DAMPAK FLIPPED CLASSROOM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS FLIPPED CLASSROOM DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS FLIPPED CLASSROOM PADA SISWA KELAS XI SMKN 1 GEDANGSARI GUNUNGKIDUL TESIS

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA AKUNTANSI BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TARUNA PULOKULON GROBOGAN

Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui Model Problem Based Learning

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENERAPAN STRATEGI JIGSAW BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

84 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 7 Tahun 2017

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

PEMBELAJARAN RECIPROCAL DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MATERI BARISAN DAN DERET GEOMETRI DI KELAS XI SMK N 1 NGAWI

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENGEMBANGAN EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA KURIKULUM 2013 BERBASIS LESSON STUDY PADA SISWA SMP

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resti Fauziah, 2013

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL LEARNING CYCLE (PEMBELAJARAN BERSIKLUS) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Evolusi Sistem Informasi Pendidikan: Pembuatan Template e- Learning untuk Pendidikan Tinggi

IMPLEMENTASI WhatsApp MOBILE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA POKOK BAHASAN PENGENALAN KOMPONEN ELEKTRONIKA

Meningkatkan Kemampuan Operasi Dasar Aljabar Kelas X Melalui PBL Berpendekatan Algebraic Reasoning

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Keaktifan siswa juga dipengaruhi oleh dorongan dari guru melalui

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

PENGARUH MODEL FLIPPED CLASSROOM TERHADAP SELF-CONFIDENCE DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 8 PONTIANAK

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017

Fian Totiana*, Elfi Susanti VH 2, Tri Redjeki 2. Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR. Murni Wijayanti...

HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

Pengembangan Bahan Ajar Dimensi Tiga Menggunakan Pendekatan Open-Ended di Kelas VIII MTs

*Keperluan korespondensi, HP: ,

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Jalur pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga arah yaitu. pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal.

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2

Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual

Lukluk Ibana 1, Pujiastuti 2, Iis Nur Asyiah 3 PENDAHULUAN

Diah Pitaloka Handriani SMP Negeri 1 Surakarta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS III SD NEGERI BANJARWINANGUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

KEEFEKTIFAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MATERI LINGKARAN

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

Diajukan Oleh: MEGA ASTUTI A

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISCOVERY PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN PECAHAN

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

PENINGKATAN KEMANDIRIAN MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA PADA MATA KULIAH MEKANIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PENERAPAN MODEL CTL BERBASIS NHT DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRATEGI EXPERT GROUP TERHADAP HASIL BELAJAR TIK

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 12-16

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN PA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DENGAN PA KONVENSIONAL

Mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Kimia FKIP,UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

Abstrak PENDAHULUAN.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Kadek Rahayu Puspadewi Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April di SMP Negeri 20 Bandar. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015

UJME 6 (1) (2017)

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PTK

Nurul Umamah, Marjono dan Erly Nurul Hidayah

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DENGAN TIPE PEMBELAJARAN THE POWER OF TWO

Penggunaan Hands On Lerning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Volume 1 Nomer 2 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada

IMPLEMENTASI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII

Transkripsi:

DAMPAK FLIPPED CLASSROOM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK Sutama, Herry Novis Damayanti, dan Suyatmini Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta, Indonesia Email: sutama@ums.ac.id Abstrak-Model flipped classroom memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan berbagai macam kalangan untuk mecapai pengetahuan kognitif Integrate higher Order, mengurangi mengingat dan mengetahui menjadi pengetahuan menerapkan, menganalisis, dan mencipta. Tujuan penelitian pada artikel ini menguji efektivitas pembelajaran matematika berbasis flipped classroom yang dikembangkan pada siswa kelas di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Gedangsari Gunungkidul.Jenis penelitian ini secara keseluruhan, yaitu penelitian dan pengembangan. Pada artikel ini desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian evaluatif. Subjek penelitian ini siswa kelas SMK, wakil kepala bidang kurikulum, fasilitator yang terlibat secara langsung terhadap pembelajaran yang diterapkan.teknik pengumpulan data dengan dokumentasi, observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan rubrik penilaian sikap dan ketrampilan serta tes. Proses penelitian ini, yaitu validasi produk yang dikembangkan oleh ahli, uji coba terbatas, dan ujicoba lebih luas. Teknik analisis data menggunakan metode interaktif dan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian, pembelajaran matematika berbasis flipped classroom yang dikembang terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama perencanaan, guru membuat video flipped classroom, pendistribusian video, siswa melihat video flipped classroom, resume, dan persiapan presentasi video. Tahap pelaksanaan terdiri dari tiga siklus menggunakan metode Problem Based Learning dan Discovery Learning. Tahap Evaluasi berupa penilaian aspek kognitif (pretes-posttes), aspek afektif (kreatif dan tanggungjawab), dan aspek ketrampilan. Pembelajaran matematika berbasis flipped classroom berdampak pada peningkatan sikap kreatif dan tanggungjawab maupun ketrampilan siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Efektivitas pembelajaran matematika berbasis flipped classroom ditunjukkan dengan hasil penilaian kognitif pada posttes yang signifikan. antara siswa satu dengan yang lain maupun antara siswa dengan guru. Model Flipped Classroom memungkinkan seorang guru merekam penjelasan mereka, membuat video pendek, atau memanfaatkan video pembelajaran dari situs online seperti TED-Ed dan Khan Academy yang memberikan akses dimanapun selama yang siswa butuhkan seperti di rumah, di dalam bus, bahkan di rumah sakit sebanyak yang mereka inginkan sehingga mereka siap untuk masuk kelas dan guru dapat memeriksa pemahaman masing-masing siswa, memberikan motivasi secara individual (Thad Crews, 2013). Menurut Nicola Sales (2013) Flipped Classroom tidak menggantikan pembelajaran langsung. Flipped Classroom juga bukan pembelajaran online murni dimana pembelajaran berlangsung jarak jauh, akan tetapi gabungan dari keduanya model tersebut untuk membangun pengetahuan siswa secara optimal. Herreid and Schiller (2013) juga mengungkapkan bahwa dalam model Flipped Classroom, apa yang umumnya di lakukan di kelas dan apa yang umumnya dilakukan sebagai pekerjaan rumah kemudian dibalik atau ditukar. Model Flipped Classroom melakukan hal sebaliknya yaitu siswa membaca materi, mendengarkan video pembelajaran sebelum mereka datang ke kelas dan mereka mulai berdiskusi, bertukar pengetahuan, menyelesaikan masalah, dengan bantuan siswa lain maupun guru dalam pembelajaran di kelas. Thad Crews & Jeff Butterfield (2014) selanjutnya menyimpulkan bahwa model Flipped Classroom adalah efektif untuk menjaga karakteristik dari pembelajaran langsung yang dikombinasikan dengan pembelajaran online. Sebagai contoh siswa melakukan active learning dan kerjasama dengan siswa lain dalam pembelajaran di kelas dalam kelompok kecil, hal ini sejalan dengan teori Kata kunci : flipped classroom, pembelajaran matematika, afektif, psikomotorik, kognitif I. Pendahuluan Model pembelajaran berbasis Flipped Classroom menurut Johnson (2013) adalah pengalaman belajar dimana materi direkam oleh guru untuk dilihat oleh siswa di luar kelas dan ketika di kelas memungkinkan siswa untuk memanfaatkannya untuk berdiskusi langsung baik 49

