Prakonstruksi 1.2.2.1.1 Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla Kegiatan ini meliputi studi pendahuluan, detail rancangan pembangunan, dan pembebasan lahan. 1.2.2.1.2 Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla Operations Ltd., akan membangun, mengoperasikan dan memelihara pembangkit listrik dengan total kapasitas terpasang 330 MW. Memenuhi kapasitas tersebut akan dibangun tiga unit pembangkit listrik, dengan produksi masing-masing unitnya sebesar sekitar 110 MW. Satu unit pertama akan dibangun di SIL dan dua unit lainnya akan dibangun di NIL. 1. Studi Pendahuluan Proyek ini terdiri dari 3 tahap pembangunan pembangkit listrik, satu di SIL dan dua di NIL (pada lokasi yang sama). Masing-masing fase memiliki kapasitas yang sama (sekitar 110 MW, sehingga total sekitar 330 MW) dan terdiri dari satu unit Ormat Geothermal Combined Cycle Unit (GCCU) ditambah 2 unit Konverter Energi Ormat (Brine OEC). GCCU terdiri dari generator turbin steam tekanan balik (backpressure) dan empat Bottoming OEC. 2. Pembebasan Lahan Kegiatan pembebasan lahan untuk lokasi pembangunan PLTP sudah termasuk dalam kegiatan pembebasan lahan dalam kegiatan Pengembangan Lapangan Panas Bumi, dan jalan akses yang dibutuhkan. Dalam perencanaan akan dibangun satu unit di Silangkitang dan dua unit di Namora I Langit masing-masing dengan kapasitas 110 MW (Total SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-4

menjadi sekitar 330 MW). Kebutuhan lahan untuk PLTP adalah seluas kira-kira 7 Ha untuk di SIL dan 12 Ha untuk di NIL sehingga luas lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan PLTP adalah seluas 19 Ha. 1.2.2.1.3 Pembangunan Jaringan Transmisi dari Silangkitang ke Namora I Langit 1. Pembebasan Lahan 1.2.2.2 Tahap Konstruksi Kegiatan pengadaan lahan dilakukan dengan sistem langsung neegosiasi dan kesepakatan antara pemilik lahan dan SOL yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Lahan yang akan dibebaskan untuk digunakan sebagai tempat berdirinya menara transmisi, bukan sebagai jalur transmisi. Perkiraan jumlah menara yang dibutuhkan adalah 40 menara dengan perkiraan 3 menara untuk satu kilometer. Perkiraan lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan menara transmisi adalah 2 ha. 1.2.2.2.1 Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla 1. Penerimaan Tenaga Kerja Bersama dengan kegiatan mobilisasi alat dilakukan mobilisasi tenaga kerja secara bertahap melalui perusahaan pelaksana konstruksi dan usaha sendiri. Kegiatan mobilisasi juga berlangsung dalam tapak proyek pada tahap konstruksi ini yang berupa pemindahan alat bor dari satu lokasi sumur ke lokasi sumur berikutnya, setelah proses pemboran di salah satu lokasi selesai. Pada saat perpindahan tersebut akan terjadi peningkatan frekuensi pengangkutan di sepanjang jalan antara lokasi-lokasi tersebut. Tenaga kerja yang akan terlibat pada tahap konstruksi adalah sekitar 100-150 orang. Terdiri dari 5% untuk level administrasi, 30-40% untuk bagian teknisi dan pengawas, dan 55-65% untuk bagian staf. 2. Mobilisasi Alat dan Bahan Kegiatan konstruksi diawali dengan kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan proyek. Mobilisasi direncanakan melalui prasarana jalan yang telah tersedia, yaitu dari pelabuhan laut Belawan, alat dan bahan akan diangkut menuju lokasi melalui jalan lintas Sumatera (Medan Tarutung). 3. Penyiapan Lahan Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari dua jenis kegiatan utama yang meliputi penebangan vegetasi, dan pengupasan dan pengurugan tanah. SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-5

