OPTIMALISASI KEMAMPUAN PENANGANAN KEGAWATDARURATAN KERACUNAN BAHAN KIMIA RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN SARANA TELENURSING DI DESA KARANG RAU SOKARAJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua,

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Terutama pada masa pertumbuhan anak-anak. Upaya utama dalam pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN tercatat sejumlah 734 orang dari 5 kabupaten. Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

Arikunto, S Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka. Arisman Buku ajar ilmu gizi keracunan makanan. Jakarta : EGC.

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) (2014) salah satu kriteria

Data Keracunan Rumah Sakit Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti. kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ,

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. juta (PERKENI, 2015). Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun penderita DM di Klinik Pratama Firdaus sebanyak 109 orang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KEJANG DEMAM ANAK TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA (Studi di Klinik Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Hasil Guna Edukasi Diabetes Menggunakan Telemedicine terhadap Kepatuhan Minum Obat Diabetisi Tipe 2

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT)

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten

Emergency First Aid Course

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

MANAJEMEN KEPERAWATAN TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE PASCA BANJIR DI DAERAH PESISIR SUNGAI SIAK

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden :

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dikenal dengan benda asing endogen (Yunizaf, 2012).

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFIKASI DIRI PADA PASIEN TB PARU

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TATAP MUKA DENGAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SKIZOFRENIA

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan,

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS METODE EDUKASI KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO TENTANG SWAMEDIKASI DEMAM PADA ANAK NASKAH PUBLIKASI

Siti Mursidah & Nurul Eko Widiyastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

LAMPIRAN 1 Tabel Karakteristik contoh Usia

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

MANAJEMEN P3K DI TEMPAT KERJA. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja

KEDARURATAN LINGKUNGAN

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

1

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: DWI SUMARNINGSIH

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada : Di Tempat. Pengetahuan Masyarakat Tentang Pertolongan Pertama Cidera Kepala di RW 01 Dusun

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden

BAB I PENDAHULUAN. individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disertai perbaikan sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup ternyata

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

Puri Lukitasari 1, Ns. Eni Hidayati, M.kep 2, Abstrak. Kata Kunci : Pengetahuan, Halusinasi, Skizofrenia, Family Gathering

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum

MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) atau LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN (LDKB)

: Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien tentang. Juni-Juli 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada disekelilingnya. Keterampilan motorik seperti berlari, berjalan,

Transkripsi:

OPTIMALISASI KEMAMPUAN PENANGANAN KEGAWATDARURATAN KERACUNAN BAHAN KIMIA RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN SARANA TELENURSING DI DESA KARANG RAU SOKARAJA OPTIMALIZATION OF THE ABILITY OF HANDLING HOUSEHOLD CHEMICALS POISONING USING TELENURSING IN KARANG RAU SOKARAJA Nurul Fatwati Fitriana 1) Program Studi Ilmu Keperawatan S1,Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto *Email: nurulfatwati90@gmail.com ABSTRAK Paparan terhadap racun dapat terjadi ketika bekerja, karena lingkungan, berekreasi. Keracunan dapat terjadi melalui beberapa jalur, yaitu pernafasan, pencernaan, suntikan atau gigitan, dan kontak dengan kulit. Kebanyakan keracunan terjadi secara tidak sengajaan, relatif ringan dan tidak memerlukan penanganan gawat darurat. Ada lima zat yang bisa menyebabkan keracunan yaitu makanan, analgesik atau zat pereda nyeri, kosmetik, zat pembersih rumah tangga, benda asing seperti mainan dari plastik. Kejadian keracunan tidak hanya terjadi pada waktu penyimpanan, tetapi juga karena menggunakan wadah yang seharusnya tidak digunakan sebagai wadah bahan kimia beracun. Banyak sekali terjadi keracunan akibat minum bahan kimia beracun secara tidak sengaja yang ditempatkan di dalam wadah atau botol sirup, teh botol dan lain sebagainya. Kegiatan ini merupakan program yang memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman bahaya cedera sehari-hari dan penatalaksanaan pertama pada cedera. Program khusus dari kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan anggota dawis Karang Rau tentang pengertian keracunan bahan kimia Program ini dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan pemberian media telenursing terkait dengan penatalaksanaan keracunan bahan kimia pada cedera rumah tangga. Adapun materi yang disampaikan pada kegiatan ini adalah definisi, apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan ketika terjadi keracunan. Kata kunci : bahan kimia, gawat darurat, keracunan ABSTRACT Exposure to poisons can occur when working, due to the environment, recreation. Poisoning can occur through several channels, namely breathing, digestion, injections or bites, and contact with the skin. Most poisoning occurs accidentally, is relatively mild and does not require emergency treatment. There are five substances that can cause poisoning, namely food, analgesics or pain relievers, cosmetics, household cleaning agents, foreign objects such as plastic toys. Poisoning not only occurs at the time of storage, but also because it uses a container that should not be used as a container of toxic chemicals. Lots of poisoning occurs due to accidentally drinking toxic chemicals that are placed in containers or syrup bottles, tea bottles and so forth. This activity is a program that has the aim to increase knowledge, understanding of the dangers of daily injuries and the first management of injuries. The special program of this activity is to increase the knowledge of Karang Rau dawis members about the understanding of chemical poisoning This program is conducted using lecture, discussion and telenursing media methods related to the management of chemical poisoning in household injuries. The material presented at this activity is the definition, what should be done and what should not be done when poisoning occurs. Keywords : chemichal, emergency, poisoning PENDAHULUAN Keadaan kegawatdaruratan yang sering di temui sehari hari dan masih mudah cara penanganannya namun masyarakat masih sering salah dalam penanganannya salah satuanya adalah keracunan. Tindakan yang salah akan menimbulkan angka kesakitan bagi penderita bahkan mungkin kematian apabila tidak di tangani secara tepat dan cepat. Kejadian gawat darurat dapat dapat di artikan 126