belajar menurut Vygotsky yang memberikan siswa akses seluas-luasnya di luar kelas, dan hasil pengetahuan mereka bawa dalam pembelajaran di kelas. Flipped Classroom dipelopori oleh Salman Khan dalam TED-Ed pada tahun 2011, dan mendapat banyak perhatian dari pendidik dan telah disempurnakan di Kanada dalam Canada s Globe and Mail tahun 2011. Selanjutnya oleh Betty Love (2014) model terbalik atau Flip adalah paradigma pembelajaran baru yang pada mulanya berupa Screencast, perekaman video pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar diluar kelas, sementara ketika di dalam kelas digunakan untuk kegiatan active Learning, Problem Based Learning (PBL) dan Praktek pembelajaran. Model Flipped Classroom merupakan gaya belajar yang fleksibel, terarah yang memungkinkan siswa siap untuk menerima pembelajaran di kelas dengan melihat video pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pembelajaran yang semula pasif berubah menjadi pembelajaran aktif yang memberikan kesempatan siswa untuk menggali lebih dalam materi yang disampaikan. Model Flipped Classroom memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan berbagai macam kalangan untuk mecapai pengetahuan kognitif Integrate higher Order, mengurangi mengingat dan mengetahui menjadi pengetahuan menerapkan, menganalisis, dan mencipta. Karakteristik desain Flipped Classroom adalah siswa telah mempersiapkan diri sebelum pembelajaran di kelas menggunakan materi yang telah dibagikan secara online. Sehigga ketika pembelajaran dimulai guru tak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menyampaikan materi (materi harus selesai sebelum pembelajaran tatap muka). Selanjutnya, siswa diharapkan menerapkan dan mengembangkan kemampuan mereka dalam pemecahan masalah, bekerjasama dalam tim, mengerjakan proyek, atau berbagi pengetahuan yang telah mereka pelajar (Bergmann & Sams, 2012). Model Flipped Classroom menunjukkan pembelajaran active learning dan kerjasama selama tatap muka, dimana setiap interaksi dalam kelompok kecil dan berpasangan. Hal ini sejalan dengan pembelajaran menurut Vygotski (1978) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses mengaktifkan kesadaran bersosialisasi dan budaya. Menurut Johnson (2013) kelebihan pembelajaran model Flipped Classroom antara lain bahwa mereka mempunyai kelas yang santai, tidak terburuburu. Siswa dapat bekerja pada kecepatan mereka sendiri dan menjadi berkembang, stres menurun, lebih mudah untuk mengejar ketinggalan ketika sakit atau memiliki komitmen lain yang memaksa. Kathlee Fulton dalam Freeman (2013) menyebutkan keuntungan model pembelajaran Flipped Classroom antara lain : (1) siswa bergerak dari tempat duduk mereka; (2) membahas pekerjaan rumah di kelas memungkinkan seorang guru untuk mengetahui kesulitan muridnya dan gaya belajar mereka; (3) guru lebih mudah memperbarui kurikulum dan menyediakannya untuk siswa; (4) waktu pembelajaran di kelas