BAB I PENDAHULUAN. orang orang fakir dan yang lainya dengan syarat syarat tertentu diakses pada tanggal 28 Maret 2018.

dokumen-dokumen yang mirip
Jakarta, 2000, hlm Hendrojogi, Koperasi: Azas-Azas, Teori, dan Praktik, Ed. 3, Cet. 4, PT. Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin meningkat. Untuk mencari lapangan pekerjaan juga semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI DANA ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH DI LEMBAGA MANAJEMEN INFAQ (LMI) TULUNGAGUNG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini makin sering terdengar ungkapan ya ng mengatakan. bahwa dunia moder n sudah memasuki era informasi.

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. bentuk ibadah yang juga termasuk dalam rukun Islam yang ketiga. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang unggul dan berkepribadian yang baik, hal ini dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya perbedaan harta, kekayaan dan status sosial dalam kehidupan

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB VI PENUTUP. 1. Pengelolaan zakat mal di BAZIS desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena usaha berskala kecil dinilai mampu bertahan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH PADA LEMBAGA ZIS AL-IHSAN DAN SOLO PEDULI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran pelajar,

Indra Pratama Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. Wawancara Kamituwo desa Golan Tepus. Pada tanggal 9 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar kelompok manusia atau antar negara yang berbeda benua

BAB I PENDAHULUAN. 4 (diakses pada tanggal 9 Desember 2015)

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. syariah atau sering dikenal dengan bank syariah. Bank syariah adalah lembaga

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum terdiri dari bank. milik pemerintah maupun swasta, dan masih terbagi menjadi bank

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan tantangan utama yang dihadapi negara-negara. Asia-Afrika. Jika menggunakan indikator Bank Dunia, yang mematok

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Hamid Edy Sunandi, Ekonomi Indonesia Dari Sentralisasi Ke Desaentralisasi, UII Press, Yogyakarta, 2006 hal 90.

BAB I PENDAHULUAN. umat agama lain. Islam adalah rahmatan lil alamin rahmat bagi alam semesta.

BAB I PENDAHULUAN. 1 G. Kartasapoetra, Praktek Pengelolaan Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, h.5

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian nasional. Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Wahibur Rahman, Manajemen Sumber Daya Manusia, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm

PERANAN LEMBAGA AMIL ZAKAT NASIONAL BAITUL MAAL HIDAYATULLAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIQ DI KABUPATEN TULUNGAGUNG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia yang berperan sebagai khalifah di muka bumi,

BAB I PENDAHULUAN. 2010, hlm Burney dan Swanson Sistem Sumber Daya Manusia : Bagasatwa,

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, ALFABETA, Bandung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Mulyadi, Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard,Yogyakarta: UPP, 2005, hlm. 24.

BAB IV PEMBAHASAN. Departemen Agama) setelah dikeluarkannya keputusan Kepala Kantor. tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, bumi aksara, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Lembaga Keuangan sangat penting di kalangan masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang ada di Indonesia yang menurut UU No.13 tahun 1968

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2002, hlm Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. berusaha mencari harta, hanya sekali saja ketika seseorang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

PRAKTIK ASURANSI SYARIAH DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun daerah. Karena dengan adanya pembangunan ekonomi. diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pimpinan puncak suatu organisasi. Masing masing sumber daya

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zakat merupakan, sebuah instrument ekonomi yang memiliki peran yang cukup penting bagi suatu Negara khususnya dalam masalah kemiskinan. Selain itu zakat, apabila di kelola dengan baik dan benar juga mengunakan strategi yang jitu akan dapat menghasilkan sebuah rantai kesinambugan antara pemberi zakat, pengelola zakat dan penerima zakat. Dimana antara ketiga unsur tersebut tidak lain bertujuan untuk kemaslahatan umat. Indonesia bisa disebut merupakan salah satu Negara terbesar yang memiliki jumlah penduduk sekitar 237,6 juta jiwa Suatu negara dikatakan berhasil dalam pembangunan jika ia mampu menekan angka kemiskinan. Taraf kesejahteraan suatu negara akan berpengaruh di kancah internasional. 2 Sebagai mana di sebut dalam al mu jam al wasith zakat secara bahasa adalah berkah, tumbuh,suci,baik dan bersihnya sesuatu. Sedangkan zakat secara syara adalah hitungan tertentu dari harta dan sejenisnya dimana syara mewajibkan untuk mengeluarkannya kepada orang orang fakir dan yang lainya dengan syarat syarat tertentu. 3 Oleh karena itu, memerangi kemiskinan merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap negara. Tingkat kemiskinan di suatu Negara akan 2 www.bps.go.id, diakses pada tanggal 28 Maret 2018. 3 Arifin Gus, Dalil-Dalil dan Keutamaan Zakat, (Bandung : Quanta, 2010). hlm,11 1

