TEKNIK UJI MUTU AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) DI LABORATORIUM



dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

VIRULENSI BEBERAPA ISOLAT METARHIZIUM ANISOPLIAE TERHADAP ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) di LABORATORIUM

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

BAHAN DAN METODE. Bahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

QUALITY CONTROL AGENS PENGENDALI HAYATI GOLONGAN JAMUR

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

I II. Lampiran 1. Bagan Penelitian. 20 cm 75 cm. 20 cm. 50 cm. Keterangan : = tanaman bawang merah di dalam polibag. = ulangan pertama = ulangan kedua

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

III. BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel buah kopi penelitian dilakukan pada perkebunan kopi rakyat

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

Bab III METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

UJI FORMULASI Beauveria bassiana ISOLAT LOKAL SEBAGAI PENGENDALI HAYATI HAMA UTAMA KAPAS. Oleh :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Boleng (Cylas formicarius (Fabr.))

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH MACAM MEDIA DAN JENIS ISOLAT Beauveria bassiana TERHADAP PRODUKSI SPORA KERING KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI)

Gambar 3. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

EFEKTIVITAS ISOLAT DAN METODE PAPARAN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin TERHADAP MORTALITAS DAN MIKOSIS Spodoptera litura Fabricius

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

Lampiran 1. Bagan Penelitian di Laboratorium C0 C1 C2 C3 C4 C5 C1 C2 C3 C4 C5 C0 C2 C3 C4 C5 C0 C1 C3 C4 C5 C0 C1 C2. Keterangan : = Kontrol

EKSPLORASI Pseudomonad fluorescens DARI PERAKARAN GULMA PUTRI MALU (Mimosa invisa)

LAMPIRAN. Biakan Jamur Colletotrichum sp

METODOLOGI. Kerapatan jenis (K)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

IbM Produksi Biopestisida Trichoderma harzianum di Pusat Pemberdayaan Agens Hayati ( PPAH) Ambulu Jember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suprayogi, Marheni*, Syahrial Oemry

PERBANYAKAN CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Penicillium sp. ISOLAT BONE PADA BEBERAPA MEDIA TUMBUH ORGANIK

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

UJI BERBAGAI JENIS MEDIA PERBANYAKAN TERHADAP PERKEMBANGAN JAMUR BEAUVERIA BASSIANA DI LABORATORIUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan dan satu kontrol dengan delapan kali ulangan. Eksperimen adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan pertumbuhan cendawan M. anisopliae pada ketiga. media uji disajikan pada gambar berikut ini.

BAB III METODE PENELITIAN

APAKAH APLIKASI BIOPESTISIDA SUDAH EFEKTIF?

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

EFEKTIVITAS JAMUR Beauveria bassiana TERHADAP HAMA Helopeltis sp. YANG MENYERANG TANAMAN KAKAO. Syamsul Makriful Akbar 1 dan Mariani 2 ABSTRAK

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan,

*

KEEFEKTIFAN ENTOMOPATOGENIK

III. MATERI DAN METODE

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

Koloni bakteri endofit

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

Tahapan dan Proses Perumusan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Agens Pengendali Hayati (APH)

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

IV. KULTIVASI MIKROBA

Uji Daya Hambat Jamur Eksofit terhadap Phytophthora palmivora (Butler) Butler Penyebab Penyakit Busuk Buah Kakao secara In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

EFEKTIVITAS JAMUR Penicillium spp UNTUK PENGENDALIAN HAMA Lepidiota stigma PADA TANAMAN TEBU OLEH : NURYATININGSIH, SP.

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Agustus 2014 di

FORMULASI BAKTERI PERAKARAN (PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA-PGPR)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

ISOLAT LOKAL TERHADAP PENGGEREK BUAH KOPI

PENGGUNAAN Trichoderma sp. SEBAGAI AGENSIA PENGENDALIAN TERHADAP Pyricularia oryzae Cav. PENYEBAB BLAS PADA PADI

Transkripsi:

