TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENCEMAR LINGKUNGAN HIDUP



dokumen-dokumen yang mirip
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP

PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP MELALUI PENGADILAN (The Environmental Dispute Settlement Through Ligitation) Oleh : Cut Era Fitriyeni

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH PENGUASA

Andria Luhur Prakoso Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

KETENTUAN-KETENTUAN PENTING TENTANG WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH) OLEH: Drs. H. MASRUM, M.H. (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

TANGGUNG JAWAB MUTLAK ( STRICT LIABILITY ) DALAM PENEGAKAN HUKUM PERDATA LINGKUNGAN DI INDONESIA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tanggung Jawab Direksi Terhadap Kerugian Yang Diderita Perseroan

BAB II PERBUATAN MELAWAN HUKUM. Romawi, yaitu teori tentang culpa dari Lex Aquilla, kemudian terjadi proses

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

hal 0 dari 11 halaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipidana jika tidak ada kesalahan ( Green Straf Zonder Schuld) merupakan dasar

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, mereka harus

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1

[FIKA ASHARINA KARKHAM,SH]

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit. Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

Pengantar Ilmu Hukum. Disampaikan oleh : Fully Handayani R, SH,M.Kn

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. dijatuhi pidana apabila terbukti memiliki kesalahan.dengan demikian penilaian

BAB V PENUTUP. pembatalan perjanjian distribusi makanan melalui pengadilan, sebagaimana

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

KAJIAN MENGENAI GUGATAN MELAWAN HUKUM TERHADAP SENGKETA WANPRESTASI

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

Pertemuan 1

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)

BAB II PERBUATAN MELAWAN HUKUM. KUHPerdata, termasuk ke dalam perikatan yang timbul dari undang-undang.

RESUME TESIS KEABSAHAN BADAN HUKUM YAYASAN YANG AKTANYA DIBUAT BERDASARKAN KETERANGAN PALSU

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia, diatur dalam Pasal 340 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

Pengujian Ketentuan Penghapusan Norma Dalam Undang-Undang Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PENGALIHAN HAK MILIK ATAS BENDA MELALUI PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA. Oleh : Deasy Soeikromo 1

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB IV MUTAH DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA. A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Menggunakan atau Tidak

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699)

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari kesengajaan (dolus atau opzet) dan kelalaian (culpa). Seperti

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA. tertentu tanpa menyebutkan wujud dari tindak pidana. Unsur-unsur yang dapat

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

PERMOHONAN PUTUSAN SERTA-MERTA ATAS GUGATAN SEWA MENYEWA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

Transkripsi:

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENCEMAR LINGKUNGAN HIDUP Oleh: ABSTRACT conventional Law teaching express that each;every deed impinge the law harming other party, hence side the maker is obliged to change with a number of money utilize to cure if proven in the face of mistake conference of maker, but the rule have been infiltrated by principle of justice absolute responsibility strict liability what cirrithe core important for example incidence direct responsibility and at once at the time of the happening of deed, so that needn't be related to bya mistake element fault, schuld. Keyword : Environmental Responsibility, Mistake, Strict Liability. besar dalam peristiwa-peristiwa lingkungan, seperti pencemaran, kerusakan sumber daya alam, musnah- nya berbagai spesies hayati, banjir, tanah longsor, bahkan berbagai jenis penyakit yang ada diyakini merupakan gejala negatif yang dominan bersumber dari perbuatan manusia. Dengan demikian masalah lingkungan semakin hari semakin mem- besar, meluas dan serius. Persoalannya tidak hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional, nasional, transnasional, bahkan mendunia. Dampak yang terjadipun terhadap lingkungan tidak hanya bersifat dan terkait pada satu atau dua segi saja, akan tetapi saling mengkait sesuai dengan sifat lingkungan yang LATAR BELAKANG Pada awalnya masalah lingkungan hidup bukanlah masalah yang serius, karena sifat dari masalah yang timbul merupakan masalah yang bersifat alami berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan dapat pulih seperti sedia kala di kemudian hari secara alami pula, sehingga dapat dikatakan tidak menimbulkan masalah yang berarti sama sekali bagi alam itu sendiri. Selanjutnya masalah lingkungan berkembang dan tidak lagi semata-mata bersifat alami, karena manusia me- rupakan faktor penyebab yang sangat 202