sebagai keadaan dimana seorang membutuhkan pertolongan segera karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen. Paparan terhadap racun dapat terjadi ketika bekerja, karena lingkungan, berekreasi. Keracunan dapat terjadi melalui beberapa jalur, yaitu pernafasan, pencernaan, suntikan atau gigitan, dan kontak dengan kulit. Kebanyakan keracunan terjadi secara tidak sengajaan, relatif ringan dan tidak memerlukan penanganan gawat darurat. (Scaeffer, Badillo, Hovseth, 2018). Di dunia, sebanyak 24 % kejadian keracunan membutuhkan penanganan keracunan di rumah sakit. Sebanyak 16 % dari jumlah tersebut membutuhkan perawatan intensif. Sedangkan di Indonesia sendiri, pelaporan kejadian dari 2000 Rumah Sakit cenderung menurun dari tahun 2010-2014. Menurut American Association of Poison Control Center, ada lima zat yang bisa menyebabkan keracunan yaitu makanan, analgesik atau zat pereda nyeri, kosmetik, zat pembersih rumah tangga, benda asing seperti mainan dari plastik. Pada umumnya semua bahan kimia merupakan racun, termasuk obat-obatan. Bahan kimia beracun didalam rumah setiap saat dapat mengancam keselamatan kita terutama anak-anak. Bahan kimia tersebut dapat berupa oli, bensin, air aki di garasi, cuka dan minyak tanah di dapur, racun serangga dikamar, obat-obatan di lemari obat. Seringkali terjadi keracunan pada anak-anak akibat kecerobohan dalam menyimpan bahan akan berakibat fatal karena keingintahuan anak-anak untuk mengambil dan mencicipi atau menelan. Kecerobohan ini tidka hanya terjadi pada waktu penyimpanan, tetapi juga karena menggunakan wadah yang seharusnya tidak digunakan sebagai wadah bahan kimia beracun. Banyak sekali terjadi keracunan akibat minum bahan kimia beracun secara tidak sengaja yang ditempatkan di dalam wadah atau botol sirup, teh botol dan lain sebagainya. Kasus keracunan bahan kimia beracun ini ssering menimpa anak-anak, terutama balita karena nalurinya untuk meminum dan makan sesuatu cairan atau benda dan belum mengerti untuk membedakan mana yang beracun dan mana yang tidak beracun. Disamping pada umur-umur tersebut, anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu yang ada di sekelilingnya. Kadangkala keracunan disebabkan oleh label yang kurang jelas atau label dengan bahasa asing yang tidak semua orang dapat mengerti maksudnya apalagi anak-anak. Maka dari itu perlu berhati-hati dalam menyimpan maupun menggunakan bahan kimia yang biasa digunakan atau disimpan di rumah tangga. Jenis jenis bahan kimia yang biasa disimpan dalam rumah tangga adalah sprirtus, asam cuka, air aki, aseton (penghapus cat kuku), kapur serangga, bensin, pestisida, deterjen, kamper kaporit, karbol, oli, obat-obatan, dan lain lain. Kebanyakan pasien yang mengalami keracunan tidak mempunyai masalah yang serius, namun keracunan bisa menimbulkan angka kesakitan pada korban. Sangat penting untuk dapat mengenali orang-orang yang berisiko mengalami komplikasi keracunan berupa sakit serius bahkan kematian. Orang yang mempunyai risiko mengalami komplikasi adalah : usia semakin tua, perubahan status secara mendadak di IGD, orang yang meracuni diri sendiri, pasien yang mengkonsumsi obat dalam jumlah banyak. (ENA, 2018) Beberapa petunjuk umum pertolongan keracunan antara lain : 1. Cari racun penyebab, dengan mencari wadah / kemasan sisa racun 2. Kotoran muntahan lendir dari saluran nafas penderita dibersihkan. 3. Tidak boleh melakukan nafas buatan. 4. Apabila racun penyebab tidak diketahui, sementara diberikan norit (larutan arang batok kelapa dalam air). Beberapa jenis penanganan pertolongan pertama pada keracunan bahan kimia rumah tangga seperti spirtus, asam cuka, aseton, kaporit : lakukan pemberian cairan yang banyak, usahakan dimuntahkan apabila korban sadar supaya racun keluar, pada korban tidak sadar tidak boleh di 127