TEKNIK UJI MUTU AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) DI LABORATORIUM OLEH Ir. Syahnen, MS, Desianty Dona Normalisa Sirait, SP dan Sry Ekanitha Br. Pinem,SP Laboratorium Lapangan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan Jl. Asrama No. 124 Medan Kel. Cinta Damai Kec. Medan Helvetia 20126. Telp. (061) 8470504, Fax. (061) 8466771, 8445794, 8458008, 8466787 http://ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpmed/ I. Pendahuluan Penggunaan agen pengendali hayati (APH) secara langsung akan menekan perkembangan OPT, mengurangi dampak negatif penggunaan petisida kimia dan menurunkan biaya produksi. Secara tidak langsung penggunaan APH akan meningkatkan daya saing produk perkebunan Indonesia untuk bersaing di pasar tradisional (Purnomo, 2010). Agar mutu APH yang digunakan tetap memberikan hasil pengendalian yang memuaskan diperlukan pengawasan mutu produk APH. Beberapa aspek yang memerlukan pengawasan mutu antara lain: mutu isolat, mutu starter, teknik perbanyakan dan produksi, serta formulasi dan pengemasan APH. Penilaian mutu APH juga dapat dilihat dari efektivitas APH dalam mengendalikan OPT. II. Parameter-parameter Penting dalam Uji Mutu APH di Laboratorium Uji mutu APH perlu dilakukan untuk menjamin mutu APH, meningkatkan kepercayaan konsumen, untuk menjaga kestabilan APH, mengetahui masa kadaluarsa APH dan keberlanjutan APH (Soesanto, 2013). Parameter-parameter yang penting dalam uji mutu APH yang biasa dilakukan di laboratorium lapangan BBPPTP adalah identifikasi APH, uji kerapatan spora, uji viabilitas spora, uji kadar air dan uji antagonisme/uji virulensi. 1

1. Identifikasi sebagian contoh jamur untuk mutu APH yang diuji Identifikasi jamur bertujuan untuk mengklarifikasi apakah di dalam starter/produk apabila dilihat secara morfologi benar-benar terdapat jamur APH yang dimaksudkan. Jamur APH yang sering diuji laboratorium lapangan BBPPTP Medan adalah: jamur Trichoderma sp, Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae. Konidia Fialid Konidiofor Gambar 1. Trichoderma di bawah mikroskop, dengan pengecatan Lactofenol cotton blue Sumber: Foto Langsung Lab. Lapangan BBPPTP Medan a b Gambar 2. Jamur B. bassiana secara mikroskopik: (a). spora/konidia tunggal berbentuk bulat silinder; (b). Konidiofor 2

b a Gambar 3. Jamur M. anisopliae secara mikroskopik: (a). spora/konidia tunggal berbentuk bulat silinder; (b). Konidia dibentuk pada ujung konidiofor tersusun tegak, berlapis dan bercabang. 2. Pengujian Kerapatan Spora Alat hitung spora yang digunakan ialah haemocytometer pembagian Neubauer yaitu kotak yang tengan dibagi menjadi 25 kotak besar. Setiap kotak besar dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil sehingga didapat seluruhnya 400 kotak kecil (25 x 16) dengan catatan: Tebal lapisan air : 0,1 mm Luas 1 kotak kecil : 0,0025 mm 2 Volume 1 kotak kecil : 0,00025 mm 3 Volume 16 kotak kecil : 0,004 mm 3 =4 x 10-3 mm 3 Dasar perhitungan : 1 ml= 1 cm 3 = 1.000 mm 3 Untuk kerapatan spora yang baik untuk Trichoderma/Gliocladium (siap aplikasi tabur) 1 x 10 6 spora/g dan untuk Beauveria/Metarhizium brontispa (disemprotkan) adalah 1 x 10 8 spora/g. Sebelum haemocytometer digunakan, terlebih dahulu permukaan hitung haemocytometer dibersihkan, kemudian urutan kegiatan yang dilakukan adalah: 3

a. Penyiapan Suspensi Penyiapan suspensi yang dilakukan di Lab. Lapangan BBPPTP Medan adalah sebagai berikut: 1. Ditimbang 1 gr jamur APH (Trichoderma, Beauveria bassiana, Metarhizium) 2. Jamur dimasukkan kedalam 10 ml air pada test tube. 3. Suspensi jamur dikocok/divortex agar jamur bersatu dengan air Gambar 4. Urutan cara kerja pembuatan suspensi dalam menghitung kerapatan spora 4