4. Konstruksi Sipil Kegiatan konstruksi sipil terdiri dari dua jenis kegiatan utama yang meliputi perbaikan jalan dan jembatan yang ada di Lintas Sumatera di lokasi proyek dan pondasi tiang pancang. 5. Jalan Penghubung Kegiatan pembangunan jalan penghubung meliputi 3 kegiatan sebagai berikut: Penguatan dan Pelebaran Jalan Penghubung ke Lokasi Namora I Langit; Jalan Penghubung ke Lokasi Silangkitang dan Perumahan Karyawan; dan Jalan Penghubung ke Masing-masing Tapak Sumur. 6. Persiapan Lokasi Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan serta Pengoperasian PLTP Sarulla akan melakukan pemboran terhadap 10 sumur di SIL, dan 25 sumur di NIL yang merupakan sumur produksi dan sumur reinjeksi (Tabel I-2). Sumur reinjeksi memiliki asumsi tingkat keberhasilan sumur produksi hingga 90%. Maka dari itu jumlah kegagalan produksi sumur diperkirakan 1 untuk SIL dan 2 untuk NIL. Tabel I-2 Jumlah Sumur yang akan Dibor di Silangkitang dan Namora I Langit Lapangan SIL Produksi 2 Jumlah Sumur Eksisting Baru Total 3 (termasuk 1 kegagalan) Reinjeksi 0 5 5 Produksi 0 19 (termasuk 2 kegagalan) Reinjeksi 0 6 6 Sumber: West JEC Tabel 3.1.1-1 Target Kapasitas Output (Mwe) Kapasitas Sumur Rata-rata (Mwe/Sumur) 5 110 27,5 NIL untuk total cairan yang perlu diinjeksikan 19 220 12,9 untuk total cairan yang perlu diinjeksikan Catatan: Jumlah sumur disesuaikan dengan hasil uji sumur - - SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-6

7. Lokasi Sumur Produksi Empat tapak sumur produksi mula-mula dibutuhkan untuk mengembangkan wilayah ini yang tiga diantaranya adalah tapak yang telah ada (SIL-1, NIL-1 dan NIL-2). Tapak baru yang diusulkan NIL WJ-P1 terletak sekitar 1 km sebelah selatan tapak NIL-1. 8. Lokasi Sumur Reinjeksi Empat tapak sumur reinjeksi (2 tapak di SIL dan 2 tapak di NIL) diperlukan untuk sumur-sumur start-up., yang tiga di antaranya merupakan tapak yang sudah ada. Tapak-tapak ini akan terletak jauh dari wilayah produksi sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko pendinginan lapangan sumur. Satu tapak baru yaitu NIL WJ-R1 direncanakan akan dibangun di lapangan NIL. 9. Fasilitas Konstruksi Sementara dan Tempat Tinggal Pekerja, Wilayah Kerja Kontraktor akan menyediakan semua fasilitas bangunan sementara, meliputi perkantoran, tempat tinggal pekerja, tempat penyimpanan bahan dan wilayah kerja. 10. Tempat Pembuangan dalam Tanah Semua bahan yang tidak terpakai dan berlebih dari pekerjaan yang berlangsung selama tahap konstruksi akan dikumpulkan dan ditimbun secara landfill di suatu tempat oleh kontraktor. 11. Drainase Sementara selama Pekerjaan Penyiapan Lokasi Proyek Sistem drainase sementara akan disediakan oleh Kontraktor selama pekerjaan konstruksi penyiapan lokasi proyek dan pekerjaan konstruksi lainnya. Sistem drainase sementara akan meliputi selokan sementara, lubang pengumpul dan tanki sedimentasi untuk pengolahan air berlumpur. 12. Pemboran dan Uji Produksi Pemboran sumur dilakukan baik untuk sumur produksi maupun sumur reinjeksi. Sebanyak 32 sumur akan dibor masing-masing di lokasi SIL dan NIL. Pekerjaan pemboran sumur akan dilakukan dengan alat bor (rig) konvensional yang mampu membor hingga kedalaman 3500 meter, alat bor akan dilengkapi dengan peralatan pencegahan semburan liar dan alat pendeteksi H 2 S. Dalam proses pemboran akan menggunakan lumpur bor berupa water base mud (WBM) yang berfungsi menjaga agar dinding sumur tidak runtuh sewaktu dibor. Pada kedalaman tertentu akan dipasang selubung sumur guna menjaga keruntuhan dinding sumur dan mengatasi kebocoran dari SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-7

