BAB II KAJIAN PUSTAKA. masyarakata dalam pengolahan sampah, yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH

BAB II KONSEP TEORITIS. Inggris participation yang berarti pengambilan bagian, melalui pikiran atau langsung dalam bentuk fisik. 2

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Literatur. Survei Lokasi. Pengumpulan Data

PARTISIPASI MASYARAKAT KECAMATAN MADIDIR TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA BITUNG

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Burung Hantu ( Tyto alba ) dan Pemanfaatannya Partisipasi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan

PERENCANAAN PARTISIPATIF

Identifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Air Bersih di Kelurahan Cihaurgeulis

BAB II KERANGKA TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB VII PARTISIPASI KOMUNITAS TANI DAN KESIAPAN INSTITUSI DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBERDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

PENGARUH LAMA TINGGAL TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. faktor terpenting bagi kehidupan manusia, karena memiliki tiga fungsi pokok yaitu :

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 8 PEMERINTAH KOTA SRAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2002

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2005 SERI D PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

Desa Tritih Lor Kecamatan Jeruk Legi

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI sumber ENERGI alternatif terbarukan

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

II. PENDEKATAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BAB II LANDASAN TEORI

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB II LANDASAN TEORI. ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III PENUTUP. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa bentuk iuran sampah di Kota

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berbasis pada pendekatan Bottom Up, dipandanng

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA TOLOMBUKAN SATU KECAMATAN PASAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA SENGON, KLATEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

KEBIJAKAN NASIONAL TENTANG BANK SAMPAH INDUK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PARTISIPASI PEMILIK RUMAH KOS DALAM IMPLEMENTASI PERDA KOTA SEMARANG NO. 3 TAHUN 2011 DI KELURAHAN TEMBALANG. Oleh : Mey Prastiwi, Tri Yuniningsih

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggara desa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi akan. mempengaruhi perilaku, gaya hidup, dan pola konsumsi masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

26 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANK SAMPAH PITOE JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dan meningkatnya kegiatan pembangunan (Thrihadiningrum, 2010).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

Keywords: people s participation, waste management 3R

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini membahas tentang pemberdayaan masyarakat melalui program pengolahan sampah berbasis 3R. Adapun penelitian terlebi dahulu yang sama-sama membahas model pembahasan partisipasi masyarakata dalam pengolahan sampah, yaitu: Tabel 1: Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Fransiska Tanuwijaya, 2016 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Pitoe Jambangan Kota Surabaya Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa masyarakat tidak dilibatkan dalam proses evaluasi di Bank Sampah PITOE Jambangan. Proses evaluasi kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan dilakukan dengan dua cara. Pertama, dilakukan dalam rapat internal pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan untuk kemudian hasilnya disampaikan kepada masyarakat atau pilihan yang kedua adalah dengan menampung seluruh usulan dan masukan yang disampaikan oleh masyarakat untuk kemudian dibawa dalam rapat internal pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Namun, bukan berarti usul dan [8]

masukan yang disampaikan oleh masyarakat ini dapat langsung disetujui dan dilaksanakan oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Hal ini bergantung pada apakah pengurus sanggup untuk melaksanakan usul dan masukan yang diberikan tersebut. Proses evaluasi dilakukan secara rutin minimal satu kali dalam setahun. Laporan keuangan Bank Sampah PITOE Jambangan dalam satu tahun menjadi bentuk evaluasi yang dilakukan oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Secara terbuka pengurus memberikan lembaran fotocopy laporan keuangan selama satu tahun kepada masyarakat. 2. Fauzi, Muhammad R, Sutomo, 2017 3. Dona Amelia, Juarsa Badri, 2017 Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Pendowo Berseri Desa Tritih Wetan Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap Partisipasi Masyarkat Pada Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 3r Di Kota Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat partisipasi berdasarkan tahapan menikmati hasil memiliki kategori tinggi sebanyak 52 anggota nasabah (83,9%) dan kategori sedang sebanyak 10 anggota nasabah (16,1%). Hal ini disimpulkan bahwa tahapan menikmati hasil dalam tingkat partisipasi masyarakat tinggi atau sudah baik, disebabkan karena tingginya keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program Bank Sampah Pendowo berseri di Desa Tritih Wetan Jeruklegi Cilacap Hasil penelitian ini memperlihatkan tingginya keinginan masyarakat kota Bukittinggi untuk berpartisipasi pada [9]

