Membaca Cepat. Oleh. Usep Kuswari



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, peneliti membuat beberapa

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Medan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII / 1 Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Pezi Awram

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu

SILABUS PEMBELAJARAN

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

Modul ke: BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

SILABUS PEMBELAJARAN

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

Mapel : Bahasa Indonesia SMP Kelas : 7 Semester : 1

SILABUS. Jenis Tagihan: pokok-pokok isi. Mendengarkan sambutan atau khotbah. tugas individu sambutan/ isi sambutan. khotbah yang didengarkan

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Bahasa dan Sastra Indonesia

SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 1

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

SILABUS PEMBELAJARAN. Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif. Pengalaman Belajar

Ringkasan Materi Bahasa Indonesia

SILABUS. Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

Bagi siswa, buku ajar menjadi sumber belajar utama. Bagi guru, berfungsi sebagai salahsatu sumber pembelajaran. Menyediakan struktur dan penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

SILABUS PEMBELAJARAN

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

BAB II KAJIAN TEORI. serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

Bahasa Indonesia UMB MEMBACA UNTUK MENULIS. Kundari, S.Pd, M.Pd. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Sistem Informasi

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

Transkripsi:

Membaca Cepat Oleh Usep Kuswari

Pengertian Membaca Cepat Tampubolon, 1990 : Membaca cepat adalah membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya. Biasanya kecepatan itu dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan, dan bahan bacaan. Artinya, seorang pembaca cepat yang baik, tidak menerapkan kecepatan membacanya secara konstan di berbagai cuaca dan keadaan membacanya. Penerapan kemampuan membaca cepat itu disesuaikan dengan tujuan membacanya, aspek bacaan yang digali (keperluan) dan berat ringannya bahan bacaan.

Colin Rose (2002): Membaca cepat adalah keterampilan yang sangat bermanfaat untuk keperluan membaca sekilas dan pemahaman secara cepat serta biasanya mencegah kita bosan.

Tujuan Membaca Cepat Memperoleh kesan umum dari suatu buku, artikel, atau tulisan singkat. Menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan; Menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan

Manfaat Membaca Cepat Untuk mencari informasi yang kita perlukan dari sebuah bacaan secara cepat dan efektif. Dalam waktu yang singkat dapat menelusuri bahan halaman buku atau bacaan; Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memperhatikan atau membaca bagian yang tidak kita perlukan.

Hambatan Membaca Cepat dan Cara Mengatasinya Vokalisasai atau membaca dengan bersuara atau mungkin bergumam. Cara mengatasinya, tiuplah (bibir seperti bersiul) ketika membaca dan letakan tangan di leher untuk meyakinkan bahwa tidak ada getaran. Menggerakan bibir atau komat kamit ketika membaca sama lambatnya dengan membaca bersuara. Cara mengatasinya: letakan telunjuk jari ke pipi dan sandarkan siku tangan ke meja selama membaca; peganglah dagu seperti memegang jenggot; letakan ujung telunjuk jari hidung sehingga bila kepala bergerak anda akan segera menyadari dan dapat menghentikannya.

Gerakan kepala. Cara mengatasinya: pandangan tegak lurus dengan bacaan; usahakan yang bergerak bukan kepala tetapi mata. Kebiasaan selalu kembali ke belakang (regresi) untuk melihat kata atau beberapa kata yang baru dibaca. Cara mengatasinya adalah: tanamkan kepercayaan diri, jangan berusaha menghapal dan mengerti setiap kata kalimat pada paragraf itu jangan terpaku pada detail. Terus saja membaca, jangan tergoda untuk kembali ke belakang; pusatkan perhatian pada bahan bacaan, bila ada yang tertinggal, tinggalkan saja; bacalah terus sampai kalimat selesai. Apa yang tertinggal nanti akan muncul lagi atau kita temui lagi. Tidak ada alasan untuk mengecek ke belakang (regresi).

Subvokalisasi atau melafalkan dalam hati/pikiran kata-kata yang dibaca akan lebih memperhatikan bagaimana melafalkan secara benar daripada memahami ide yang terkandung. Cara mengatasinya, usahakan melebarkan jangkauan mata sehingga satu pandangan mata dapat menangkap beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap ide daripada melafalkannya.