b. Cara Hitung Spora Cara menghitung spora yang terkandung pada suatu APH adalah sebagai berikut: a. Siapkan haemocytometer tipe neubauer improve, letakkan pada meja benda mirkoskop. Tutup dengan gelas penutup. Gambar 5. Penutupan Haemocytometer dengan menggunakan gelas penutup b. Amati dengan perbesaran 100x, untuk mendapatkan bidang hitung pada haemocytometer. c. Teteskan suspensi spora secara perlahan pada bidang hitung dengan mikropipet hingga memenuhi kanal. Gambar 6. Penetesan suspensi pada bidang hitung d. Diamkan satu menit agar posisi stabil e. Ulangi pengamatan untuk memperoleh fokus pada spora dan bidang hitung f. Hitung jumlah spora yang terdapat pada kotak hitung pada 5 bidang pandang dengan perbesaran 400x menggunakan handcounter. Lakukan 2 kali penghitungan untuk tiap bidang hitung. Gambar 7. Perhitungan Spora 5

g. Hitung rata-rata spora dalam setiap 16 kotak kecil secara pengamatan diagonal Rata-rata spora tiap 16 kotak : spora Setelah diketahui banyaknya spora pada kotak hitung haemocytometer, hitung jumlah spora dengan rumus S= R x K x F Keterangan: S = Jumlah spora R = Jumlah rata-rata spora pada 5 bidang pandang haemocytometer K = Konstanta koefisien alat (2,5 x 10 5 ) F = Faktor Pengenceran yang dilakukan 3. Pengujian Viabilitas Spora Viabilitas spora sangat dipengaruhi umur biakan, faktor lingkungan (kandungan air, suhu, cahaya matahari, dan lain-lain) dan kesuburan media biakan. Viabilitas spora digolongkan baik bila > 85 100%, sedang > 70-85% dan kurang < 55 70 % (Ramli, 2004). Untuk mengukur viabilitas spora jamur perlu disuspensikan dengan aquadest. Kemudian diencerkan hingga beberapa kali agar kepadatan spora dalam suspensi tidak terlalu rapat. Suspensi jamur yang sudah diencerkan tersebut disebarkan pada medium water agar yang diberi sedikit gula. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan jumlah spora yang berkecambah pada medium. Minimal total spora yang diamati adalah 300 spora (Gaona et al, 2010). Adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut: a. Disiapkan media water agar di cawan petri sebanyak 3 ulangan b. Ambil suspensi jamur 10-2 dengan menggunakan mikropipet sebanyak 0,01 ml c. Teteskan suspensi jamur tadi ke atas media water agar kemudian ratakan. 6

d. Tutup media water agar lalu inkubasikan untuk waktunya tergantung APH yang dihitung pada suhu kamar. Untuk Trichoderma sp. diperlukan waktu minimal 6 jam, dan untuk entomopatogen minimal 18 jam dan maksimal 36 jam. e. Amati menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x. Hitung banyaknya spora yang berkecambah dan yang tidak berkecambah. f. Hitung daya kecambah spora dengan rumus sebagai berikut: Viabilitas = Jumlah spora berkecambah x 100% Total spora yang diamati g. Ulangi langkah d sampai f untuk media water agar lainnya. h. Hitung rata-rata viabilitas spora dari ketiga media water agar tersebut. Spora Beauveria bassiana yang berkecambah Gambar 8. Spora Beauveria bassiana yang berkecambah Spora Metarrhizium yang berkecambah Gambar 9. Spora Metarrhizium yang berkecambah Spora Trichoderma yang berkecambah Gambar 10. Spora Metarrhizium yang berkecambah 7