Bukittinggi program 3R. Sumber informasi dari kegiatan 3R juga beragam dimana hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memperoleh informasi tentang 3R dari sosial media dan penyuluhan. Terdapat beberapa alasan masyarakat belum berpartisipasi dalam kegiatan 3R diantranya yang paling menonjol adalah belum tahu cara melakukan 3R dan belum tahu manfaat dari program 3R. Ketersediaan sarana pendukung 3R juga masih terbatas dimana responden sebesar 86% menyatakan sarana pendukung kegiatan 3R masih belum mencukupi. Agar program 3R berhasil dijalankan dengan baik diperlukan kecukupan sarana pendukung, penegakan aturan serta kampanye yang intensif untuk keberlanjutan program 3R. 4. Stefanus T. Tanod, 2014 Partisipasi Masyarakat Kecamatan Madidir Terhadap Program Pengelolaan Sampah Kota Bitung Hasil penelitian didapat bahwa 81 persen responden merupakan warga asli bitung, 16 persen merupakan penduduk sangihe talaud, 2 persen penduduk asal jawa, dan 1 persen berasal dari kotamobagu. Responden yang merupakan warga asli bitung cenderung akan lebih menjaga kebersihan lingkungannya, daripada warga yang merupakan pendatang di Kota Bitung. Hal ini dikarenakan rasa memiliki yang besar akan tanah kelahiran akan memunculkan rasa peduli yang besar akan kemajuan daerahnya sendiri. Dalam hal ini, [10]

program pengelolaan sampah yang dijalankan di Kota Bitung. Pertama: Fransiska Tanuwijaya, 2016, degan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Pitoe Jambangan Kota Surabaya. 4 Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa masyarakat tidak dilibatkan dalam proses evaluasi di Bank Sampah PITOE Jambangan. Proses evaluasi kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan dilakukan dengan dua cara. Pertama, dilakukan dalam rapat internal pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan untuk kemudian hasilnya disampaikan kepada masyarakat atau pilihan yang kedua adalah dengan menampung seluruh usulan dan masukan yang disampaikan oleh masyarakat untuk kemudian dibawa dalam rapat internal pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Namun, bukan berarti usul dan masukan yang disampaikan oleh masyarakat ini dapat langsung disetujui dan dilaksanakan oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Hal ini bergantung pada apakah pengurus sanggup untuk melaksanakan usul dan masukan yang diberikan tersebut. Proses evaluasi dilakukan secara rutin minimal satu kali dalam setahun. Laporan keuangan Bank Sampah PITOE Jambangan dalam satu tahun menjadi bentuk evaluasi yang dilakukan oleh 4 Fransiska Tanuwijaya, 2016. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Pitoe Jambangan Kota Surabaya. Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga. Hlm 240. [11]

pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Secara terbuka pengurus memberikan lembaran fotocopy laporan keuangan selama satu tahun kepada masyarakat. Sementara, berkaitan dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis hampir serupa dengan yang di kemukakan oleh Fransiska Tanuwijaya, bahwa penelitian ini lebih cenderung menelaah terhadap pemberdayaan masyarakat yang berbasis lingkungan di tempat pengolahan sampah 3R. Karena dengan kehadiran lembaga pengolahan sampah dapat memberikan efek positif bagi kemajuan ekonomi masyarakat. Kedua: Fauzi, Muhammad R, Sutomo, 2017, dengan judul skripsi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Pendowo Berseri Desa Tritih Wetan Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap.5 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat partisipasi berdasarkan tahapan menikmati hasil memiliki kategori tinggi sebanyak 52 anggota nasabah (83,9%) dan kategori sedang sebanyak 10 anggota nasabah (16,1%). Hal ini disimpulkan bahwatahapan menikmati hasil dalam tingkat partisipasi masyarakat tinggi atau sudah baik, disebabkan karena tingginya keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program Bank Sampah Pendowo berseri di Desa Tritih Wetan Jeruklegi Cilacap. Sementara, berkaitan dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis hampir serupa dengan yang di kemukakan oleh Fauzi, Muhammad R, Sutomo. Bahwa penelitian ini lebih cenderung terhadap pemberdayaan masyarakat berbasis dengan kehadiran lembaga pengolahan sampah dapat 5 Fauzi, Muhammad R, Sutomo, 2017. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Pendowo Berseri Desa Tritih Wetan Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Alumni Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hlm 43-48. [12]