2 mempengaruhi apakah negara tersebut termasuk negara maju, berkembang ataukah miskin. Dengan kata lain, tingkat kesejahteraan suatu negara dipengaruhi oleh besarnya prosentase kemiskinan di negara tersebut. Kondisi inilah yang memotivasi bersaing meningkatkan kesejahteraan termasuk Indonesia. Menyejahterakan kehidupan bangsa merupakan tujuan nasional yang diamanahkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia alinea keempat. Pembangunan di segala bidang diupayakan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Namun, upaya ini tidak didukung dengan optimalisasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang memiliki visi pemerataan pendapatan Suatu negara dikatakan berhasil dalam pembangunan jika ia mampu menekan angka kemiskinan. Taraf kesejahteraan suatu negara akan berpengaruh di kancah internasional. Oleh karena itu, memerangi kemiskinan merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap negara. Tingkat kemiskinan di suatu Negara akan mempengaruhi apakah negara tersebut termasuk negara maju, berkembang ataukah miskin. 4 Dengan kata lain, tingkat kesejahteraan suatu negara dipengaruhi oleh besarnya prosentase kemiskinan di negara tersebut. Kondisi inilah yang memotivasi bersaing meningkatkan kesejahteraan termasuk Indonesia. Menyejahterakan kehidupan bangsa merupakan tujuan nasional yang diamanahkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik 4 Kitab Undang Undang, Tentang Zakat 1998, 1999, Dan. 2011

3 Indonesia alinea keempat. Pembangunan di segala bidang diupayakan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Namun, upaya ini tidak didukung dengan optimalisasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang memiliki visi pemerataan pendapatan Fakta bertahannya bank syariah pada masa krisis menginspirasi pemerintah Indonesia untuk memberdayakan instrumen Hukum Ekonomi Islam yang berbasis pada perdagangan, larangan riba, pemberdayaan zakat, Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada individu yang beragama Islam yang berhubungan dengan berakhirnya bulan Ramadhan. 5 Pemberlakuan undang-undang zakat ini diharapkan dapat menjadi sumber dana yang potensial untuk kesejahteraan umum yang secara hakiki merupakan fungsi zakat dalam hukum ekonomi islam. Oleh karena itu, pemerintah pun perlu mendukung peningkatan efektifitas pelaksanaan undang-undang ini bukan hanya pada ranah zakat perorangan namun juga zakat perusahaan. Saat ini, pemberdayaan masih berorientasi pada zakat perorangan padahal zakat perusahaan tentunya berpotensi ekonomis yang lebih besar. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan karena memiliki arti penting dalam pengembangan wacana dan penerapan hukum ekonomi Islam di Indonesia khususnya dalam upaya pengentasan kemiskinan. Pengembangan hukum ekonomi Islam di Indonesia saat ini cenderung berfokus pada ranah perdagangan atau bisnis syariah. Maknanya, aspek yang dikembangkan cenderung pada aspek komersial. 5 Yusuf Wibowo, mengelola zakat Indonesia, (Jakarta : prenadamedia, 2015), hlm. 34.