memiliki multi hubungan yang saling pencemaran lingkungan hidup dan/atau mempengaruhi secara sistem. kerusakan lingkungan hidup. Ilmu hukum perdata telah Pencemaran lingkungan atau mengajarkan bahwa setiap perbuatan perusakan lingkungan, maupun apa saja manusia atau badan hukum yang yang dikategorikan merugikan orang atau melanggar hukum atau yang ber- pihak lain dalam kepentingan lingkungan tentangan dengan hukum, kemudian hidupnya, termasuk sebagai perbuatan perbuatan tersebut menimbulkan melawan hukum (onrechtsmatigedaad). sejumlah kerugian kepada pihak lain, (N.H.T. Siahaan, 2005 : 307 ) maka kepada pembuat kesalahan harus Dalam UUPLH, ketentuan yang bertanggung jawab untuk membayar atau mengatur tentang pertanggungjawaban mengganti sejumlah kerugian atas akibat atas pencemaran lingkungan hidup diatur yang telah ditimbulkannya tersebut. Hal dalam ketentuan pasal 34 ayat (1) dan ini sesuai dengan ketentuan yang diatur pasal 35 ayat (1). Masing-masing pasal dalam pasal 1365 Kitab Undang-Undang tersebut mengatur dan menganut sifat Hukum Perdata (selanjutnya disebut pertanggungjawaban yang berbeda KUHPerdata) yang berbunyi : Tiap yakni: perbuatan melanggar hukum, yang a. Pasal 34 ayat (1) UUPLH membawa kerugian kepada seorang lain, mengatur dasar dan sifat mewajibkan orang yang karena salahnya pertanggungjawaban yang biasa menerbitkan kerugian itu, mengganti seperti diatur dalam ketentuan kerugian tersebut. pasal 1365 KUHPerdata yang Jenis-jenis tanggung gugat mensyaratkan adanya pempencemaran lingkungan hidup menurut buktian kesalahan pelaku ; Undang-Undang Republik Indonesia b. Pasal 35 ayat (1) UUPLH Nomor 23 Tahun 1997 tentang mengatur dasar dan sifat Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjut- pertanggungjawaban yang nya disebut UUPLH) yang salah satu khusus yang merupakan pengebentuknya adalah perbuatan yang cualian ketentuan pasal 1365 merugikan pihak lain yang berupa K U H P e r d a t a d a n d i a t u r 203

tersendiri dalam UUPLH ini. Putusan Hoge Raad 1919 Berdasarkan uraian tersebut maka tertanggal 31 Januari 1919 tentang yang menjadi persoalan dalam penelitian penafsiran perbuatan melawan hukum ini adalah Bagaimana pembuat y a n g d i a t u r d a l a m p a s a l 1 3 6 5 pencemaran lingkungan hidup ber- KUHPerdata. Di dalam putusan Hoge tanggungjawab atas kerusakan Raad 1919 definisi perbuatan melawan lingkungan hidup baik menurut ke- hukum, tidak hanya melawan undangtentuan pasal 34 ayat (1) maupun pasal undang, tetapi juga melanggar hak-hak 35 ayat (1) UUPLH? subjektif orang lain, kesusilaan, dan ketertiban umum. II. TANGGUNG JAWAB PENCEMAR Menurut Salim H.S dalam bukunya MENURUT KETENTUAN PASAL Hukum Kontrak mengatakan menurut HR 1365 KUHPerdata 1919 yang diartikan dengan perbuatan Maksud dari ketentuan pasal melawan hukum adalah berbuat atau tidak 1365 KUHPerdata adalah setiap berbuat yang : perbuatan yang bertentangan dengan 1. melanggar hak orang lain ; hukum harus dipertanggungjawabkan Yang dimaksud dengan hak orang atas kerugian-kerugian yang diderita oleh lain, bukan semua hak, tetapi pihak lain. Perbuatan melanggar hukum hanya hak-hak pribadi, seperti ( o n r e c h t m a t i g e d a a d ) m e n u r u t integritas tubuh, kebebasan, perkembangan dan sejarahnya berawal kehormatan, dan lain-lain ter- dari yurisprudensi yang tidak saja masuk dalam hal ini hak-hak mencakup perbuatan yang berhak absolute, seperti hak kebendaan, tentangan dengan hukum dan hak dari atas kekayaan intelektual pihak lain, tetapi juga setiap perbuatan (HAKI), dan sebagainya. yang bertentangan dengan kepatutan 2. bertentangan dengan kewajiban dalam pergaulan masyarakat, baik dalam hukum pelaku ; hubungannya dengan pribadi maupun Kewajiban hukum hanya ke- harta benda orang lain. wajiban yang dirumuskan dalam aturan undang-undang ; 204