atau ke formasi. Setelah pemboran selesai akan dipasang kepala sumur yang dilengkapi dengan peralatan untuk mengatur laju aliran fluida dari dalam sumur. Bahan-bahan kimia yang digunakan memiliki Material Safety Data Sheet (MSDS). Tujuan dilakukan kegiatan pemboran adalah untuk membuat sumur produksi dan reinjeksi. 1.2.2.2.2 Pembangunan PLTP 1. Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang diperlukan pada saat kegiatan puncak dapat mencapai sekitar total 750 orang. 2. Mobilisasi Peralatan dan Bahan Peralatan besar akan didatangkan dari Medan. Mobilisasi direncanakan melalui prasarana jalan yang telah tersedia yaitu melalui jalan lintas Sumatera (Medan Tarutung). Material yang dapat diperoleh dari daerah setempat sedapat mungkin akan digunakan. Material dibawa melalui jalan darat dengan menggunakan truk berkapasitas memadai. 3. Penyiapan Lahan Lahan yang disiapkan antara lain untuk pondasi bangunan di komplek PLTP yang terdiri dari bangunan PLTP, bangunan turbin, kondensor dengan pendingin udara, pemipaan, switchyard dan gedung kantor. Pada pelaksanaan di lapangan, kegiatan penyiapan lahan ini dilakukan bersamaan dengan penyiapan lahan untuk kegiatan pengembangan lapangan panas bumi di Silangkitang dan Namora I Langit. 4. Penyiapan Lahan untuk Lokasi Pembangkit dan Perumahan Karyawan Lokasi proyek akan disiapkan dengan memindahkan semua tanah pucuk, menimbun dan meratakan tanah ke tingkat ketinggian yang telah ditentukan. Di lokasi NIL, keberadaan pohon-pohon di dalam lokasi pembangkit telah diidentifikasi, kegiatan pembukaan lahan seperti penebangan pohon dan perataan lahan akan dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, seperti tidak melakukan pembakaran. Secara rinci masing-masing kegiatan untuk lokasi pembangkit dan perumahan karyawan dengan perincian sebagai berikut: Lokasi Pembangkit Silangkitang Ruang Tata Letak : sekitar 260m x 260m SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-8

Ketinggian : 504 m dpl Lokasi Pembangkit Namora I Langit Ruang Tata Letak : sekitar 260m x 385m Ketinggian : 830 m dpl Perumahan Karyawan Luas : sekitar 2 hektar 5. Konstruksi PLTP Pada tahap konstruksi akan dilakukan kegiatan sipil dan bangunan konstruksi. Pembangunan pekerjaan konstruksi sipil dilaksanakan di lokasi jalan menuju PLTP dan sarana pendukung lainnya. Batu dan pasir yang diperlukan akan diperoleh dari quarry yang sudah memiliki ijin dari pemerintah yang berwenang. Kegiatan dalam konstruksi sipil terdiri dari : Persiapan tapak proyek, yang terdiri dari pembangunan jalan menuju lokasi PLTP, sarana pemisahan uap konstruksi PLTP dan sarana pendukung lainnya; Perbaikan jalan penghubung yang telah ada atau yang baru menuju lokasi pembangkit dan tapak-tapak sumur; dan Pembangunan konstruksi gedung PLTP dan pembangunan sarana pendukung. Bangunan pada proyek ini akan didesain dan dibangun berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002 atau standar internasional lain yang setara. 6. Konstruksi Mekanik dan Listrik Kegiatan konstruksi mekanik meliputi pekerjaan-pekerjaan: pemasangan peralatan PLTP, seperti: generator turbin uap dan alat-alat bantu, unit-unit OEC, kondensor dengan pendingin udara, overhead crane, dan lain-lain. Pekerjaan konstruksi listrik meliputi: pekerjaan perakitan dan pemasangan generator, alat kontrol dan relay-relay, transformer, switchgear, dan fasilitas penerangan. Pekerjaan lainnya adalah pengecatan dan pemasangan insulator pipa. Insulator pipa digunakan dengan tujuan menstabilkan suhu dan tekanan steam dan brine dari sumur menuju pembangkit listrik. SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-9