mebangkitkan kesejahteran sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga lembaga dapat merekrut masyarakat yang tidak memiliki penghasilan dengan adanya lembaga pengolahan sampah bisa meningkatkan kesejahteran ekonomi bagi masyarakat. Ketiga: Dona Amelia, Juarsa Badri, 2017, dengan judul skiripsi Partisipasi Masyarkat Pada Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 3r Di Kota Bukittinggi. 6 Hasil penelitian ini memperlihatkan tingginya keinginan masyarakat kota Bukittinggi untuk berpartisipasi pada program 3R. Sumber informasi dari kegiatan 3R juga beragam dimana hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memperoleh informasi tentang 3R dari sosial media dan penyuluhan. Terdapat beberapa alasan masyarakat belum berpartisipasi dalam kegiatan 3R diantranya yang paling menonjol adalah belum tahu cara melakukan 3R dan belum tahu manfaat dari program 3R. Ketersediaan sarana pendukung 3R juga masih terbatas dimana responden sebesar 86% menyatakan sarana pendukung kegiatan 3R masih belum mencukupi. Agar program 3R berhasil dijalankan dengan baik diperlukan kecukupan sarana pendukung, penegakan aturan serta kampanye yang intensif untuk keberlanjutan program 3R.. penelitian yang di lakukan oleh penulis bahwa dengan adanya tempat pengolahan sampah lingkungan jadi bersi terhindar dari penumpukan sampah, samapah dapat di daur ulang sehingga membantu masyarakat dalam kesejahteraan ekonomi dengan adanya masyarakat 6 Dona Amelia, Juarsa Badri, 2017. Partisipasi Masyarkat Pada Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 3r Di Kota Bukittinggi lmu Ekonomi El Hakim, Solok. Hlm 343. [13]

dapat berpartisipasi dalam mendukung berjalannya lembaga pengolahan samapah berbasis 3R. Ke-empat: Stefanus T. Tanod, 2014, dengan judul skripsi Partisipasi Masyarakat Kecamatan Madidir Terhadap Program Pengelolaan Sampah Kota Bitung. 7 Hasil penelitian didapat bahwa 81 persen responden merupakan warga asli bitung, 16 persen merupakan penduduk sangihe talaud, 2 persen penduduk asal jawa, dan 1 persen berasal dari kotamobagu. Responden yang merupakan warga asli bitung cenderung akan lebih menjaga kebersihan lingkungannya, daripada warga yang merupakan pendatang di Kota Bitung. Hal ini dikarenakan rasa memiliki yang besar akan tanah kelahiran akan memunculkan rasa peduli yang besar akan kemajuan daerahnya sendiri. Dalam hal ini, program pengelolaan sampah yang dijalankan di Kota Bitung..Ada persamaan yang sama-sama membahas partisipasi masyarakat dan pengolahan sampah. Penilitian yang di lakukan penulis partisipasi Warga peduli dengan lingkungan. Dampak lembaga pengolahan sampah yang terdiri dari dampak ekologis, ekonomi dan dampak sosial. Munculnya perspektif baru bagi masyarakat terhadap lembaga pengolahan sampah 3R, dalam pemberdayaan masyarakat berbasis. Berdasarkan uraian penelitian terdahulu ada beberapa hal yang di jelaskan atau dikemukakan terkait partisipasi masyarakat diantaranya peningkatan ekonomi masyarakat, kebersihan dan mamfaat ekologis yang dirasakan masyarakat setempat. Dengan demikian, penulis juga 7 Stefanus T. Tanod, 2014. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Madidir Terhadap Program Pengelolaan Sampah Kota Bitung. Jurusan Arsitetur Universitas Sam Ratulangi Hlm 271 [14]

