Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

dokumen-dokumen yang mirip
KALIMANTAN TENGAH: REDD+ dan Kemitraan Karbon Hutan Kalimantan (KFCP)

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

FPIC DAN REDD. Oleh : Ahmad Zazali

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis. 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

KFCP Penerapan dan Verifikasi Safeguards Sosial dalam Pengelolaan Kegiatan di Tingkat Desa

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

OPEN DATA + INDUSTRI EKSTRAKTIF. Transparansi dan Akuntabilitas Penerimaan dan Belanja di Sektor Sumberdaya Ekstraktif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

Pertemuan Koordinasi GCF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

DIALOG KEHUTANAN. Model Proses ILCF. Dominic Elson

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

Australia Awards Indonesia

Harga Sebuah Kebijakan Bahan Bakar Fosil: Subsidi Pemerintah Indonesia di Sektor Hulu Minyak & Gas Bumi

DANA INVESTASI IKLIM. 7 Juli 2009 DOKUMEN RANCANG UNTUK PROGRAM INVESTASI HUTAN, PROGRAM YANG DITARGETKAN BERDASARKAN DANA PERWALIAN SCF

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

Dewan Kehutanan Nasional dan UN-REDD Programme Indonesia. Disusun dari hasil konsultasi dengan multi pihak pemangku kepentingan

Pelibatan Masyarakat Dalam Konsultasi dan Perumusan Perjanjian Desa

Sekolah Lapangan Budidaya dan Pemasaran Karet

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

PT Kalimantan Surya Kencana

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

Deklarasi Rio Branco. Membangun Kemitraan dan Mendapatkan Dukungan untuk Hutan, Iklim dan Mata Pencaharian

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

Partisipasi dan Manfaat KFCP. Paparan 1: Partisipasi Masyarakat dan Manfaat KFCP Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP)

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Segitiga Emas: Masyarakat-Pemerintah-Industri

Reforestasi Berbasis Masyarakat di Hutan Rawa Gambut

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

KERANGKA ACUAN LATAR BELAKANG

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

DANA INVESTASI IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN

Infografis Kemakmuran Hijau v5.2 PRINT.pdf PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. penelitian dan terakhir adalah sistematika penulisan. jelas dirasakan oleh masyarakat dunia. Berbagai bencana seperti kekeringan,

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

Prasyarat Penerima Hibah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

Risalah Konsep. 31 Juli 2013

DRAFT UNTUK BAHAN DISKUSI Membangun Kebijakan Kerangka Pengaman REDD+ di Indonesia

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

Kelompok Kerja IV REDD+ Sulawesi Tengah. Pembelajaran dari Indonesia pada Uji Coba PADIATAPA (FPIC)

NAMA JABATAN : KASUBPOKJA PERENCANAAN PROGAM DAN ANGGARAN ATASAN LANGSUNG : KAPOKJA PERENCANAAN ANGGARAN DAN HUKUM

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

Saudara-saudara yang saya hormati,

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

REDD+: Selayang Pandang

Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan dan REDD+: Pedoman dan Sumber Daya

Sejarah AusAID di Indonesia

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif

Strategi Nasional REDD+

National Planning Workshop

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEADILAN IKLIM: PERBAIKAN TATA

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Belajar dari redd Studi komparatif global

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

Transkripsi:

