KETERAMPILAN KOMUNIKASI DASAR KOMUNIKASI DENGAN PASIEN LANJUT USIA



dokumen-dokumen yang mirip
KOMUNIKASI YANG RELEVAN DAN EFEKTIF ANTARA DOKTER DAN PASIEN

Komunikasi Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 ANAMNESIS KARDIOVASKULAR

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PEMBERIAN EDUKASI DAN INFORMASI

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF

PRINSIP-PRINSIP KEDOKTERAN. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. (CM-FM), MPd.Ked.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF UNTUK MENDORONG KETERLIBATAN PASIEN DAN KELUARGA DALAM PROSES PELAYANAN BAB I DEFINISI BAB II RUANG LINGKUP

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

PRINSIP DAN TUGAS TUMBUH KEMBANG LANSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

PALLIATIVE CARE HENDRA

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT

BAB II TINJAUAN TEORETIS

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

Dr. H. Lilian B Koord. Blok Kedokteran Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

ABV 3.1 KETRAMPILAN-KETRAMPILAN MIKRO DALAM KIP/KONSELING KB

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BPSL BLOK KOMUNIKASI 1 SEMESTER I TAHUN AKADEMIK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

yang mengetahui penyakitnya (Arbabi, 2014). Sebuah penelitian di Arab Saudi menemukan bahwa hanya 16% pasien kanker yang memperoleh informasi

PERSAMAAN PERSEPSI TUTORIAL SISTEM UROGENITALIA 13 APRIL Program Studi Pendidikan Dokter FKK UMJ

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

BAB III RESUME KASUS KEPERAWATAN. Pengkajian awal dilakukan pada hari senin, tanggal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

HIV The Health System in Australia (Language: Indonesian)

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK [ INFORMED CONSENT ]

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

Di Desa, Rematik Sering Disebut Encok

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang besar pada setiap wanita yang normal, juga pada kedua orang

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

Konsil Kedokteran Indonesia KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER-PASIEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1 KUESIONER PENELITIAN UNTUK PERAWAT

BAB 1 PENDAHULUAN. hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pada beberapa Negara industri maju dan Negara berkembang seperti

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik

Transkripsi:

KETERAMPILAN KOMUNIKASI DASAR KOMUNIKASI DENGAN PASIEN LANJUT USIA I. PENGANTAR Latihan keterampilan komunikasi dasar ini merupakan kelanjutan dari latihan komunikasi pada semester lalu dengan perbedaan berupa penekanan pada kemampuan melakukan komunikasi pada pasien lanjut usia. Aspek komunikasi disini meliputi petunjuk anamnesis yang dilakukan untuk menggali permasalahan/penyakit yang diderita pasien dan komunikasi yang berkaitan dengan aspek terapi pada pasien lanjut usia. Pencapaian hasil dari keterampilan komunikasi dasar ini akan ditinjau dari 2 aspek, yaitu : aspek medis dan aspek keterampilan komunikasi. Aspek medis adalah kemampuan menggali informasi untuk melakukan diagnosis dan kemampuan memberikan informasi terkait dengan terapi terhadap pasien. Aspek keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang harus dikuasai dalam rangka menggali informasi/ dalam memberikan informasi terapi sehingga tercipta hubungan pasien dokter yang sewajarnya. Standar kompetensi keterampilan komunikasi dasar pada blok ini adalah: Setelah mengikuti latihan keterampilan komunikasi dasar ini, mahasiswa mampu : 1. Membina sambung rasa, memiliki penampilan pewawancara yang baik seperti layaknya dokter dan pasien yang baik, serta membina hubungan dokter-pasien secara wajar. 2. Menggali informasi untuk melakukan diagnosis dan memberikan informasi terapi secara efektif pada pasien lanjut usia. Kompetensi dasar keterampilan komunikasi dasar pada blok ini adalah: Setelah mengikuti latihan keterampilan komunikasi dasar ini, mahasiswa mampu : 1. Membina sambung rasa, memiliki penampilan pewawancara yang baik seperti layaknya dokter dan pasien yang baik, serta membina hubungan dokter-pasien secara wajar. a. membina sambung rasa, ramah, memperlihatkan sikap menerima; b. menjaga suasana serius tapi tetap santai; c. berbicara dengan lafal yang jelas; d. mempersilahkan duduk; e. mengetahui bahasa non verbal; 2. Menggali dan memberikan informasi medis yang efektif pada pasien lanjut usia a. meluangkan lebih banyak waktu untuk pasien lansia b. meminimalisir adanya gangguan visual dan pendengaran c. duduk berhadap-hadapan dengan pasien d. menjadi pendengar yang baik dengan tidak menyela pembicaraannya e. berbicara perlahan, jelas dan cukup keras f. menggunakan kata-kata dan kalimat yang pendek dan sederhana g. menulis secara urut dan sederhana instruksi medis yang diberikan h. memberikan informasi dengan kartu, model atau gambar i. sering mengulang bagian-bagian yang penting j. memberikan kesempatan kesempatan bertanya II.1 PENDAHULUAN Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Demikian juga dengan Bangsa Indonesia sebagai suatu negara berkembang dengan perkembangannya yang cukup baik, maka harapan hidup penduduknya diproyeksikan makin tinggi yaitu dapat mencapai lebih dari 70

