KONDISI IKLIM KALSEL 1996-2005



dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

REVITALISASI KEHUTANAN

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

(eksisting condition) dan berbagai potensi sumber daya lokal (sumber daya

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

DR. H. YUSRON IHZA. L.L.M & H. YUSRONI YAZID, SE, MM

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB IV ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN SINTANG TAHUN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

Rencana Strategis

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

BAPPEDA Planning for a better Babel

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI

BAB 5 RTRW KABUPATEN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB II PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA TAHUN 2011

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB III Visi dan Misi

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Transkripsi:

24 2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah 2.2.1 Geomorfologis dan Iklim Kondisi iklim di Kalimantan Selatan sejak tahun 1996 sampai dengan tahun 2005 dapat dilihat pada grafik berikut ini: Gambar 2.1 Kondisi Iklim Kalimantan Selatan tahun 1996 2005 1200.00 1000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 0.00 KONDISI IKLIM KALSEL 1996-2005 1996 1997 1998 1999 2000 2001 TAHUN 2002 2003 2004 2005 Temperatur rata-rata Kelembaban udara rata-rata Curah hujan rata-rata per bulan Tekanan udara ratarata Kecepatan angin ratarata Sumber: Diolah dari Kalimantan Selatan dalam Angka 1996 s/d 2005-2006 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kecepatan angin, tekanan udara, kelembaban udara, dan temperatur udara cenderung stabil, relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan. Curah hujan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2003 hingga 2005. Kondisi di atas merupakan kecenderungan iklim di masa lalu. Kecenderungan tersebut diprediksikan tidak akan bertahan lama dengan adanya fenomena yang terjadi akhir-akhir ini (terjadinya angin puting beliung, banjir, dan kemarau panjang). Fenomena tersebut menunjukkan adanya perubahan iklim yang cukup signifikan. Hal ini salah satunya diakibatkan oleh turunnya kualitas lingkungan hidup. Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya menyebabkan tekanan pada lingkungan. Bila tidak dikelola dengan baik, pencemaran udara dan air akan terus meningkat. Hal ini akan diperburuk dengan bertambahnya pabrik, jumlah kendaraan, dan kebakaran hutan dan lahan pertanian yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Pendangkalan sungai akibat proses sedimentasi akan terus meningkat. Proses sedimentasi ini merupakan akibat dari erosi yang terjadi akibat kegiatan pengolahan hutan baik secara legal maupun ilegal dan kegiatan pertambangan. Abrasi pantai akibat rusaknya ekosistem pantai masih akan terus berlangsung bila tidak ada tindakan pencegahan yang nyata. Rusaknya hutan mangrove di sepanjang pantai mempercepat terjadinya proses ini. Ketidakseimbangan antara laju pembangunan dengan kontrol terhadap kelestarian lingkungan hidup dikhawatirkan dapat mengganggu kestabilan iklim. Diperlukan suatu sistem manajemen pengolahan lingkungan yang terpadu agar laju

