IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU



dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si


Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

PENENTUAN BIDANG GELINCIR DAERAH RAWAN LONGSOR (LANDSLIDE) BERDASARKAN DATA GEOLISTRIK RESISTIVITAS

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

Kata Kunci : Resistivitas, geolistrik, perbandingan, suseptibilitas magnetik, geomagnet. I. Pendahuluan. II. Kajian Pustaka

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Analisis Aliran Rembesan (Seepage) Menggunakan Pemodelan 3D Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DAERAH BAMBANKEREP NGALIYAN SEMARANG

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE EKSPERIMEN Tujuan

Oleh : Dwi Wahyu Pujomiarto. Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Abstrak

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

BAB III METODE PENELITIAN

Identifikasi Zona Bidang Gelincir Daerah Rawan Longsor Cihideung Kabupaten Bandung Barat dengan Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

Jurnal Fisika Unand Vol. 1, No. 1, Oktober 2012 ISSN

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

IDENTIFIKASI LAPISAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DI DAERAH KERING DESA SUMBERBOTO KECAMATAN WONOTIRTO KABUPATEN BLITAR

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN

* ) Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA UNP ** ) Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA UNP

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DI DESA SUMBERBRANTAS KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

ABSTRAK

MENDETEKSI REMBESAN LIMBAH SEPTIC TANK DI DALAM TANAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS

BAB III METODE PENELITIAN

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

ANALISIS POTENSI LONGSORAN PADA DAERAH RANU PANI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

PENERAPAN METODE RESISTIVITAS UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBAB RAWAN LONGSOR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. nilai resistivitas di bawah permukaan. Data primer yang didapat adalah data

BAB III METODELOGI PENELITIAN

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2016) Vol. 6 No. 02 Halaman 88 Oktober 2016

Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data secara langsung (primer)

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

SKRIPSI FITRIKAYANTI HASIBUAN NIM : DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

PENGUKURAN GEOLISTRIK UNTUK INVESTIGASI LONGSOR DI AREA BANDUNG UTARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.

Penyelidikan daerah rawan gerakan tanah dengan metode geolistrik tahanan jenis (studi kasus : longsoran di desa cikukun)

Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Sebaran Limbah Lada Putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas Budiman a, Andi Ihwan a, Joko Sampurno a*

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

UJI NILAI TAHANAN JENIS POLUTAN AIR LAUT DENGAN METODE OHMIK DAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS SKALA LABORATORIUM

Cristi * ), Kerista Sebayang * ), Mester Sitepu ** ) Departemen Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, MEDAN

Kata Kunci : Metode Geolistrik, Konfigurasi Dipole - Dipole, Res2Dinv, Bidang Gelincir. I.Pendahuluan. II.Teori

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan

INVESTIGASI PENYEBARAN LAPISAN PEMBAWA EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY DI KELURAHAN LATUPPA

IDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI PANTAI BAJULMATI MALANG

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29

IDENTIFIKASI JENIS BATUAN MENGGUNAKAN INVERSI MARQUARDT DATA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE BUKIT LANTIAK KECAMATAN PADANG SELATAN

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

Unnes Physics Journal

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN JALUR SESAR DI DUSUN PATEN DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

Penerapan Metode Resistivitas 2D untuk Identifikasi Bawah Permukaan Situs Maelang Bayuwangi Jawa Timur

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

INVESTIGASI GERAKAN TANAH DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DI SEKITAR LERENG BGG JATINANGOR

Transkripsi:

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU Efa Agustina, Sujito, Daeng Achmad Suaidi Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang Email: efaagustina29@gmail.com ABSTRAK: Longsoran merupakan salah satu masalah yang banyak terjadi pada lereng alam maupun buatan, dan merupakan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang umum terjadi di kawasan pegunungan, terutama saat musim hujan. Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan menjadikan kota Batu terkenal sebagai daerah dingin dan berlereng. Hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan wilayah kota Batu merupakan daerah yang rentan terhadap bahaya longsor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar potensi longsor yang terdapat pada lokasi penelitian. Data yang diperoleh pada penelitian merupakan data resistivitas semu dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi dipole-dipole. Pengambilan data dilakukan pada 4 lintasan, masing-masing lintasan memiliki panjang 150 meter. Untuk menampilkan nilai resistivitas pada setiap lintasan digunakan software Res2dinv, sehingga terlihat citra warna yang menggambarkan perubahan resistivitas pada setiap lapisan batuan. Hasil dari penelitian menunjukkan teridentifikasinya letak bidang gelincir pada masing-masing lintasan. Lapisan yang diduga sebagai bidang gelincir memiliki kontras resistivitas yang tinggi. Untuk menduga arah longsoran, maka masing-masing lintasan digabung menjadi satu. Daerah penelitian ini memiliki potensi longsor searah kemiringan bidang gelincir yaitu mengarah pada timur-laut dengan strike mengarah pada tenggara dan dip mengarah pada timur laut sehingga koordinat azimuth N135 0 E /40,96 0 NE. Kata Kunci: Bidang Gelincir, Geolistrik Resistivitas, Dipole-dipole, Strike, Dip. Pendahuluan Longsor merupakan perpindahan massa tanah secara alami, longsor terjadi dalam waktu yang singkat dan dengan volume yang besar. Pengangkutan massa tanah terjadi sekaligus, sehingga tingkat kerusakan yang ditimbulkan besar. Suatu daerah dinyatakan memiliki potensi longsor apabila memenuhi tiga syarat, yaitu: 1) lereng cukup curam, 2) memiliki bidang luncur berupa lapisan di bawah permukaan tanah yang semi permiabel dan lunak, 3) terdapat cukup air untuk menjenuhi tanah diatas bidang luncur [1]. Tanah longsor yang banyak terjadi di Indonesia terjadi pada topografi terjal dengan sudut lereng 15 0 45 0 dan pada batuan volkanik lapuk dengan curah hujan tinggi [2]. Pada musim hujan, perubahan tegangan permukaan dalam pori tanah dan peningkatan bobot massa tanah akibat dari air yang meresap ke dalam tanah dapat memicu perpindahan (ketidakstabilan gravitasi). Ketidakstabilan gravitasi dapat terjadi pada suatu daerah yang memiliki bidang gelincir pada struktur bawah permukaan [3]. Hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan wilayah kota Batu merupakan daerah yang rentan terhadap bahaya longsor, hal ini didukung adanya penemuan tempat yang sudah mengalami kondisi longsor di pinggir jalan area Songgokerto. Selain itu, sesuai dengan data kejadian bencana kota Batu tahun 2013 telah tercatat 6 kali tanah longsor di kelurahan Songgokerto kawasan Payung. Peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi kawasan Payung 3 yang merupakan wilayah perbatasan antara kota Batu dan Pujon (kabupaten Malang). Identifikasi potensi 1