lebih efektif dan kreatif; (5) guru dapat melihat perkembangan siswa dalam hal motivasi, perilaku dan peningkatan belajar; (6) 50 pendekatan teori belajar yang baru; (7) penggunaan media belajar secara optimal; (8) waktu yang cukup untuk penelitian autentik; (9) siswa lebih leluasa menggunakan peralatan belajar yang hanya tersedia di kelas; (10) siswa yang melewatkan pembelajaran dapat mengikutinya secara online; (11) penggunaan metode untuk di dalam dan di luar pembelajaran kelas; dan (13) siswa menyukai model belajar ini. Nicola Sales (2015) menyebutkan ada keuntungan dan kelemahan menggunakan model Flipped Classroom. Beberapa keuntungannya antara lain adalah (1) siswa dapat mengelola sendiri pembelajaran mereka dan bertanggung jawab akan hal itu, (2) video pembelajaran yang telah dibagikan sebelum pertemuan di kelas, memungkinkan siswa untuk belajar tak mengenal tempat, waktu dan lokasi. Mereka dapat belajar sedikit atau banyak secukup yang mereka butuhkan (3) siswa telah mempunyai pemahaman awal tentang materi, sehingga ketika ada pembelajaran dikelas, siswa dapat memperkirakan hasil belajar yang akan diperoleh, (4) model Flipped Classroom memungkinkan siswa terlibat pada proses pembelajaran, (5) meningkatnya interaksi belajar antar siswa di dalam kelompok, antar kelompok, maupun antara siswa dengan guru, (6) pembelajaran praktek langsung yang umumnya tidak dapat dikerjakan di kelas, kini dapat dilakukan dengan bantuan guru. Berdasarkan uraian tersebut, pengembangan model pembelajaran matematika berbasis Flipped Classroom dapat menjadi salah satu alternatif yang mengefektifkan pembelajaran matematika. Tujuan penelitian pada artikel ini menguji efektivitas pembelajaran matematika berbasis Flipped Classroom yang dikembangkan pada siswa kelas di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Gedangsari Gunungkidul. II. Metode Penelitian Jenis penelitian ini secara keseluruhan, yaitu penelitian dan pengembangan. Pada artikel ini desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian evaluatif. Menurut Sutama (2012:183) penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Subjek penelitian ini siswa kelas SMK, wakil kepala bidang kurikulum, fasilitator yang terlibat secara langsung terhadap pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Gedangsari, Gunungkidul. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi, observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan rubrik penilaian sikap dan ketrampilan serta tes. Proses penelitian ini, yaitu validasi produk yang dikembangkan oleh ahli, uji coba terbatas, dan ujicoba lebih luas. Pengumpulan data dalam uji coba produk menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan rubrik penilaian sikap dan ketrampilan serta tes. Teknik analisis data menggunakan metode interaktif dan menggunakan statistik deskriptif. Metode interaktif digunakan untuk menganalisis data kualitatif.