25 pembangunan dan kontrol terhadap kelestarian lingkungan hidup dapat berjalan selaras. Belum adanya pengaturan hukum yang tegas dapat mengakibatkan semakin cepatnya penurunan kualitas lingkungan hidup. Kegiatan pengolahan hutan dan pertambangan secara ilegal masih terus berlangsung. Kegiatan ini menimbulkan tingkat kerusakan lingkungan yang lebih tinggi dari pada yang legal. Ketegasan pengaturan dan penerapan hukum sangat diperlukan untuk mengendalikan kegiatan ilegal tersebut. Salah satu cara yang harus diterapkan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Pemberdayaan masyarakat ini harus dilakukan dengan pendekatan sosial kemasyarakatan yang tepat. Bila masyarakat terlibat langsung, kegiatan pelestarian lingkungan hidup secara bertahap akan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang akhirnya dapat menjadi bagian dari pola dan gaya hidup masyarakat. Terbitnya Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang akan memberikan suatu pola ruang yang teratur, tertib dan produktif, dimana semua pemanfaatan ruang akan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 2.2.2 Demografi Pembangunan kependudukan ke depan akan diwarnai dengan karakteristik penduduk yang lebih banyak berusia lansia. Dilihat dari struktur penduduk akan terjadi perubahan jumlah menurut umur. Pada tahun 2000 penduduk usia 0 14 tahun berjumlah 32 %, kemudian pada tahun 2005 menurun menjadi 29,4 %. Tahun 2010 turun lagi menjadi 26,2 % tahun 2015 25,4 % tahun 2020 24,4 % dan tahun 2025 menjadi 23,5 %. Akan tetapi kalau dilihat pada usia 65 tahun ke atas terjadi peningkatan sejak tahun 2000 sampai tahun 2025. Pada tahun 2000 jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas sekitar 3,3 % dari total penduduk, tahun 2005 naik menjadi 3,7 %. Tahun 2020 4,1 % tahun 2015 4,7 % tahun 2020 5,7 % dan tahun 2025 menjadi 7,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin ke depan masyarakat Kalimantan Selatan akan hidup semakin lama sebagai akibat dari adanya kebijakan pembangunan di bidang kesehatan yang semakin membaik terutama dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Selain itu selama perjalanan hidup penduduk di Kalimantan Selatan ini akan mengalami saat dimana beban ketergantungannya mencapai titik yang terendah, kondisi ini bila dimanfaatkan secara baik akan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat. Penduduk lansia masa depan merupakan lansia yang berpendidikan, sehingga jenis pekerjaannyapun akan berbeda dengan lansia saat ini. Selain itu penduduk masa depan termasuk penduduk lansia lebih banyak bermukim di perkotaan, sehingga berkonsekwensi lapangan pekerjaannya akan berubah tidak lagi di sektor pertanian, tetapi lebih banyak pada sektor jasa atau industri yang tidak memerlukan kekuatan fisik. Kondisi penduduk Kal-Sel ke depan selain penduduk lansia dimanfaatkan sebagai modal pembangunan, juga tidak bisa dipungkiri bahwa penduduk lansia akan mempunyai beberapa masalah, seperti perubahan fisik, penyakit lansia, sosial dan pshikologi. Kondisi demikian tentunya memerlukan persiapan yang sifatnya progres supaya tercapai penduduk lansia yang sehat dan produktif. Beberapa penyakit infeksi seperti HIV/AIDS, TB Paru, diare, malaria, DBD diprediksi masih akan menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Kalimantan Selatan, selain penyakit tidak menular yang kemungkinan juga semakin banyak kasusnya. Penyakit ISPA yang bersifat New Emerging Diseases terutama yang disebabkan

26 oleh virus, seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Avian Influenza (AI) juga perlu diwaspadai. 2.2.3 Ekonomi dan Sumber Daya Alam Ekonomi a. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada masa-masa kedepan diprediksikan akan cenderung terus meningkat. Hal ini disebabkan kondisi sosial politik yang makin kondusif bagi jalannya pemulihan ekonomi. Disamping itu, dengan banyaknya sumberdaya ekonomi potensial, kegiatan produksi dapat terus dikembangkan di sektor pertanian, sektor industri dan sektor pertambangan. Disamping itu jasa keuangan, transportasi, dan perdagangan akan berjalan seiring dengan kemajuan sektor-sektor utama tersebut. Bidang pariwisata khususnya menyangkut wisata agro dan alamiah akan berkembang sejalan dengan perubahan orientasi pengelolaan kedalam konsep pelestarian SDA. Subsektor kehutanan dan sektor pertambangan diprediksi akan sedikit melambat dalam beberapa waktu untuk memulihkan daya dukung alam. Setelah tercapai keseimbangan baru yang lebih sustainable dan tidak mengakibatkan kerugian lingkungan (pemanasan global, erosi, dll). Selanjutnya melalui pengembangan hutan tanaman, eksploitasi berjalan kembali secara hati-hati, sehingga pertumbuhan kedua sektor ini diprediksikan kembali akan mengalami peningkatan. Perkembangan subsektor perkebunan yang makin meningkat akan dilakukan dengan semakin hati-hati untuk menghindari resiko monokultur dan kerugian fungsi ekosistem. Namun semua hal ini hanya berlaku jika penegakan hukum dan peraturan berjalan konsekuen disertai komitmen luas semua pihak, dan kepemimpinan berpandangan jauh ke depan. b. Secara struktural ekonomi Kalimantan Selatan akan makin mengalami peningkatan di sektor pengolahan melalui bertumbuhnya agroindustri dan pengolahan mineral. Produksi sektor industri akan pulih kembali setelah lesunya perkayuan dengan digantikan olahan cpo, logam, dan energi. Peranan sektor industri kembali akan dominan diikuti pertanian, perdagangan, dan transportasi sejalan dengan basis dan daya saing ekonomi Kalimantan Selatan. Akan tetapi hal ini hanya akan tercapai jika diimbangi dengan peningkatan kemampuan tenaga kerja dengan penguasaan berbagai ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan. c. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, angkatan kerja juga terus tumbuh, serta dengan berkembangnya ekonomi, maka penyerapan tenaga kerja diharapkan dapat mengejar pertumbuhan tersebut sehingga pada akhirnya akan menurunkan secara signifikan tingkat pengangguran. Tentunya hal ini dicapai melalui pengelolaan ekonomi berbasis lokal yang mensyaratkan pemberdayaan dan pemberian akses secara luas kepada masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat secara tepat disertai kebijakan pelayanan umum dan penyediaan kebutuhan dasar secara terjangkau akan dapat membangun kemandirian masyarakat. Namun jika hal ini tidak berjalan, maka diperkirakan permasalahan pengangguran akan terus terjadi. Dengan demikian jumlah penduduk miskin secara konsisten diperkirakan akan terus menurun sejalan dengan penurunan jumlah pengangguran. d. Unit usaha dan kegiatan industri yang selama ini terlihat cenderung menurun akan meningkat secara konsisten. Pada saat yang sama koperasi yang terlihat berkembang pesat akan semakin mendapat tempat dan mengalami perkembangan usaha dan pola yang semakin variatif. Sementara itu investasi melalui fasilitas PMA dan PMDN juga tidak ketinggalan. Jika selama ini perkembangan PMA kalah cepat dengan PMDN, diperkirakan pada masa akan datang PMA akan segera melampaui perkembangan PMDN, sehubungan dengan rencana tumbuhnya mega-mega proyek yang dibiayai lewat