longsor dianggap sangat penting karena lokasi penelitian merupakan jalur alternatif penghubung antara Malang-Jombang-Kediri. Bidang gelincir dapat diperoleh dari kontras resistivity antar dua batuan yang saling berdekatan. Bila resistivitas lapisan atasnya jauh lebih rendah dari resistivitas lapisan bawahnya, maka sangat memungkinkan terjadi longsoran hal ini dikarenakan lapisan tersebut akan gampang terkikis dan mengalir, apalagi bila didukung oleh bidang yang cukup terjal dan curah hujan diwilayah tersebut cukup tinggi[4]. Prinsip dasar metoda geolistrik tahanan jenis adalah menginjeksikan arus listrik searah DC ke dalam bumi melalui elektroda arus dan mengukur respon potensial yang dihasilkan melalui elektroda potensial. Untuk menentukan perbedaan potensial antara dua titik yang ditimbulkan oleh dua elektroda arus C 1 dan C 2, maka dua elektroda potensial misalnya P 1 dan P 2 ditempatkan di dekat sumber seperti Gambar 1 [5]. Gambar 1. Konfigurasi Elektroda Arus dan Potensial Pada Permukaan Medium Homogen Isotropik Jika bumi diasumsikan homogen isotropik, dimana resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya (true resistivity) dan tergantung pada spasi (jarak) elektroda ρ a =K [6]. (2) Untuk kasus yang tidak homogen, subsurface diasumsikan berlapis-lapis dengan masing-masing lapisan mempunyai nilai resistivitas yang berbeda (Gambar 2). Gambar 2 Konsep Apparent Resistivity pada Medium Berlapis Dengan anggapan medium berlapis yang ditinjau, misalnya terdiri dari dua lapis dan mempunyai nilai resistivity yang berbeda (ρ 1 dan ρ 2 ). Dalam pengukuran, medium ini dianggap sebagai medium satu lapis homogen yang memiliki satu nilai resistivitas semu (apparent resistivity ρ a ). Resistivitas semu ini merepresentasikan secara kualitatif distribusi resistivitas di bawah permukaan [7]. Pada susunan elektroda dipole-dipole, apabila nilai r 1 = na, r 2 = (a+na), r 3 = (na+a), r 4 = (2a+na) dan kemudian disubtitusikan dengan persamaan 1 1 1 1 1 K 2 r1 r2 r3 r4 (3) maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut [8]: K a( n)( n 1)( n 2) (4) Gambar di bawah merupakan gambar untuk menentukan datum point konfigurasi dipoledipole: dengan ρ : Resistivitas semu ( m) K : Faktor Geometri ΔV : Beda potensial pada MN (V) I : kuat arus (A) 2

Gambar 3. untuk Lokasi Datum Point (Telford dkk, 1990) Untuk menambah kedalaman penetrasi maka jarak antara Current Dipole dan Potential Dipole diperpanjang, sedangkan jarak elektroda arus dan jarak elektroda tegangan tetap. Dan ini merupakan keunggulan konfigurasi Dipole dibandingkan konfigurasi Schlumberger maupun Wenner, karena tanpa memperpanjang kabel bisa mendeteksi batuan yang lebih dalam [9]. Metode Penelitian Pertama kali yang harus dilakukan adalah mencari surat ijin, melakukan survei lokasi penelitian, kemudian menentukan tempat lokasi dan lintasan yang sesuai untuk melakukan penelitian. Panjang lintasan yang digunakan adalah 150 meter dengan spasi elektroda 10 meter untuk empat lintasan. Setelah menentukan lintasan, kemudian melakukan penancapan elektroda arus dan potensial dengan menggunakan alat Geolistrik OYO Mcohm 2119. Hasil pengukuran yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan software Res2dinv dengan menghasilkan kontur struktur lapisan batuan. Tempat penelitian berada di kawasan Payung 3 kecamatan Songgokerto kota Batu. Secara geografis wilayah tersebut terletak pada koordinat : 07 0 51 35.91 s/d 07 0 51 41.81 LS, dan 112 0 29 12.65 s/d 112 0 29 12.65 BT. Penelitian ini dilaksakan pada tanggal 8 Maret - 9 Maret 2014. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian Hasil dan Pembahasan 1. Analisis pada Lintasan 1 (Pertama) Hasil pengolahan untuk lintasan pertama, dengan lintasan sepanjang 150 m, arah lintasan Utara- Selatan, dimana bagian utara lebih rendah dari bagain selatan. Pada titik 0 terletak pada koordinat 07 0 51 39.45 LS dan 112 0 29 16.16 BT dengan ketinggian 1.107 mdpl, sedangkan pada titik 150 m terletak pada koordinat 07 0 51 41.19 LS dan 112 0 29 12.65 BT dengan ketinggian 1169 m. Hasil data topografi diperoleh dari GPS yang dimasukkan kedalam data file akan menghasilkan Gambar 5 sebagai berikut. Gambar 5. Lintasan 1 Hasil Inversi Res2dinv Pada kedalaman 13,6 m lapisan ini memiliki perbedaan nilai resistivitas yaitu 3.254 Ωm -10.836 Ωm. Bidang gelincir diperoleh kontras resistivitas antar dua batuan yang saling berdekatan. Bila resistivitas diatasnya jauh lebih rendah, maka sangat memungkinkan terjadi longsoran [5]. 3