rangsang muntah karena akan berisiko cairan muntahan masuk ke dalam perut. Untuk keracunan produk hasil olahan minyak bumi, dilarang memuntahkan cairan, namun diberi zat penetral racun seperti norit atau dengan diberikan putih telur. Pada surat kabar harian Radar Banyumas tanggal 6 September 2018, diberitakan bahwa 10 siswa SD Negeri Kutasari 1 dibawa ke Puskesmas Baturraden karena mengalami mual dan muntah yang disebabkan oleh keracunan es krim yang di jajakan oleh pedagang keliling. Keracunan pada kasus diatas adalah contoh keracunan yang melalui rute oral atau makanan masuk ke mulut (Satelit post, 2018). Penanganan dari keracunan yang masuk melalui mulut adalah dengan memberikan cairan atau air putih dalam jumlah banyak untuk menetralkan jumlah racun. Pada dasarnya budaya pemberian susu putih dan air kelapa muda yang banyak tujuannya sama yaitu menetralkan racun di saluran pencernaan. Salah satu tindakan lain dalam pertolongan pertama menangani keracunan makanan adalah melakukan rangsang muntah. Namun, tindakan rangsang muntah tidak boleh dilakukan apabila korban menelan minyak tanah, bensin, dan korban pingsan karena akan dikhawatirkan cairan dari lambung masuk ke paru-paru. Kesadaran yang tinggi akan makanan sehat belum optimal dimiliki oleh masyarakat desa. Makanan sehat wajib dikonsumsi bagi anak anak sampai dewasa. Maraknya kasus keracunan pada bahan makanan mengakibatan telah banyak riset penelitian yangelah dilakukan untuk membuktikan bahan makanan mengandung zat kimia berbahaya, khususnya jajanan pada anak sekolah. Pembahasan keracunan tidak terlepas dari identifikasi, tanda gejala, zat yang menyebabkan keracunan. Sedangkan penanganan keracunan merupakan salah satu esensi dari keperawatan gawat darurat karena apabila tidak segera ditindaklanjuti akan menimbulkan angka kesakitan maupun kematian. Keperawatan merupakan layanan integral dari kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang profesional dan mengedepankan perkembangan teknologi kesehatan. Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018 adalah sejumlah 123 juta orang. Berkembangnya penggunaan internet diikuti pula perkembangan dalam dunia keperawatan, maka saat ini telemedicine, telehealth dan telenursing menjadi alternatif dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan (Ellena & Prakoso, 2015) Pada saat ini, zaman sudah semakin berkembang, informasi yang berhubungan dengan apapun di dunia kesehatan dan sumber pengetahuan dapat diperoleh dari mana saja. Semakin pesatnya perkembangan alat komunikasi dan telepon genggam mambawa pengaruh terhadap kemudahan informasi yang bisa didapatkan oleh seseorang. Semakin banyaknya pembaruan teknologi dan jaringan sosial membantu masyarakat berkomunikasi jarak jauh. Whatsapp merupakan salah satu aplikasi media sosial yang populer dikalangan masyarakat. Whatsapp bisa digunakan sebagai sarana pengingat minum obat, bertukar informasi, serta membuat forum diskusi belajar untuk penyebaran materi pembelajaran. Penggunaan telepon genggam sebagai salah satu media intervensi kesehatan memiliki keunggulan, diantaranya kecenderungan pengguna untuk membawa telepon genggam ke semua tempat, sehingga memudahkan tenaga kesehatan mengirimkan informasi dan dukungan kepada masyarakat atau dari masyarakat ke tenaga kesehatan secara mandiri (Wahyuni, Rahayu Jati & Hakimi, 2017). Telenursing didefinisikan sebagai suatu proses pemberian, manajemen, dan koordinasi asuhan serta pemberian layanan kesehatan melalui teknologi informasi dan telekomunikasi. Pemberdayaan telenursing menggunakan aplikasi whatsapp untuk edukasi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penanganan keracunan. Whatsapp merupakan aplikasi yang dapat mengirimkan pesan maupun gamabar dan video. Media pembelajaran yang dapat dikirim melalui aplikasi tersebut adalah foto, video, dan dokumen lainnya. 128