4 Harus diakui bahwa konsep Hukum Ekonomi Islam menekankan perdagangan sebagai sektor riil yang menjadi penyangga utama perputaran. Namun, perlu diperhatikan pula bahwa ekonomi Islam disangga tiga pilar yakni perdagangan, larangan riba dan pemberdayaan zakat. Dengan kata lain, hukum ekonomi islam tidak hanya menekankan pada aspek komersial (perdagangan) melainkan didukung pula dengan sistem keuangan yang tidak berbasis bunga (riba) dan pemberdayaan zakat yang bertujuan untuk pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Jika aspek bisnis dan sistem keuangan di Indonesia mulai menerapkan konsep yang bebas riba, sayangnya tidak diikuti dengan konsep pemberdayaan zakat yang efektif. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki kontribusi penting untuk menciptakan pola keseimbangan dalam sistem ekonomi agar tidak hanya membangun aspek komersial tetapi juga semestinya menciptakan sistem pemerataan pendapatan dan pembangunan potensi ekonomi masyarakat melalui konsep zakat. Lazisnu, merupakan lembaga amil zakat yang konsisten dalam bidang pengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh dan juga professional dalam bidang tersebut. Banyak masyarakat umum yang mengenal Lazisnu dari kalangan buruh, petani, pedagang hingga para pengusaha. Banyak pula masyarakat yang mempercayakan kepengelolaan zakat, infaq dan shodaqoh pribadi kepada lembaga. Di sisi lain tuntutan zaman juga semakin kencang, di mana Lazisnu selalu siap siaga dalan kondisi apapun

5 dan terus berkarya dengan inovasi progam yang dapat menambah semangat dan antusias masyarakat dan juga lembaga sendiri. Perkembangan lembaga juga sangat baik terbukti dengan terbentuknya Lazisnu pada setiap daerah atau kabupaten, kini masyarakat akan lebih termudahkan dengan kehadiran Lazisnu di setiap kota bahkan juga di setiap kecamatan. Dampak ini cukup terasa dimana pemerataan system dan pola Lembaga dapat menyebar menyeluruh di berbagai daerah dari ujung barat sampai ujung timur dan setiap cabang lembaga di beri wewenang untuk mengelola dana zis yang di peroleh agar lebih maksimal dan berpengaruh besar terhadap objek pentasyarufan. Alasan peneliti Memilih Lazisnu Kabupaten Blitar yaitu, Lazisnu Blitar lembaga yang sudah mengalami kemajuan dari segi organisasi, system, progam, dll. sebagai Lazisnu yang memiliki tata kelola organisasi dan ZIS yang cukup baik se wilayah Jatim. Progam yang telah tercanang Lazisnu kabupaten Blitar antara lain yaitu NUcare, NUpreneur, NUskill, NUsmart. 4 pilar tersebut juga ditunjang dengan system operator online Lazisnu dan juga sumberdaya yang cukup mumpuni dalam bidang pentasyarufan, fundrising, pengelolaan dan bidang lain. Salain itu peneliti juga ingin mengetahui keadaan lembaga dalam segi pengelolaan zakat dan upaya lembaga dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat. Berdasarkan Fokus penelitian di atas maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul Analisis Optimalisasi Zakat di Lazisnu Kabupaten Blitar dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat

6 B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di ambil Fokus penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana, perolehan zakat di Lazisnu kabupaten Blitar? 2. Bagaimana, optimalisasi zakat di Lazisnu kabupaten Blitar dalam Pemberdayaan ekonomi umat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini ingin memberikan informasi tentang : 1. Untuk mengetahui perolehan zakat di daerah Kabupaten Blitar yang telah di kelola Lazisnu kabupaten Blitar 2. Untuk mengetahui optimalisasi zakat yang telah di lakukan di Lazisnu kabupaten Blitar dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan yang terkait ZIS juga sebagai sarana penambah pengetahuan pada khususnya mengenai, Optimalisasi Zakat Di Lazisnu Kabupaten Blitar Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat

7 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti Bagi Peneliti, sebagai perluasan penelitian terkait Pengoptimalan potensi Zakat, pemberdayaan, dan juga Kondisi ekonomi umat serta Optimalisasi Zakat Di Lazisnu Kabupaten Blitar Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat b. Bagi lembaga Bagi lembaga, penelitian ini diharapkan turut menjadi kontribusi pemikiran terkait dengan optimalisasi potensi zakat serta memberikan manfaat sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi, khususnya manajer keuangan, fundrising, pentasyarufan di dalam merencanakan suatu strategi baru dan dapat meningkatkan kinerja pengelolaan lembaga secara efektif dan efisien. c. Bagi masyarakat umum Bagi masyarakat secara umum, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi mengenai, Optimalisasi Zakat Di Lazisnu Kabupaten Blitar Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat

8 E. Penegasan Istilah 1. Secara Konseptual a. Optimalisasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Optimalisasi adalah berasal dari kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya). 6 b. Lazisnu (Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh NU ) Merupakan Lembaga sosial yang berjalan di bidang zakat, infaq dan shodaqoh yang berdiri di bawah naungan Organisasi Nahdlatul Ulama. 7 c. Pemberdayaan Pendayagunaan adalah suatu usaha untuk mendatangkan hasil atau memanfaatkan yang lebih besar lebih baikdengan memanfaatkan sumberdaya dan potensi yang ada. Paling banyak digunakan dalam upaya penaggulangan kemiskinan. 8 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), hlm. 800. 7 NUcare.co.id, di akses pada,28 Agustus 2018. 8 Randy r. wrihatnolo,riant nugroho dwijdjowijoto.manajemen Pemberdayaan. (gramedia : Jakarta, 2007). hlm, 33.

