BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah



dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN PERKEMBANGAN IMAN DAN PERKEMBANGAN MORAL MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI UKSW ANTARA MAHASISWA TAMA DAN MAHASISWA WREDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh akhlak bangsa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL YANG DIPEROLEH DARI PENGASUH PANTI ASUHAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PUTRA DI PANTI ASUHAN SALIB PUTIH SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DENGAN HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan yang berguna untuk masa

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

4.1 Karakteristik Responden

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. ditengah-tengah masyarakat, apalagi dengan perkembangan teknologi

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TENTANG PEMBINAAN DAN PELAYANAN KEAGAMAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 16890/UN4/KP.49/2012 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII DI MTsN SURAKARTA II

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu aset sehingga perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Disusun oleh: MULYONO A

Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Manajemen Berbasis sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Kontrak Perkuliahan Pendidikan Pancasila. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Meningkatkan kemajuan di negara Indonesia, maka ada berbagai langkah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

Visi, Misi dan Tujuan

Bimbingan Teknis Administrasi Guru Pendidikan Agama Katolik, kita tingkatkan Pelayanan Kepada Umat Katolik, di Balai Latihan Kerja Industri di

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Akademik dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen Satya Wacana (2009).

Smart, Innovative, Professional

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam bangsa (UU RI No. 20 Tahun 2003). Salah satu jenjang pendidikan yang menjadi perhatian pemerintah adalah pendidikan di perguruan tinggi. Pendidikan di perguruan tinggi sebagai tempat belajar mahasiswa bertujuan untuk mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan berbudaya untuk kepentingan bangsa (Undang Undang RI No.12, 2012). Beriman dan berakhlak mulia mencakup moral merupakan bagian dari pendidikan berbasis karakter yaitu suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dan terwujud dalam perilaku (Saidah, 2011). 1

Fakultas Teologi adalah lembaga pendidikan teologi yang berada di dalam lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana yang merupakan kelanjutan dari jurusan Pendidikan Agama Kristen (PAK). Pada tahun 1974, fakultas teologi mulai menyelenggarakan program sarjana lengkap, dengan Jurusan khusus gereja dan masyarakat. Sebagai institusi pendidikan teologi berlatar belakang tradisi reformasi, fakultas teologi mengakui Ke-Tuhan-an Yesus Kristus dan menerima Alkitab sebagai dasar kehidupan iman dan perilaku kristen. Kebijaksanaan hidup yang berhubungan dengan dimensi religius dan moral merupakan bagian dari visi dan misi dari fakultas teologi. Tujuan dari Fakultas teologi adalah menciptakan lulusan yang mempunyai wawasan teologis dan memiliki sikap dan komitmen melayani (Katalog Fakultas Teologi, 2012). Dalam proses pembelajaran terutama dalam kegiatan belajar mengajar diterapkan metode-metode belajar yang bertujuan untuk mengembangkan iman dan moral mahasiswa. Hal ini merupakan bagian dari manajemen pendidikan yang mengarah pada manajemen kemahasiswaan. Manajemen kemahasiswaan tersebut secara kebijakan di bawah pimpinan universitas yang secara operesional dilaksanakan oleh lembaga yang relevan seperti biro administrasi akademik dan berbagai unit pelaksana teknis untuk menunjang kegiatan dan 2