Teknik Membaca Cepat Skimming adalah upaya untuk mengambil intisari dari suatu bacaan, berupa ide pokok atau detail penting tersebut yang berada di awal, di tengah, atau di akhir. Scanning adalah teknik membaca cepat untuk memperoleh suatu informasi tanpa membaca yang lain, tetapi langsung ke masalah yang dicari, yang berupa fakta khusus atau informasi tertentu. Dalam kegiatan sehari-hari scanning biasanya digunakan untuk mencari nomor telepon, kata pada kamus, entri pada indeks, angka-angka statistik, acara siaran TV, dan daftar perjalanan.

Membaca Puisi Pengertian Membaca Puisi Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 1984:7)

Membaca puisi adalah perbuatan menyampaikan hasil-hasil sastra (puisi) dengan bahasa lisan (Aftarudin, 1984:24). Membaca puisi sering diartikan sama dengan deklamasi. Membaca puisi dan deklamasi mengacu pada satu pengertian yang sama, yakni mengkomunikasikan puisi kepada para pendengarnya. Suharianto (dalam Mulyana, 1997:34) membatasi bahwa hakikat membaca puisi tidaklah berbeda dengan deklamasi, yaitu menyampaikan puisi kepada penikmatnya dengan setepat-tepatnya agar nilai-nilai puisi tersebut sesuai dengan maksud penyairnya. Untuk kepentingan penelitian ini, penulis akan mengacu pada anggapan tersebut.

Kriteria Membaca Puisi Makna puisi dibentuk, diciptakan, dan diwujudkan sebagai hasil dari pembacaan. Oleh karena itu, pembaca puisi mestilah mampu menemukan hubungan antara pengalamannya dan cipta sastra yang dibacanya (Probst dalam Mulyana, 1997:35). Dalam membaca puisi, diperlukan pelatihan-pelatihan tertentu, seperti latihan olah vokal, mimik (ekspresi wajah), dan pantomimik (ekspresi seluruh tubuh). Stanislavski (dalam Mulyana, 1997:36) telah mengelompokkan empat fenomena seni yang tempat dalam pemeranan.

Klasifikasi Membaca Puisi Menrut Stanislavski Seni mekanis merupakan seni yang lapuk dan cenderung artifisial. Dalam hal membaca puisi, misalnya pembaca beranggapan bahwa kata-kata tertentu disimbolkan dengan cara tertentu pula. Seni penyajian serupa dengan seni seorang dalang. Pembaca puisi yang menggunakan seni ini akan senantiasa meniru sang dalang (pelatihnya) dalam hal pengucapan, sikap, maupun tindakannya. Seni eksploitasi dilakukan oleh pembaca yang sangat sadar dengan kelebihan dirinya. Oleh karena itu, dia berusaha menonjolkan kelebihannya, meskipun tidak dituntut dalam pembacaan puisinya. Hal itu, misalnya pembaca melenggak-lenggokkan tubuhnya seperti penari (karena dia memang guru tari), padahal puisi yang dibacanya.

Seni penghayatan timbul dari diri pembaca. Pengalaman hidup pembaca yang terekam dalam bawah sadarnya akan terseleksi sesuai dengan transaksi yang terjadi berkat pembacaan puisinya. Oleh sebab itu, setiap kata yang diucapkan sesuai dengan penghayatannya. Membaca puisi berarti berusaha menyelami puisi. Ada orang yang membaca puisi cenderung hanya mencari arti yang terkandung di dalamnya. Setiap kata yang ada dicari maknanya dalam kamus, lalu ditelaah tata bahasanya. Pembaca yang demikian ini tidak akan bisa mengerti isi suatu puisi. Puisi tidak selamanya masuk pada kamus atau tata bahasa karena puisi memiliki kebebasan tersendiri.

Tahap pembacaan Puisi Membaca dalam hati (agar puisi tersebut terapresiasi secara penuh); Membaca nyaring (agar pembaca dapat mengatur daya vokal, tempo, timbre, interpolasi, rima, irama, dan diksi); Membaca kritis (dengan mengoreksi pembacaan sebelumnya: segi-segi apa yang masih kurang dan bagaimana cara mengatasinya), dan; Membaca puitis.