27 modal asing. Hal ini perlu dicermati dan dilaksanakan dengan skema yang penuh kehatihatian agar tidak merugikan kepentingan daerah. e. Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam 20 tahun kedepan diprediksikan akan terus mengalami peningkatan, seperti luas panen, produksi dan produktivitas tanaman padi akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,15%, 2,13% dan 1,44% untuk padi sawah, sedangkan untuk padi ladang masing-masing 0,49%, 1,02% dan 1,48%. Demikian juga hal nya dengan tanaman palawija dan hortikultura, semakin banyak menjadi bahan baku industri hilir sejalan perkembangan industri pakan ternak dan industri lainnya, termasuk untuk industri biofuel. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian, diprediksi bahwa PDRB dari subsektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura ini akan naik secara gradual dari 5,50% pada tahun 2006 menjadi 6,00% pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 5,88% f. Untuk komoditas perkebunan, diprediksi pada 20 tahun ke depan luas tanam dan produksi tanaman karet akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,63% dan 2,65%. Sementara luas tanam dan produksi tanaman kelapa sawit akan memiliki rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 5,70% dan 10,73%. Kelapa sawit mempunyai peluang prosfektif kedepan sejalan dengan berkembangnya produk industri hilir yang bernilai tinggi, seperti Crude Palm Oil (CPO), minyak goreng, olein, strearin, gliserin, pakan ternak dan pupuk organik serta biofuel. Demikian pula untuk komoditas karet alam, trend permintaan dunia akan terus meningkat sebagai akibat dari meningkatnya harga dan semakin terbatasnya BBM. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian, diprediksi bahwa PDRB dari subsektor perkebunan ini akan naik secara gradual dari 6,00% pada tahun 2006 menjadi 7,00% pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sekitar 6,70% g. Pada subsektor peternakan diprediksikan pada periode 20 tahun ke depan, juga terus mengalami peningkatan. Ternak sapi diprediksi akan memiliki rata-rata pertumbuhan populasi dan pemotongan sebesar 5,82% dan 3,96% pertahun, ternak ayam ras pedaging sebesar 4,55% dan 4,83%, dan ternak ayam ras petelur sebesar 5,57% dan 3,05%, ternak ayam buras sebesar 1,87% dan 0,58% per tahun, sedangkan ternak itik rata-rata sebesar 3,61% dan 2,05% per tahun. Pada sub sektor peternakan, potensi yang dapat dikembangkan adalah komoditas sapi, kerbau, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, ayam buras dan itik. Dengan tingkat pertumbuhan yang demikian, diprediksi bahwa PDRB dari subsektor peternakan ini akan naik secara gradual dari 6% pada tahun 2006 menjadi 9% pada tahun 2025, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 7,5%. h. Pada sub sektor perikanan, kalau dilihat dari kebutuhan konsumsi dan ekspor diprediksikan terus mengalami peningkatan, walaupun produksi ikan hasil tangkapan cenderung menurun dalam setiap tahunnya. Tetapi dengan dukungan potensi aktualnya dan selama masih ada ruang (space) untuk ikan hidup dan berkembang biak, berpeluang untuk dikembangkan, demikian pula halnya dengan perikanan budidaya. Apalagi kalau dilihat dari potensinya, dimana pemanfaatan perikanan tangkap di laut mencapai produksi 67% dari potensinya, ini berarti masih ada 23% yang belum termanfaatkan, sedangkan di perairan umum 55% dan masih ada 45% yang belum termanfaatkan. Peningkatan dimaksud terjadi dengan berkembangnya usaha bisnis perikanan subsistem hulu, subsistem usaha perikanan (on fish-farm), subsistem hilir (pengolahan, distribusi, pemasaran hasil) dan subsistem penunjangnya. Pengembangan sistem bisnis perikanan, akan terwujud dalam bentuk pusat-pusat pertumbuhan beserta jejaring bisnis perikanan yang terjalin secara sinergi, sesuai keunggulan masing-masing daerah. Pusatpusat bisnis perikanan erat kaitannya dengan ekonomi lokal, regional dan nasional sehingga secara bertahap bisnis perikanan daerah yang bersangkutan makin terintegrasi dengan jejaring perekonomian global.