3. bertentangan dengan ke- (2) bertentangan dengan kewajiban susilaan, artinya perbuata yang hukum pelaku ; atau (3) bertentangan dilakukan oleh seseorang itu dengan kesusilaan; atau (4) berbertentangan dengan sopan tentangan dengan kecermatan yang santun yang tidak tertulis yang harus diindahkan dalam lalu lintas tumbuh dan berkembang dalam masyarakat terhadap diri dan barang masyarakat ; orang lain (Djasadin Saragih, 1985 : 118) 4. bertentangan dengan ke- Ketentuan yang diatur oleh pasal cermatan yang harus diindahkan 1365 KUHPerdata berbeda dengan yang dalam masyarakat ; diatur dalam pasal 1366 KUHPerdata. Atura tentang kecermata terdiri Pasal 1365 KUHPerdata mengatur asas dari dua kelompok yaitu : hukum tanggung jawab secara kesalahan (1) aturan-aturan yang men- (fault) artinya pembuat perbuatan dalam cegah orang lain ter- melakukan perbuatan yang merugikan jerumus dalam bahaya, pihak lain tersebut dilakukan dengan dan s e n g a j a, s e d a n g p a s a l 1 3 6 6 (2) aturan-aturan yang me- KUHPerdata mengatur asas hukum larang merugikan orang tanggung jawab secara kelalaian artinya l a i n k e t i k a h e n d a k pembuat perbuatan dalam melakukan menyelenggarakan ke- perbuatan yang merugikan pihak lain pentingannya sendiri tersebut dilakukan dengan kelalaian atau (Salim, 2003 : 8 ). ketidaksengajaan. Menurut Djasadin Saragih dalam Menurut N.H.T. Siahaan dalam bukunya Pokok-Pokok Hukum Perikatan bukunya Hukum Lingkungan dan Ekologi mengatakan sejak 1919 (HR 31-1-1919, Pembangunan mengatakan : asas RJ 1919, 161; Lindenbaum/ Cohen) yang pertanggungjawaban secara kesalahan diartikan dengan perbuatan melanggar (fault) didasarkan pada adagium bahwa hukum adalah berbuat atau tidak berbuat tidak ada pertanggungjawaban apabila yang (1) melanggar hak orang lain; atau tidak terdapat unsur kesalahan (No 205

Liability Without Fault). unsur persetujuan atau kata sepakat dan Pertanggungjawaban demikian, tidak ada causa yang diperbolehkan menurut ilmu hukum disebut dengan sebagaimana yang terdapat alam Tortious Liability atau Liability Based kontrak. On Fault (N.H.T. Siahaan : 2004 : 307). Perbuatan melawan hukum sejak Adapun unsur-unsur pasal 1365 tahun 1919 telah ditafsirkan dengan KUHPerdata tentang perbuatan seluas-luasnya yang dikenal dengan melanggar hukum (Onrechtsmatige perbuatan melanggar hukum materiil, daad) adalah : yang meliputi hal-hal sebagai berikut : a. adanya perbuatan yang harus a. P e r b u a t a n y a n g m e l a n g g a r bersifat melawan hukum ; undang-undang yang berlaku ; b. adanya kesalahan pada diri b. Yang melanggar hak orang lain yang pembuat atau pelaku ; dijamin oleh hukum ; c. adanya kerugian bagi korban ; c. Perbuatan yang bertentangan dan dengan kewajiban hukum si pelaku ; d. adanya hubungan kausalitas d. Perbuatan yang bertentangan antara perbuatan yang bersifat dengan kesusilaan (geode zeden) melawan hukum dengan kerugian e. Perbuatan yang bertentangan yang diderita oleh pihak lain. dengan sikap yang baik dalam Adanya perbuatan melanggar hukum bermasyarakat untuk memperhatidiawali oleh perbuatan oleh pelakunya. kan kepentingan orang lain ; Perbuatan yang dimaksudkan Suatu perbuatan melawan hukum adalah, baik berbuat sesuatu maupun agar dapat memenuhi ketentuan pasal tidak berbuat sesuatu. Contoh A tidak 1365 KUHPerdata, maka undang-undang berbuat sesuatu pada hal A mempunyai dan yurisprudensi sebagai sumber bahan kewajiban hukum untuk berbuat, hukum primer dalam Negara yang kewajiban mana timbul dari hukum yang menganut sistem hukum Eropa berlaku, sebab ada pula kewajiban yang Continental telah mensyaratkan timbul dari suatu kontrak. Terhadap agar pada diri pelaku haruslah terbukti di perbuatan melanggar hukum tidak ada muka sidang pengadilan elemen 206