2.Analisis pada Lintasan 2 (Kedua) Hasil pengolahan untuk lintasan kedua, dengan lintasan sepanjang 150 m, arah lintasan Timur- Barat, dimana bagian lintasan ini berupa bidang datar dengan arah menyamping. Pada titik 0 terletak pada koordinat 07 0 51 39.92 LS dan 112 0 29 15.73 BT dengan ketinggian 1.222 mdpl, sedangkan pada titik 150 m terletak pada koordinat 07 0 51 35.91 LS dan 112 0 29 14.82 BT dengan ketinggian 1.288 m dpl. Data topografi diperoleh dari GPS yang dimasukkan kedalam data file akan menghasilkan Gambar 6 sebagai berikut. Gambar 6 Lintasan 2 Hasil Inversi Res2dinv Pada kedalaman antara 9,25 m, menunjukkan bahwa pada lapisan ini diperoleh kontras resistivitas antara dua batuan yang saling berdekatan yaitu 2.917 Ωm-14.494 Ωm dan terletak pada ketinggian 1.190 m 1.200 m. Bidang gelincir diperoleh kontras resistivitas antar dua batuan yang saling berdekatan. Bila resistivitas diatasnya jauh lebih rendah, maka sangat memungkinkan terjadi longsoran [5]. 3. Analisis pada Lintasan 3 (Ketiga) Hasil pengolahan untuk lintasan ke tiga, dengan lintasan sepanjang 150 meter, arah lintasan Utara- Selatan, dimana bagian utara lebih rendah dari bagain selatan. Pada titik 0 terletak pada koordinat 07 0 51 38.52 LS dan 112 0 29 16.03 BT dengan ketinggian 1.199 mdpl, sedangkan pada titik 150 terletak pada koordinat 07 0 51 37.14 LS dan 112 0 29 12.54 BT dengan ketinggian 1.224 mdpl. Data topografi diperoleh dari GPS yang dimasukkan kedalam data file akan menghasilkan Gambar 7 sebagai berikut. Gambar 7 Lintasan 3 Hasil Inversi Res2dinv Berdasarkan penampang pada lintasan ketiga diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai tahanan jenis yang sangat kontras antara 6.348 Ωm -16.960 Ωm (warna coklatmerah) di kedalaman 9,25 m dari permukaan. Pada lapisan ini diduga menjadi bidang gelincir pada lintasan ketiga yang dapat memicu terjadinya longsor ke arah utara. Bidang gelincir diperoleh kontras resistivitas antar dua batuan yang saling berdekatan. Bila resistivitas diatasnya jauh lebih rendah, maka sangat memungkinkan terjadi longsoran [5]. 4. Analisis pada Lintasan 4 (Keempat) Hasil pengolahan untuk lintasan ke empat, dengan lintasan sepanjang 150 m, arah lintasan Timur- Barat. Pada lintasan ini merupakan berupa bidang datar dengan ketinggian antara 1.223-1.226 mdpl, dengan koordinat pada lintasan 4 yaitu antara 07 0 51'41.81"- 07 0 51'37.31"LS dan 112 0 29'14.21"- 112 0 29'13.67" BT. Pada titik 0 terletak pada koordinat 07 0 51 41.81 LS dan 112 0 29 14.21 BT dengan ketinggian 1.223m dpl, sedangkan pada titik 150 m terletak pada koordinat 07 0 51 37.31 LS dan 112 0 29 13.67 BT dengan ketinggian 1.226 mdpl. Data topografi diperoleh dari GPS yang dimasukkan kedalam data file akan menghasilkan Gambar 8 sebagai berikut. 4