28 i. Pada sub sektor kehutanan, kalau dilihat dari kondisi perkembangan yang terjadi sekarang, memang sedang mengalami penurunan, Berkaitan dengan hal tersebut, untuk masa 20 tahun kedepan sub sektor kehutanan, dapat mengalami peningkatan kembali, apabila kawasan berhutan yang ada sekarang dilaksanakan melalui pengelolaan hutan secara lestari (sustainable forest management) yang mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) tercapai. Selain itu untuk kawasan hutan yang sudah rusak, perlu dilaksanakan Rehabilitasi hutan dan lahan melalui hutan tanaman yang diharapkan dapat menekan laju deforestasi dan degradasi serta memberikan manfaat kepada seluruh stakeholders, menjamin keseimbangan sistem lingkungan dan tata air DAS, serta mendukung kelangsungan pembangunan kehutanan. Apabila diasumsikan kemampuan program GN-RHL oleh pemerintah sebesar 3% per tahun dari luasan kritis dan tidak ada penambahan lahan kritis, maka luasan lahan kritis tersebut baru akan selesai direhabilitasi setelah 33 tahun. j. Pada sektor industri diprediksikan pada periode 20 tahun ke depan, juga terus mengalami peningkatan. Industri di Kalimantan selatan diproyeksikan akan tumbuh dengan kisaran 9,00% - 11.00% dengan rata-rata 10,00% pertahun dan perdagangan tumbuh rata-rata 8,00%. Pada periode terakhir ini industri di Kalimantan Selatan akan semakin berkembang seiring dengan kesiapan industri nasional untuk memasuki pasar internasional secara mandiri dan berkelanjutan. Industri yang dikembangkan adalah industri yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia, yaitu berupa industri berbasis pertanian dan pertambangan, yang diharapkan dapat berkembang secara bertahap dimulai dari industri yang mengolah bahan setengah jadi menjadi industri hilir yang merupakan produk akhir. k. Untuk komoditas pertambangan, diarahkan pada pengelolaan seoptimal mungkin seluruh sumber kekayaan tambang, sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya mineral dan batubara merupakan bahan galian yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources). Mengingat akan keterdapatannya tersebut, maka pengelolaannya oleh pemerintah mutlak dilakukan. Eksploitasi dan pemanfaatannya agar selalu memperhatikan aspek teknis, ekonomis, konservasi dan kelestarian lingkungan sesuai konsep Good Mining Practise (GMP). Pertumbuhan industri dalam negeri yang dihubungkan dengan bahan galian (tambang) dimasa yang akan datang pasti akan terus meningkat terutama kebutuhan yang berbasis energi (listrik), sehingga pembangunan pengelolaan sumberdaya mineral dan batubara yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat memeberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat serta dapat menjamin kesediaan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri khususnya di Kalimantan Selatan. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Sumber daya alam, khususnya SDA yang tidak bisa diperbaharui akan semakin berkurang karena cadangannya yang semakin menipis jauh sebelum masa konsesi berakhir. Hal ini akan menyebabkan krisis SDA dan lingkungan khususnya krisis air, energi, papan dan pangan yang berpengaruh pada sistem kehidupan di daerah dan nasional. Luasan Lahan Kritis akan semakin meningkat, karena eksploitasi sumberdaya alam dan kebakaran hutan dan lahan (sejak tahun 1996 2006 rata-rata kebakaran lahan seluas 3.867,21 ha; data diolah) yang eskalasinya terus meningkat setiap tahun. Hal ini dapat diindikasikan dengan terjadinya degradasi kualitas lingkungan, rawan erosi, kondisi lingkungan yang ekstrim pada musim yang berbeda (Umusim kemarauu : sumber-sumber mata air menjadi kering, sungai-sungai mengalami pendangkalan dan tidak berair; Umusim hujanu : rawan banjir). Pada sisi lain upaya-upaya pengendalian dan rehabilitasi lahan kritis dan kerusakan hutan juga belum menunjukan hasil yang optimal (sampai tahun 2007 baru 10% dari 560.000 luas lahan kritis)