kesalahan (schuldelement) dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana melakukan perbuatannya. Kecuali (selanjutnya disebut KUHP), keadaan undang-undang menentukan lain memaksa darurat diluar kekuasaannya misalnya tanggung jawab tanpa (overmacht) yang diatur dalam pasal 48 kesalahan (Strict liability) adalah tidak KUHP, kemudian juga yang diatur dalam termasuk dalam pengertian tanggung pasal 44 (terganggu jiwanya), pasal 50 jawab berdasar pada ketentuan pasal (melaksanakan ketentuan undang- 1365 KUHPerdata, sebab ketentuan undang, pasal 51 ayat (2) (melaksanakan pasal 1365 KUHPerdata menyaratkan perintah jabatan yang tidak berwenang suatu keharusan yang terbukti di muka dengan iktikad baik, yang masih dalam sidang pengadilan elemen kesalahan lingkup tugas pekerjaannya. Sedangkan (Schuld) dalam perbuatan melanggar alasan peniadaan pidana menurut hukum yang terdapat dalam subyektif diri undang-undang yang bersifat khusus si pelaku. adalah tersebar dalam rumusan Suatu perbuatan dianggap oleh beberapa tindak pidana, misalnya hukum terdapat elemen kesalahan adanya alasan demi untuk kepentingan sehingga dapat dituntutkan kepada umum atau untuk kepentingan membela pembuat akan tanggung jawabnya diri sebagai dasar peniadaan pidana dari secara hukum apabila di dalam diri pelaku pencemaran (pasal 310 ayat 3) sebagai unsur subyektif dalam per- Selain itu ada alasan peniadaan buatannya sebagai unsur obyektif pidana diluar undang-undang yang dianut memenuhi unsur kesengajaan (dolus dalam praktek yakni hapusnya sifat atau opzet) atau kelalaian (culpa) dan melawan hukum (materiil) perbuatan dan tidak ada alasan pembenar (justification ) tidak adanya kesalahan(schuld) pada atau alasan pemaaf (rechtvaar diri pelaku atau pembuat. digingsgrond). Sebagai contoh alasan Diperlukannya baik unsur perbuatan peniadaan pidana menurut undang- melanggar hukum dan unsur kesakahan undang yang bersifat umum yakni sekaligus dalam ketentuan pasal 1365 keadaan terpaksa membela diri KUHPerdata, karena dalam unsur (noodware) yang diatur dalam pasal 49 melawan hukum saja belum tentu 207

mencakup unsur kesalahan, di negeri belum diuji kebenarannya dalam bentuk Belanda aliran ini dianut misalnya oleh pembuktian oleh para pihak. Kedua : Meyers ( Munir Fuady, 2005 : 13). kesalahan adalah unsur subyektif yang S e l a n j u t n y a M u n i r F u a d y terletak dalam diri si pelaku kejahatan dari berpendapat kesalahan yang disyaratkan suatu perbuatan yang telah ia lakukan, oleh hukum dalam perbuatan melawan sehingga kebenarannya menjadi semakin hukum, baik kesalahan dalam arti sulit untuk disimpulkan dalam kerangka kesalahan hukum maupun kesalahan yang obyektif. Ketiga : Keadaan social. Dalam hal ini hukum menafsirkan masyarakat juga perlu dikaji, apakah kesalahan sebagai suatu kegagalan seseorang itu berada di suatu lingkungan seseorang untuk hidup dengan sikap yang baik dan benar? artinya apabila yang ideal, yakni sikap yang biasa dan seseorang yang baik dan benar ada dalam normal dalam suatu pergaulan lingkungan yang rusak dan tidak baik masyarakat. apakah ia harus ikut rusak demi mengejar Sikap yang demikian kemudian standar manusia yang normal dan wajar mengkristal dalam istilah hukum yang (reasonable man)? Menurut penulis justru disebut dengan standar manusia yang seseorang harus dapat mempengaruhi normal dan wajar (reasonable man) dan mengajak kepada masyarakat yang (Munir Fuady, 2005 : 13). tidak baik menuju kepada masyarakat Namun teori atau pendapat Munir yang baik, minimal dengan memberikan Fuady yang mengatakan bahwa sikap contoh dan suri tauladan kepada yang demikian kemudian mengkristal masyarakat dan bukan justru sebaliknya dalam istilah hukum yang disebut dengan ia terpengaruh dalam ketidakbenaran di standar manusia yang normal dan wajar masyarakat. masih sepenuhnya diragukan kebenaran- Bagi pihak korban, kerugian yang nya, karena Pertama : tujuan hukum diderita akibat perbuatan melanggar sendiri adalah untuk mencari dan hukum yang dilakukan oleh pihak lain, menegakkan kebenaran, sedangkan maka pihak korban harus mendapatkan persoalan apa yang terjadi di masyarakat pemulihan dalam bentuk penggantian 208