tahun pada tahun 2000. Sebagai perbandingan buat kita, yaitu Jepang dengan usia harapan hidup penduduknya yang tertinggi di dunia, dimana pria dapat mencapai 76 tahun dan wanita 82 tahun. Namun sebaliknya sebagian masyarakat menganggap bahwa orang-orang lansia identik dengan banyaknya keluhan. Lansia acapkali juga diidentikkan dengan berbagai macam hendaya dan morbiditas yang timbul sejalan dengan proses penuaan. Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh disertai dengan menurunnya cadangan hampir semua sistim fisiologis dan disertai pula dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian. 1 Pendapat lain mengatakan bahwa menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita. Dengan demikian manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan makin banyaknya distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai Penyakit Degeneratif, yang mana ini nantinya akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, metastase kanker, dan sebagainya. Ada pula yang menganalogikan menuanya manusia seperti ausnya suku cadang suatu mesin yang bekerjanya sangat kompleks, dimana bagian bagiannya saling mempengaruhi secara fisik/somatik. 2 Dari pengamatan selama ini, terlihat bahwa penyakit kronik pada 50 tahun terakhir ini dianggap sebagai penyebab nomor satu terjadinya morbiditas dan mortalitas, serta menghabiskan tiga per empat dari total biaya perawatan kesehatan. 3 Untuk orang orang lanjut usia (lansia) memang prevalensi dan akumulasi penyakit kronik meningkat. Hal ini mungkin disebabkan oleh menurunnya atau berubahnya respons terhadap stres, termasuk stres terhadap penyakit. Demikian juga dengan intensitas gejala dan persepsi terhadap penyakit juga berkurang. Berbagai penyakit kronik yang dialami pasien lansia seringkali menyebabkan masalah yang muncul ke permukaan berbeda dibandingkan dengan masalah pada pasien usia muda. Awitan (onset) mungkin tidak jelas, manifestasi klinis juga tidak khas. Banyak gejala dan tanda tidak disebabkan oleh penyakitnya sendiri melainkan oleh respons tubuh terhadap penyakit penyakit tersebut. Sifat penyakit pada orang-orang lansia perlu sekali untuk dikenali supaya kita tidak salah ataupun terlambat menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan tindakan lain yang mengikutinya dengan segera dapat dilaksanakan. Sebab penyakit pada orang orang lansia umumnya lebih bersifat endogen daripada eksogen. Hal ini kemungkinan disebabkan karena menurunnya fungsi berbagai alat tubuh karena proses menjadi tua. Selain itu produksi zat zat untuk daya tahan tubuh akan mengalami kemunduran. Oleh karena itu faktor penyebab eksogen (infeksi) akan lebih mudah hinggap. Seringkali juga terjadi penyebab penyakit pada lansia tersembunyi (occult), sehingga perlu dicari secara sadar dan aktif. Keluhan-keluhan pasien lansia sering tidak khas, tidak jelas, atipik dan asimptomatik. Oleh karena sifat sifat atipik, asimptomatik atau tidak khas tadi, akan mengakibatkan variasi individual munculnya gejala dan tanda-tanda penyakit meskipun macam penyakitnya sama. Membuat diagnosis penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar dibandingkan pasien usia remaja/dewasa. Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis pasien lansia kita perlu melakukan komunikasi dengan tepat, observasi penderita agak lebih lama, sambil mengamati dengan cermat tanda-tanda dan gejalagejala penyakitnya yang juga seringkali tidak nyata. Ketepatan diagnosis penyakit pada lansia harus diikuti dengan terapi yang tepat. Pada pasien lansia kepatuhan dalam mengikuti aturan terapi lebih rendah dibandingkan pasien usia remaja/dewasa. Komunikasi yang efektif dengan pasien lansia sangat diperlukan sehingga mereka mengerti informasi yang kita berikan dan mengikuti instruksi-instruksi yang kita sampaikan yang berkaitan dengan terapi. II.2 KOMUNIKASI Secara umum, definisi komunikasi adalah Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang

dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988) Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di tempat praktik diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien. Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998). Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan: - Disease centered communication style atau doctor centered communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.

- Illness centered communication style atau patient centered communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya. Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak yang akan mempengaruhi secara keseluruhan keberhasilan terapi dan menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. II.3. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN LANJUT USIA Proses komunikasi pada umumnya adalah kompleks dan jauh lebih rumit karena faktor usia. Salah satu dari problem besar dokter adalah ketika berhubungan dengan pasien lanjut usia, dimana mereka lebih heterogen dibanding orang-orang yang lebih muda. Luasnya pengalaman hidup dan latar belakang budaya sering mempengaruhi persepsi mereka tentang penyakitnya, kepatuhan untuk mengikuti aturan-aturan medis dan kemampuan untuk berkomunikasi efektif dengan penyedia layanan kesehatan. Komunikasi dapat terganggu/terhambat karena proses penuan normal dan komunikasi yang tidak jelas dapat menyebabkan keseluruhan pengobatan menjadi gagal sehingga komunikasi yang efektif dengan pasien lanjut usia sangat diperlukan. Komunikasi yang efektif dapat terjadi jika sebelumnya kita mengetahui latar belakang dan kondisi pasien lansia tersebut. Kondisi dan latar belakang yang perlu diketahui pada pasien Lansia: Perubahan Fisik Beberapa perubahan fisik pada lansia dapat mempengaruhi komunikasi diantaranya hilangnya pendengaran, berkurangnya ketajaman penglihatan dan perubahan kemampuan bicara dan artikulasi. Perubahan kemampuan bicara ini dapat diamati dari perubahan suara menjadi bergetar, lemah, parau dan sulit untuk dimengerti. Perubahan Psikologis Perubahan psikologis mayor yang berpengaruh terhadap komunikasi meliputi kemunduran/hilangnya memori dan daya tangkap terhadap informasi lebih lambat. Hilangnya memori yang paling sering adalah memori jangka pendek yang mengakibatkan pasien lansia ini kesulitan untuk mengingat kejadian yang baru terjadi. Kedua hal tersebut menyebabkan lambatnya proses komunikasi dan mengecilkan hati orang muda untuk berbicara dengan orang lansia. Perubahan Status dan Peran Sosial perubahan sosial seperti pensiun dari pekerjaan yang mengakibatkan hilangnya pendapatan dan perubahan status dapat mempengaruhi kondisi psikis terutama harga diri orang lanjut usia, Khusus untuk kelompok yang berorientasi pada kerja kekuasaan akan hilang karena tua, tidak produktif dan tidak kompeten. Hal-hal tersebut diatas dapat mempengaruhi kemauan dan keengganan untuk berkomunikasi. Rasa kehilangan, duka cita dan terpisahkan dari keluarga dan teman-temannya dapat mengakibatkan kegelisahan, depresi, irritabilitas dan agitasi yang mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi Latar Belakang Kondisi politik dan social ekonomi pada zaman mereka dengan kita berbeda. Beberapa diantaranya pernah mengalami kekurangan atau kerugian dan memperoleh pendidikan formal yang rendah. Kondisi tersebut akan menyebabkan ideologi dan pandangan mereka mungkin tidak dapat kita pahami dan terima. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap komunikasi.