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Pak Muliadi S.E yang terhormat, Terima kasih atas surat Anda tertanggal 24 Februari 2011 mengenai Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP) dan keterlibatan mereka dengan masyarakat di Kalimantan Tengah. Saya memperhatikan adanya surat dari Menteri Perubahan Iklim dan Efisiensi Energi serta Menteri Luar Negeri. Sebagaimana Anda ketahui, KFCP adalah salah satu kegiatan demonstrasi/percontohan REDD+ skala besar yang paling maju di Indoensia. Tujuannya adalah untuk menunjukkan pendekatan REDD yang bermutu, adil dan efektif, yang akan menjadi masukan untuk pengembangan mekanisme REDD+ sebagai bagian dari kesepakatan perubahan iklim pasca 2012. Dalam hal ini, KFCP mendukung perbaikan penghidupan bagi masyarakat setempat.proyek ini juga menyajikan pelajaran yang berharga bagi pembentukan bangunan REDD+ nasional di Indonesia, bagi negosiasi internasional tentang REDD+ di UNFCCC dan keterlibatan Indonesia dalam REDD+ secara global. Sebelum menanggapi sejumlah hal yang Anda sampaikan dalam surat Anda, saya ingin menyampaikan bahwa tim lapangan KFCP telah melakukan banyak konsultasi dengan masyarakat untuk memastikan pandangan masyarakat secara luas telah tercakup dalam perancangan dan penerapan aktivitas. Saya juga berterima kasih atas sumbangan YPD untuk KFCP berupa dukungan dalam kegiatan pemetaan masyarakat, yang diberikan kepada pemerintah kabupaten untuk membantu perencanaan pembangunan desa. Staf KFCP telah berkonsultasi dengan masyarakat sejak awal tahun 2009 di tingkat kampung dan kabupaten, dimana para fasilitator berbasis di semua kampung di wilayah kerja KFCP sejak bulan Maret 2010. Di tingkat komunitas, KFCP telah berupaya kuat untuk menghormati hak-hak adat. Selain itu, KFCP terus berkomunikasi secara teratur dengan para pemimpin adat setempat, juga dengan AMAN Kalimantan Tengah untuk mendapatkan saran-saran mengenai bagaimana KFCP dapat memperkuat kerjanya di tingkat komunitas. Lebih jauh lagi, seorang penasihat tentang gender dan 'safeguards' baru-baru ini mulai bergabung dengan tim KFCP untuk lebih memperkuat kerja proyek di wilayah tersebut. Mengenai hal-hal tertentu yang Anda sampaikan: 1. Pelaporan yang bias Staf KFCP tidak mendapat pembayaran bonus atas prestasi kerja seperti yang Anda sampaikan dalam surat. Kami tidak percaya bahwa pelaporan mereka terdistorsi/tidak obyektif. Kami setuju bahwa pelajaran yang bisa dipetik dari kegiatan demonstrasi/percontohan ini akan tergantung dari adanya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Informasi tersebut didapatkan oleh para staf lapangan, juga dari analisis independen atas prestasi proyek ini. Kami terus

mencari cara untuk memastikan bahwa analisis ini dimasukkan ke dalam pembahasan tentang REDD+ di tingkat nasional. 2. Kurangnya pengakuan dan penghargaan atas hak-hak adat Semua bantuan pembangunan dari pemerintah Australia untuk Indonesia dilakukan dalam kerjasama dengan pemerintah Indonesia. Kami tidak setuju dengan pendapat bahwa kerjasama antar pemerintah ini tidak menghargai hak-hak adat. Kebijakan pemerintah Australia menyatakan bahwa kegiatan di luar negeri (Australia) yang dibiayai oleh pemerintah Australia harus menaati kewajiban-kewajiban HAM internasional, termasuk yang termaktub dalam Kovenan internasional mengenai hak-hak sipil dan politik ICCPR), Kovenan internasional mengenai hak-hak Ekosob (ICESCR), Deklarasi PBB tentang hak-hak masyarakat adat (UNDRIP) dan Konvensi penghapusan diskriminasi ras (CERD). Melalui KFCP, kami bekerja untuk memberdayaan masyarakat setempat untuk mengelola tanah mereka sendiri dan sumber-sumber daya hutan, dan tidak mengambil hutan dari masyarakat. Sebagai sebuah kegiatan demonstrasi/percontohan REDD+ antar pemerintah, KFCP tidak mengambil tanah atau sumber daya alam. Pemerintah Australia tidak menerima kredit karbon yang dapat dijual dari kegiatan KFCP. 3. Kurangnya pengakuan akan kearifan adat Dayak KFCP bekerja untuk memberdayakan masyarakat dalam mengelola tanah mereka dan sumber-sumber daya hutan. Banyak staf KFCP dan organisasi mitra adalah orang Dayak, termasuk Dayak Ngaju. Kami setuju bahwa kearifan tradisional adalah sumber pengetahuan yang berharga yang membantu memberi masukan bagi pengelolaan hutan yang berkelanjutan. 4. Tidak melihat kehancuran secara luas KFCP dirancang untuk menunjukkan metoda-metoda dan pendekatanpendekatan, yang jika diperbesar skalanya akan membentuk bagian dari pendekatan nasional dengan pelaksanaan REDD+ di tingkat sub-nasional. Proyek ini tidak dapat mengatasi masalah dalam skala lebih besar secara sendirian, tetapi proyek ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai solusi-solusi yang mungkin untuk permasalahan tersebut. KFCP adalah bagian dari upaya yang lebih luas dari pemerintah Indonesia, masyarakat, donor, LSM dan pihak-pihak lainnya agar REDD+ berfungsi secara nasional dan internasional. Kami mencari cara agar pelajaran yang dipetik dari KFCP dapat menyumbang kepada inisiatif REDD+ pilot di tingkat propinsi yang saat ini sedang dikembangkan oleh Satgas REDD+ nasional. KFCP juga berkontribusi terhadap rehabilitasi kawasan PLG. 5. Tidak ada konsultasi dan keterlibatan masyarakat yang efektif; kurangnya masukan masyarakat dalam perencanaan