kerugian sejumlah uang. Berbeda dengan kerugian karena wanprestasi yang hanya mengenal kerugian materiil, maka untuk kerugian karena perbuatan melanggar hukum (onrechtsmatige daad) disamping kerugian materiil, juris prudensi mengakui pula konsep kerugian immateriil yang akan dinilai dengan sejumlah uang. III. TANGGUNG JAWAB MUTLAK Di dalam hukum lingkungan, khususnya dalam UUPLH, selain jenis pertanggungjawaban perdata yakni sebagai bentuk pertanggungjawaban atas perbuatan melanggar hukum (onrechtsmatige daad) yang meng- kaitkan dengan terbuktinya suatu kesalahan pelaku terlebih dahulu seperti yang diatur dalam ketentuan pasal 1365 KUHPerdata dan kemudian substansi ketentuan tersebut dipedomani dan dicantumkan dalam pasal 34 ayat 1 UUPLH. Unsur-unsur pokok perbuatan melawan hukum adalah adanya perbuatan yang memiliki sifat melawan hukum, adanya kesalahan (fault, schuld), adanya kerugian dan adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan dengan kerugian. Perbuatan melanggar hukum pada teori yang konvensional didasarkan pada adanya kesalahan (liability based on fault), karena tanpa adanya kesalahan, tidak akan timbul dasar untuk menuntut kerugian. Bagaimana membuktikan kesalahan pelaku atas perbuatan yang melanggar hukum di depan pengadilan? Memang tidaklah mudah untuk membuktikan adanya kesalahan, karena pihak penggugat harus terlebih dahulu membuktikan adanya hubungan kausal atau hubungan sebab akibat antara perbuatan pencemaran dengan kerugian yang diderita oleh korban. Jika untuk masalah lingkungan, maka tentang hal membuktikan adalah dengan menjelaskan hubungan sebab akibat dari perbuatan pelaku pencemaran dengan kerugian pihak korban. Mengaudit, menganalisis suatu perbuatan mencemarkan lingkungan hidup membutuhkan penjelasan yang bersifat ilmiah, rasional, logis, dan sangat teknis, sehingga apabila skalanya bersifat meluas serta serius, maka untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat dalam masalah pencemaran lingkungan hidup akan lebih sulit. Oleh karena itu, penerapan sistem pertanggung jawaban yang bersifat konvensional dalam 209

penyelesaian sengketa lingkungan hidup en wetens atau menghendaki dan tidaklah mencerminkan rasa keadilan, mengetahui. Karena yang dapat lebih-lebih rasa keadilan sosial. dikehendaki atau yang dapat Walaupun pembentuk undang- dimaksud itu hanyalah perbuatanundang tidak menyatakan dengan tegas perbuatan, sedangkan keadaanbahwa dalam pencemaran dan/atau keadaan itu hanya dapat diketahui, perusakan lingkungan hidup seperti yang sehingga untuk dapat menyatakan dimaksud dalam ketentuan pasal 34 ayat seseorang pembuat pencemaran (1) UUPLH itu oleh pembuat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan harus dilakukan dengan sengaja, hidup telah memenuhi unsur apalagi tidak dapat disangkal lagi kesengajaan atau opzet sebagaikebenarannya bahwa perbuatan mana yang dimaksudan oleh melanggar hukum yang berupa pen- ketentuan pasal 34 ayat (1) UUPLH, cemaran dan/atau perusakan lingkungan maka di muka sidang pengadilan hidup harus dilakukan oleh pembuat yang memeriksa dan mengadili dengan sengaja yakni karena dalam sengketa, pembuat pen-cemaran peraturan perundang-undangan yang harus terbukti oleh pihak penggugat berlaku, khususnya UUPLH ini tidak bahwa tergugat : mengenal lembaga perbuatan melanggar a. telah menghendaki atau bermaksud hukum dalam pencemaran dan/atau untuk melakukan perbuatan penperusakan lingkungan hidup yang cemaran dan/atau perusakan ; dilakuan dengan tidak sengaja atau b. mengetahui bahwa yang dicemarinya culpoos diefstal. dan/atau dirusaknya adalah lingkung- Pembuktian kesalahan in casu an hidup ; kesengajaan atau opzet pembuat di muka c. mengetahui bahwa usaha dan persidangan harus meliputi semua unsur- kegiatannya menimbulkan kerugian ; unsur yang meliputi seluruh norma dalam d. mengetahui bahwa yang dirugikan ketentuan pasal yang mengaturnya, adalah orang lain atau lingkungan pasal 34 ayat (1) UUPLH. hidup ; Hal penting dari pengertian dengan Apabila kehendak, maksud atau sengaja atau opzet itu adalah willens pengetahuan-pengetahuan ataupun 210