proses pengembagan potensi mahasiswa (Sistem Penjaminan Mutu Internal, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2011). Selain itu melalui kegiatankegiatan ko-kurikuler berupa ibadah fakultas, ibadah angkatan dan ibadah bersama dengan para wali studi. Kegiatan kerohanian ini bertujuan untuk mengembangkan iman dan moral mahasiswa (Panduan Praktek kerja lapangan, 2000). Status akademik mahasiswa fakultas teologi terdiri dari tama, muda, madya dan wreda. Tama adalah status mahasiswa pada awal masuk. Muda adalah status mahasiswa yang sudah berhasil mengumpulkan 25% dari seluruh SKS dengan IPK 2,00. Madya adalah status mahasiswa yang sudah berhasil mengumpulkan 50% dari seluruh SKS dengan IPK 2,00. Wreda adalah status mahasiswa yang sudah berhasil mengumpulkan 75% dari seluruh SKS yang diwajibkan dalam programnya, dengan IPK 2,00 (Peratuan PKA UKSW, 2012). Menurut Leak (1999), ada perbedaan yang signifikan tahap perkembangan iman antara mahasiswa baru dan mahasiswa senior. Panas (2008) dalam desertasinya menemukan bahwa ada perbedaan tahap perkembangan iman mahasiswa baru dan mahasiswa senior. Mengenai perbedaan tahap perkembangan iman mahasiswa baru dan senior dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut: 3

Tabel 1.1 Hasil Penelitian Sebelumnya No Peneliti Temuan Tahap Perkembangan Iman Mahasiswa Baru Mahasiswa Senior 1 Panas (2008) Tahap 3 (Sintetis- Tahap 4 (Individuatif-Reflektif) Konvensional) Tahap 2 dan 3 (Sintetis-Konvensional dan Mistis-Harfiah) 2 Leak (1999) Tahap 4 dan 5 (Individuatif-Reflektif dan Eksistensial Konjungtif) Sumber: Hasil penelitian sebelumnya oleh Panas dan Leak Berdasarkan periode perkembangan manusia, mahasiswa dalam rentang perkembangannya berada pada kategori remaja akhir dan berada dalam rentang usia 18 sampai 20-an tahun. Usia ini merupakan masa remaja menuju dewasa awal (Santrock, 2007). Rentang usia ini dalam penelitian Kolhberg tentang tahap perkembangan moral, berada pada level 3 (post konvensional) yaitu pada tahap 5 dan tahap 6 (Orientasi kontrak sosial legalistis dan orientasi etika universal). Menurut Widhiarso (2000), terkadang individu berada pada usia dewasa namun tingkat kompetensi berpikir dan perilaku masih berada pada tingkat yang rendah. Palmer (2009) menemukan ada perbedaan yang signifikan tahap perkembangan moral antara mahasiswa baru dan mahasiswa senior dengan nilai t =-3,512, p<.001). Mean dari mahasiswa senior (m=33,1300, sd=13,62), sedangkan mean dari mahasiswa baru (m =19,7749, sd=11,05). 4

Rose (2012), melakukan penelitian di salah satu institusi sekolah tinggi kristen di Nigeria terhadap 95% mahasiswa teologi berlatar belakang kristen protestan dan menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tahap perkembangan moral mahasiswa baru dan mahasiswa senior, dengan nilai t = 0,81, p=0,43>0,05. Berdasarkan perbedaan hasil penelitian oleh peneliti sebelumnya, dilakukan pra-penelitian di fakultas teologi program studi teologi UKSW Salatiga pada bulan Oktober 2012 kepada 60 orang mahasiswa teologi, yang terdiri dari 30 orang mahasiswa tama dan 30 orang mahasiswa wreda. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t tahap perkembangan iman mahasiswa program studi teologi senior dan mahasiswa baru sebesar 2,700 dengan koefisien signifikansi sebesar 0,011<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan tahap perkembangan iman antara mahasiswa tama dan mahasiswa wreda. Untuk tahap perkembangan moral, hasil uji t menunjukkan nilai t = -1,137, dengan p = 0,265>0,05, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan signifikan tahap perkembangan moral antara mahasiswa tama dan mahasiswa wreda. 5