Konsultasi penuh dan efektif dengan masyarakat setempat adalah fokus utama KFCP dalam kegiatan-kegiatan awal. Penanganan fisik seperti penutupan kanal dan penanaman hutan kembali (reforestasi) hanya berlangsung setelah konsultasi luas dengan masyarakat. Hal ini akan terus dilakukan dalam kegiatan mendatang. Peran serta masyarakat dalam KFCP bersifat sukarela. KFCP melakukan pembangunan kapasitas di tingkat masyarakat untuk membangun pemahaman yang utuh mengenai REDD+ dan KFCP. Sejak tahap perancangan pada tahun 2009, konsultasi dn partisipasi dalam perencanaan tindakan penanganan telah mencakup persoalan perubahan iklim, ekologi lahan gambut, REDD+, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, perbaikan penghidupan, pembangunan komunitas, dan berbagai hal lain yang menjadi kepentingan masyarakat, begitu juga dijelaskan mengenai tujuan dan kegiatan KFCP. Semua tindakan pada tanah masyarakat direncanakan dengan partisipasi anggota masyarakat, termasuk adanya musyarawah desa yang resmi dengan panduan RPJP dan RPJM Des. Menurut Bappeda Tingkat I, 7 kampung dalam wilayah KFCP adalah termasuk kampung-kampung pertama di Kalimantan Tengah yang membuat RPJM Des, dengan bantuan dari KFCP. Kaena KFCP merupakan aktivitas demonstrasi (percontohan), rancangan penanganan merupakan hal yang terus berlanjut dan akan dievaluasi dan disesuaikan berdasarkan konsultasi dengan komunitas yang terus berlangsung. Sejak pertengahan 2009, telah dipekerjakan 16 staf 'pelibatan masyarakat' untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai REDD+, maksud dan tujuan KFCP dan untuk memfasilitasi keterlibatan masyarakat dalam proses perancangan dan perencanaan aktivitas. Pelatihan terus menerus diberikan kepada para staf dan konsultan KFCP untuk memastikan bahwa keterlibatan masyarakat relevan dan diperbaiki, jika perlu. 6. Kurangnya pemahaman akan REDD Kami sependapat bahwa REDD+ adalah rumit. Ketika kerangka kerja umum REDD+ disepakati pada perundingan UNFCCC 2010 di Cancun, banyak unsurunsur pelaksanaannya masih dikembangkan dan masih perlu disepakati. Akibatnya, hanya segelintir orang yang memahami secara utuh REDD+ dan bagaimana kerjanya. Namun demikian, kebutuhan yang paling penting adalah agar masyarakat memahami tindakan-tindakan tertentu (dalam REDD+), komitmen, dan manfaat yang akan berpengaruh terhadap masyarakat jika mereka sepakat untuk bekerja dalam kemitraan dengan KFCP. Kami berupaya keras untuk memastikan tercapainya hal-hal tersebut. Kami akan terus bekerja dengan para pihak untuk membangun pemahaman mereka akan REDD+ dan hal-hal terkait. Untuk itu, kami menyambut masukan-masukan yang membangun dari mitra dan para pihak, seperti YPD, untuk membantu membangun pemahaman dengan menyediakan gambaran yang lengkap, seimbang dan akurat mengenai REDD+.