Statistik deskriptif digunakan untuk menghitung rerata, standart deviasi, dan persentase. III. Hasil dan Pembahasan Pengembangan model pembelajaran matematika berbasis Flipped Classroom ini terdiri dari tiga tahap, yaitu Tahap Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi. Masingmasing tahap diuraikan singkat berikut. 1. Perencanaan Model Pembelajaran Berbasis Flipped Classroom Pada tahap perencanaan desain model pembelajaran matematika berbasis Flipped Classroom pada materi Barisan dan Deret disajikan dalam gambar 1. RPP, Silabus, Materi, bahan Ajar Penunjang, Instrumen Penilaian Sikap dan Ketrampilan Video Flipped Classroom Buku teks Penunjang Siswa Melihat Video Resume Feed Back Guru-Siswa, Siswa-siswa pendistribusian Video (facebook, Blog, ShareIt, whatsapp) didukung oleh hasil penelitian Sharon J. hawks (2014) yang memberikan pedoman bahwa sebelum pembelajaran dimulai, instruktur menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan persiapan setidaknya 7 hari sebelum waktu pembelajaran di kelas, perencanaan yang signifikan diperlukan untuk membuat strategi pembelajaran, membuat tugas, dan instrument dalam pembelajaran di kelas. Perencanaan pembelajaran model Flipped Classroom menyiapkan bahan ajar seperti Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP), Silabus, Video Flipped Classroom, buku teks penunjang video, Lembar kerja siswa (LKS), dan instrumen penilaian sikap dan ketrampilan. 2. Pelaksanaan Model pembelajaran Berbasis Flipped Classroom Tahap pelaksanaan model pembelajaran berbasis Flipped Classroom tidak jauh berbeda dengan model pembelajaran biasa. Fokus utama pada model pembelajaran berbasis Flipped Classroom yaitu siswa mampu meningkatkan kemampuan level kognitif yang lebih tinggi, seperti menerapkan, menganalisis, bahkan mencipta. Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siswa Persiapan Presentasi Problem Based Learning Problem Based Learning Discovery Learning Gambar 1. Perencanaan Model pembelajaran berbasis Flipped Classroom Perbedaan yang tampak pada model pembelajaran biasa dengan model berbasis Flipped Classroom, yaitu pusat belajar. Model pembelajaran biasa umunya berpusat pada guru (teacher centered) sedangkan model berbasis Flipped Classroom berpusat pada siswa (student centered). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Wesley baker (2013) mengungkapkan, bahwa dalam pembelajaran tradisional yang memimpin kelas adalah guru, siswa sebagai objek belajar, gaya belajar mengikuti petunjuk guru, siswa seperti mengikuti kegiatan latihan. Model pembelajaran Flipped Classroom siswa menjadi subjek belajar, gaya belajar sesuai karakteristik siswa, menggunakan metode berbasis masalah, diskusi, siswa menerima saran dan motivasi untuk menyelesaikan masalah. Hal ini dimaknai bahwa model pembelajaran berbasis Flipped Classroom mengutamakan proses pembelajaran, siswa untuk mendapatkan pengetahuan dari pada model pembelajaran biasa yang hanya menganggap siswa sebagai objek belajar. Kegiatan persiapan meliputi tiga sampai empat video singkat menyoroti konsep utama berdurasi 5-10 menit untuk didistribusikan kepada siswa, bahan ajar penunjang video seperti buku teks untuk memperluas konten video. Serta pendistribusian video minimal 7 hari sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas. Penelitian ini Penilaian Sikap aspek Kreatif dan aspek Penilaian Aspek Ketrampilan Penilaian Sikap aspek Kreatif dan aspek Penilaian Aspek Ketrampilan Gambar 2. Pelaksanaan model pembelajaran berbasis Flipped Classroom Penilaian Sikap aspek Kreatif dan aspek Penilaian Aspek Ketrampilan Metode Problem Based Learning terdiri dari lima Fase, yaitu fase pertama adalah mengorientasikan siswa pada masalah, fase kedua tentang mengorganisir siswa untuk belajar, fase ketiga membantu siswa memecahkan masalah dengan cara pengamatan, penilaian, dan bantuan secukupnya agar diskusi berjalan sesuai tujuan pembelajaran, fase ke empat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah, dan fase kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Metode Problem Based Leaning (PBL) pada siklus 1 dan siklus 2, sedangkan pada siklus 3 menggunakan metode Discovery Learning (DL) untuk meningkatkan sikap kreatif dan tanggungjawab, dan membentuk ketrampilan belajar. Penelitian yang mendukung hal tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh stephani et al (2014) mengungkapkan bahwa komponen metode 51