Hasil pra-penelitian tentang tahap perkembangan iman mahasiswa fakultas teologi sejalan dengan penelitian Leak (1999), yang menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan tahap perkembangan iman mahasiswa tama dan mahasiswa wreda. Hasil penelitian ini sejalan dengan Rose (2012), yang menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan tahap perkembangan moral mahasiswa tama dan mahasiswa wreda. Berdasarkan pada hasil pra-penelitian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjut mengenai perbedaan tahap perkembangan iman dan tahap perkembangan moral mahasiswa fakultas teologi UKSW antara mahasiswa tama dan mahasiswa wreda. Peneliti melakukan penelitian di fakultas teologi karena sesuai dengan harapan bahwa mahasiswa wreda seharusnya memiliki perkembangan iman yang tinggi dari mahasiswa baru tetapi berdasarkan hasil pra-penelitian, mean mahasiswa tama 6,5 lebih tinggi dari mahasiswa wreda 5,60. Alasan lain, dari segi moral masih ada mahasiswa fakultas teologi yang bebas dalam pergaulannya seharihari baik di tempat tinggalnya/kos maupun dilingkungan kampus, dan tidak ada pengawasan diri secara langsung dari orang tua maupun dosen. Sehingga sering terjadi masalah-masalah sosial seperti halnya perkelahian, merokok, mabuk-mabukan, suka 6

mengadu domba teman, berpakaian tidak sopan di depan umum, berbicara tidak santun dan sebagainya (Temaluru, 2009). Masalah ini yang menjadi alasan bagi peneliti untuk meneliti tentang perbedaan tahap perkembangan iman dan tahap perkembangan moral antara mahasiswa tama dan mahasiswa wreda fakultas teologi UKSW. 1.2 Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan yang signifikan perkembangan iman mahasiswa fakultas teologi UKSW, antara mahasiswa tama dengan mahasiswa wreda? 2. Adakah perbedaan yang signifikan perkembangan moral mahasiswa fakultas teologi UKSW antara mahasiswa tama dengan mahasiswa wreda? 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan perkembangan iman mahasiswa fakultas teologi UKSW, antara mahasiswa tama dengan mahasiswa wreda 7

2. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan perkembangan moral mahasiswa fakultas teologi UKSW antara mahasiswa tama dengan mahasiswa wreda 1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1 Manfaat Teoritik Jika hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan perkembangan iman mahasiswa tama dengan mahasiswa wreda maka hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Leak (1999), dan dapat memberi sumbangan bagi penelitian yang sejenis. Namun apabila penelitian ini tidak terdapat perbedaan perkembangan iman mahasiswa tama dan mahasiswa wreda, maka penelitian ini akan menjadi penemuan baru yang dapat memberi sumbangan bagi penelitian yang sejenis. Apabila penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan perkembangan moral antara mahasiswa tama dengan mahasiswa wreda, maka hasil penelitian ini sejalan penelitian Rose (2012). Namun jika terdapat perbedaan yang signifikan perkembangan moral antara mahasiswa tama dan mahasiswa wreda maka penelitian ini sejalan dengan penelitian Palmer (2009), dan dapat memberi sumbangan bagi penelitian yang sejenis. 8

1.3.2 Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi dosen dan mahasiswa fakultas teologi UKSW, untuk mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang bermoral dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. 1.5 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri atas lima bab, yang dapat diuraikan sebagai berikut: Bab I Memuat pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Menjelaskan landasan teoritik yang terdiri atas pengertian perkembangan iman, tahap perkembangan iman, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan iman, pengukuran pekembangan iman, kajian yang relevan tentang tahap perkembangan iman, pengertian perkembangan moral, tahap perkembangan moral, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral, pengukuran perkembangan moral, kajian yang relevan dan hipotesis penelitian Bab III Menjelaskan tentang metode penelitian, meliputi desain penelitian, populasi dan 9

sampel penelitian, variabel dan model penelitian, teknik pengumpulan data, indikator empirik, validitas item, uji reliabilitas instrumen, dan teknik analisa data. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan meliputi karakteristik responden, analisis data, analisis perbedaan antar variabel penelitian, uji hipotesis dan pembahasan. Bab V Penutup berisi kesimpulan dan implikasi 10