mengemukakan dalam penelitian ini yakni yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di tempat pengolahan sampah terpadu 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Desa Mulyoagung Kecamatan Dau Kabupaten Malang antara lain dengan kehadiran lembaga tersebut, sampah dari warga masyarakat dapat dikololah secara intensif atau berkelanjutan, dapat meberikan kebersihan dilingkungan Kecamatan Dau. Tidak hanya itu sampah dapat memberikan manfaat yang luar biasa bagi masyarakat hususnya pengusaha. Karena, sampah dapat didaur ulang kembali, bernilai ekonomis dan dapat dijadikan sebagai kompos atau atau pupuk dipertanian dan masyarakat dapat mendapatkan peluang perkerjaan melalui lowongan pemberdayaan sampah tersebut. Kemudian dengan adanya Partisipasi masyarakat melalui kegiatan usaha pengolahan sampah masyarakat dapat berubah pola pikirnya, artinya sampah yang semula menjijikan bagi masyarakat namun bagi pengusaha sangat bernilai wujudnya karena setelah dilakukan daur ulang terhadap sampah organik dapat menghasilkan uang yang dapat menunjang kehidupan manusia. B. Teori Partisipasi Masyarakat 1. Pengertin Partisipasi Banyak ahli memberikan pengertian konsep partisipasi. Bilah dilihat dari asal katanya, kata Partisipasi berasal dari kata bahasa inggris Participation yang berarti mengambil bagian, pengikut sertaan. 8 Slamet mengatakan bahwa partisipasi yang berarti peran serta seseorang atau kelempok masyarakat secara aktif dari proses 8 Pius A.Partan dan M. Dahlan Al-Barry, 2006. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkolah. Hlm 655 [15]

perumusan kebutuhan, perencanaan, sampai pada tahap pelaksanaan kegiatan baik melalui pikiran atau langsung dalam bentuk fisik. 9 Menurut pernyataan Sherry R Arnstein yang dikutip oleh Sigit, bahwa berbagai jenjang partisipasi masyarakat bebarbai program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam 8 tingkat partisipasi,masyarakat dengan berdasarkan kekuasaan yang diberikan kepada masyarakat. 10 Tingkat partisipasi yang tertinggi ke terendah adalah sebagai berikut: a. Citizen Control, Masyarakat dapat berpartisipasi didalam dan mengendalikan seluruh peroses pengambilan keputusan. Pada tingkat ini masyarakat memiliki kekuatan untuk mengatur progaram atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan. Masyarakat mempunyai wewenag dan dapatmengadakan negosiasi dengan pihakpihak luar yang hendak melakukan perubahan usaha bersama warga ini langsung berhubungan dengan sumber dana untuk memperoleh bantuan tampah melalui pihak ketiga. 11 b. Delegatet Power, pada tingkat ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk membuat keputusan pada rencana tertentu. Untuk menyelesaikan permasalahan, pemerintah harus mengadakan negosiasi dengan masyarakat mempunyai tingkat kendali atas keputusan pemerintah. c. Partnership, masyarakat berhak berunding dalam pengambilan ke[putusan atau pemerintah, atas kesepakatan bersama kekuasaan 9 Y. Slamet. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Sukarta: Sebelas Maret University Pree. Hlm 7. 10 Sigit Wijaksono 2013. Pengaruh Lama Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengolaan Lingkungan Pemukiman. Jurnal Com Tech.Hlm 27 [16]