Di Perumahan Karang Rau, terdapat 30 KK. Menurut studi pendahuluan pada beberapa warga perumahan, beberapa ibu rumah tangga belum lebih jelas terkait kejadian keracunan makanan dan bahan kimia rumah tangga yang kemungkinan terjadi di kehidupan sehari-hari. Fakultas Ilmu Kesehatan merupakan Fakultas dengan ciri khas kegawatdaruratannya. Idealnya, kesiagaan warga dalam menghadapi kejadian keracunan yang terjadi di kehidupan sehari-hari dapat lebih di optimalkan dengan cara mengadakan pelatihan pada ibu-ibu rumah tangga supaya apabila terjadi keracunan bisa dapat segera ditangani. METODE Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pemberian kuesioner pre dan post test, ceramah dan praktik. Tahapan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut : A. Pengenalan dan Persiapan Persiapan yang dilakukan adalah melakukan ijin dan penjelasan kepada ketua perkumpulan ibu-ibu dawis. Diskusi dilakukan bertujuan agar acara kegiatan berlangsung dengan lancar pada hari pelaksanaan. B. Mekanisme pelaksanaan pengabdian masyarakat Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada tanggal 3 Maret 2019. Penyuluh memberikan kuesioner pre test kepada responden. Setelah itu memberikan penjabaran tentang keracunan bahan kimia rumah tangga dan penanganannya serta responden diberikan intervensi berupa materi yang dikirim via whatsapp. Dua minggu kemudian, dilakukan post test kepada responden. Jumlah responden adalah 25 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu tahap pertama adalah pretest kemudian bulan selanjtnya post test. Jumlah peserta 25 orang. Pada awalnya peserta hanya mengetahui sedikit tentang penyebab keracunan yang kemungkinan sering terjadi pada rumah tangga, dibuktikan dengan nilai rata-rata pretest adalah 7. Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan dan pendampingan menggunakan telenursing selama 2 minggu, peserta bisa mengalami peningkatan pengetahuan tentang penatalaksanaan keracunan bahan kimia yang kemungkinan sering terjadi pada rumah tangga yang benar dibuktikan dengan nilai post test 8,9. Bagian ini menjelaskan karakteristik peserta yang terlibat. Dapat mencantumkan table yang menguraikan karakterirstik peserta. Contoh : Tabel 1. Distribusi frekuensi karateristik peserta pengabdian masyarakat N o 1 2 3 Karakteristik Responden N % Jenis Kelamin Perempuan 25 100 Laki-laki 0 0 Tingkat Pendidikan SD 0 0 SMP 0 0 SMA 15 60 PT 10 40 Pekerjaan PNS 0 0 Wiraswasta 20 80 IRT 5 20 Pensiunan 0 0 Total 0 100.0 129