salah satu dari kehendak, maksud atau lagi dikaitkan dengan unsur kesalahan pengetahuan-pengetahuan pembuat (schuld, fault.). pencemaran dan/atau perusakan Untuk mengetahui asas strict liability lingkungan hidup sebagaimana yang dimuat dalam ketentuan pasal 35 ayat (1) dimaksudkan di atas itu ternyata tidak UUPLH, maka bunyi pasal tersebut dapat dibuktikan maka tidak dapat sebagai berikut: dikatakan bahwa pembuat telah terbukti Penanggung jawab usaha dan/atau memenuhi unsur kesengajaan atau opzet k e g i a t a n y a n g u s a h a d a n untuk melakukan pencemaran dan/atau kegiatannya menimbulkan dampak perusakan lingkungan hidup seperti yang besar dan penting terhadap dimaksud dalam pasal 34 ayat (1) lingkungan hidup, yang meng- UUPLH, sehingga hakim harus men- gunakan baha berbahaya dan jatuhkan putusan menolak gugatan pihak beracun, dan/atau menghasilkan penggugat. limbah bahan berbahaya dan Istilah lain dari asas tanggung jawab beracun, bertanggung jawab secara mutlak yakni tanggung jawab langsung mutlak atas kerugian yang ditimbuldan seketika (Strict Liability), yang telah kan, dengan kewajiban membayar dianut oleh UUPLH dalam ketentuan ganti rugi secara langsung dan pasal 35 ayat (1). Unsur-unsur asas strict seketika pada saat terjadinya liability dalam UUPLH bersifat khusus, pencemaran dan/atau kerusakan karena di dalam sistem pertanggung lingkungan hidup jawabannya, unsur-unsurnya telah diatur Sedangkan asas strict liability secara khusus dengan menunjuk kepada dengan gamblang telah disebut di dalam hal atau syarat tertentu sehingga dapat penjelasan pasal demi pasal dari digolongkan ke dalam bentuk per- ketentuan pasal 35 ayat(1) yang tanggungjawaban tertentu pula. menyebutkan sebagai berikut : Ciri utama dari asas strict liability Pengertian bertanggung jawab secara antara lain adalah timbulnya tanggung mutlak atau strict liability, yakni unsur jawab langsung dan seketika pada saat kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh terjadinya perbuatan, sehingga tidak perlu pihak penggugat sebagai dasar 211