29 Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan akan terjadi pergeseran tata ruang wilayah yang berpengaruh pada ekosistem dan kehidupan organisme. Akibat semakin menyempitnya ruang terbuka hijau, maka biodiversity akan terganggu, dan sebagian spesies akan berkurang bahkan mengalami kepunahan. Bencana banjir, longsor dan kabut asap akan terus mengancam kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan, baik secara kuantitas maupun kualitas sebagai akibat buruknya sistem pengelolaan SDA dan lingkungan seperti kebijakan pembangunan yang tidak berpihak kepada lingkungan, ekploitasi SDA tanpa memperhatikan daya dukung wilayah, rusaknya DAS, khususnya bagian hulu, perubahan penggunaan lahan dan rendahnya pengusaan ilmu dan teknologi yang ramah lingkungan. 2.2.4 Sosial Budaya dan Agama Kecenderungan pendidikan masyarakat lebih tinggi menjadikan sikap toleran dalam kehidupan beragama sehingga mendorong kerukunan diantara umat beragama dan didalam lingkungan umat beragama. Kecenderungan terjadi peningkatan kerjasama antara pemerintah dengan lembagalembaga keagamaan dalam pengadaan sarana/prasarana serta kualitas SDM sehingga mendorong peningkatan pembinaan kehidupan beragama. Kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Masyarakat cenderung akan semakin agamis namun perbedaan pemahaman antar kelompok masih belum dijembatani secara optimal terutama dikalangan pengikutnya. Peningkatan pemahaman agama juga menimbulkan dorongan bagi implementasi dan internalisasinya pada tata kelola kehidupan masyarakat. Kecendrungan meningkatnya gairah syiar islam ditengah maraknya degradasi moral dapat memperkaya khasanah kebudayaan bangsa yang bermartabat jika diarahkan dengan optimal. Kecenderungan masih belum berkurangnya perbedaan perbedaan antar kelompok akan menjadi kendala bagi optimalisasi peran ulama dan pondok pesantren sebagai pengawal moral kehidupan masyarakat. Kecenderungan masyarakat membutuhkan informasi yang cepat, tepat dan akurat. 2.2.5 Sarana dan Prasarana Kebutuhan sarana dan prasarana untuk 20 tahun mendatang diprediksi akan semakin meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya perekonomian daerah dan jumlah penduduk. Kebutuhan sarana dan prasarana yang meningkat antara lain : Sarana dan Prasarana permukiman; Kebutuhan air bersih pada tahun 2006 untuk kebutuhan air puncak harian adalah 36.255,023 m3/det dengan standar asumsi pelayanan 20%, sedangkan kebutuhan air puncak harian pada tahun 2010 adalah 99.712,68 m3/hari, berdasarkan hal tersebut perlu diantisipasi cadangan air bersih agar pemenuhan target tercapai. Kebutuhan rumah untuk tahun 2006 sebanyak 658.440 unit dengan luas lahan seluas 19.753,20 ha, sedangkan kebutuhan rumah pada tahun 2010 adalah sebanyak 770.660 unit dengan luas lahan 21.019,80 ha. Kebutuhan listrik pada tahun 2006 adalah 757.206 KVA, sedangkan kebutuhan listrik pada tahun 2010 adalah 805.756 KVA. Kebutuhan telpon pada tahun 2006 sebanyak 658.440 unit, sedangkan pada tahun 2007 kebutuhan telpon diperkirakan sebanyak 700.660 unit. Dengan adanya peningkatan jumlah BTS (Base Tranceiver Station) yang dibangun oleh Telkom, Excel comindo, Indosat, Telkomsel, Mobile 8, Asia dan lain-lain maka kebutuhan akan telepon selular akan semakin tinggi. Prasarana dan sarana air bersih, sanitasi, drainase, persampahan dan dalam permukiman diprediksikan permasalahannya akan semakin komplek, untuk itu perlu