Ketika dokter berkomunikasi dengan pasien lansia, latar belakang, perubahan hidup dan fisiologis tersebut membuat lebih sulit. Dokter harus memberikan perhatian lebih pada aspek-aspek tersebut karena komunikasi yang tidak jelas dapat menyebabkan keseluruhan pengobatan menjadi gagal. Sebelum kita berkomunikasi dengan pasien lansia, buatlah kontak baik secara fisik maupun emosi dengan mereka. Jika kita sudah bisa melakukan kontak dengannya maka selanjutnya kita dapat berkomunikasi tentang beberapa informasi yang kita diperlukan dan sampaikan serta instruksi-intruksi yang kita berikan. Untuk memperoleh hal tersebut ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dan kita lakukan yaitu: 1. Alokasikan waktu lebih untuk pasien lanjut usia Penelitian menunjukkan bahwa pasien tua kurang menangkap informasi dibandingkan dengan pasien yang lebih muda yang kemungkinan karena gugup atau berkurangnya fokus. Hal ini mengakibatkan perlunya tambahan waktu untuk pasien tua. Jika dokter kelihatan sibuk dan kurang interest, meraka akan merasakannya sehingga komunikasi menjadi tidak efektif. 2. Hindari gangguan Pasien ingin merasakan bahwa dokter meluangkan waktu baginya dan mereka dianggap penting. Penelitian menunjukkan bahwa jika dokter memberikan perhatian utuh tanpa terbagi selama 60 menit akan memberikan kesan betapa berartinya waktu bersama mereka. Kita harus memberi perhatian penuh terhadap pasien selama mereka datang berkunjung dan jika mungkin kurangi gangguan-gangguan visual dan pendengaran seperti adanya orang lain atau suasana yang bising/gaduh. 3. Duduk berhadap-hadapan Beberapa pasien lanjut usia mempunyai gangguan pendengaran dan penglihatan dan membaca gerakan bibir dokter merupakan hal yang penting agar dapat menerima informasi secara benar. Duduk didepannya mungkin dapat mengurangi adanya gangguan. Tindakan ini memberikan kesan bahwa apa yang akan dokter sampaikan ke mereka dan apa yang mereka sampaikan ke dokter adalah sesuatu yang penting. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pasien terhadap pengobatan meningkat setelah dokter memberikan informasi tentang penyakitnya dengan bertatap muka langsung dengan pasien. 4. Menjaga kontak mata Kontak mata adalah salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang langsung dan penting. Kontak mata menunjukkan kepada pasien bahwa anda perhatian terhadapnya dan mereka dapat mempercayai anda. Menjaga kontak mata memberikan suasana yang nyaman dan positif yang dapat membuat pasien membuka diri dan bersedia terhadap informasi tambahan. 5. Mendengarkan Keluhan pasien yang paling sering mengenai dokternya adalah bahwa mereka tidak mendengarkannya. Komunikasi yang baik tergantung pada kesadaran kita untuk benar-benar mendengar apa yang pasien katakan pada kita tanpa menyela. Beberapa problem yang berkaitan dengan ketidakpatuhan dapat dikurangi dengan cara sederhana yaitu dengan menyediakan waktu untuk mendengar apa yang pasien katakan. 6. Berbicara dengan perlahan, jelas dan cukup keras Kecepatan bicara yang dapat dicerna pasien lanjut usia lebih lambat dibanding dengan orang muda. Sehingga kecepatan bicara saat menyampaikan informasi dapat memberikan efek yang besar pada seberapa banyak informasi yang dapat diambil, dicerna dan diingat oleh pasien lanjut usia. Jangan mendesak pasien terus menerus dengan instruksi-intruksi. Berbicara secara jelas dan cukup keras untuk didengar tetapi jangan berteriak. 7. Gunakan kata-kata dan kalimat yang singkat dan sederhana Menyederhanakan informasi dan cara berbicara sehingga lebih mudah dimengerti adalah salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pasien akan mengikuti instruksi kita. Jangan menggunakan istilahistilah medis atau teknis yang susah untuk dimengerti. Jangan berasumsi bahwa pasien mengerti pada istilah-istilah medis dasar. Yakinkanlah bahwa kita menggunakan kata-kata yang familiar pada pasien. 8. Fokuskan satu topik pada satu pertemuan