1.2.2.2.3 Pembangunan Jaringan Transmisi dari SIL ke NIL 1. Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah untuk kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan, penyiapan lahan dan pemasangan transmisi. Tenaga kerja yang diperlukan untuk kegiatan ini adalah sekitar 60 orang. 2. Mobilisasi Peralatan dan Bahan Mobilisasi direncanakan melalui prasarana jalan yang telah tersedia. Material yang diperlukan untuk kegiatan proyek sedapat mungkin akan didapat dari daerah setempat. Untuk material-material yang tidak terdapat di daerah setempat akan di datangkan luar. Material akan dibawa melalui jalan darat menggunakan truk-truk berkapasitas memadai melalui jalan menuju tempat penyimpanan (gudang atau laydown area) di sekitar lokasi proyek. 3. Penyiapan Lahan Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari 2 jenis kegiatan utama yaitu penebangan/pembersihan vegetasi, dan pengupasan tanah. Kegiatan penyiapan lahan ini tidak sepanjang rencana jaringan kabel transmisi (15 km) tetapi dalam bentuk spot-spot yaitu tempat untuk berdirinya menaramenara penyangga kabel. Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini meliputi mesin pemotong kayu, parang, alat pemadat, dan beberapa peralatan berat. 4. Pemasangan Menara Transmisi Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi pemasangan menaramenara tempat dudukan kabel Satuan Udara Tegangan Tinggi (SUTT). Menara-menara ini dibangun dengan jarak tertentu. Jaringan transmisi ini dimulai dari stasiun SIL-1 menuju lapangan NIL-3 dengan tegangan 150 kv. Panjang jaringan transmisi ini sekitar 15 km. Titik interkoneksi antara PLN dengan pembangkit-pembangkit Sarulla adalah pada menara akhir (dead end) di lapangan pembangkit NIL yang akan dipasang segera berdekatan dengan perbatasan pembangkit NIL. SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-10