dibagai antara masyarakat dengan pemerintah. Untuk itu, diambil kesepakatan saling membagi tanggung jawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan kebijakan serta pemecahan masalah yang dihadapi. 12 d. Placation, pemegang kekuasan (pemerintah) perlu menunjuk sejumlah orang dari bagian masyarakat yang dipengaruhi untuk menjadi anggota suatu badan publik, di mana mereka mempunyai akses tertentu dalamproses pengambilan keputusan, walaupun dalam pelaksanaan. Walaupun dalam pelaksanaan usulan masyarakat tetap diperhatikan, karena kedudukan relatif rendah dalam jumlahnya lebih sedikit dibandingkan anggota dari pemerinta maka tidak mampu mengambil keputusan. e. Consultation, masyrakat tidak hanya diberitahu tetapi juga diundang untuk berbagi pendapat, mekipun tidak ada jaminan bahwa pendapat yang dikemukakan akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Metode yang sering digunakan adalah servei tentang arah. 13 f. Informing, pemegang kekuasan akan memberikan informasi kepada masyarakat terkait proposal kegiatan, masyarakat tidak diberdayakan untuk mempengaruhi hasil.informasi dapat berupa hak, tanggung jawab dan berbagai pilihan, tetapi tidak ada umpan balik atau kekuatan untuk negosiasi dari masyarakat. Informasi diberikan pada tahapan 12 Ibid. Hlm. 28 13 Ibid. [17]

ahir perancanaan dan masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi rencana yang telah disusun. 14 g. Therapy, memegang kekuasan memberikan alasan proposal dengan berpura-pura melibatkan masyarakat. Meskipun terlibat dalam kegiatan, tujuannya lebih kepa mengubah pola pikir masyarakat dari pada mendapatkan masukan dari masyarakat itu sendiri. 15 h. Manipulation, merupakan tingkatan partisipasi yang paling rendah, di mana masyarakat hanya dipakai namanyasaja. Kegiatan untuk melakukan manipulasi informasi untuk memperoleh dukungan publik dan menjanjikan keadaan yang lebih baik meskipun tidak hanya terjadi. 16 C. Konsep Partisipasi Masyarakat Mengidentifikasi tiga tradisi konsep partisipasi bila dikaitkan dengan praktis pembangunan masyarakat yang demokratis, yaitu partisipasi politik, partisipasi sosial, dan partisipasi warga. Adapun uraiannya 16 sebagai berikut: 17 a. Partisipasi Politik Partisipasi politik sering kali dihubungkan dengan proses politik yang demokratik, yang melibatkan interaksi perseorangan dan organisasi. Partisipasi politik dihubungkan dengan demokrasi politik yang mengedepankan prinsip perwakilan dan partisipasi tidak langsung. 14 Ibid. Hlm 28 15 Ibid. 16 Ibid. 17 Astuti, Siti Irene. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 56 [18]

b. Partisipasi Sosial Partisipasi sosial lebih berorientasi pada perencanaan dan implementasi pembangunan. Partisipasi ini ditempatkan sebagai keterlibatan masyarakat terutama yang terkait dengan proses pembangunan dalam konsultasi data dan pengambilan keputusan pada semua tahapan siklus proyek pembangunan, dari evaluasi sampai penilaian, implementasi, pemantauan, dan evaluasi. c. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat menekankan pada partisipasi langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa bentuk-bentuk partisipasi meliputi partisipasi politik, partisipasi sosial, dan partisipasi masyarakat. D. Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). 1. Reducem( imengurangi ) yaitummengurangi segalamsesuatu yangmmenyebabkanmtimbulnya sampahi, contohnyamketika belanjammembawamkantong/keranjang darimrumah, mengurangimkemasan yangmtidakmperlu, menggunakan kemasanmyang dapatmdidaurmulang, misalnyambungkusmnasi menggunakanmdaun pisangmatau daunmjati. 2. Reusem(gunamulang) [19]

yaitumkegiatan penggunaanmkembali sampahmyang masingidapat digunakanmbaik untukmfungsimyang samammaupun fungsimlain, contohnyamberupa botolmbekas minumanmdirubah fungsimjadi tempatmminyakmgoreng, banmbekas, dimodifikasimjadimkursi,ppot bunga. 3. Recyclel (mendaurmulang) yaitummengolah sampahmmenjadi produkmbaru,mcontohnya sampahmkertas diolahmmenjadi kertasmdaur uulang/kertas seni/campurannpabriknkertas, sampahpplastik kresekmdiolahimenjadi kantongmkresek, sampahmorganik diolahmmenjadikkompos. [20]