7. Petikan pelajaran yang tidak tertangkap (merujuk butir 1 tenang pelaporan yang bias/tidak obyektif) Melaporkan pelajaran yang bisa dipetik memang sangat penting dan proyek ini melakukan penilaian partisipatif dari semua kegiatan kunci yang melibatkan masyarakat. Kegiatan pertama tentang 'mata pencarian' di 2 desa telah dievaluasi oleh sebuah tim independen yang dikelola staf UNPAR dan YTS (sebuah LSM lokal). Dokumentasi evaluasi ini sedang disiapkan. Evaluasi independen yang sama telah dirancang bagi 2 kegiatan pembayaran percontohan (untuk reforestasi) dan akan dilaksanakan oleh staf UNPAR. Evaluasi lainnya akan dilakukan ketika kegiatan-kegiatan kunci berakhir. Evaluasi-evaluasi tersebut akan membantu kami memahami persepsi dan dampak pada semua bagian masyarakat dan akan digunakan untuk memperbaiki proses KFCP. KFCP telah memfasilitasi rencana pembangunan desa di 7 desa dalam wilayah (lihat butir 5), dimana masyarakat mengungkapkan keinginan mereka untuk mendapat perbaikan dalam penghidupan dan mata pencarian, infrastruktur, layanan publik, dan pengelolaan tanah dan hutan. 8. Tidak percaya pada LSM-LSM internasional yang dikontrak untuk pelaksanaan proyek pilot Mitra pelaksana kami dipilih berdasarkan prestasi tinggi mereka di masa lalu dan staf mereka yang berpengalaman, banyak yang berasal dari kawasan proyek dan penutur asli Ngaju. Kami percaya kemampuan mereka untuk menjalankan tugas secara profesional. Kami sadar akan adanya perselisihan di antara sejumlah LSM dan anggota masyarakat di masa lalu karena ada maksud-maksud yg bertabrakan. Dalam beberapa soal, KFCP mengontrak mitra LSM, dalam soal lain KFCP mempekerjakan staf LSM, berdasarkan kapasitas, untuk bekerja langsung bagi KFCP, jika terbukti lebih efektif. CKPP (Proyek lahan gambut Kalimantan Tengah) memberikan sumbangan penting bagi pemahaman kami tentang rehabilitasi lahan gambut dan mengangkat isu ini secara internasional. Pelajaran yang bisa dipetik dari mitra CKPP telah membantu perancangan dan kegiatan KFCP. Konsultasi yang efektif dan penerimaan akan diterima oleh masyarakat bagi semua tindakan. YPD membantu KFCP di sejumlah kampung dalam pelaksanaan pemetaan kampung yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan wilayah mana dan kampung mana yang cocok untuk kegiatan rehabilitasi pada gambut dalam. Selain mempekerjakan staf dari LSM lokal, KFCP melibatkan ahli spesialis dalam bidang hidrologi, reforestasi, silvikulturdan rehabilitasi untuk menunjang kegiatan ini dan memastikan pekerjaan dilakukan dengan standar ilmiah yang tinggi. 9. Tidak percaya pada fasilitator komunitas Kami sangat percaya akan kerja fasilitator komunitas KFCP, yang telah bekerja keras untuk mendapatkan kepercayaan dan kemitraan dari masyarakat. Mereka pekerja profesional yang berdedikasi tinggi, bekerja

dalam waktu panjang seringkali dalam kondisi yang sulit. Sebagian besar fasilitator berasal dari wilayah proyek dan merupakan penutur asli bahasa Ngaju. Fasilitator komunitas di'pinjam' dari CARE, sebuah LSM internasional yang memiliki reputasi tinggi dalam pembangunan komunitas dengan pengalaman lebih dari 10 tahun bekerja di Kalimantan Tengah. Akhirnya, KFCP akan segera melakukan sebuah penilaian (assessment) sosial dan lingkungan yang akan memberikan sumbangan bagi pengembangan lebih lanjut standar dan prosedur yang kuat bagi KFCP untuk, antara lain, mendukung konsultasi dan keterlibatan masyarakat. AusAID sejalan dengan tujuan-tujuan YPD mendampingi masyarakat untuk memulihkan tanah mereka dan memperbaiki kerusakan akibat proyek PLG, kebakaran hutan dan illegal logging. KFCP bermaksud menyediakan insentif, termasuk imbalan finansial, yang akan mendorong para pihak masyarakat dan pemerintah untuk mengelola hutan ereka dan tanah dengan cara yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Dalam mencobakan pendekatan berbasis pasar terhadap REDD+, kami berupaya menciptakan kondisi-kondisi yang menarik aliran dana yang berkelanjutan bagi pengelolaan tanah yang berkelanjutan yang pada gilirannya memberikan manfaat yang nyata dan berkesinambungan bagi masyarakat. Saya berharap untuk terus bekerja sama dengan YPD dalam berbagai kegiatan KFCP, seperti yang disepakati pada bulan November 2010. Terima kasih atas surat Anda dan kami berharap kita terus bekerjasama dalam REDD+ di Indonesia. Jacqui De Lacy