4. Pengujian Kadar Air Pengujian kadar air APH dilakukan sebagai berikut: a. Contoh bahan uji baik pada media padat atau media agar miring diambil dengan sendok spatula dan ditimbang sebanyak 20 gr (Y) ke dalam cawan petri yang sudah ditimbang beratnya terlebih dahulu. b. Kemudian dimasukkan ke dalam oven yang suhunya telah diatur 105 0 C selama 24 jam. c. Contoh bahan uji yang telah dioven ditimbang kembali berat keringnya sehingga diketahui penyusutannya (X) akibat hilangnya kandungan air pada media d. Dihitung persen kadar air dengan rumus Persen kadar air = X/Y x 100% Untuk kadar air bahan yang baik adalah minimal : 12% dan maksimal : 20% 5. Uji Antagonisme/uji virulensi Tujuan dari uji ini untuk mengetahui daya infeksi atau daya bunuh dari suatu APH. Uji antagonisme dilakukan untuk Jamur Trichoderma/Gliocladium. Uji Virulensi dilakukan untuk jamur entomopatogen seperti Metarhizium dan Beauveria dengan menyemprotkan APH ke minimal 10 ulat yang peka (Tenerio molitor).tahapan uji antagonisme dengan media dual culture adalah sebagai berikut : a. Siapkan media PDA di cawan petri (diameter 9 cm), beri tanda pada bagian bawah cawan petri b. Ambil isolat Trichoderma sp. yang sudah disiapkan dengan bor gabus diameter 0,5 cm pada bagian tepi koloni c. Letakkan potongan jamur Trichoderma sp. pada media PDA dengan jarak 2 cm dari tepi cawan petri (tanda A) d. Ambil isolat patogen yang sudah disiapkan dengan bor gabus diameter 0,5 cm pada bagian tepi koloni e. Letakkan potongan jamur patogen pada media PDA dengan jarak 2 cm dari tepi cawan petri (tanda P) f. Ulangi langkah c dan d pada media PDA yang berbeda sebagai kontrol 8

g. Amati pertumbuhan koloni untuk masing-masing jamur hingga terjadi kontak jamur antagonis dan patogen h. Ukur jari-jari koloni jamur patogen pada cawan petri perlakuan dan kontrol i. Hitung persentase penghambatan dengan rumus sebagai berikut: Z = (R1 R2) x 100% R1 Keterangan : Z = Persentase penghambatan R1 R2 = Jari-jari patogen tanpa antagonis (pada kontrol) = Jari-jari patogen dengan antagonis j. Perlakuan uji antagonisme dilakukan sebanyak 3 ulangan Umur biakan yang baik untuk starter maksimal 1 bulan dan untuk produk yang siap aplikasi maksimal 3 bulan dan zona hambat yang baik adalah minimal : 61,8 % (Katany et all, 2000 dalam Suwahyono, 2009). III. Kesimpulan Uji mutu APH dapat dilakukan di Lab.BBPPTP Medan Parameter-parameter yang dapat diuji di Lab. Lapangan BBPPTP Medan adalah Identifikasi jamur, Pengujian kerapatan spora, viabilitas spora, kadar air dan uji antagonisme/uji virulensi. Bahan Pustaka Barnett, H. L. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. London: Burges Publishing Company. Ginandjar, I., R.A. Samson., K.V.D.T. Vermeulen., A. Oetari dan I. Santosa. 1999.Pengenalan Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Gabriel, B.P dan Riyatno. 1989. Metarhizium anisopliae (Metsch) Sor. Taksonomi, Patologi, Produksi, dan Aplikasinya. Proyek Perkembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. Gaona, O.N., G.S.Castaneda., R.A.Rosas., and O. Loera. 2010. Effect of Moisture Content and Inoculum on the Growth and Conidia 9

Production by Beauveria bassiana on Wheat Bran. Brazilian Archives of Biology and Technology. Vol. 53 no. 4. Junianto, Y. D. 1999. Pengenalan Agens Pengendali Hayati dan Pemanfaatannya Pada Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. Prayogo, Y. dan W. Tengkano. 2002. Pengaruh Media Tumbuh Terhadap Daya Kecambah Sporulasi dan Virulensi Metarhizium anisopliae (Metchnikoff) Sorokin Isolat Kendalpayak Pada Larva Spodoptera litura. Sainteks. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Pertanian. Purnomo, H. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Penerbit Andi. Yogyakarta. Ramli, N., 2004. Petunjuk Teknis pada Berbagai Kegiatan Laboratorium, Laboratorium Lapangan, Balai Pengembangan Proteksi Tanaman Perkebunan Sumatera Utara, Medan. Roddam, L.F. and A.D. rath. 1997. Isolation and Characterisation of Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana From Subantartic Macquarie Island. J. Invertebr. Pathol. Suarez, B., M. Rey., P. Castillo., E. Monte., and A. Llobell. 2004. Isolation and Characterization of PRA1, a Trypsin-like Protease from the Biocontrol Agent Trichoderma harzianum CECT 2413 Displaying Nematicidal Activity. Appl Microbiol Biotechnol (2004) 65: 46-55. Suwahyono, U. 2009. Cara Membuat dan Petunjuk Penggunaan Biopestisida. Penebar Swadaya. Jakarta 10