pembelajaran brainstorming dan pemecahan masalah dapat dilakukan di dalam kelas untuk meningkatkan pembelajaran aktif, bahkan siswa pergi pada kunjungan lapangan ke instalasi pengolahan limbah atau mendatangkan pembicara tamu. Model pembelajaran berbasis Flipped Classroom dapat dikombinasikan dengan berbagai metode pembelajaran seperti Problem Based Learning, Discovery Learning, Brain Storming, bahkan Pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kemandirian belajar dengan meningkatkan aspek kreatif dan tanggungjawab. Metode Discovery Learning (DL) terdiri dari 6 fase yaitu fase pertama berisi Stimulasi atau Pemberian Rangsangan, fase kedua Mengidentifikasi Masalah, fase ketiga berisi pengumpulan data, fase keempat berisi Pengolahan data, dan fase kelima adalah Pembuktian (Verification), dan fase keenam adalah menarik kesimpulan atau Generalisasi. Model pembelajaran berbasis Flipped Classroom pada siklus 3 menggunakan metode Discovery Learning. Metode discovery learning menekankan pada fase untuk pembuktian hasil karya ilmiah melalui pengumpulan datadata kemudian di generalisasi untuk memperoleh kesimpulan tentang barisan geometri tak hingga. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Sharon J. Hawks (2014) yang menyatakan bahwa konsep Flipped Classroom merupakan kombinasi unik antara ideologi konstruktivisme dan prinsip-prinsip behaviorisme yang dapat digunakan untuk mengatasi kesenjangan antara pendidikan didaktik dan praktik. Penelitian ini didukung oleh Khaterine C Powell (2009) tentang cara mengefektifkan kelas dengan teori kognitif bermakna ala Piaget dan teori kostruktivisme ala Vygotsky dengan memahami komunikasi dan interaksi sosial metode Discovery Learning. Penelitian lainnya diungkapkan oleh Nese Uygun (2014) yang mengungkapkan bahwa metode Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada konstruktivisme dan pendekatan instruksional pada pemecahan masalah dan pembelajaran kontekstual. Hal ini bermakna bahwa Konstruktivisme dan behaviorisme mendukung model pembelajaran berbasis Flipped Classroom. Sikap kreatif diamati dari indikator: siswa melakukan upaya dengan konsisten untuk memecahkan masalah, aktif bertanya pada teman dan guru, dan melakukan cara lain untuk memecahkan masalah. Sikap tanggung jawab pada penelitian ini diamati dari indikator: menjalankan dengan konsisten tugasnya masing masing, ikut terlibat dalam menyelesaikan malah dengan konsisten, dan menunjukkan keseriusan dalam menyelesaikan laporan. Sedangkan ketrampilan pada penelitian ini diamati dari indikator: mengkonversi masalah ke dalam bahasa matematika, menganalisis permasalahan untuk mendapat solusi, dan menerapkan dalam kehidupan nyata. Tabel 1. Data Sikap Kreatif,, dan Keterampilan Aspek yang dinilai Kelas Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus III Kreatif 1 37 46 57 67 Total PM 1 35 55 77 81 Rerata 1 1,61 2,00 2,48 2,91 PM 1 1,40 2,20 3,08 3,24 1 41 62 71 77 Total PM 1 40 57 71 84 Rerata 1 1,78 2,70 3,09 3,35 PM 1 1,60 2,28 2,84 3,36 Keterampilan 1 30 47 55 65 Total PM 1 38 50 75 83 Rerata 1 1,30 2,04 2,39 2,83 PM 1 1,52 2,00 3,00 3,32 Tabel 1 menunjukkan, bahwa kondisi awal, siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 hasil rerata sikap kreatif ada peningkatan sebesar 1,84 pada kelas PM1 dan 1,30 pada kelas 1. Sedangkan rerata sikap tanggungjawab menunjukkan peningkatan sebesar 1,76 pada kelas PM1 dan 1,57 pada kelas 1. Hal ini mendukung penelitian oleh Betty Love et al (2014) yang menguji pada latihan pertam sampai ketiga terdapat skor yang berbeda secara signifikan pada model flipped classroom dengan nilai signifikansi 0,012. Hal ini berarti, bahwa dengan penerapan model pembelajaran matematika berbasis flipped classroom berdampak signifikan terhadap aspek sikap siswa. Aspek ketrampilan terjadi peningkatan rerata sebesar 1,80 pada kelas PM1 dan 1,53 pada kelas 1. Hal ini didukung oleh Betty Love et al (2014) yang menguji aspek kinerja mahasiswa pada ujian kedua terhadap ujian pertama, terjadi perubahan skor bagi mahasiswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis flipped classroom dengan nilai signifikansi 0, 034. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis flipped classroom dapat meningkatkan aspek ketrampilan dan kinerja siswa. 52