pembayaran ganti kerugian. Ketentuan berbahaya dan beracun ; ayat ini merupakan lex specialis dalam 6. bertanggung jawab secara mutlak ; gugatan tentang perbuatan melanggar 7. kerugian yang ditimbulkan ; hukum pada umumnya. Besarnya nilai 8. wajib membayar ganti rugi ; ganti rugi yang dapat dibebankan 9. secara langsung dan seketika pada terhadap pencemar atau perusak saat terjadinya pencemaran atau lingkungan hidup menurut pasal ini dapat perusakan lingkungan ; ditetapkan sampai batas tertentu yang unsur-unsur tersebut harus dimaksudkan sampai batas tertentu, terbukti di muka persidangan seluruhnya adalah jika menurut penetapan peraturan sehingga kepada tergugat akan perundang-undangan yang berlaku, dijatuhkan hukuman untuk membayar ditentukan keharusan asuransi bagi sejumlah kerugian yang diderita oleh usaha dan/atau kegiatan yang ber- pihak penggugat. Sebaliknya apabila sangkutan atau telah tersedia dana salah satu unsur tersebut di atas tidak lingkungan hidup. terbukti di depan persidangan maka Untuk lebih jelasnya dalam mengurai gugatan penggugat ditolak seluruhnya. substansi ketentuan pasal yang Berdasarkan unsur-unsur tersebut, mengandung asas tanggung jawab maka unsur tanggung jawab mutlak ada mutlak tersebut, maka harus di unsur ke 6 dan unsur dan unsur mengetahui unsur-unsur dari tanggung jawab secara langsung dan ketentuan pasal 35 ayat (1) UUPLH s e k e t i k a p a d a s a a t t e r j a d i n y a yakni : pencemaran atau perusakan lingkungan 1. penanggung jawab : ada di unsur ke 9. 2. suatu perbuatan atau usaha atau Menurut Siti Sundari Rangkuti dalam kegiatan ; bukunya Hukum Lingkungan dan 3. yang usaha dan kegiatannya Kebijaksanaan Lingkungan Nasional menimbulkan dampak besar dan mengatakan bahwa tanggung gugat di penting terhadap lingkungan hidup ; sini timbul seketika pada saat terjadinya 4. yang menggunakan bahan ber- perbuatan, tanpa mempersoalkan bahaya dan beracun ; atau kesalahan tergugat (Siti Sundari 5. yang menghasilkan limbah bahan Rangkuti, 2005 : 307 ) 212

Sebenarnya unsur strict liability adanya kesalahan (liability based on sebenarnya sebagai suatu pengertian fault). yang tampaknya asing dalam lembaga- Selanjutnya pendapat Komar, dalam lembaga hukum yang berlaku di bukunya Siti Sundari Rangkuti tersebut Indonesia, baik dalam lapangan hukum menjelaskan tentang absolute liability privat maupun lapangan hukum publik, adalah : pengertian pertanggungjawaban karena di dalam logika dan pengertian penuh/absolute mengandung 2 pngertian hukum yang telah lama dikenal dan pada : pengertian procedural, yaitu kewajiban umumnya, diterima suatu pengertian untuk melakukan pembuktian adanya bahwa seseorang harus atau wajib unsur kesalahan untuk dapat di bertanggung jawab atas setiap kerugian pertanggungjawabkannya kerugian (1), yang diderita oleh orang lain untuk dan pengertian materiil, yaitu penuh menggantinya dengan sejumlah uang dalam besarnya ganti rugi, yang setelah ia dinyatakan terbukti bersalah mengandung pengertian bahwa pemoleh pengadilan. Artinya seseorang tidak berian ganti rugi harus sepenuhnya /tanpa dapat dibebankan kewajiban ber batas tertinggi yang ditentukan terlebih tanggungjawab, kecuali atas dasar dahulu (2). ( Siti Sundari Rangkuti, 2005 : kesalahan yang ada pada diri pembuat 308 ) yang merupakan unsur subyektif dalam Maksud pembentuk UUPLH suatu norma hukum, sebagaimana prinsip dengan menganut asas tanggung jawab ini dikenal dengan Tortius Liability. mutlak dalam hukum materiil hendaknya Menurut Siti Sundari Rangkuti dalam diikuti oleh lembaga-lembaga peradilan di bukunya Hukum Lingkungan dan Indonesia dalam putusan-putusan pengadil- Kebijaksanaan Lingkungan Nasional an agar apa yang menjadi cita hukum dari mengatakan tentang asas Tortius Liability pembentuk undang-undang untuk meyakni dengan demikian menurut Komar laksanakan pembangunan berkelanjutan absolute liability menggunakan pola dasar yang berwawasan lingkungan hidup dapat perbuatan melawan hukum yang tercapai. Artinya pengadilan sebagai garda menimbulkan kerugian pada pihak lain terdepan dalam penyelesaian sengketa (tort liability) dengan harus membuktikan lingkungan hidup dapat melakukan 213