Saran Mursal Esten dalam Membaca Puisi Perhatikan judul puisi; Lihatlah kata-kata yang dominan; Selamilah makna konotatif; Dalam mencari dan menemukan makna, yang benar adalah makna yang sesuai dengan struktur bahasa; Tangkaplah pikiran yang ada dalam puisi dengan memparafrasekannya;

Jawablah apa dan siapa yang dimaksud dengan kata ganti dan siapa yang mengucapkan kalimat yang diberi tanda kutip; Temukanlah pertalian makna tiap unit puisi (kata demi kata, frase demi frase, larik demi larik, dan bait demi bait); Carilah dan kejarlah makna yang masih tersembunyi; Perhatikanlah corak dan aliran sajak yang kita baca (imajis, religius, liris, atau epik), dan; Tafsiran kita terhadap puisi mesti dapat kita kembalikan pada teks puisi itu sendiri.

Dalam proses membaca karya sastra, puisi, pembaca berinteraksi dengannya dalam sejumlah cara. Kognisi akan berperan aktif, bersinggungan dengan seluruh lapisan karya. Strata bunyi-bunyi kata bisa saja menjadi nyata melalui ujaran, atau hanya melalui bunyi dan konfigurasi bunyi yang disadari dalam silent reading. Hal itu bisa terjadi, atau bahkan dalam pembacaan yang bersifat individual, jika pembacaannya berkompeten, ia hampir tidak akan bisa menghindar dari aktualisasi kesatuan makna yang baik. Gaps atau blanks yang terdapat pada struktur temporal karya, sebagai dimensi kedua, perlu dijembatani agar teks yang dibaca dapat dipahami (Sayuti dalam Sarumpaet, 2002:35).

Tujuan membaca puisi Tujuan membaca puisi tidak berbeda dengan tujuan sastra. Tujuan seorang pembaca puisi tak berbeda dengan tujuan sastrawan. Keduanya saling membutuhkan dan saling melengkapi. Seorang penyair menyampaikan buah pikirannya, gejolak perasaannya dan luapan emosinya melalui bahasa tulisan. Penyair menuliskan semua yang dirasakan dan dihayatinya, sedangkan seorang pembaca puisi menyampaikan seluruh buah pikiran dan perasaan penyair tadi melalui bahasa lisan. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni menyampaikan isi hati pengarangnya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca puisi artikulasi intonasi vokal mimik gestur penghayatan pembinaan puncak

Membaca Pemahaman Pola- Pola Fiksi Karena materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerita anak terjemahan, keterampilan membaca pemahaman yang dilakukan adalah membaca pemahaman sastra yang menitik beratkan pada pemahaman pola-pola fiksi. Dapat dikatakan bahwa fiksi adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk membedakan uraian yang tidak bersifat historis dari uraian yang bersifat historis, dengan penunjukan khusus atau penekanan khusus pada segi sastranya (Brooks, Purser and Warrren dalam Tarigan, 1983:74).

Perbedaan utama antara fiksi dan nonfiksi terletak pada tujuan. Maksud dan tujuan dari cerita atau narasi yang nonfiksi, seperti sejarah, biografi, cerita berita, dan cerita perjalanan, adalah untuk menciptakan kembali (to recreate) apa-apa yang telah terjadi secara aktual. Dapat dikatakan Narasi nonfiksi berisi fakta-fakta, sedangkan narasi fiksi mulai dengan mengatakan Kalau seandainya ini semua adalah fakta-fakta, (maka beginilah yang akan atau harus terjadi). Pada cerita nonfiksi memusatkan perhatiannya pada realitas. Sementara Dalam cerita fiksi tugas penulis adalah membuat tokoh-tokoh imajinatif menjadi hidup dalam karyanya. Penulis harus meyakinkan pembaca bahwa motif-motif serta tindakantindakan tokoh adalah real atau nyata. Penulis sedapat mungkin mencerminkan bukan saja apa-apa yang dikatakan atau dilakukan oleh para tokoh tersebut, tetapi perasaan mereka, serta mengapa mereka bertindak sedemikian rupa. Dalam membaca pemahaman pola-pola fiksi berarti pembaca memahami unsur-unsur karya fiksi dalam suatu bacaan.

Unsur-unsur Tema (theme) Plot, perangkap atau konflik dramatik Pelukisan watak (character delineation) Ketegangan dan pembayangan (suspence and foreshadowing) Kesegaran dan suasana (immediacy and atmosphere). Point of view Fokus terbatas dan kesatuan ( limited focus and unity)

Unsur-unsur Fiksi Tema Plot atau alur Penokohan Latar (setting) Sudut Pandang atau Point of view Amanat Gaya Bahasa.