Dalam fase 2 metode Problem based learning, Siswa bekerja sama dan berdiskusi menyelesaikan tugas membuat pola barisan menggunakan korek api setiap kelompok dengan melakukan analisis, sintesis, dan mengaplikasikan penanaman konsep yang telah dipelajari melalui video Flipped Classroom. Penelitian oleh Stephanie (2014) mengungkapkan bahwa siswa merasa lebih percaya diri untuk belajar dan menyelesaikan tugas yang diperlukan ketika mereka mampu bekerja sama dengan instruktur maupun pada teman di dalam kelas. Penelitian tersebut juga merekomendasikan untuk pemberian tugas proyek atau masalah nyata yang relevan dengan kehidupan nyata. 3. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Flipped Classroom. Evaluasi yang dilakukan pada model pembelajaran matematika berbasis Flipped Classroom adalah berupa penilaian aspek kognitif berupa nilai pretes-posttes siswa, aspek Afektif (Kreatif dan ), dan aspek ketrampilan (Terampil). Evaluasi pada penelitian ini disajikan dalam gambar sebagai berikut. Kognitif Nilai Pretes-Posttes Siswa Afektif Kreatif : siklus 1, siklus 2, siklus 3 : siklus 1, siklus 2, siklus 3 Psikomotor Aspek Ketrampilan Memecahkan masalah Gambar 3. Evaluasi model pembelajaran berbasis Flipped Classroom Penilaian yang dilakukan pada model pembelajaran berbasis Flipped Classroom tidak hanya dilaksanakan pada akhir kompetensi akan tetapi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sejalan dengan penelitian Jacob Enfield (2013) yang mengungkapkan penilaian formatif dan sumatif sebaiknya dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran tatap muka yang bermakna. Penelitian lain yang juga mendukung, yaitu Guoqing Zhou (2014) yang mengungkapkan bahwa penilaian komprehensif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Flipped Classroom, kegiatan ini meliputi penilaian proses pemahaman, proses penerapan, dan menganalisis melalui kegiatan presentasi, laporan hasil belajar, dan evaluasi diri. Penilaian model pembelajaran berbasis Flipped Classroom dilaksanakan dalam awal pembelajaran, selama proses pembelajaran, dan akhir pembelajaran di kelas. Efektivitas model pembelajaran matematika berbasis flipped classroom, dianalisis menggunakan statistik uji kovariansi. Statistik uji kovariansi menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,00 yang lebih kecil dari 0,05. Kesimpulannya, terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai posttes dengan jenis kelas yang menggunakan model pembelajaran biasa dan model pembelajaran berbasis flipped classroom. Penelitian ini sejalan dengan Betty Love et al (2014) yang menguji efektivitas dua metode pengajaran (Kuliah Tradisional dan Flipped classroom) pada mata kuliah Aljabar Linear Sophomore tingkat menengah di Metropolitan University. Analisis yang dilakukan adalah menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney, karena asumsi kenormalan tidak terpenuhi. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,00294 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 sehingga mendukung hipotesis alternatif yang artinya kelas flipped classroom berkontribusi signifikan terhadap perkembangan mahasiswa pada kuliah tersebut. Hal ini dapat dimaknai bahwa untuk menguji efektivitas model pembelajaran berbasis flipped classroom menggunakan statistik uji analisis kovariansi (anakova), namun jika asumsi kenormalan tidak dipenuhi dapat menggunakan uji nonparametrik Mann-Whitney. Tabel 2. Nilai F Hitung Statistik Uji Analisis Kovariansi Uji Ankova F obs F tabel Sig. Keputusan Data Posttes 21,374 2,71 0,00 Ho Ditolak Tabel 3 menunjukkan pada pembelajaran matematika berbasis flipped classroom diperoleh hasil rata-rata tertinggi untuk nilai posttes siswa kelas SMKN 1 Gedangsari terdapat pada kelas jurusan pemasaran 1 dengan jumlah 22 siswa putri dan 3 siswa putra. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thad Crews & Jeff Butterfield (2014) yang menyatakan bahwa perempuan lebih menerima secara positif terhadap model pembelajaran, dan perempuan lebih banyak berinteraksi di dalam kelas daripada laki-laki dengan nilai signifikansi 0, 01 menggunakan uji t. Temuan ini menghasilkan kesimpulan bahwa siswa perempuan lebih mudah menerima secara positif, menyesuaikan, dan mengakomodasi model pembelajaran berbasis flipped classroom. Hal serupa juga dilakukan oleh Sven Lindberg (2013) yang menyatakan, bahwa perempuan lebih siap menerima konsep dasar matematika dibandingkan dengan laki-laki pada pembelajaran tingkat dasar (SD). Hal ini bermakna bahwa dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis flipped classroom membuktikan perempuan lebih adaptif dan positif terhadap pembaharuan model pembelajaran. Tabel 3. Data Nilai Kognitif Pencapaian Kelas 1 Kelas PM 1 Pretes Posttes Pretes Posttes Rata-rata Kelas 5,29 7,51 5,34 8,28 Standar Deviasi 1,344 1,317 1,371 1,291 Nilai Maksimum 8,00 10,00 8,30 10,00 Nilai Minimum 2,30 4,70 2,70 4,70 Jumlah siswa Tuntas 2 19 4 23 53