30 penanganan dan pengelolaan secara terpadu melalui kerja sama antar daerah atau kota yang berdekatan. Transportasi udara diprediksikan jumlah penumpang dan pesawat akan semakin bertambah sehingga perlu adanya pengembangan bandara di Kalsel menjadi bandara internasional serta perlu adanya bandara alternatif. Transportasi laut yang diprediksikan sudah tidak dapat menampung lagi, mengingat jumlah bongkar muat barang dan orang serta jumlah kapal yang semakin bertambah sehingga perlu pelabuhan alternatif yang dapat melayani akses nasional dan internasional. Sarana dan Prasarana jalan diprediksikan jumlah kendaraan semakin meningkat serta jumlah muatan barang dan orang juga semakin meningkat, sedangkan kondisi jalan pada tahun 2006 hanya 30% dengan katagori baik, sedangkan pada tahun 2007 diperkirakan jalan dengan kondisi baik diperkirakan 60%, berdasarkan hal tersebut perlu peningkatan kwalitas dan kwantitas jalan, dengan lebar minimal 7 meter dengan beban gandar minimal 12 ton, serta penyediaan sarana dan prasarana angkutan alternatif untuk mengatasi kemacetan yang terjadi. Sarana dan Prasarana sumber daya air diprediksikan akan meningkat secara kuantitas dan kualitas sehingga dapat mendukung perekonomian daerah di sektor pertanian dan air baku. 2.2.6 Politik, Pemerintahan dan Hukum Masih rendahnya kapasitas sumber daya manusia aparatur dan sarana-prasarana teknologi informatika masih akan menjadi kendala bagi penerapan sistem manajemen berbasis teknologi yang lebih efisien dan efektif bagi pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Jumlah PNS dengan strata pendidikan S1 dan S2 serta jumlah golongan III dan IV cendrung akan terus meningkat. Di lain pihak, usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas fungsional dalam pelaksanaan tugas birokrasi, pemerintahan, dan pelayanan publik cenderung memberikan hasil yang lambat. Pembangunan hukum secara berkesinambungan cenderung masih mendapatkan kendala karena keterbatasan kualitas dan kuantitas perangkat-perangkat hukum seperti Perda, aparatur, sarana-prasarana, serta masyarakat yang sadar dan taat hukum. Semakin besarnya tuntutan masyarakat bagi berlangsungnya mekanisme transparansi sektor publik dapat terkendala jika sistem informasi dan data di lingkungan pemerintah belum optimal. Belum terpolanya keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan akan terus berlangsung sehingga kurang mendorong terciptanya pembangunan daerah yang partisipatif. 2.2.7 Penataan Ruang Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan kegiatan yang memerlukan ruang juga meningkat Kejelasan tentang fungsi kawasan harus dipertegas dengan penetapan tata batas antar kawasan Peningkatan fungsi pusat permukiman harus dipertegas sehingga mampu mendorong perkembangan wilayah Belum jelasnya pola-pola pengembangan kawasan strategis sehingga belum mampu memunculkan pusat pertumbuhan yang akan memacu pengembangan Kalimantan Selatan