Informasi yang berlebihan akan membingungkan pasien. Untuk menghindarinya, berilah penjelasan yang lama dan detail pada pasien. Cobalah memberikan informasi dalam bentuk outline, yang dapat mengarahkan kita untuk menerangkan informasi penting dalam tahapan-tahapan. Misalnya pertama bicara tentang jantung, kedua bicara tentang tekanan darah, ketiga bicara tentang pengobatan tekana darah. 9. Menyederhanakan instruksi-instruksi dan menuliskan secara urut Ketika memberikan instruksi pada pasien, hindari yang rumit dan membingungkan. Oleh karena itu tulis urut instruksi yang mendasar dan mudah untuk diikuti. 10. Gunakan kartu, model atau gambar Bantuan visual akan membantu pasien untuk mengetahui lebih baik tentang kondisinya dan pengobatan. 11. Sering meringkas dan mengulang informasi pada bagian yang paling penting Ketika kita membicarakan poin-poin paling penting dengan pasien, mintalah padanya untuk mengulang pernyataan atau instruksi kita. Jika setelah mendengar apa yang pasien katakan dokter berkesimpulan bahwa dia belum mengerti terhadap pernyataan dan instruksi kita, pengulangan sederhana dapat dilakukan karena pengulangan akan menambah ingatan. 12. Berikan pasien satu kesempatan untuk bertanya Saat doker menerangkan tentang pengobatan dan memberikan semua informasi yang diperlukan, berikan kesempatan untuk bertanya. Hal ini akan mengarahkannya untuk mengungkapkan beberapa pemahaman yang mereka miliki dan lewat pertanyaannya dokter dapat menentukan apakah mereka memahami secara komplet instruksi dan informasi yang diberikan dokter. Daftar Pustaka Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. (1998). Teaching and Learning Communication Skills in Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press Robinson, TE. White, GL,. Houchins, JC, 2006. Improving Communication With Older Patien: Tips from Literature. American Academi of Family Physician