Persentase ketuntasan 8,695652 82,6087 16 92 IV. Simpulan Desain model pembelajaran matematika berbasis flipped classroom terdiri dari tiga tahap, yaitu: Tahap Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi. Pada tahap perencanaan guru/instruktur terlebih dahulu mempersiapkan Silabus, RPP, strategi dan metode pembelajaran, bahan ajar lain, dan instrument penilaian sikap, ketrampilan, dan kognitif. Langkah kedua, yaitu guru membuat video flipped classroom disesuaikan dengan indikator hasil belajar. Video dapat dibuat sendiri sesuai keinginan guru maupun dapat mengambil media online yang berkompeten (Khan-Academy, Ted-Ex, ck.12, dll). Langkah ketiga, yaitu pendistribusian video flipped classroom melalui jejaring yang mudah dijangkau oleh siswa (Facebook, Share-It, Whatsapp, Bluetooth, dll), sebaiknya siswa melengkapi video flipped classroom dengan buku penunjang lain yang kompeten agar mudah memahami konten video. Langkah ke-empat, yaitu siswa melihat video flipped classroom di rumah atau ditempattempat lain yang memungkinkan untuk belajar, siswa dapat melakukan resume pada materi tersebut. Langkah terakhir, yaitu siswa melakukan persiapan untuk mempresentasikan video flipped classroom pada pembelajaran di kelas, agar terjadi persamaan persepsi dalam warga kelas. Tahap pelaksanaan model pembelajaran berbasis flipped classroom terdiri dari tiga siklus, yaitu siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Siklus 1 menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Metode Problem Based Learning terdiri dari lima Fase, yaitu fase pertama mengorientasikan siswa pada masalah, fase kedua tentang mengorganisir siswa untuk belajar, fase ketiga membantu siswa memecahkan masalah dengan cara pengamatan, penilaian, dan bantuan secukupnya agar diskusi berjalan sesuai tujuan pembelajaran, fase keempat mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah, dan fase kelima menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Evaluasi yang dilakukan pada model pembelajaran matematika berbasis flipped classroom, yaitu penilaian aspek kognitif berupa nilai pretes-posttes siswa, aspek Afektif (Kreatif dan ), dan aspek ketrampilan (Terampil). Pembelajaran matematika berbasis flipped classroom berdampak pada peningkatan sikap kreatif dan tanggungjawab maupun ketrampilan siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Efektivitas pembelajaran matematika berbasis flipped classroom ditunjukkan dengan hasil penilaian kognitif pada posttes. DAFTAR PUSTAKA Betty Love, Angie Hodge, Neal Grandgennet and AndrewW. Swift. 2014. Student Learning and Perceptions in a Flipped Linear Algebra Course. International Journal of Mathematic Education in Science and Tecnology.Vol 45, No. 3, pp 317-324. Francis. David raths, 2014. Nine Video Tips for a Better Flipped Classroom. T.H.E. Journal. Pp 15-21. Philadelphia. Guoqing Zhou & Xuefeng Jiang. 2014. Theoritical Research and Instructional Design of the Flipped Classroom. Journal Of Applied Mechanics and Materials. Vols. 543-547, pp 4312-4315. Switzerland. Jacob Enfield. 2013. Looking at the impact of the Flipped Classroom Model of Instruction on Undergraduate Multimedia Student at CSUN. TechTrends. Vol 57. No. 6 pp. 14-18. Johnson, Graham Brent. 2013. Student Perceptions Of The Flipped Classroom. Columbia: The University Of British Columbia. Katherine C. Powel (2009). Cognitive and Social Contructivism : Developing Tools for An Effective Classroom. Proquest Research Library. Vol 130. No 2. Nese Uygun. 2014. Effects of Problem-Based Learning on Student Attitudes, Achievement and Retention of Learning in Math Course. Journal of Education and Science. Vol.139 No. 74. Pp 75-90. Nicola Sales. Flipped the Classroom : Revolutionising Legal Research Training. Cambridge Journals. Vol. 13. Pp 231-235. S.Laah-On et al. 2013. Key Universal Activities of Mathematical Learning in Problem Solving Mathematics Classroom. Creative Education. Vol 4 No 11. Pp 700-704. Sharon J. Hawks,2014. The Flipped Classroom: Now or Never?. AANA Journal. August 2014. Vol. 82, No. 4. Stephanie Butler Velegol, Sarah E Zappe & Emily Mahoney, 2015. The Evolution of a Flipped Classroom: Evidence-Based recommendations. American Society For Engineering education. Pennsylvania. Sutama. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta. Fairuz Media. Sven Lindberg. 2013. Gender Differences in children s Math Self-Concept in the First Years of Elementary School. Journal of Education and Learning. Vol. 3, No. 3, pp 1-12 54