penyelamatan lingkungan hidup lebih awal K/1971. Dikatakan pelaksanaan putusan dan lebih cepat. hakim, harus menunggu sampai seluruh Adapun cara yang dapat dilakukan putusan mempunyai ekuatan hokum oleh hakim dalam ikut berperan serta aktif tetap, meskipun salah satu pihak dalam penyelamatan lingkungan hidup (tergugat) tidak banding atau kasasi, tetapi adalah hakim dengan independensinya penggugat banding dan kasasi berarti dalam memutus sengketa lingkungan putusan belum memperoleh kekuatan hidup dengan menghidupkan kembali hukum tetap (res judicata), oleh karena itu lembaga hukum uitvoerbaar bij voorraad belum dapat dieksekusi. (M.Yahya atau biasanya dalam petitum surat Harahap, 2004 : 897-898 ). gugatan dimohonkan oleh penggugat Dasar hukum yang mengatur kepada Ketua Pengadilan Negeri tentang putusan yang dapat disetempat agar memutuskan dengan laksanakan terlebih dahulu adalah pasal menyatakan putusan ini dapat dijalankan 180 (1) H.I.R. dan pasal 191 (1) R.Bg., lebih dahulu ( uitvoerbaar bij voorraad), namun demikian Mahkamah Agung meskipun timbul verzet, banding maupun melalui Surat Edarannya yang lebih kasasi. Artinya putusan dapat di- dikenal dengan SEMA MA. lebih sering laksanakan serta merta yang berarti pula mengeluarkan SEMA dan yang terakhir putusan yang dijatuhkan dapat langsung dikeluarkan adalah SEMA No. : 03 Tahun dilaksanakan eksekusinya serta merta, 1978 tanggal 1 April 1978, yang berisi agar meskipun putusan tersebut belum para hakim di seluruh Indonesia tidak memperoleh kekuatan hukum tetap. menjatuhkan putusan yang dapat Menurut M. Yahya, baik ber- dijalankan lebih dahulu (uitvoerbaar bij dasaran doktrin maupun pasal 195 dan voorraad), meskipun syarat-syarat yang 196 HIR, pemenuhan suatu putusan baru ditentukan dalam pasal 180 ayat (1) HIR, dapat dilaksanakan baik secara sukarela pasal 191 ayat (1) R.Bg terpenuhi. Berarti maupun paksa melalui eksekusi, apabila Mahkamah Agung tetap melarang untuk putusan pengadilan itu telah memperoleh melaksanakan ketentuan pasal tersebut kekuatan hukum tetap. Prinsip ini yang memerintahkan kepada pengadilan ditegaskan dalam putusan MA No. : 1043 rendahan untuk tidak mengabulan per- 214

mohonan penggugat yang berkaitan dengan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad), ternyata terbukti penyebabnya adalah pihak ke-tiga, maka pihak ke-tiga harus mengambil alih tanggung jawab atas meskipun timbul verzet, banding maupun kerugian korban (pasal 35 ayat (3) kasasi. Dengan berkembangnya pengertian perbuatan melanggar hukum dan UUPLH). DAFTAR PUSTAKA tanggung jawab mutlak yang dianut oleh Djasadin Saragih, S.H., LLM, 1985, UUPLH dengan tanpa pembuktian unsur P o k o k - P o k o k H u k u m kesalahan tergugat di muka hakim, yang P e r i k a t a n, P e n e r b i t U n i v e r s i t a s A i r l a n g g a, merupakan pengecualian dari pasal 1365 Surabaya. KUHPerdata, maka SEMA a quo sudah tidak relevan lagi untuk dilaksanakan serta diharapkan oleh hukum dan para pencari keadilan agar pengadilan lebih obyektif dan mengikuti perkembangan ilmu hukum maupun perkembangan yurisprudensi, sehingga hakim di Indonesia tidak terkungkung pada pemahaman dan paradigma yang sempit dalam rangka pemahaman serta penyelamatan lingkungan hidup.. Kemudian pengecualian tanggung jawab diberikan kepada pembuat oleh pasal 35 ayat (2) UUPLH apabila pembuat dapat membuktikan bahwa pencemaran atau kerusakan berasal dari bencana alam, atau peperangan, atau keadaan terpaksa (force majeure) atau karena tindakan pihak ke-tiga. Apabila Munir Fuady, Dr. S.H.,M.H.,LLM, 2005, Perbuatan Melawan Hukum, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. M. Yahya Harahap, S.H., 2004, Hukum Acara Perdata, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta N.H.T. Siahaan, 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Siti Sundari Rangkuti, Prof.Dr., 2005, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Penerbit Airlangga University Press, Surabaya. Salim H.S.,S.H.,M.S., 2003, Hukum Kontrak, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta Peraturan Perundang-undangan : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang 215

Pengelolaan Lingkungan Penerbit Politea, Bogor. Hidup. SEMA No. : 03 Tahun 1978 tanggal 1 April RIB / HIR dengan Penjelasannya, 1978, terjemahan R.Soesilo, 1985, 216