1.2.2.3 Tahap Operasi 1.2.2.3.1 Pengembangan Lapangan Panas Bumi Sarulla Menurut pengoperasian suatu sistem produksi uap yang mampu memasok uap ke PLTP yang membangkitkan tenaga listrik, sistem produksi uap terdiri dari sumber produksi, kepala sumur, kran atau katup pengaman, sistem pipa sumur, pemisah uap, berupa separator dan brine accumulator serta peralatan kontrol. Fluida panas bumi yang berasal dari resevoir akan dialirkan ke separator untuk memisahkan steam dan brine pada tekanan optimum. Steam dan brine digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik dengan kapasitas sekitar 330 MW. Secara skématis memperlihatkan hubungan antara komponen uap dan brine. Dalam keadaan darurat, kolam penampungan brine akan dipergunakan sebagai penampungan sementara sebelum dipompakan ke sumur reinjeksi. Perkiraan tenaga kerja yang akan diperlukan pada tahap ini adalah 200 orang. 1.2.2.3.2 Pembangunan PLTP Uap yang dipasok dari lapangan panas bumi SIL dan NIL dieksploitasi dari suatu sistem panas bumi yang mengandung cairan panas bumi (brine) sekitar 70%. Sebelum dialirkan ke turbin, uap dimurnikan dengan alat pemisah (separator) sehingga memiliki kualitas kering sekitar 99,95% dan kandungan gas yang tak terkondensasi sekitar 2,1% berat di SIL dan sekitar 3,7% berat di NIL. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah penerimaan tenaga kerja, dan operasional turbin uap dan kondenser. 1.2.2.3.3 Pembangunan Jaringan Transmisi dari SIL ke NIL Energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit SIL dan NIL akan dikirimkan ke jaringan kabel transmisi Sumatra milik PLN melalui substasiun yang akan dibangun oleh PLN di dekat pembangkit NIL. Kabel transmisi antara substasiun PLN dan lapangan pembangkit Namora I Langit akan bertegangan 150 kv, dua (2) sirkuit dengan kapasitas cukup per sirkuit untuk mengangkut listrik penuh dari unit-unit pembangkit Sarulla. Kegiatan utama yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah penerimaan tenaga kerja dan pemeliharaan fasilitas transmisi. 1.2.2.4 Tahap Pasca Operasi Tahap pasca operasi dilakukan pada akhir kegiatan proyek AMDAL. Tahap pasca operasi akan diambil alih oleh pihak kontraktor proyek. SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-11

1.2.2.4.1 Penutupan Sumur Produksi dan Sumur Reinjeksi Penonaktifan sumur akan dilakukan sesuai prosedur penutupan sumur. Penanaman kembali rumput dan tanaman lokal akan dilakukan pada lokasi tapak sumur. Adapun proses penutupan sumur adalah sebagai berikut : Pengisian kembali sumur bor. Sumur akan ditutup dengan semen berketebalan minimal 30 m. Lapisan semen akan berada di atas casing shoe. Lapisan semen lainnya akan diletakkan di atasnya. Lumpur dengan berat jenis sama atau lebih yang juga digunakan sebagai Lumpur pengeboran akan digunakan untuk mengisi lapisan diantara kedua lapisan semen; dan Sumur produksi dan sumur reinjeksi akan ditutup dengan prosedur penutupan permanen. 1.2.2.4.2 Penonaktifan Jaringan Pipa dan Fasilitas Pendukung Setelah tahap operasi berakhir, jaringan pipa, pompa, dan alat pemisah akan tidak diaktifkan. Penonaktifan akan melalui tahapan berikut : Pipa, pompa, dan peralatan pendukung lainnya akan dibongkar kemudian diangkat dengan truk dan dibawa kepada pembeli besi bekas atau dibuang ke area pembuangan yang telah ditentukan; dan Tapak sumur akan ditanami dengan rumput dan tanaman lokal. SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-12

Sumber: WestJEC, 2007 Gambar I-1 Tipikal Jalur Transmisi yang Menghubungkan Substasiun Silangkitang (SIL) dengan Namora I Langit 1.2.2.4.3 Penonaktifan PLTP Seluruh pembangkit tenaga listrik tidak akan dipergunakan lagi setelah masa operasi berakhir. Seluruh peralatan yang masih dapat dipergunakan akan dibongkar dan dipergunakan kembali dalam proyek lainnya di dalam atau di luar Indonesia, dan yang sudah tidak dapat dipergunakan akan dijual; Sisa bangunan dan peralatan akan dihancurkan. Reruntuhannya akan dijual kepada pembeli puing bangunan atau dibuang ke tempat pembuangan yang telah ditentukan; Lokasi pembangkit tenaga listrik akan direhabilitasi melalui penanaman kembali dengan rumput dan tanaman lokal lainnya; Tanah akan dijual apabila sudah tidak diperlukan lagi; dan Pemberhentian tenaga kerja SOL sesuai dengan hukum dan peraturan tenaga kerja yang berlaku. SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-13