Kesimpulan dan Saran Gambar 8 Lintasan 4 Hasil Inversi Res2dinv Lintasan 4 ini memiliki harga resistivitas antara 10,5 Ωm 635.381 Ωm. Bidang gelincir diperoleh kontras resistivitas antar dua batuan yang saling berdekatan. Bila resistivitas diatasnya jauh lebih rendah, maka sangat memungkinkan terjadi longsoran (Iryanti dkk, 2011). Pada lintasan ini terdapat bidang gelincir pada kedalaman pada13,4 m dan ketinggian antara 1.200 m 1215 m. Bidang gelincir ini terdapat pada resistivitas antara 27.337 Ωm 131.793 Ωm 5. Analisis Keempat Lintasan 4 (Gabungan) Gambar 9 Penampang Gabungan 4 Lintasan Maka dapat diperkirakan nilai dari kemiringan bidang gelincir adalah N135 0 E /40,96 0 NE maka strike berarah tenggara dan dip sebesar 40,96 0 berarah timur laut. Dari pendugaan arah dan kemiringan potensi longsor searah dengan bidang gelincir yaitu mengarah ke timur laut (utara-timur). Deskripsi penampang keempat lintasan mampu mengidentifikasi potensi bidang gelincir dengan kemiringan (strike dan dip) yaitu N135 0 E /40,96 0 SE maka strike berarah tenggara dan dip sebesar 40,96 0 berarah timur laut. Potensi longsoran di wilayah Payung kota Batu pada koordinat antara 07 0 51 39.45 LS dan 112 0 29 16.16 BT sampai 07 0 51 37.14 LS dan 112 0 29 12.54 BT searah dengan bidang gelincir yaitu mengarah ke timur laut. Untuk memperkecil kemungkinan longsor yang dapat menutupi jalan perlu dibuat dinding penahan di sepanjang jalan Payung sesuai dengan kedalaman bidang gelincir. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih ditujukan kepada Bapak Sujito, S.Pd, M.Si dan Bapak Daeng Achmad Suaidi, S.Si, M.Kom selaku dosen pembimbing pertama dan selaku dosen pembimbing kedua, Kemudian ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Keluarga, Sahabat, Teman Blackhole, Teman Kost atas dorongan, bantuan dan pengertiannya selama kuliah di UM, serta Asisten alat UB atas bantuan dalam pengambilan data. DAFTAR PUSTAKA [1] Anwar, A. 2012. Pemetaan Daerah Rawan Longsor Di Lahan Pertanian Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanudin Makassar. [2] Naryanto, H.S. 2011. Analisis Kondisi Bawah Permukaan Dan Resiko Bencana Tanah Longsor Untuk Arahan Penataan Kawasan Desa Tengklik Keamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. [3] Supeno, Nurul, P., Gusfan, H. 2008. Penentuan Struktur Bawah Permukaan 5

Daerah Rawan Longsor Berdasarkan Interpretasi Data Resistivitas. Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Jember. gis.blogspot.com/2010/12/tentang- geolistrik.html diakses 8 Januari 2014 [4] Prastiawan, Angga.2013. Pencitraan Data Geolistrik Resistivitas Dengan Surfer 10 Berdasarkan Hasil Inversi Res2dinv 3.56 Untuk Identifikasi Lapisan Aspal Di Dusun Lagunturu Desa Suandala Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang. [5] Iryanti, M., Taufik R.R, & Nanang, D.A. Identifikasi Bawah Permukaan di Wilayah Desa Kayuambon Lembang,Kabupaten Bandung Barat. (Online), (http://portal.fi.itb.a.id/cps), diakses 2 Januari 2014. [6] Telford, Geldart and Sheriff., 1990. Applied Geophysics, 2nd edition. Cambrige University Press. New York. [7] Wuryantoro. 2007. Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis Untuk Menentukan Letak Dan Kedalamam Aquifer Air Tanah (Studi Kasus di Desa Temperak Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang Jawa Tengah). Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang. [8] Andriyani, S., Ramelan, A.H. & Sutarno. 2010. Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole- Dipole Digunakan untuk penelusuran Sistem Sungai Bawah Tanah Pada Kawasan Karst Pacitan, Jawa Timur. Jurnal EKOSAINS, (Online), (http://jurnal.pasca.uns.ac.id), diakses 07 September 2013. [9] Wijaya, Chandra. 2011. Tentang Geolistrik,(Online),http://bu- 6