Tabel 1. Menunjukkan bahwa distribusi peserta kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini lsemuanya adalah berjenis kelamin yaitu perempuan, tingkat pendidikan terakhir yaitu SMA sebesar 60%, dan pekerjaan sebagai wiraswasta sebesar 80%. Tabel 2. Evaluasi Hasil Kegiatan No Kriteria Evaluasi Indikator Tolak Ukur Pelaksanaan 1 Keberhasilan kegiatan Peserta Peserta Dilaksanakan Optimalisasi Kemampuan memahami memberikan selama kegiatan Penanganan keracunan bahan kimia Rumah Tangga gambaran umum penatalaksanaan keracunan bahan respon yang baik terhadap penyelenggaraan Optimalisasi Kemampuan Penanganan kimia rumah penyuluhan. keracunan bahan tangga Peserta mau kimia Rumah mengikuti kegiatan. Tangga Peserta atif dalam sesi tanya jawab Nilai post test meningkat Pengetahuan rata-rata responden tentang penanganan keracunan adalah sebesar 7,11% (pretest) dan sebesar 86,3% (post test). Evaluasi post test dilakukan setelah 2 minggu responden menerima intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui telenursing. Upaya peningkatan pengetahuan kepada responden dilakukan oleh penyuluh menggunakan media whatsapp. Tabel 3. Rerata skor pengetahuan pretest dan posttest Variabel N Mean (minimummaksimum) Pengetahuan sebelum intervensi 25 7,11 (4-9) Pengetahuan setelah intervensi 25 8,63 (7-12) Sumber : Data Primer Media pembelajaran dapat mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang. Media pembelajaran yang melibatkan indra penglihatan dan pendengaran dapat menjadi lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan responden. Berdasarkan penelitian, pentransferan pengetahuan yang diterima olah otak adalah dari mata (75%-85%), sedangkan 13%-25% pengetahuan manusia didapatkan dari indera yang lain (Maulana, 2009). Kegiatan ini memberikan materi berupa penyuluhan, praktik dan pendampingan pemberian materi via whatsapp untuk optimalisasi kemampuan dalam penanganan keracunan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yasmin dan Madanijah (2010) yang menyatakan bahwa penyuluhan merupakan salah satu pendidikan non formal, mampu mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Hasil pengabdian kepada masyarakat menunjukkan bahwa ada peningkatan pengatahuan penanganan keracunan bahan kimia rumah tangga setelah diberikan penyuluhan serta penambahan edukasi menggunakan whatsapp dibuktikan dengan adanya perbedaan rerata nilai pengetahuan penanagan keracunan. Artinya, dalam kegaiatan ini meningkatkan pengetahuan peserta pengabdian dalam menangani keracunan bahan kimia rumah tangga. Tujuan program ini adalah masyarakat dapat melakukan penanganan cedera dengan baik, benar dan tepat. Penanganan cedera yang tepat dan cepat dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas yang disebabkan oleh cedera rumah tangga (Emergency Nurses Association, 2018). 130

KESIMPULAN Terjadi peningkatan pengetahuan responden dibuktikan dengan kenaikan nilai pengetahuan responden dari 71,1 menjadi 86,3. Pengetahuan masih perlu ditingkatkan lagi menggunakan metode yang lain.diharapkan pihak terkait mengajarkan masyarakat awam untuk melakukan kegiatan pembelajaran kepada kader-kader kesehatan yang khusus mempelajari tentang cedera sehari-hari. Metode yang digunakan bisa menggunakan forum group discussion atau studi kasus. DAFTAR PUSTAKA Emergency Nurses Associaton, (2018). Keperawatan Gawat Darurat Dan Bencana Sheehy. Elsevier Ellena, N., Prakoso, D.A. (2015). Pengaruh Penggunaan Telemedicine (Aplikasi Berbasis Internet) Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Satelit Post. (2018). Siswa SD diduga Keracunan Jajanan dan dilarikan ke Puskemas. Scaeffer, S., Badillo, R.B., Hovseth, K. (2018). Kegawatandaruratan Toksikologi. Elsevier Wahyuni, Z., Rahayujati, B. T., & Hakimi, M. (2017). Pengaruh Layanan Pesan Singkat Terhadap Pengetahuan dan Intensi Menyusui di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. BKM Journal of Community Medicine and Public Health. Volume 33 Nomor 5 halaman 261-266Morton,et al. (2012). Keperawatan kritis pendekatan asuhan holistik. Vol.1. Jakarta: kedokteran EGC Panacea, (2012). Tim Bantuan Medis Mahasiswa. EGC 131