1.2.2.4.4 Pembongkaran Jaringan Transmisi dari SIL ke NIL Pada tahap ini beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah pembongkaran jaringan transmisi dan pembersihan lokasi dari sisa sisa bahan yang dibongkar. Peralatan yang masih dapat digunakan akan dimanfaatkan di tempat lain atau oleh fihak lain. Revegetasi akan dilakukan bila pada saat tahap pasca operasi diperlukan. 1.2.3 Alternatif yang Dikaji Dalam ANDAL Pengembangan Lapangan panas Bumi Sarulla dan PLTP di Kabupaten Tapanuli Utara sudah menentukan lokasi pengembangan lapangan dan teknologi PLTP dengan kata lain tidak memiliki alternatif yang akan dikaji dalam studi AMDAL. Lokasi kegiatan baik lapangan SIL maupun NIL masingmasing akan dikembangkan untuk dimanfaatkan potensi panas buminya sebagai PLTP. Listrik yang dihasilkan akan ditransmisikan ke jaringan PLN. 1.3 PEMRAKARSA KEGIATAN Perusahaan : SARULLA OPERATIONS LTD., (SOL) Alamat : Graha Niaga Lt. 8 Jl. Jend. Sudirman Kav. 58 Jakarta 12190 - Indonesia Telpon : 021-2505459 Faksimili : 021-5225877 Penanggung Jawab : Aries Pardjimanto Posisi : Direktur SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) I-14

BAB II DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 2.1 TAHAP PRAKONSTRUKSI Pada tahap prakonstruksi, kegiatan yang menimbulkan dampak penting adalah pembebasan lahan terhadap kepemilikan dan pengusahaan lahan serta keresahan masyarakat. Keresahan masyarakat yang ditimbulkan akibat kegiatan pembebasan lahan disebabkan oleh beberapa hal; ganti rugi tidak sesuai dengan keinginan masyarakat atau pendekatan yang digunakan tidak sesuai dengan gaya dan adat istiadat setempat. 2.2 TAHAP KONSTRUKSI 2.2.1 Komponen Fisika Kimia Kualitas Udara. Dampak terhadap komponen lingkungan kualitas udara pada tahap konstruksi disebabkan kegiatan uji produksi. Kegiatan uji produksi akan memberikan dampak terhadap kualitas udara melalui emisi gas H 2 S. Kebisingan. Kegiatan mobilisasi peralatan dan bahan; pemboran sumur dan uji produksi dan konstruksi PLTP akan menimbulkan dampak penting terhadap kebisingan. Tingkat kebisingan yang akan timbulkan oleh kegiatan tersebut akan meningkat dari rona sebelum kegiatan dimulai. Sedangkan kebisingan yang timbul diperkirakan tidak akan mengganggu kenyamatan masyarakat sekitar proyek. Transportasi. Dampak terhadap komponen lingkungan gangguan lalu lintas pada tahap konstruksi disebabkan kegiatan mobilisasi alat dan bahan dari dan ke lokasi pembengunan proyek. Kegiatan transportasi alat dan bahan ini akan memberikan dampak terhadap gangguan lalu lintas. 2.2.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya Komponen sosial ekonomi budaya yang terkena dampak penting kegiatan proyek ini adalah kesempatan kerja dan berusaha, pendapatan masyarakat, dan keresahan masyarakat. Pada kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi akan menimbulkan dampak positif terhadap kesempatan kerja dan berusaha serta pendapatan masyarakat. Penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi diperkirakan akan menambah sekitar 960 orang tenaga kerja konstruksi, yang diprakirakan akan berlangsung selama satu dua tahun. Penambahan tenaga kerja ini pada DOKUMEN RINGKASAN EKSEKUTIF ANDAL, RKL & RPL SOL SARULLA OPERATION LIMITED (SOL) II-1