PENGGUNAAN SKENARIO UNTUK LATIHAN Latihan pada keterampilan komunikasi ini bertujuan untuk membina sambung rasa, melakukuan anamnesis lengkap serta memberikan bimbingan dan konseling pada pasien lanjut usia. Cara latihan adalah: (1) Latihan terbimbing dengan pasien simulasi (2) Latihan mandiri dengan sesama teman, diharapkan seorang teman berperan sebagai lanjut usia dengan baik dan benar serta dapat menyampaikan permasalahan pasien lanjut usia sebaik mungkin (mencontoh kakek/neneknya sendiri). Skenario 1. Nama : Mbah Kartini Umur : 65 tahun Pendidkan : SPG Pekerjaan : Pensiunan guru SD Agama : Islam Alamat : Jl. Pahlawan (tinggal bersama anak tertua) Keluarga : Suami sudah meninggal (5 tahun yang lalu), anak 2 orang, sudah berkeluarga semua, cucu 4 orang, yang terkecil berusia 2 tahun Keluhan Utama : Sakit pinggang Riwayat penyakit sekarang : Keluhan dialami sejak beberapa tahun lalu, sudah sering berobat ke puskesmas, tetapi tidak pernah sembuh total. Saat minum obat nyeri berkurang, tetapi jika obatnya habis 2-3 hari kemudian sakit lagi. Keluhan lain : Penglihatan kabur sejak 1 tahun lalu. Riwayat penyakit dahulu : Sakit gula sejak 2 tahun lalu, selalu kontrol gula darah dan rutin berobat ke dokter. Riwayat penyakit dalam keluarga : Almarhumah ibu juga punya sakit gula Tugas : Lakukan anamnesis lengkap dan buat resumenya Skenario 2 Nama : H. Ahmad Umur : 70 tahun Pendidkan : SMA Pekerjaan : Pensiunan Swasta Agama : Islam Alamat : Perumahan Bumi Sempaja (tinggal bersama anak) Keluarga : Istri sudah meninggal 1 tahun yang lalu, anak 5 orang, sudah berkeluarga semua, cucu 8 orang Keluhan Utama : Susah buang air kecil Riwayat penyakit sekarang : Keluhan dialami sejak 6 bulan lalu, nyeri tidak terus menerus, tetapi bila datang sangat nyeri sekali. Kadangkadang kencing berwarna merah. Saat kencing sedikit-sedikit dan sering terutama setelah habis minum air. Keluhan lain : Tidak ada Riwayat penyakit dahulu : Pernah dioperasi di bagian kepala. Riwayat penyakit dalam keluarga : tidak tahu Tugas : Lakukan anamnesis lengkap dan buat resumenya

KETERAMPILAN KOMUNIKASI PASIEN LANJUT USIA NO ASPEK YANG DINILAI Membina Sambung Rasa dan Mengumpulkan Informasi 1 Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, mempersilahkan duduk - Berjabat tangan jika dimungkinkan 2 Menunjukkan empati - Menunjukkan secara verbal bahwa dokter mengerti terhadap apa yang pasien rasakan 3 Melakukan cross-check - Melakukan klarifikasi terhadap apa yang dikatakan pasien 4 Menjadipendengar yang baik - Berkonsentrasi terhadap apa yang diucapkan oleh pasien - Tidak menyela namun juga mampu mengarahkan pasien kearah pembicaraan yang relevan 5 Menggunakan bahasa verbal yang dipahami - Menghindari istilah /jargon medis 6 Menggunakan bahasa non verbal - Menunjukkan postur, gesture, kontak mata dan eksresi wajah yang sopan dan ramah Berbicara dengan timing perlahan, kosa kata jelas, dan intonasi cukup keras 7 Menggali identitas lengkap - Cukup jelas 8 Mencatat ringkasan wawancara/anamnesis - Menggali keluhan utama, RPS, PRD, RPK, R.Sosial s/d keluhan sistem tubuh MenutupWawancara 9 Menggunakan alat peraga (brosur /leaflet /poster /lembarbalik /audiovisual) * 10 Menyampaikan informasi secara urut, mulai dari yang paling penting 11 Meringkas dan mengulang informasi penting 12 Meringkas apa yang dikatakan pasien 13 Memastikan pemahaman pasien terhadap informasi yang diberikan 14 Menanyakan pasien jika ada yang ingin ditambahkan /ditanyakan 15 Menutup dengan mengucapkan salam, terima kasih dan doa SKOR 0 1 2 Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : dilakukan 2 : dilakukan dengan benar