9 d. Ekonomi umat. ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu social yang mempelajari berbagai perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan keputusan ekonomi yang di buat. 9 2. Secara Operasional Analisis Optimalisasi Potensi Zakat Di Lazisnu Kabupaten Blitar Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, Penelitian ini secara operasional Penelitian yang membahas mengenai upaya pengoptimalan atau meningkatkan secara maksimal potensi zakat yang telah di kelola lembaga dalam tujuan untuk memberdayakan ekonomi umat. F. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan dan mengetahui dalam penelitian skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematikanya sebagai berikut : 1. Bagian Awal Bagian awal terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran, dan abstrak. 9 Jimmy hasoloan, Pengantar ilmu ekonomi. (deepublish : Yogyakarta, 2010). hlm, 8-9.

10 2. Bagian Utama (Inti), terdiri dari: BAB I PEDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan (a) Latar belakang, (b) fokus penelitian, (c) tujuan penelelitian, (d) manfaat penelitian, (e) penegasan istilah, dan (f) sistematika penulisan skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini menerangkan tentang kajian teori yang diteliti, kerangka pemikiran teoritis serta tinjauan umum (termasuk penelitian historis dan deskriptif). Dalam penelitian kualitatif ini keberadaan teori baik yang di rujuk dari pustaka aatau hsil penelitian terdahulu digunakan sebagai penjelasan atau bahan lain, dalam penelitian kualitatif ini, peneliti brangkat dari data lapangan dan menggunakan teori sebagai penjelasan dan berakhir pada konstruksi teori baru yang dikemukakan oleh peneliti setelah menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Kajian pustaka ini kemudian di jadikan dasar dalam pembahasan dan menjawab berbagai permasalahan dalam skripsi ini, yaitu Optimalisasi potensi zakat di Lazisnu Kabupaten Blitar dalam Pemberdayaan ekonomi umat. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini meliputi (a) pendeatan dan jenis penelitian, (b) lokasi penelitian, (c) kehadiran peneliti, (d) sumber data, (e)

11 tehnik pengumpulan data, (f) tehnik analsisis data, (g) pengecekan keabsahan data. BAB IV : HASIL PENELITIAN Dalam bab ini berisi tentang paparan data yang disajikan dengan topik sesuai dalam pertanyaan-pertanyaan atau pertanyaanpertanyaan penelitian dan hasil analisis data. Paparan data tersebut diperoleh melalui pengamatan (apa yang terjadi di lapangan), dan atau hasil wawancara (apa yang dikatakan oeh informan), serta deskripsi informasi lainnya yang dikumpulkan oleh peneliti melalui prosedur pengumpulan data sebagaimana tersebut diatas. Hasil analisis data yang merupakan temuan peneitian disajikan dalam bentuk pola, tema, kecendrungan, dan motif yang muncul dari data. Disamping itu, temuan bisa berupa penyajian kategori, sistem klasifikasi, identifikasi dan tipologi. BAB V PEMBAHASAN Pada pembahsan hasil penelitian, memuat analisis peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori, dan dimensidimensi, posisi temuan atau teori yang ditentukan terhadap teoriteori temuan sebelumnya. BAB VI PENUTUP Pada bab ini terdiri dari: (a) kesimpulan, (b) implikasi penelitian (jika perlu), dan saran/rekomendasi. Pada kesimpulan, uraian

12 yang dijelaskan dalam model penelitian kualitatif adalah temuan pokok atau simpulan harus mencerminkan makna dari temuantemuan tersebut sesuai dengan rumusan masalah. 3. Bagian Akhir Pada bagian ini memuat: (a) daftar rujukan, (b) lampiran lampiran, (c) surat pernyataan keaslian skripsi dan (d) daftar riwayat hidup.